Anda di halaman 1dari 33

PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PERAWATAN SUBAIM
Jl. Trans Halmahera Desa Batu Raja Kec. Wasile Kode Pos : 97863
Email :pkmsbm188@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas Perawatan Subaim terletak di Jl.Trans Halmahera Desa Batu Raja
Kec. Wasile. Memiliki wilayah kerja 7 desa yaitu Desa Subaim, Waisuba, Cemara Jaya,
Batu Raja, Bumi Restu, Mekar Sari, dan Gulapapo.
Secara umum Puskesmas merupakan satuan organisasi yang memberikan
kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan untuk melaksanakan satuan tugas
operasional pembangunan di wilayah kerja. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pada
Pasal 4 disebutkan bahwasanya puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal 5 Permenkes RI
No 75/2014 meliputi:
1. Penyelenggaraan UKM (upaya kesehatan masyarakat) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
2. Penyelenggaraan UKP (upaya kesehatan perorangan) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 8 menyebutkan
bahwa puskesmas juga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya
subsistem upaya kesehatan; Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama di Puskesmas Perawatan
Subaim meliputi:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Rawat Inap

1
B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinisbertujuan untuk menjadi acuan bagi seluruh aktifitas
pelayanan klinis yang dilaksanakan di Puskesmas Perawatan Subaim, sehingga pada
akhirnya pelayanan klinis dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang pada
akhirnya dapat mendukung pencapaian standar pelayanan minimal (SPM).

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan klinis di Puskesmas Perawatan Subaim meliputi:
1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi kesehatan, pasien
terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian pendaftaran untuk dicatatkan data sosialnya
dan dibuatkan rekam mediknya. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke poli yang dituju.
2. Pemeriksaan pasien Rawat Jalan
Pemeriksaan pasien dilakukan di poliklinik sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien.
Pemeriksaan dilakukan di Poli umum, Poli gigi, KIA jika pasien dengan kondisi
membutuhkanrujukan, maka dilakukan rujukan rawat inap atau Tindakan di UGD
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien dapat merujuk
pasien ke unit penunjang (laboratorium) untuk mendapatkan pemeriksaan penunjang
yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai kondisi pasien.
4. Pelayanan kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat, maka pasien akan
diberi resep yang akan dibawa ke bagian farmasi untuk mendapatkan obat sesuai
dengan yang tertera dalam resep
5. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan yang lebih rinci
akan dirujuk ke unit terkait, misalnya konsultasi Gizi atau sanitasi.

D. Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk tujuan
pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan
lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah terjadinya kematian, keparahan dan kecacatan
sesuai dengan kemampuan puskesmas.
3. Rawat Inap adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk tujuan
pengamatan, diagnostis, pengobatan.
4. Pasien rawat jalan

2
Pasien puskesmas yang setelah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kondisinya dapat pulang ke rumah.
5. Pasien rawat inap adalah pasien Puskesmas yang mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan kondisi harus dilakukan perawatan lebih lanjut di Puskesmas.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dokter
untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan terapi terhadap pasien.
7. Konsultasi
Upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien mengenai hal
hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi kesehatannya.

E. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di Puskesmas
Bandar I:

Pelayanan Profesi Petugas


Poli umum
Dokter umum dr. Andy Ali Hamisi
Perawat Jaeba Abu, Amd. Keb
Poli gigi Dokter gigi drg. Putri Rahayu

Perawat gigi Rolina S. Aguli, SPRG


Kesehatan ibu dan anak Faradila A. Gafur, A.Md Keb
Bidan Sri Aningsih, Amd. Keb
Dian Anggreini Md. Keb
Suryani Paat, Amd. Keb
Sarbanun Yahya, Amd. Keb
Keluarga Berencana Bidan Poniawati, Amd. Keb
Gizi Klinis Ahli Gizi Muna Kabir, Amd.G
Hajar Taib, Amd. G
Laboratorium Analis lab Dessy A. Sandra DJ, Amd. AK
Erniati, Amd. AK
Kefarmasian Apoteker Nanang M. Ahzab, S.Si
Risnayanti, S. Si
UGD Perawat dan Suhada, Amd. Kep
Bidan Zulkarnain, Amd. Kep
Sulistyani, STr. Keb
Bambang Isa, S.Kep. Ns
Ari Puji Lestari, S.Kep. Ns
Rawat Inap Perawat Faris Rakib, S.Kep. Ns
Nurlaila Abdullah, Amd. Kep
Maimunah, Amd. Kep
Susilowati, Amd. Kep
Suwarsih, Amd. Kep
Eko widy Nugroho, Amd. Kep

4
Ruang Persalinan Bidan Widyawati, Amd. Keb
Suryani Paat, Amd. Keb
Tajriani T. Idrus, Amd. Keb
B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan
Puskesmas Perawatan Subaim memiliki 3 (tiga) poskesdes, sehingga pelayanan
dapat dilakukan di dalam gedung Puskesmas Induk juga bisa di lakukan di luar
gedung yang berada di poskesdes Subaim, Gulapapo, dan Bumi Restu.
 Dokter setiap hari bertugas di balai pengobatan umum, UGD dan Rawat Inap.
Jumlah dokter ada 1(satu). Puskesmas Perawatan Subaim masih kekurangan
tenaga dokter dihitung dari rasio penduduk. Bila ada pertemuan yang
menyangkut upaya klinis yang menjadi tugas keseharian dokter atau yang
berkaitan dengan tugas integrasinya, maka akan didisposisi untuk melakukan
pertemuan, sehingga pelayanan dilayani oleh perawat yang diberi
pelimpahan wewenang.
 Dokter gigi setiap hari bertugas di BP Gigi atau poli gigi. Jumlah dokter gigi
ada 1 (satu) menempati ruang gigi.
 Bidan setiap hari melakukan pelayanan diruangan KIA. Jumlah bidan ada 24
(dua puluh empat)terdiri dari 15 bidan PNS dan P3K 9. Masing-masing bidan
mempunyai spesifikasi ketugasan yang berbeda, misalnya sebagai
koordinator KIA, penanggung jawab kesehatan anak atau penanggung jawab
pelayanan KB (Keluarga Berencana) dan Penanggung jawab Ruang
Persalinan. Jika ada undangan pertemuan untuk bidan maka yang ditugasi
adalah disesuaikan dengan ketugasannya, sedangkan untuk kegiatan
puskesmas keliling dilakukan penjadwalan sesuai anggota tim. Untuk
melakukan kegiatan luar gedung, misalnya kunjungan ibu hamil risiko tinggi,
maka bidan akan menyesuaikan dengan kondisi pelayanan yang ada di
puskesmas.
 Perawat setiap hari melakukan ketugasan sesuai jadwal yang dibuat oleh
kepala Puskesmas dan koordinator Rawat Inap. Dalam pembuatan jadwal
perawat yang bertugas pada Rawat Jalan dibuat oleh Kepala Puskesmas
sedangkan penjadwalan Rawat Inap dibuat oleh koordinator Rawat Inap. Ada
tiga jenis pelayanan dalam gedung yang dilakukan perawat yaitu di Poli
umum, UGD dan Ruang Rawat Inap. Jumlah perawat ada 25(dua puluh lima)
orang. Perawat dibagi menjadi 2 bagian tempat kerja yakni (5 ) orang di rawat
jalan dan ( 20) orang di rawat inap bergabung dengan UGD. Setiap perawat
mempunyai tugas integrasi atau tugas lain yang diberikan Kepala Puskesmas,
misalnya penanggung jawab TBdll. Sehingga jika ada undangan yang

5
menyangkut ketugasanya perawat yang bersangkutan akan didisposisi
mengikuti kegiatan tersebut.
 Perawat gigi setiap hari bertugas di poli gigi bersama dokter gigi. Jumlah
perawat gigi ada 1 (satu) yang memiliki tugas integrasi.
 Nutrisionis setiap hari bertugas di poli gizi. Jumlah nutrisionis ada 3 (dua).
 Analis laboratorium setiap hari bertugas di ruang laboratorium. Jumlah analis
ada 2 (dua) ada yang mempunyai tugas integrasi.
 Apoteker setiap hari bertugas di pelayanan farmasi. Jumlah tenaga Farmasi
ada 2 (satu) yang setiap hari dibantu petugas lain yang diberi wewenang
mengelola apotik. Jika petugas Farmasiada undangan pertemuan maka
pelayanan Farmasi dilayani oleh petugas yang diberi wewenang di apotik..

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

JAL
JAL PARKIRAN MOTOR
TAMAN AN TAMA
AN
BUNGA MAS N
MAS
UK BUNGA TIANG
Tiang
BENDER UK
RA bendera LAPANGAN
WA A DR
T OP
JAL ARE
AN A

PARKIRAN
AMBULANCE

J T
POLI LOK RUANG KIA
A
L INFORMASI
A GU Ruang inap Ruang Rua J NUR NURSING
GIGI ET M DA
A KESLING wanita inap ng A SE STATION
N DAN A NG
PROMKES N U pria UGD L STA
M
A
B M A T
RUA S POLI U U N
NG U UMUM N M M
K
FAR G A
MAS A
RUANG TUNGGU S
I
U
K Ruang
MTB
S sterilis
DAN asi dan
GIZI cuci
WC alat
JA

W
N
A

A
R
L

RUANG
Ruang kapus ADMINIS LAB
A
NG
BU
N
MA
TA

TRASI
AP
IN
AT
W
RA

W W IMUNI Ruan VK dan Rec


C C SASI g wc ove
W P DAN oksig ry
A R VAKSI en roo lab
N I N m
I A
T
A
LOGI
RADIO
G.

R. MESIN

GEDUN
G GIZI
GEDUNG
RADIOLOGI /
RUANG
ISOLASI P2M

GEDUNG
FARMASI

7
GEDUNG GEDUNG GEDUNG GUDANG OBAT
RAWAT JALAN RAWAT INAP ISOLASI DAN ALKES
Poli umum Ruang Dokter dan Kamar Isolasi TB Ruang
Apotik Perawat Toilet Pasien Penyimpanan Stok
Poli Gigi Ruang Tata Usaha Obat
Poli KIA Toilet Pasien Ruang
Poli Gizi UGD Penyimpanan Alat
Pendaftaran Ruang Wanita Laboratorium
Ruang Tunggu Ruang Pria GEDUNG Ruang
MTBS Ruang DAPUR Penyimpanan Alat
Ruang konseling Penyimpanan Ruang Dapur Gizi Kesehatan
dan klinik sanitasi vaksin Toilet
Toilet Umum Ruang Sterilisasi
Ruang Kepala dan cuci alat
Puskesmas Laboratorium
Ruang Oxygen
Dapur Umum
Ruang Persalinan
Ruang
Nifas/Recovery
room
Ruang DOTS

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan pasien di bagi menjadi 4 gedung dipisahkan berdasarkan
tujuan pasien datang. Gedung 1 (satu) terletak di samping kiri untuk rawat jalan ,
sebelah kanan ruangan rawat inap, UGD , Laboratorium, Ruang persalinan masih
gabung dengan gedung rawat inap, dibelakang gedung rawat inap ada gedung rawat
isolasi pasien TB. Pembagian kedua gedung inibermaksud untuk memudahkan pasien
dalam mengakses pelayanan kesehatan. Poli umum merupakan ruangan dengan
ruang pemeriksaan dokter, termasuk didalamnya terdapat bed/tempat tidur pasien. Di
depan pintu masuk poli umum terdapat 1 (satu) meja untuk melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital pada pasien sedangkan 1 (satu) meja di dalam poli umum digunakan
untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau perawat.
Ruang KIA/KB bersebelahan dengan ruang Poli umum, ruang KIA KB dijadikan
satu untuk mempermudah pemberian pelayanan KIA dan KBseperti pemeriksaan ibu
hamil, pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin untuk ruang imunisasi terpisah
tergabung didalam rawat inap dikarenakan masih keterbatasan ruangan. Namun
demikian tidak menjadikan keterbatasan dalam pemberian pelayanan seperti
pemberian imunisasi. Sebalah kanan Ruang KIA/KB adalah ruang Promkes dan klinik
sanitasi. Ruangan KIA , dilengkapi dengan meja administrasi, 1 (satu) bed

8
pemeriksaan, lemari peralatan,meja instrumen, rak dokumen, dan perangkat laptop
pendukung sistem informasi puskesmas yang diletakkan di atas meja dekat pintu
masuk ruang KIA/KB.
Ruang pelayanan Gigi dilakukan oleh 1 (satu) dokter gigi dan 1 (satu) perawat
gigi. Ruangan ini dilengkapi peralatan yang sudah memadai seperti satu dental unit,
sterilisator, wastafel dan 2 (dua) meja administrasi. Dilengkapi dengan laptop sebagai
pendukung sistem informasi Puskesmas
Ruang Konsultasi Gizi bergabung dengan raung MTBS karena keduanya saling
keterkaitan dalam pemberian pelayanan menyangkut gizi balita maupun yang
membutuhkan penanganan gizi secara intensif.Selain itu petugas juga lebih mudah dan
nyaman ketika menyusun program maupun menyusun laporan.Ruang ini terdiri dari dua
meja kerja untuk konsultasi, timbangan, handrub, pengukur panjang badan seperangkat
alat bantu peraga seperti food model yang diletakkan di dalam lemari.
Ruang laboratorium terdiri dari 2 ruanganterdiri dari : 1 ruangan untuk menerima
pasien dan ruang tunggu, 1 ruangan untuk pengambilan, 1 ruangan untuk pemeriksaan
laboratorium. Fasilitas yang lain terdapat 1 (satu) meja kerja yang digunakan untuk
penerimaan pasien, , 1 (satu) almari untuk penyimpanan alat dan bahan laboratorium,
wastafel, 1 (satu) meja untuk meletakkan alat-alat laboratorium dan beberapa peralatan
pemeriksaan laboratorium.
Ruang farmasi terdiri dari 1 ruangan, dilengkapi dengan almari obat, meja
peracikan obat dan seperangkat lptop untuk pendukung sistem informasi
Puskesmas.Ruang penyimpanan obat ada di gudang obat dilengkapi dengan rak-rak
penyimpanan obat.
Ruang persalinan terdiri dari 2 ruangan terdiri dari : ruang tindakan, ruang nifas,
dan kamar mandi. Fasilitas pada persalinan terdiri dari : 1 tempat tidur ginekologi, 1
tempat tidur tindakan, 1 tempat tidur nifas, 1 tempat tidur bayi, , 1 kamar mandi di ruang
tindakan, dilengkapi dengan peralatan kebidanan yang lain.
Ruang UGD terdapat 1 ruangan. Terdapat 2 bed tindakan, kursi roda, long spinal
board, skop streacer, lemari obat dan alat, troly, timbangan bayi dan dewasa.
Dilengkapi peralatan yang lain.
Ruang Rawat Inap terdiri dari : Ruang jaga perawat, bidan dan dokter dan
ruang pasien yang terdiri dari 12 bed. 2 ( dua) bed untuk pasien anak dan 8 bed untuk
pasien dewasa serta 2 bed untuk pasien isolasi. Di rawat inap juga dilengkapi dengan
peralatan yang menunjang pelayanan kepada pasien.

9
2. Peralatan
Ruang Alat
Poli Umum  Tensimeter
 stetoskop
 termometer
 senter
 timbangan berat badan
 pengukur tinggi badan
 pita pengukur

Poli Gigi  scaling elektric


 dental unit
 light curing
 cabut gigi permanen
 tang cabut gigi decidui
 plastis instrumen
 sonde
 exavator
 pincet
 kaca mulut
 scalpel
 elevator
 tensimeter
 stetoscope
 dll
Ruang KIA  tensimeter
 stetoskop
 stetoskop laennec
 termometer
 doppler
 KB set
 Midline
 Spuit
 Pita pengukur lila
 Refleks Hammer
 Pengukur panggul
 Timbangan bayi
 Timbangan dewasa
 Pengukur tinggi badan
Ruang laboratorium  Centrifuge darah

10
 Centrifuge urine
 Box fiksasi
 HB Set
 Lampu spiritus
 Objek glass
 Deck galass
 Tabung
 Mikroskop
 Spuit
Ruang farmasi  Timbangan obat
 Blender
 Laminator
 Kalkulator
 Plastik obat
 Mesin puyer
 Kertas puyer
 Label obat
 Sendok obat
Pendaftaran  Alat tulis
 Buku register
 Rak status
 Komputer
 Nomor antrian
 Lemari
Ruang persalinan  Partus set
 Stetoskop
 Doppler
 Tensi meter
 Timbangan Dewasa
 Timbangan bayi
 Vacum ekstraksi set
 Curetase set
 Leanec
 Midline
 Slim secher
 Oksigen
 Infram warmer
 Incubator
 Stirilisator
 Nebulizer
 Resusitasi set bayi
Rawat Inap dan UGD  Tabung O2 dan humidifier
 Nebulizer set
 Suction
 Lampu tindakan
 Sterilisator

11
 Sketsel
 Heacting set
 Spuit
 Aligator
 Nierbeken
 Kom
 Tromol kassa
 Timbangan bayi
 Timbangan dewasa
 Stetoscope
 Tensimeter
 Termometer

12
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. BP Umum
1. Petugas Penanggung jawab
 Dokter
2. Perangkat Kerja
 Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
3. Tatalaksana
 Petugas melakukan pemanggilan pasien.
 Petugas melakukan anamnese untuk mengetahui keluhan dan kondisi
pasien lebih lanjut dan memeriksa tanda vital pasien, kemudian
mencatatkannya di rekam medis. Pasien dipersilakan menuju meja dokter.
 Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan mencatatkannya di
rekam medis. Bila dokter merasa pasien perlu mendapatkan pemeriksaan
lebih lanjut, maka dokter akan membuat surat rujukan baik internal atau
eksternal dan memberikannya kepada pasien. Bila tidak, maka pasien
mendapatkan resep sesuai kondisi penyakitnya.

B. Poli Gigi
1. Petugas Penanggung jawab
 Dokter gigi
 Perawat gigi
2. Perangkat kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Dental unit
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien.
 Pasien masuk ke dalam ruangan poli gigi.
 Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Pasien disiapkan di kursi gigi untuk
diperiksa dokter.
 Dokter memeriksa kondisi kesehatan mulut pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Bila pasien memerlukan tindakan
perawatan gigi, maka dokter gigi akan melakukan tindakan. Bila tidak
13
dan pasien membutuhan obat, maka dokter akan menuliskan resep
untuk pengambilan obat di farmasi.

C. KIA dan KB
1. Petugas Penanggung jawab
 Bidan
2. Perangkat Kerja
 Tensi meter
 Stetoskop
 Doppler
 Spuit
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien.
 Pasien masuk ke poli KIA.
 Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital serta
mencatatakannya di rekam medis.
 Pasien ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya akan
dipersilakan naik ke bed periksa untuk dilakukan pemeriksaan kondisi
kehamilannya. Hasil pemeriksaan akan dicatat di rekam medis.
 Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, ibu hamil akan
dirujuk internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi immunisasi.
 Bila sudah selesai ibu hamil diberi resep untuk pengambilan vitamin
atau obat lainnya.
 Pasien bayi yang akan immunisasi akan diperiksa dulu apakah cukup
sehat untuk mendapatkan immunisasi hari ini.
 Bila kondisi bayi sehat, maka bayi akan diberi jenis immunisasi sesuai
jadwalnya. Untuk jenis immunisasi yang dapat menimbulkan demam,
kepada orang tua bayi akan deberi resep pengambilan obat penurun
panas.
 Pasien peserta KB akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi,
kemudian akan diberikan pelayanan KB sesuai keinginan pasien.
 Pasien yang akan dilakukan tindakan KB segera menuju ke poli KB
untuk mendapatkan tindakan.
 Pasien calon pengantin akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi.
Bila memerlukan immunisasi, maka calon pengantin akan diberi
immunisasi.

14
D. Laboratorium

1. Petugas Penanggung jawab


 Analis laboratorium
2. Perangkat Kerja
 Alat pelindung Diri
 Microscope
 Centrifuge
 Alat periksa gula darah, asam urat dan kolesterol
 Rotator
 Fotometer
 Hematologi analiser
 dll
3. Tatalaksana
 Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urutnya dan menerima
surat permintaan laboratorium yang dibawa dari perujuk.
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan reagen yang sesuai dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
 Petugas menerima spesimen yang akan diperiksa, atau petugas sendiri
yang melakukan pengambilan spesimen dari pasien.
 Petugas mempersilakan pasien menunggu diluar sementara petugas
melakukan pemeriksaan terhadap spesimen.
 Bila hasil pemeriksaan sudah keluar, petugas memanggil pasien dan
menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk diserahkan ke unit
perujuk.
 Untuk pasien rawat inap, petugas laboratorium mendatangi ruang rawat
inap dan memeriksa RM untuk melihat apakah ada permintaan
laboratorium.
 Jika ada permintaan laboratorium petugas laboratorium segera
mengambil lembar permintaan laboratorium yang diselipkan di RM pasien.
 Petugas laboratorium menyiapkan alat dan reagennya.
 Petugas laboratorium mengambil sampel yang akan diperiksa pada
pasien.
 Petugas memberikan hasil laboratorium kepada petugas rawat inap untuk
di follow up.

15
E. Farmasi
1. Petugas Penanggung jawab
 Apoteker
2. Perangkat Kerja
 Alat tulis
 Blender obat
 Kertas pembungkus obat
 Plastik pembungkus obat
 Alat pembungkus obat
3. Tatalaksana
 Pasien meletakkan lembar resep di keranjang yang telah disediakan dan
menunggu obat disiapkan.
 Petugas mengambil lembar resep dan membacanya untuk memastikan
resep dapat dibaca dengan jelas dan obat-obat yang tertulis di dalam
lembar resep tersedia.
 Apabila ada keraguan atau kekurangjelasan, maka petugas akan
menanyakan kepada petugas yangmenulis resep.
 Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di resep dan
memasukkannya ke dalam bungkus plastik, menuliskan informasi
penggunaan obat di bungkusnya dan kemudian menyerahkannya kepada
pasien.
 Sambil menyerahkan obat, petugas juga menyampaikan informasi yang
perlu diketahui pasien atau keluarganya sehubungan dengan penggunaan
obat.

F. UGD DAN RAWAT INAP


1. Petugas Penanggung Jawab
Dokter
2. Perangkat Kerja
 Stetoskop
 Tensimeter
 Termometer
 Heacting set
 Nebulizer
 Suction
 Dll
3. Tatalaksana

16
 Pasien masuk UGD
 Petugas menyarankan pasien tidur ditempat tidur tindakan
 Petugas/dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan TTV.
 Petugas / dokter melakukan pemeriksaan lain secara head to toe
 Bila pasien di indikasikan untuk rawat inap langsung diberi tindakan
pemasangan infus
 Jika pasien tidak indikasi rawat inap diberi tindakan sesuai dengan
keluhanya.
 Pasien yang indikasi rawat inap langsung dipindahkan ke dalam ruang
rawat inap.
 Pasien yang tidak indikasi rawat inap di perbolehkan pulang setelah
menyelesaikan administrasi.
 Sebelum pulang pasien diberi informasi tentang kapan kontrol, apa
yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan selama perawatan di
rumah.

17
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka perlu


didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan
yang baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan usulan pemegang program
yang sudah berdasarkan hasil pemetaan masalah. Ketersediaan logistik harus dijamin
kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan.Pengadaan
alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis Puskesmas diselenggarakan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

18
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
6. Tidak Terjadinya pasien jatuh
Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut adalah
:
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien
dan tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat atau tindakan
lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.
Prosedur dalam identifikasi pasien :
1. Petugas Puskesmas mengidentifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien
mendaftar, memperoleh pelayanan sampai pasien pulang terutama pasien
anak dan bayi,
2. Petugas Puskesmas mengawali dengan memperkenalkan diri pada pasien,
3. Petugas Puskesmas menanyakan data pasien meliputi: nama lengkap pasien,
umur/tanggal lahir dan pernah di rawat di Puskesmas Subaim untuk pencarian
nomor rekam medis yang lama (Jangan menyebutkan nama atau
menanyakan apakah nama pasien sudah benar, Sebaliknya, minta
pasien untuk menyebutkan namanya),
4. Setiap sebelum memberikan pelayanan pasien, petugas rawat inap harus
melakukan identifikasi pasien,
5. Petugas Puskesmas menggunakan komunikasi aktif (berupa pertanyaan
terbuka) dalam mengidentifikasi pasien,
6. Petugas rawat inap memberikan pertanyaan terbuka menanyakan nama
lengkap pasien; “Siapa nama lengkap Bapak / Ibu?”

19
7. Saat pasien menyebutkan nama lengkapnya, petugas rawat inap
mencocokkan dengan gelang identitas pasien.
8. Petugas Puskesmas memberikan pertanyaan terbuka menanyakan tanggal
lahir pasien/ umur ; “Kapan tanggal lahir/ umur Bapak / Ibu?”
9. Saat pasien menyebutkan tanggal lahirnya, Petugas Puskesmas
mencocokkan dengan gelang identitas pasien.
10. Petugas Puskesmas dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan
diberikannya bila kedua identitas yang disebutkan pasien telah sesuai dengan
yang tercantum dalam gelang identitas,
11. Petugas Puskesmas melakukan konfirmasi dengan keluarga bila salah satu
identitas yang disebutkan pasien tidak sesuai dengan yang tercantum dalam
gelang identitas,
12. Petugas Puskesmas menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan medis
yang akan diberikannya.
13. Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi mis pada pasien tidak
sadar , tidak dapat berkomunikasi karena terhalangmasalah bahasa dan
tidak ada penerjemah, karena usia (bayi), gangguan kognitif (dementia atau
kelainan mental), Identifikasi dilakukan dengan memeriksa Nama lengkap
pasien dan Identitas lain (seperti tanggal lahir, KTP) pada gelang identitas
pasien, dicocokan dengan informasi yang telah dimiliki ruang rawat inap
(rekam medis, resep, atau tabung specimen).
14. Petugas Puskesmas yang memasanggelang identitas pasien harus
menuliskan tanggal dan jam masuk Puskesmas pada gelang identitas,Untuk
identifikasi pasien terlantar/ tidak ada keluarga,
15. Petugas Puskesmas dalam mengidentifikasi pasien terlantar/ tidak ada
keluarga (Mr X1, Mr X2 dst) dengan mencocokkan gelang identitas pasien
yang meliputi nama pasien, tanggal dan jam masuk UGD Puskesmas dan
nomor rekam medis,
16. Dalam mengidentifikasi bayi baru lahir petugas Puskesmas memberikan
gelang identitas bayi lahir denganmemberikan nama lengkap ibu (Contoh: By
Ny. Ana Suryana) dan nomor rekam medis ibu. Dalam waktu 24 jam pada
gelang identitas bayi ditambahkan nomor rekam medis bayi dan dibuatkan
rekam medik baru dan terpisah dari ibu,
17. Petugas Puskesmas memberikan gelang identitas sesuai waktu bayi lahir
dengan memberikan nama ibu dan nomor rekam medis ibu ditambah nomor
urut kelahiran (Contoh: By Ny. Ana Suryana 1, By. Ny Ana Suryana 2) untuk
mengidentifikasi bayi kembar baru lahir,

20
18. Koordinator rawat inap dan ruang persalinan melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan identifikasi pasien di tiap-tiap unit masing-masing,
Koordinator rawat inap dan ruang persalinan merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.
2. Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien
Prosedur pemasangan gelang pasien yang benar adalah
a) Petugas Puskesmas menganamnesa identitas pasien pada saat proses
identifikasi pasien,
b) Petugas Puskesmas membuat label pada gelang identitas pasien memuat 4
(empat) identitas pasien, yaitu nama lengkap di sisi kiri atas, tanggal lahir/
umur di sisi kiri bawah, jenis kelamin (P untuk perempuan dan L untuk laki-
laki) di sisi kanan bawah, dan nomor rekam medis di sisi kanan atas.
Tn. Abdul Ghofur 313.10.88
13 Februari 1986 (28) L

c) Petugas UGD dan ruang persalinan memasangkan gelang identitas pasien


sewaktu pasien masuk pada unitnya masing-masing,
d) Petugas menanyakan nama lengkap dan tanggal lahir pasien sebelum
memasangkan gelang identitas pasien,
e) Petugas memasang gelang identitas pasien pada tangan yang tidak dipasang
infuse,
f) Pasang gelang identitas pasien dengan memberi ruang/ jarak kulit dengan
gelang ± 2 cm. (lihat gambar)

g) Petugas mengganti gelang identitas bila selama perawatan gelang identitas


rusak atau terjadi infeksi pada lokasi pemasangan gelang, .
h) Petugas melepaskan gelang identitas di ruang rawat inap / ruang persalinan
bila pasien pulang atau meninggal oleh perawat/ bidan penanggung jawab
pasien,

21
i) Petugas melepaskan gelang identitas dengan cara memasukkan jari diantara
tangan pasiendan gelang Identitas kemudian menggunting gelang identitas
tersebut,

Cara pengguntingan lihat gambar

a) Petugas membuang gelang yang sudah digunting ke tempat sampah,


b) Bila pasien menolak pemasangan gelang identitas maka pasien harus
menandatangani formulir penolakan tindakan,
c) Koordinator rawat inap dan ruang persalinan melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan pemasangan gelang identifikasi pasien di tiap-tiap unit
masing-masing,
d) Koordinator rawat inap dan ruang persalinan merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.

3. Meningkatkan komunikasi effektif


Prosedurnya adalah :
Metode Komunikasi Verbal
1. Petugas rawat inap/ ruang persalinan melaporkan kondisi pasien/ hasil test
laboratorium yang kritis kepada Dokter penaggungjawab menggunakan teknik
Komunikasi SBAR (Situation - Background – Assessment –
Recommendation),
2. Dokter memberi instruksi verbal kepada maka Petugas rawat inap/ ruang
persalinan,
3. Petugas rawat inap/ ruang persalinan menerapkan write down read back/
TBaK Tulis Baca Kembali,
4. Petugas rawat inap/ raung persalinan yang menerima instruksi per telepon/
lisan/ hasil test laboratorium yang kritis menuliskan/ Tulis (write down) pesan
yang disampaikan pengirim di catatan terintegrasi,
5. Petugas rawat inap/ ruang persalinan yang menerima instruksi secara verbal
/ lisan bertanggung jawab untuk mencatatinstruksi tersebut pada lembar
catatan terintegrasi di status rekam medis pasien meliputi :

22
a. Tanggal dan jam pesan diterima.
b. Dosis yang akan diberikan dan waktu pemberian harus spesifik untuk
menghindarikesalahan penafsiran.
6. Petugas rawat inap/ ruang persalinan membacakan kembali /BaK (read back)
kepada pengirim pesan per telepon/ lisan untuk konfirmasi kebenaran
pesan yang dituliskan, termasuk nama pasien, tanggal lahir dan
diagnosis.setelah dituliskan, pesan/ hasil test laboratorium yang kritis ,
7. Petugas rawat inap/ ruang persalinan menulis nama dokter yang memberikan
pesan,
8. Petugas rawat inap/ ruang persalinan menulis nama dan tanda tangan
sebagai tanda yang menerima pesan,
9. Petugas rawat inap/ ruang persalinan memverifikasi dokter pengirim pesan
dengan menandatangani catatan pesan yang ditulis penerima pesan sebagai
tanda persetujuan dalam waktu 1 x 24 jam.
Metode Komunikasi Tertulis:
10. Dokter menuliskan instruksi harus dilakukan secara lengkap dapat terbaca
dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi,
11. Dokter menuliskan harus menuliskan nama lengkap dan tanda tangan
penulis, serta tanggal dan waktu penulisan instruksi setiap penulisan instruksi,
12. Dalam menuliskan instruksi dokter hendaknya menghindari penggunaan
singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi menimbulkan masalah dalam
penulisan instruksi dan dokumentasi medis (misalnya catatan lanjutan
keperawatan, anamnesis, pemeriksaan fisis, pengkajian awal keperawatan,),
13. Koordinator rawat inap dan ruang persalinan melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan komunikasi effektif di tiap-tiap unit masing-masing,
14. Koordinator rawat inap dan ruang persalinan merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.

4. Penerapan 7 benar dalam menunjang medication safety

Prosedur

a. Benar Pasien:
1. Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam mengidentifikasi
pasien,
2. Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi
tertulis,
3. Petugasmenganamnesis riwayat alergi pasien,
4. Petugasmenganamnesis kehamilan/ menyusui,

23
5. Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini
dan membuat daftar obat- obat tersebut,
6. Petugasmembandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang
digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian,
kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).
7. Petugasmengidentifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan
kewaspadaan tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten double
check.

b. Benar Obat
1. Petugasmemberi label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat,
baskom obat), dan larutan lain.
2. Petugasmenuliskan pada label nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas,
pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak
digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.
3. Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan minimal 2 orang secara
verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang memberikannya
ke pasien,
4. Petugasmelakukan pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat
disiapkan jika tidak segera diberikan,
5. Petugas memberi label pada syringes setelah obat disiapkan/diisi ( jangan pada
saat syringe masih kosong)
6. Petugasmenyiapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya
untuk satu obat atau larutan pada satu saat,
7. Petugasmembuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya,
8. Saat pergantian tugas/ jaga, petugas mereview semua obat dan larutan oleh
petugas lama dan petugas baru secara bersama,
9. Petugas mengubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat,
10. Dua petugas yang berkompeten mengecek kebenaran jenis obat yang perlu
kewaspadaan tinggi ,
c. Benar Dosis
1. Dua orang yang berkompeten mengngecek dan menghitung (double cek) jika
ada untuk dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan tinggi,
2. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan resep jika ragu,.
3. Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk menghindari
gangguan.
d. Benar Waktu
1. Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang ditentukan:

24
 sebelum makan, setelah makan, saat makan.
 Perhatikan waktu pemberian:
 3 x sehari  tiap 8 jam.
 2 x sehari  tiap 12 jam. Sehari sekali  tiap 24 jam. Selang sehari 
tiap 48 jam
2. Petugas memberikan obat dengan segera setelah diinstruksikan oleh dokter,
3. Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki masa kadaluarsa.
e. Benar Cara/ Route Pemberian
1. Petugas memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat, bentuk dan
jenis obat :
 Slow-Release tidak boleh digerus
 Enteric coated tidak boleh digerus.
 Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/
sirup,
2. Petugas dalam memberikan obat obat sedapat mungkin berjarak dan
jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
f. Benar Dokumentasi
1. Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah
mendapat obat,
2. Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/ paraf setelah
memberikan obat pada dokumen rekam medik,
3. Petugas/ dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/ dosis/
jadwal/ cara pemberian obat
4. Dokter memberikan coretan dan terakhir garis( ujungnya) diberi paraf jika
penulisan resep salah,
Contoh:
Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
5. Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek
Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden +
Formulir Pelaporan Efek Samping Obat
6. Petugas melaporkan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit
Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke Komite
Farmasi dan Terapi,
7. Petugas mendokumentasikan KNC terkait pengobatan, :
 Format PelaporanInsiden ke Tim Keselamatan Pasien.
 Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
g. Benar Informasi

25
1. Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/ pengobatan harus
dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
2. Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
3. Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
4. Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien,

5. Pengkajian resep obat


Prosedur :
A. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik :
1. Petugas memeriksa identitas pasien: nama pasien, nomor rekam medis,
penjamin, ruang rawat,berat badan (terutama pada pasien pediatri),
2. Petugas memeriksa kelengkapan resep: diagnosis, nama dokter yang
merawat, nama obat, bentuksediaan obat, jumlah obat, dan aturan pakai,
3. Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu), maka
petugas mengkonfirmasi kedokter yang bersangkutan untuk mengetahui
dosis maksimal seharisehingga etiket bisa dilengkapi dan diketahui jumlah
obat yang dibutuhkan,
4. Petugas memeriksa adanya masalah lain seperti masalah keuangan atau
kelengkapan persyaratanresep jaminan,
5. Petugas memeriksa adanya kesesuaian dengan pedoman
pelayanan/peraturan yang berlaku,

B. Pengkajian dari aspek klinik


6. Petugas memeriksa ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan
obat, terutama untuk pasienpediatri dan geriatric,
7. Petugas memeriksa adanya duplikasi obat,
8. Petugas memeriksa adanya alergi pada pasien disesuaikan dengan
rekam medic,
9. Petugas memeriksa adanya interaksi obat,
10. Petugas memeriksa adanya kontraindikasi,
11. Petugas mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan resep/
instruksi pengobatan,
C. Penanganan Resep yang Bermasalah
12. Apoteker/ asisten apoteker menghubungi dokter penulis resep/ perawat
sesuai dengan instruksi Kerja Penanganan Resep Tidak Jelas ,
13. Dokter / perawat mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan menulis
perbaikan di atas coretan kemudian membubuhkan parafdan tidak boleh
menindih dengan tulisan yang baru,

26
14. Jika dokter tidak dapat datang untuk memperbaiki resep apoteker/asisten
apoteker/ perawat dapat mengubah resep dokter dengan memberi
catatan nama dokter dan waktu (tanggaldan jam) dilakukannya konfirmasi,
15. Jika dalam menulis resep dokter/ perawat terdapat lebih dari 2 (dua)
coretan maka harus diganti dengan lembar resep baru,
16. Jika dokter / perawat dalam menulis tanggal pada resep harus diganti
dengan resep baru.

6. Melakukan tindakan skin test sebelum memberikan injeksi antibiotik


Prosedur :
1) Dokter mencatat terapi obat injeksi di dalam rekam medis
2) Petugas selalu melakukan skin test dengan memasukkan obat yang akan
diberikan secara intra kutan
3) Petugas mengecek hasil test setelah 3-5 menit
4) Jika terdapat tanda – tanda alergi misal durasi membesar, kemerahan dan
pasien merasakan gatal disekeliling tempat suntikan, maka dinyatakan hasil
skin test positif
5) Jika tanda-tanda di atas tidak ada, maka dinyatakan negatif dan obat bisa
diberikan melalui intra vena.

7. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas


Penerapan cuci tangan dengan benar di setiap sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala,
kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.

27
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik

Prosedur cuci tangan :


1. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan sebelum kontak dengan
pasien,
2. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan sebelum melakukan
tindakan aseptik,
3. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan
pasien,
4. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan setelah terpajan dengan
cairan tubuh pasien,
5. Semua petugas harus melakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan
area sekitar pasien,
6. Keluarga, pegunjung, relawan dan individu yang berkunjung harus
melakukankebersihan tangan sebelum makan, setelah makan, setelah dari
kamar mandi, setelahkontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien,
7. Koordinator rawat inap mengecek ketersediaan adanya handrub , poster
tentang kebersihan tangan didinding setiap ruangan pasien,
8. Semua petugas melepaskan perhiasan atau jam tangan saat mencuci tangan,
9. Semua petugas harus memotong kuku jika kuku panjang,
10. Semua petugas Mencuci tangan dengan air yang mengalir dibutuhkan waktu
40-60 detik dengan handrub cukup 20-30 detik,
11. Semua petugas melakukan kebersihan tangan dengan enam langkah sesuai
dengan langkah yang sudah ditetapkan.

28
8. Penilaian pasien jatuh pada anak, dewasa dan geriatri
Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat risiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

29
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh


masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di puskesmas
semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar puskesmas ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana
dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui
upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus menjamin
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja
maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
sekita.
Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas,
aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan lancar.
Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan
KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja

30
1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye
shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok

BAB VIII

31
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu
produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada
pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-
langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung
sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan
terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu
dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan
kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.

BAB IX

32
PENUTUP

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan


kesehatan di wilayah kabupaten Halmahera Timur adalah dinas kesehatan kabupaten
Halmahera Timur. Sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan
kabupaten Halmahera Timur sesuai dengan kemampuannya. Tujuan pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan nasional.Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

33

Anda mungkin juga menyukai