Anda di halaman 1dari 18

Nurul Mursidah

Lahir di Batumarta 07 03 1996.. Mahasiswi Pendidikan Biologi 2014.. UIN Raden


Fatah Paembang :) email: nurulmursidah07@gmail.com

Sabtu, 08 Juli 2017

Laporan Praktikum Sterilisasi dan


Pembuatan Media

LAPORAN PRAKTIKUM II
STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIA

Oleh:

NAMA : Nurul Mursidah

NIM : 14222125
DOSEN PENGAMPU

1. Awalul Fatiqin, M.Si

2. Ike Apriani, M.Si

3. Riri Novita Sari, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekarang ini, berkembangnya ilmu pengetahuan maka semakin tinggi pula rasa ingin tahu
sesorang terhadap apa yang terdapat di alam sampai dengan mikrorganisme yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang. Dari hal inilah muncul ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang mikrorganisme tersebut yang disebut dengan mikrobiologi. Dalam bidang penelitian
mikroorganisme ini, tentunya menggunakan teknik atau cara khusus untuk mempelajarinya
serta untuk bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti mikroorganisme ini baik sifat dan
karakteristiknya, serta diperlukan pengenalan alat-alat laboratorium mikrobiologi serta teknik
atau cara penggunaan alat-alat yang berhubungan dengan penelitian tersebut
(Suriawiria,2005).

Dalam melakukan diagnosa mikrobiologi sterilisasi sangat diutamakan baik alat maupun
medianya. Suatu alat dikatakan steril apabila alat atau bahan bebas dari mikroba baik bentuk
vegetative maupun spora. Untuk itu sebagai pemula dalam mikrobiologi sangat perlu untuk
mengenal teknik sterilisasi, pembuatan media serta teknik penanaman (Pratiwi, 2008).

Steril merupakan salah satu syarat mutlak keberhasilan kerja dalam suatu laboratorium
mikrobiologi. Dalam melakukan sterilisasi diperlukan teknik-teknik agar suatu sterilisasi dapat
dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak terdapat suatu mikroorganisme lain yang
mengkontaminasi media. Sterilisasi dapat diartikan proses untuk menjadikan alat-alat
terbebas dari segala bentuk kehidupan. Seperti yang telah disebutkan bahwa pada tujuan
sterilisasi adalah untuk mematikan mikroorganisme yang tidak diinginkan tidak ikut tumbuh
(Suriawiria, 2005).

Mikroorganisme dapat berkembangbiak secara alami ataupun juga dengan campur


tangan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya adalah
dengan melalui pertumbuhan menggunakan media. Pada pembuatan media ini, haruslah
dimengerti jenis-jenis nutrien yang diperlukan oleh bakteri dan keadaan lingkungan fisik yang
dapat menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan (Kusnadi dkk, 2003).

Medium merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme


diatas atau juga didalamnya. Sebelum menumbuhkan suatu mikroorganisme, pertama-tama
kita harus memahami kebutuhan dasarnya lalu mencoba untuk memformulasikan suatu
medium yang memberikan hasil baik (Pratiwi, 2008).

Media memiliki fungsi sebagai tempat atau wadah tumbuhnya mikroba, isolasi,
memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana
didalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis, untuk
menghindari kontaminasi pada media itu sendiri. Media juga berperan sebagai tempat zat
hara yang digunakan oleh mikroorganisme untuk suatu pertumbuhan, sintesis sel, keperluan
energi dalam metabolisme, dan pergerakan. Umumnya, pada media pertumbuhan berisi air,
sumber energi, zat hara, yaitu sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen,
hidrogen, serta unsur-unsur lainnya (Kusnadi dkk,2003).

Adapun yang melatarbelakangi pada praktikum sterilisasi dan pembuatan media adalah
untuk mencoba mempelajari bagaimana cara mensterilisasikan alat-alat yang nantinya akan
digunakan pada saat bekerja di laboratorium mikrobiologi. Sterilisasi dapat dilakukan adalah
untuk keberhasilan dalam menumbuhkan suatu biakan koloni mikroorganisme yang
diinginkan. Pada praktikum ini juga dilakukan untuk mengetahui macam-macam media dan
cara membuat media pertumbuhan mikroorganisme, sehingga seorang praktikan dapat
dengan mudah menerapkan bagaimana cara untuk membuat media pertumbuhan pada
mikroorganisme yang akan diamati.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum pada Praktikum II tentang Sterilisasi dan Pembuatan Media
adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui macam-macam sterilisasi.

2. Mengetahui macam-macam medium.


3. Mengetahui cara membuat media pertumbuhan mikroorganisme.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sterilisasi

Suatu proses yang dilakukan untuk membunuh semua jasad renik yang ada, jika
ditambahkan di dalam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembangbiak dapat
dinamakan sterilisasi. Sterilisasi dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu
pada spora bakteri. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika
sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten
dari kehidupan mikroba akan diluluhkan (Pratiwi 2008).

Dalam dunia kesehatan, pada sterilisasi sangatlah penting dilakukan untuk memberikan
efek terapeutik yang maksimal. Steril artinya bebas dari segala mikroba baik patogen maupun
tidak. Sterilisasi adalah proses membebaskan peralatan atau bahan dari mikroorganisme yang
tidak dikehendaki. Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu proses penghilangan pada
semua jenis mikroorganisme hidup, dalam hal ini mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri,
virus) yang terdapat pada suatu benda (Pratiwi 2008).

Sterilisasi pada suatu produk dimaksudkan untuk mendapatkan suatu produk yang steril
setelah melalui suatu proses sterilisasi dan diharapkan tidak mengalami perubahan kualitas.
Oleh karena itu, sangat diperlukan pemilihan cara sterilisasi yang tepat sehingga dihasilkan
suatu produk yang steril dengan kualitas yang baik (Darwis dkk,2009).

Proses sterilisasi tersebut dapat dilakukan dengan cara uap panas, larutan kimia,
pemanasan kering atau juga metode gas. Metode gas atau metode yang dipilih biasanya
tergantung sifat materi yang akan disterilkan. Steril merupakan proses yang menghancurkan
semua bentuk kehidupan. Suatu benda yang steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya
bebas dari mikroorganisme hidup, dengan dilakukannya suatu proses sterilasi dapat
membantu memudahkan atau memperlancar kegiatan penelitian atau praktikum yang
sedang dilakukan (Adji dkk, 2007).

B. Macam-Macam Sterilisasi

Menurut pendapat beberapa ahli terdapat berbagai macam-macam proses sterilisasi


dalam praktikum mikrobiologi. Macam-macam sterilisasi yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut:

1. Sterilisasi Secara Mekanik (Fitrasi)

Didalam sterilisasi secara mekanik (fitrasi) yang menggunakan suatu saringan yang
berpori sangat kecil (0, 22mikron atau 0,45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini dapat ditunjukkan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,
misalnya larutan enzim atau antibiotik. Jika terdapat beberapa bahan yang akibat
pemanasan tinggi atau bertekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian,
maka dari itu sterilisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya saringan
(Pratiwi 2008).

2. Sterilisasi Secara Fisik

Sterilisasi secara fisik dapat digunakan dengan cara pemanasan atau penyinaran.
Terdapat berbagai macam sterilisasi dengan pemanasan yang diantaranya adalah sebagai
berikut:

a. Pemijaran Api

Terdapat berbagai macam pemijaran, maksud ini dipakai muffle, yang biasanya
mencapai suhu 1.0000C. Bila ingin diketahui beratnya, maka krus porselen yang dipakai,
didinginkan sampai kira-kira 1000C, lalu didinginkan kedalam eksikator, dan akhirnya
ditimbang (Sudarmadji dkk, 2007).

b. Panas Kering

Sterilisasi panas kering adalah proses sterilisasi dengan udara panas. Pada
sterilisasi dengan panas kering atau udara panas dianjurkan apabila pada penggunaan
uap bertekanan dengan benda yang disterilkan. Hal ini dapat berlaku bagi perabotan
laboratorium seperti cawan petri, pipet, minyak, serbuk serta juga beberapa pada
peralatan. Benda-benda tersebut disterilkan dalam oven listrik atau gas, untuk dapat
mensterilkan pada perabotan pecah belah di laboratorium dibutuhkan suhu 1600C
selama 2 jam (Pelezar, 1988).

c. Panas Lembab (Uap Bertekanan)

Panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan adalah sarana yang paling praktis dan
juga dapat diandalkan untuk sterilisasi. Uap bertekanan yang dapat menyediakan suhu
jauh di atas titik didih. Disamping itu juga mempunyai keuntungan seperti pemanasan
dapat berlangsung cepat, mempunyai daya tembus, dan menghasilkan kelembapan
yang tinggi, kesemuanya ini dapat mempermudah koagulasi protei sel-sel mikroba
(Pelezar, 1988).

3. Sterilisasi Secara Kimiawi

Sterilisasi secara kimiawi biasanya digunakan pada alat ataupun bahan yang tidak
tahan panas atau untuk kondisi aseptis (sterilisasi meja kerja dan tangan). Bahan kimia
yang dapat digunakan adalah alkohol, asam parasetat, formaldehid dan lain-lainnya
(Pratiwi 2008).

4. Sterilisasi Secara Radiasi

Menurut pendapat Pratiwi (2008), sterilisasi radiasi dapat dilakukan dengan


menggunakan radiasi sebagai berikut:

a. Ultraviolet

Ultraviolet merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang


gelombang 100-400 mm dengan efek optimal pada 254 mm. Sumbernya adalah lampu
uap merkuri dengan daya tembus hanya 0,01-0,2 mm. Ultraviolet digunakan untuk
sterilisasi ruangan pada penggunaan aseptik.

b. Ion

Mekanisme mengikutori pada tumbukan yaitu adalah sinar langsung


menghantarkan pusat kehidupan mikroba (kromosom) atau secara tidak langsung
dengan sinar terlebih dulu yang membentuk molekul dan juga mengubahnya menjadi
pada bentuk radikatnya yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi sekunder pada
bagian molekul DNA mikroba.

c. Gamma

Gamma bersumber dari CO6O dan C5137 dengan aktifitas sebesar 50-500 kilo
curie serta memiliki suatu daya tembus sangat tinggi. Dosis pada efektifitasnya
adalah 2,5 Mrad. Gamma juga digunakan untuk dapat mensterilkan alat-alat yang
terbuat dari logam, karet serta bahan sintesis seperti pada polietilen.

C. Media (Medium)

Media adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan atau nutrien yang
digunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme. Pada mikroorganisme
juga merupakan makhluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan medium yang harus
mengandung semua zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, yaitu adalah senyawa-
senyawa organik yang terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin. Medium
digunakan untuk melihat gerakan yang dari suatu mikroorganisme apakah bersifat motil atau
nonmotil, medium ini ditambahkan pada bahan pemadat 50% (Suriawiria,2005).

Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan pada suatu


mikroorganisme harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis pada
mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa pada mikroorganisme dapat hidup baik pada
medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber
karbon organik seperti gula, sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan suatu medium
yang sangat kompleks yaitu berupa medium yang pada saat ditambahkan darah atau bahan-
bahan kompleks lainnya (Suriawiria, 2005).

D. Jenis-Jenis Medium

Menurut pendapat Dwijoseputro (1994), ada beberapa jenis medium yang berdasarkan
buatan manusia adalah sebagai berikut:

1. Medium Cair

Medium cair yang biasanya sering dipakai adalah kaldu yang disiapkan sebagai
berikut: kepada 1 liter air murni ditambahkan 3 kaldu daging lembu dan 5 gram pepton.
Pepton adalah protein yang terdapat pada daging, pada air susu, pada kedelai dan pada
putih telur. Pepton mengandung banyak N2, dan kaldu yang berisi garam-garam mineral
dan lain-lainnya. Medium itu kemudian ditentukan Phnya 6,8 dan sampai 7, jadi sedikit
asam atau netral. Keadaan yang demikian ini sesuai bagi kebanyakan bakteri. Kaldu seperti
diatas masih perlu disaring untuk kemudian di masukkan kedalam tabung-tabung reaksi
atau botolbotol yang tersedia. Penyaringan dapat dilakukan dengan kertas saring. Setelah
tabung atau botol berisi medium kaldu disumbat dengan kertas, kemudian dimasukkan ke
dalam alat pensteril atau autoklaf.

2. Medium Kental (Padat)

Dahulu kala orang lazim menggunakan kentang yang di potong-potong serupa silinder
untuk medium. Silinder kentang mentah dibuat dengan pipa besi, lalu pada potongan-
potongan itu di masukkan tabung reaksi. Kemudian tabung disumbat dengan kapas, dan
setelah itu disterilkan di dalam autoklaf. Setelah kentang dingin kembali, permukaan atas
dari silinder kentang dapat ditanami bakteri.

Perbedaan tipe medium dari medium padat dan medium cair juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan-pertumbuhan dan viabilitas bakteri, meskipun medium
yang digunakan adalah sama. Pada medium padat, pertumbuhan pada bakteri berupa
pertumbuhan yang melekat pada suatu permukaan medium atau attached growth,
sedangkan pada medium cair tipe pada pertumbuhannya akan menyerupai suspensi larut
atau juga suspensi growth (Hidayah & Maya,2012).

3. Medium yang Diperkaya

Kebanyakan bakteri suka tumbuh pada dasar makanan seperti di atas. Tetapi bakteri
patogen sepertiMycobacterium tuberculosis, Diplocucus pneumonei, dan Neisseria
gonorrhoeaememerlukan zat makanan tambahan berupa serum atau darah yang tak
mengandung fibrinogen lagi. Fibrinogen adalah zat yang dapat menyebabkan darah
menjadi kental, apabila keluar di luka. Serum atau darah itu dicampurkan ke dalam
medium yang sudah disterilisasikan. Jika pencampuran ini dilakukan sebelum saat
sterilisasi, maka serum atau darah tersebut akan mengental akibat pemanasan.

4. Medium yang Kering

Pekerja laboratorium sekarang ini banyak dipermudah dengan adanya bermacam-


macam medium yang tersedia dalam bentuk serbuk kering, untuk menyiapkan medium
tersebut, cukuplah orang mengambil sekian gram pada serbuk kering tersebut untuk
dilarutkan dalam sekian liter air dan kemudian larutan itu disterilisasikan. Penentuan PH
tidak perlu lagi, karena hal itu sudah dilakukan lebih dulu pada pembuatan serbuk.

5. Medium yang Sintetik

Medium sintetik berupa ramuan-ramuan zat anorganik yang tertentu dan


mengandung zat karbon dan nitrogen. Bakteri pada autoklaf dapat hidup dalam medium
ini. Medium sintetik itu umumnya dapat dibuat secara eksperimental. Pada medium ini
tidak menimbulkan zat-zat penolak, apabila masuk tubuh hewan dan manusia, dan
selanjutnya pada medium sintetik itu berguna sekali sebagai medium dasar dalam
penyelidikan macam-macam vitamin, asam amino, dan lain-lain. Penyelidikan tentang ada
tidaknya zat tertentu dengan menggunakan mokroorganisme itu disebut analisis zat jadi
atau bio-assay.
E. Syarat Media (Medium)

Menurut pendapat Iriatmanto (2000), bahwa pada media yang untuk dapat
menghasilkan pertumbuhan mikroba (termasuk fungi) dengan hasil yang baik memiliki
beberapa syarat yang diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Media harus mengandung semua nutrien yang mudah digunakan oleh suatu mikroba yang
hendak ditumbuhkan.

2. Media harus memiliki tekanan osmose, PH, tegangan muka yang sesuai dengan sifat
mikroba yang hendak ditumbuhkan.

3. Media tidak mengandung zat penghambat.

4. Media harus steril.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Mikrobiologi tentang Sterilisasi dan Pembuatan Media ini dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 09 Mei 2017, pukul 15.00-16.40 WIB di laboratorium Biologi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan KeguruanUniversitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, tabung reaksi, jarum ose,
spatula, bunsen, erlenmeyer, autoklaf, timbangan analitik, gelas ukur, nampan (baki),
gunting, aluminium foil, gelas beaker, gelas arloji, dan hotplate.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas sampul, tissue, karet gelang,
alkohol, detergen, aquades, EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella
Shigella Agar).

C. Cara Kerja

1. Cara Kerja Sterilisasi

Adapun cara kerja pada praktikum sterilisasi adalah sebagai berikut:

a. Cuci dengan bersih cawan petri, tabung reaksi, jarum ose, dan kaca, serta erlenmeyer
kemudian keringkan alat dengan tissue steril.

b. Tutuplah alat-alat dengan kapas (untuk tabung reaksi dan erlenmeyer dapat menutup
pada bagian atas saja, cawan petri full, jarum ose full) kemudian dapat membungkus
alat dengan sampul coklat lalu diikat dengan karet dan memberi label. Menaruh di baki
untuk sterilisasi.

c. Melakukan sterilisasi dengan autolaf pada suhu ± 1200C selama 15 menit (dihitung
setelah autoklaf pertama berbunyi) dan tekanan 1,5 atm.

d. Mengambil dan menyimpan alat setelah jarum pada autoklaf sampai menunjukkan
angka 0.

2. Cara Kerja Pembuatan Media

Adapun cara kerja pada praktikum pembuatan media adalah sebagai berikut:

1. Siapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan.

2. Siapkan 2 gelas beaker yang berisi air (aquades) masing-masing 250 ml air.

3. Siapkan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar)

4. Kemudian ambil EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar)
menggunakan spatula.

5. Masukkan ke dalam gelas alroji untuk ditimbang.

6. Timbang sebanyak dan untuk SSA (Salmonella Shigella Agar)

sebanyak
7. Letakkan gelas beaker yang sudah berisi air (aquades) di atas hotplate yang sudah
menyala.

8. Masukkan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar) ke
dalam gelas beaker yang sudah berisi air (aquades) dengan gelas beaker yang berbeda
antara EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar).

9. Aduk EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar) sampai
merata tunggu sampai kedua bahan tersebut mendidih naik ke atas.

10. Setelah mendidih angkat ke dua bahan tersebut, tutup menggunakan alumunium foil.

11. Kemudian masukkan bahan tersebut kedalam cawan petri yang sudah disterilisasikan
dengan membuka tutup cawan petri sedikit, (catatan: bahan yang dituangkan ke dalam
cawan petri sesuai yang dibutuhkan atau sesuai ukuran yang ditentukan) tuangkan
bahan di dekat bunsen agar tidak terkontaminasi.

12. Tutup kembali cawan petri yang sudah berisi bahan tersebut.

13. Kemudian isolasi keliling pada pada cawan petri tersebut, agar tidak terkontaminasi.
Melakukan dengan cepat dapat membantu agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lain
dan membiarkan hingga dingin.

14. Beri label pada masing-masing cawan petri tersebut.

15. Masukkan ke dalam inkubator (oven) dengan menaruh cawan petri diatas nampan
(baki) sampai seorang praktikan akan membiakan suatu mikroba di dalamnya. Misalnya
pada keesokan harinya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Praktikum Sterilisasi

a. Sterilisasi Secara Kimiawi

Dalam praktium sterilisasi secara kimiawi dapat dilakukan dengan dua cara, yang
diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Sterilisasi Menggunakan Alkohol 70% Maupun 90%


Cara menggunakannya adalah dengan mengisi alkohol ke dalam botol
semprotan sebanyak 70% maupun 90%. Kemudian semprotkan alkohol tersebut
pada media atau juga alat-alat praktikum yang akan digunakan. Setelah alat-alat
disemprot dengan alkohol keringkan alat tersebut dengan tissue yang steril. Tujuan
menyemprotkan alkohol pada alat-alat praktikum tersebut adalah agar dapat
menghilangkan kontaminasi mikroba disekitarnya.

2) Sterilisasi Menggunakan Detergen

Cara menggunakannya adalah mencuci pada alat-alat praktikum dengan


detergen. Mengosok atau mencuci menggunakan detergen merupakan cara lain
untuk menghilangkan lapisan berminyak yang mengikat bakteri pada permukaan.
Dengan melepasnya pada lapisan tersebut, maka mikroorganismenyapun ikut
terbilas oleh air mengalir. Setelah alat-alat tersebut di cuci menggunakan detergen,
kemudian keringkan alat-alat tersebut dengan tissue yang steril. Setelah itu alat
tersebut dapat dikatakan telah steril dan siap digunakan. Detergen mempunyai
peranan yang sangat penting untuk mensterilkan alat-alat laboratorium, karena
dapat menghilangkan atau membunuh mikroba yang terdapat pada alat-alat
tersebut.

b. Sterilisasi Secara Fisik

Sterilisasi secara fisik pada praktikum ini dapat dilakukan dengan dua cara, yang
diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Pemijaran (Dengan Air Langsung)

Pemijaran dapat dilakukan dengan cara membakar alat pada api secara
langsung menggunakan bunsen. Contohnya pada alat jarum ose yang harus
dipijarkan di atas api bunsen agar tidak terdapat mikroba dalam jarum ose tersebut,
dan pada cawan petri yang harus dipijarkan disetiap kelilingnya agar tidak terdapat
mikroba disekitar cawan petri tersebut. Pada pemijaran ini dilakukan untuk dapat
membunuh dan menghilangkan mikroba. Pemijaran juga dapat dilakukan agar tidak
terkontaminasi secara langsung.

2) Uap Air Panas Bertekanan

Sterilisasi uap air panas bertekanan menggunakan alat sterilisasi yaitu autoklaf.
Pada alat ini digunakan untuk mensterilkan alat-alat laboratorium yang ingin kita
gunakan. Sterilisasi pada aup air panas bertekanan dilakukan dengan cara
membungkus alat-alat yang sudah di cuci bersih. Pada alat seperti tabung reaksi dan
erlenmeyer di tutup terlebih dulu dengan menggunakan kapas pada bagian atasnya
saja, setelah itu membungkus alat dengan sampul coklat lalu diisolasi agar tidak
lepas dan memberi label pada lat-alat yang telah dibungkus. Kemudian pada alat-
alat tersebut dimasukkan kedalam autoklaf untuk disterilisasi. Cara kerja pada
autoklaf menggunakan uap panas dengan suhu 1200C atau 1210C selama 15 menit
pada tekanan 1 atm. Setelah 15 menit alat-alat yang dimasukkan ke dalam autoklaf,
kemudian alat-alat tersebut diambil dan menyimpannya. Tujuan sterilisasi ini agar
membunuh mikroba tanpa terkontaminasi sebelum menggunakannya.

2. Hasil praktikum Pembuatan Media

Adapun hasil dari praktikum pembuatan media adalah sebagai berikut:

a. Siapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan.

b. Siapkan 2 gelas beaker yang berisi air (aquades) masing-masing 250 ml air.

c. Siapkan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan juga SSA (Salmonella Shigella Agar)

d. Kemudian ambil bahan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella
Agar) menggunakan spatula.

e. Masukkan ke dalam gelas alroji untuk ditimbang.

f. Timbang sebanyak pada EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan untuk SSA

(Salmonella Shigella Agar) sebanyak

g. Letakkan gelas beaker yang sudah berisi air (aquades) di atas hotplate yang sudah
menyala.

h. Masukkan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar) ke
dalam gelas beaker yang sudah berisi air (aquades) dengan gelas beaker yang berbeda
antara EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar).

i. Aduk larutan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar)
sampai merata dan tunggu sampai kedua bahan tersebut mendidih naik ke atas.

j. Setelah mendidih angkat pada ke dua bahan tersebut, tutup menggunakan alumunium
foil.

k. Kemudian masukkan bahan tersebut kedalam cawan petri yang sudah disterilisasikan
dengan membuka tutup cawan petri sedikit, (catatan: bahan yang dituangkan ke dalam
cawan petri sesuai yang dibutuhkan atau sesuai ukuran yang ditentukan) tuangkan
bahan di dekat bunsen agar tidak terkontaminasi.

l. Tutup kembali cawan petri yang sudah berisi bahan tersebut.

m. Kemudian isolasi keliling pada pada cawan petri tersebut, agar tidak terkontaminasi.
Melakukan dengan cepat dapat membantu agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lain
dan membiarkan hingga dingin.

n. Beri label pada masing-masing cawan petri tersebut.

o. Masukkan ke dalam inkubator (oven) dengan menaruh cawan petri diatas nampan
(baki) sampai seorang praktikan akan membiakan suatu mikroba di dalamnya. Misalnya
pada keesokan harinya.
B. Pembahasan

Sterilisasi merupakan proses menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda


yang steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya terbebas dari mikroorganisme hidup.
Sterilisasi juga dapat diartikan sebagai proses untuk dapat menghilangkan dan membunuh
mikroba yang terdapat disekitar benda atau medium (Adji dkk, 2008).

Sterilisasi ini penting dilakukan dalam praktikum mikrobiologi, hal ini dapat dikarenakan
agar bahan atau peralatan yang digunakan tersebut tidak didapatkan kehadiran
mikroorganisme lain yang tidak diinginkan yang akan dapat menganggu atau merusak media
ataupun menganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan sehingga pelaksanaan
praktikum dapat bejalan dengan lancar (Darwis dkk, 2009).

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada praktikum sterilisasi ini menggunakan dua
macam sterilisasi, yaitu sterilisasi secara fisik dan secara kimiawi. Sterilisasi secara kimiawi
menggunakan detergen dan alkohol 70% maupun 90%, sedangkan sterilisasi secara fisik
menggunakannya dengan dua cara yaitu sterilisasi pemijaran dan uap air panas betekanan.

Sterilisasi menggunakan alkohol dan detergen hampir sama pada prosedur kerjanya,
hanya saja pada alkohol dengan cara menyemprotkan ke alat yang digunakan. Sedangkan
sterilisasi menggunakan detergen dengan cara mencuci alat-alat tersebut. Setelah alat-alat
tersebut disterilisasikan menggunakan kedua bahan tersebut kemudian dikeringkan dengan
menggunakan tissue yang steril. Sterilisasi ini dilakukan guna untuk mensterilkan alat-alat
praktikum agar tidak terdapat atau terkontaminasi oleh mikroba lain disekitar alat tersebut.

Sterilisasi pemijaran dilakukan dengan cara mebakar alat pada api secara langsung
menggunakan bunsen, sedangkan sterilisasi uap air panas bertekanan dapat dilakukan
dengan cara membungkus alat-alat yang sudah dicuci bersih, kemudian masukkan alat-alat
tersebut kedalam alat yaitu autoklaf. Fungsi pada alat ini adalah digunakan untuk
mensterilkan alat-alat laboratorium yang ingin kita gunakan dengan menggunakan tekanan
uap 1 atau 1,5 atm dengan suhu 1210C selama 15 menit. Proses sterilisasi ini dilakukan untuk
mensterilkan pada alat-alat yang akan digunakan dan agar tidak terkontaminasi oleh mikroba
secara langsung.

Dalam memasukkan alat-alat kedalam autoklaf harus berhati-hati, agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan. Dalam meletakkan suatu alat-alat laboratorium yang akan
disterilisasikan dalam keadaan rapi agar alat tersebut tidak pecah. Tujuan pembungkusan
adalah untuk meminimalisis goncangan pada autoklaf yang bertekanan tinggi dan dapat
menghindari adanya benturan. Sedangkan tujuan dari sterilisasi adalah agar pada suatu alat
dan bahan yang akan digunakan tidak terkontaminasi oleh mikroba lain.

Faktor kesalahan yang biasanya terjadi pada saat proses sterilisasi yaitu memasukkan
cawan petri dan erlenmeyer ke dalam autoklaf, peletakan alat tersebut dilakukan dengan cara
menumpuknya, hal itu dapat mengakibatkan jatuhnya alat-alat di dalam autoklaf saat proses
sterilisasi berlangsung (Pratiwi, 2008).

Setelah melakukan sterilisasi pada alat-alat yang akan digunakan, untuk selanjutnya
adalah pembuatan media (medium). Menurut pendapat Suriawiria (2005), medium adalah
suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba.
Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat digunakan pula untuk isolasi,
memperbanyak pengujian sifat-sifat fisologi dan perhitungan mikroba.

Dari hasil yang diperoleh kita dapat mengetahui macam-macam medium yang dapat
digunakan dan kita dapat mengetahui cara membuat pertumbuhan mikroorganisme. Dalam
pembuatan pertumbuhan mikroorganisme ini sangat perlu dilakukan, agar pada seorang
praktikan dapat mengetahui bagaimana pertumbuhan pada mikroorganisme dapat terjadi
dan agar seorang praktikan juga dapat mengetahui bahan-bahan yang dapat memicu pada
pertumbuhan mikroorganisme.

Dalam praktikum ini ada beberapa bahan yang akan kita gunakan dalam membuat media
pertumbuhan pada mikroorganisme yang diantaranya adalahaquades, EMBA (Eosin
Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar).

Pada pembuatan media (medium) pertumbuhan mikroorganisme dilakukan dengan


langkah-langkah sebagai berikut: siapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan,
siapkan 2 gelas beaker yang berisi air (aquades) masing-masing 250 ml air, siapkan EMBA
(Eosin Methylene Blue Agar) dan juga SSA (Salmonella Shigella Agar), kemudian ambil bahan
EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar) menggunakan spatula,

masukkan ke dalam gelas alroji untuk ditimbang, timbang sebanyak dan untuk SSA

(Salmonella Shigella Agar) sebanyak etakkan gelas beaker yang sudah berisi air
(aquades) di atas hotplate yang sudah menyala, masukkan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
dan SSA (Salmonella Shigella Agar) ke dalam gelas beaker yang sudah berisi air (aquades)
dengan gelas beaker yang berbeda antara EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA
(Salmonella Shigella Agar), aduk larutan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) dan SSA
(Salmonella Shigella Agar) sampai merata dan tunggu sampai kedua bahan tersebut
mendidih, setelah mendidih angkat pada ke dua bahan tersebut, tutup menggunakan
alumunium foil, kemudian masukkan bahan tersebut kedalam cawan petri yang sudah
disterilisasikan dengan membuka tutup cawan petri sedikit, tuangkan bahan di dekat bunsen
agar tidak terkontaminasi, tutup kembali cawan petri yang sudah berisi bahan tersebut,
kemudian isolasi keliling pada pada cawan petri tersebut, agar tidak terkontaminasi, beri label
pada masing-masing cawan petri tersebut, kemudian masukkan ke dalam inkubator (oven)
dengan menaruh cawan petri diatas nampan (baki) sampai seorang praktikan akan
membiakan suatu mikroba di dalamnya. Misalnya pada keesokan harinya.

Media Eosin Methylene Blue Agar(EMBA) mempunyai keistimewaan mengandung suatu


laktosa dan juga berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S.
aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan
koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat
tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam
perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal karena
kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan
keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan
tersebut adalah E.coli (Pratiwi 2008).
Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan
jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan
pada eosin dan juga metilin blue sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata antara
koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut mengandung sukrosa karena
kemempuan bakteri koli yang lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa. Untuk
mengetahui jumlah bakteri coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan
nama MPN (most probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut
dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh
air (Hidayah & Maya, 2012).

Salmomella Shigella Agar (SSA) yang dapat digunakan untuk mengisolasi


kuman Salmonella sp dan Shigella sp dari sampel feses, urin, dan makanan. Untuk khusus
untuk isolasi kuman shigella, media ini tidak disarankan karena beberapa strain shigella akan
terhambat. Media ini juga tersusun atas beberapa bahan, seperti campuran ekstrak, vitamin,
mineral, dan asam amino, campuran bile salt, sodium sitrat, dan brilliant green, neutral red,
dan ferric citrate. Perbenihan ini mirip dengan Mc. Conkey Agar, hanya penggunaannya lebih
khusus lagi untuk basil gram negatif patogen enterik, sehingga dipakai untuk isolasi dari
spesimen tinja terutama, Salmonella danShigella yang keduanya memperlihatkan pada
pertumbuhan koloni yang tak berwarna. Medium SSA (Salmonella Shigella Agar) merupakan
medium diferensial untuk melakukan isolasi selektif dari enterobakter patogenik khususnya
genus Salmonella dan Shigella. Medium ini dapat menghampat pertumbuhan mikrobia
garam- positif (Pratiwi 2008).

Dalam pembuatan medium, harus digunakan juga aqudes atau air murni, karena air pada
umumnya mengandung kadar ion kalsium dan ion magnesium yang tertinggi. Pada
medium Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) dan SSA (Salmonella Shigella Agar) dapat
membantu untuk pertumbuhan pada suatu mikroorganisme (Pratiwi 2008).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum kita dapat menyimpulkan bahwa sterilisasi adalah suatu
proses mematikan atau menghilangkan mikroorganisme yang mungkin ada pada suatu benda,
agar banda atau alat yang akan digunakan tidak terkontaminasi oleh mikroba lain. Sterilisasi
yang dilakukan pada praktikum ini dengan dua cara yaitu sterilisasi kimiawi dan sterilisasi
fisika. Sterilisasi kimiawi menggunakan alkohol dan detergen, sedangkan sterilisasi secara
fisika menggunakan pemijran atau dengan api langsung dan jugs uap air panas bertekanan.
Pada praktikum pembuatan media (medium) menggunakan Eosin Methylene Blue
Agar(EMBA) dan SSA (Salmonella Shigella Agar) dapat membantu untuk pertumbuhan pada
suatu mikroorganisme.

B. Saran

Adapun saran pada praktikum ini adalah sebelum melakukan praktikum sebaiknya untuk
mensterilkan alat-alat dan diri kita masing-masing agar media atau bahan yang akan digunkan
tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme lain, dan pada pembuatan media (medium)
sebaiknya dilakukan dengan teliti agar pada praktikum tidak terjadi kesalah yang tidak
diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, S. 1994. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Iriatmanto. 2000. Petunjuk Praktikum Semester III. Yogyakarta: EGC

Kusnadi, Peristiwati dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Pelezar, Micheal. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas


Indonesia (UI-Press).

Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga

Sudarmadji, Slamet dkk. 2007. Prosedur Analisis Untuk Bahan Makanan Dan Penelitian Edisi Ke
Enam. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta

Suriawiria, Unus. 2005. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa

Adji, Dhirgo dkk. 2007. Perbandingan Efektifitas sterilisasi Alkohol 70% Inframerah, otoklaf Dan
Ozon Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Subtilis. Jurnal Saintvet. Vol 25. No 1.
Yogyakarta. Diakses pada tanggal 13 Mei 2017 pukul 08.55 WIB

Darwis, Darmawan dkk. 2009. Penentuan Dosis Sterilisasi Membran Selulosa Mikroba Dengan
Iradiasi Bekas Elektron Berdasarkan ISO 11137. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop Dan Radiasi.
ISSN 1907-0322. Vol 5. No 2. Jakarta. Diakses pada tanggal 13 Mei 2017 pukul 08.47 WIB

Hidayah, Nur & Maya Shovitri. 2012. Adaptasi Isolat Bakteri Aerob Penghasil Gas Hidrogen Pada
Medium Limbah Organik. Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol 1. ISSN: 2301-928x. Surabaya.
Diakses pada tanggal 13 Mei 2017 pukul 09.06 WIB

Anda mungkin juga menyukai