Dokumen Presentasi PDF
Dokumen Presentasi PDF
http://www.thedwellhome.com/bkgd.html
Kutipan diatas mengungkapkan bahwa orisinalitas dan keterampilan bukan sesuatu yang
hilang dalam prefabrikasi, sebaliknya justru menantang kreatifitas dan menekankan bahwa
pentingnya keberadaan arsitek di belakannya. Dengan demikian, apapun cara, bentuk dan
metode yang digunakan dalam membangun, arsitektur sebagai produk manusia haruslah
selalu berorientasi pada peningkatan kualitas hidup. Dengan begitu akan selalu ada
penelaahan, penyesuaian dan perbaikan kepada kualitas yang lebih baik seperti kepada
hasil dari prefabrikasi yang berkelanjutan dan responsive terhadap kebutuhan dan
lingkungannya.
Prefabrikasi dan Teknologi
“We must build in order to estabilish our place in the world and, as in anything we do,
technological innovation is an essential part of that process.”
Bangunan prefabrikasi bukanlah suatu hal yang harus diperdebatkan esensinya atau dipertanyakan kembali. Yang menjadi
masalah adalah ketika banyaknya stereotipe ketidak unggulan bangunan prefabrikasi dari segi tampilan dan desain.
Stereotipe dan pandangan masyarakat ini bukanlah tanpa sebab, karena pada kenyataannya beberapa bangunan
prefabrikasi telah menciptakan citra tersebut. Sehingga, sebagai jawaban dari permasalahan tersebut adalah menemukan
gagasan-gagasan sebagai panduan bagaimana bangunan prefabrikasi tidak hanya dapat tepat guna dan tepat sasaran,
tetapi berkualitas dari segi desain, responsive terhadap kebutuhan dan dapat tampil sebagai suatu arsitektur yang memiliki
nilai estetika.
Banyak bangunan prefabrikasi didesain agar ia secara praktis dapat memenuhi sifat ke-prefabrikasi-nya. Pengembangan
segala macam metode, material, sambungan praktis. Semua sangat efisien dan dapat dijalankan dengan konstruksi yang
sederhan. Tetapi, bangunan prefabrikasi seringkali memiliki desain yang sangat fungsional bagi para pembangun dan
kontraktor, namun tidak untuk para penggunanya.
Desain juga terkait erat dengan etnisitas, budaya atau adat. Adanya keterikatan emosi berdasarkan pengalaman dan
kebiasaan, tabu dan ketidaknyamanan akan sesuatu hal yang baru juga menjadi alas an sulitnya bangunan prefabrikasi
diterima,terutama didaerah yang kental dengan budayanya. Misalnya kecenderungan masyarakat yang melihat pembatas
atau dinding ruangan dengan ketukan, adanya stereotype bahwa dinding yang berbunyi nyaring jika diketuk memiliki kualisa
yang rendah da tidak kokoh. Kemudian pada aspek psikologis seperti ketidak percayaan masyarakat dan perasaan tidak
aman pada sambungan konstruksi mur dan baut yang kadang sengaja diperlihatkan. Sehingga tampilanyang terserap oleh
berbagai indera perasa pengguna bangunan, termasuk material dan sambungan merupakan aspek pentik dalam
mendesain bangunan prefabrikasi.
Dalam desain, KIND bekerja sama dengan PT. Gerbang
Saranabaja, perusahaan spesialis bangunan prefabrikasi.
Modul yang digunakan adalah modul 8 x 4 m dan 8 x 6
m, dimensi dimensi yang cukup ideal untuk sebuah kelas
belajar.
Pada umumnya, dengan berbagai macam sumber yang penulis peroleh, penulis menyimpulkan secara
garis besar prefabrikasi melalui beberapa fase. Fase pertama dalam desain, yang dapat dibagi jadi 3
macam, menemukan uraian konstruksi terlebih dahulu lalu memulai mendesain kemudian desain
diuraikan dan desain secara bersamaan. Di tahap pertama ini pendekatan teknologi berupa strategi
desain untuk sistem dan metode konstruksi dicari betuknya dan dirumuskan tata caranya bersamaan
dengan kebutuhan desain.
Tahap kedua adalah pembuatan komponen pada bengkel offsite, memastikan detail dan sambungan,
pengecekan kembali ketepatan desain dan kualitas material. Fase ketiga adalah pemindahan
komponen-komponen bangunan ke lokasi pembangunan. Fase ini yang paling mempengaruhi
standarisasi ukuran dan berat material uraian dari bangunan prefabrikasi, karena menyangkut dimensi
yang dapat diakomodasikan oleh sistem transportasi yang ada. Fas eke-empat adalah konstruksi di
lapangan dengan ketersediaan tenaga yang telah di uji coba pada offsite.
Kolom dengan ukuran 55cm x 55cm
Pre-cast dinding
Panel Pintu
Panel Kusen
Kesimpulan
Berdasarkan perjalanan sejarahnya dapat dipahami dan dimengerti bahwa prefabrikasi hadir
karena adanya suatu kebutuhan kecepatan membangun, kepraktisan dan adanya suatu
masalah terhadap jarak dan keterjangkauan area konstruksi dengan area produksi material.
Dan dari berbagai penjabaran, pengamatan dan analisis berdasarkan fakta yang didampingi
dengan beragam teori, dapat disimpulkan suatu tahapan pemikiran dalam menerapkan
prefabrikasi sebagai suatu desain yang layak dengan pendekatan arsitektur dan teknologi.
Pendekatan arsitektur dalam desain prefabrikasi dimulai dengan kebutuhan bersamaan
dengan ide sistem konstruksi, standarisasi dimensi komponen sesuai komponen - komponen
lain yang sudah ada, transportasi dan kemampuan memproduksi. Ketersediaan teknologi
dan konteks awal atau tujuan bangunan prefabrikasi merupakan hal-hal yang sangat perlu
diperhatikan. Pendekatan arsitektur dari segi konstruksi tersebut juga sejalan dengan
pertimbangan kualitas dan eksplorasi desain.
Pendekatan arsitektur pada bangunan tinggi Gedung 4, Kampus G, Universitas Gunadarma
dilakukan beriringan dengan teknologi. Pengembangan desain dilakukan dengan kreatif dan
cermat melihat potensi yang ada untuk di selaraskan atau diintegrasikan dengan keseluruhan
proses pengembangunan. Sehingga pendekatan arsitektural tidak berdiri sendiri namun
sinergis dengan keseluruhan proses.