TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Dalam kesehariannya manusia tak pernah lepas dari masalah kesehatan, baik itu menyangkut
air bersih, air buangan atau sampah jika tidak dirancang atau dikelola dengan baik Kesehatan
merupakan hal yang sangat berharga bagi manusia. Menjaga kesehatan manusia dapat dimulai
dengan menjaga kesehatan lingkungannya, baik tempat bekerja atau tempat pemukimannya
(Tresna Sastrawijaya, 1991).
Dalam hal ini, fasilitas sistem plambing yang baik memberikan andil yang cukup penting bagi
manusia untuk menjaga kesehatan lingkungan gedung tempat bekerja atau bermukim, dan
berperan besar dalam membantu kelancaran dari operasional gedung itu sendiri, misalnya saja
dalam memenuhi kebutuhan air bersih ataupun penyaluran air buangan dengan cepat
(Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).
Fungsi dari peralatan plambing adalah:
Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup,
Membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting
lainnya.
Selain itu peralatan plambing juga ditujukan untuk penyaluran gas, penyaluran air hujan dan
pencegahan bahaya kebakaran dalam suatu bangunan (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo
Morimura, 2000).
II-2
Jelas bahwa pencegahan gejala pukulan air menyangkut tindakan untuk mengatasi
keadaan-keadaan diatas, dan meliputi cara-cara berikut ini (Soufyan M.Noerbambang dan
Takeo Morimura, 2000):
Menghindarkan tekanan kerja yang terlalu tinggi;
Menghindarkan kecepatan aliran yang terlalu tinggi;
Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan-air;
Menggunakan dua katup-bola-pelampung pada tangki air.
2.2.1.4 Sistem Penyediaan Air Dingin
Sistem penyediaan air dingin yang banyak digunakan dapat dikelompokkan dalam berbagai
jenis yaitu (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).
1. Sistem sambungan langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama
penyediaan air bersih Perusahaan Air Minum;
2. Sistem tangki atap
Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (yang berada di
lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah) dan kemudian dipompakan ke suatu
tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan, ini
dilakukan jika tekanan air kecil dari pipa utama, tapi jika tekanan air cukup tinggi tangki
bawah dapat dihilangkan;
3. Sistem tangki tekan
Kerja dari sistem ini yaitu air yang telah ditampung di dalam tangki bawah dipompakan ke
dalam suatu bejana (tangki) tertutup, sehingga udara di dalamnya terkompresi dan air
dapat dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan;
4. Sistem tanpa tangki (booster system)
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun baik tangki bawah, tangki tekan, ataupun
tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa
menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya, pipa utama Perusahaan Air Minum).
2.2.1.5 Pompa
Pompa yang menyedot air dari tangki bawah atau tangki bawah tanah dan mengalirkannya ke
tangki atas atau tangki atap dinamakan pompa angkat (mengangkat air dari bawah ke atas),
sedangkan pompa yang mengalirkan air ke tangki tekan dinamakan pompa tekan. Pompa
penyediaan air dapat diputar oleh motor listrik, motor turbin, motor baker, dan sebagainya
(Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).
Jenis-jenis pompa penyediaan air yang banyak digunakan adalah (Soufyan M.Noerbambang
dan Takeo Morimura, 2000):
1. Pompa sentrifugal
Komponen dari pompa sentrifugal adalah impeller dan rumah pompa. Pompa dengan
impeller tunggal disebut pompa tingkat tunggal (single stage). Apabila beberapa impeller
dipasang pada satu poros dan air dialirkan dari impeller pertama ke impeller kedua dan
seterusnya secara berturutan, disebut pompa dengan tingkat banyak (multi stage)
2. Pompa submersibel
Pompa submersibel adalah suatu pompa dengan konstruksi di mana bagian pompa dan
motor listriknya merupakan suatu kesatuan dan terbenam dalam air. Pompa submersibel
terbagi atas pompa turbin untuk sumur dan pompa submersil untuk sumur dalam.
Kelebihan dan ciri-ciri pompa submersibel, adalah (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo
Morimura, 2000):
II-3
Tidak diperlukan suatu bangunan pelindung pompa;
Tidak berisik;
Konstruksinya sederhana, karena tidak ada poros penyambung dan bantalan perantara;
Pompa dapat bekerja pada kecepatan putaran tinggi;
Mudah dipasang;
Harga relatif murah.
II-4
2.2.2.3 Sistem Pipa
Sistem penyediaan air panas dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan sistem
pipa, cara pengaliran dan cara sirkulasinya.
Menurut sistem pipanya dapat dibagi menjadi dua macam yaitu (Soufyan M.Noerbambang
dan Takeo Morimura,2000):
1. Sistem aliran ke atas (up feed)
Air panas dialirkan kepada alat-alat plambing melalui pipa-pipa cabang dari suatu pipa
utama yang di pasang pada lantai terbawah gedung;
2. Sistem aliran ke bawah (down feed)
Air panas dialirkan kepada alat-alat plambing melalui pipa-pipa cabang dari suatu pipa
utama yang dipasang pada lantai paling atas gedung.
Menurut cara penyediaannya dibagi lagi menjadi dua macam yaitu (Soufyan M.Noerbambang
dan Takeo Morimura,2000):
1. Sistem pipa tunggal
Pipa hanya akan mengantarkan air panas dari tangki penyimpanan atau pemanas tanpa
pipa balik;
2. Sistem sirkulasi atau dua pipa
Pipa akan menghantarkan air panas dari tangki penyimpanan atau pemanas dan kemudian
air akan dibalikkan kembali ke tangki penyimpanan dengan pipa balik apabila tidak ada
pemakaian air panas pada alat plambing.
Sedangkan menurut cara sirkulasinya dibedakan atas sirkulasi gravitasi dan sirkulasi paksaan
dengan menggunakan pompa.
II-5
2.2.3.2 Sistem Penyaluran Air Buangan
Sistem pembuangan air terdiri atas (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000):
1. Sistem pembuangan air kotor dan air bekas
Sistem ini terdiri atas 2 macam yaitu:
Sistem tercampur: sistem pembuangan yang mengumpulkan dan mengalirkan air kotor
dan air bekas kedalam satu saluran;
Sistem terpisah: sistem pembuangan yang mengumpulkan dan mengalirkan air kotor
dan air bekas kedalam saluran yang berbeda.
2. Sistem penyaluran air hujan
Pada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan yang terpisah dari
sistem pembuangan air bekas dan air kotor. Jika dicampurkan, maka apabila saluran
tersebut tersumbat, ada kemungkinan air hujan akan mengalir balik dan masuk kedalam
alat plambing terendah dalam sistem tersebut.
Dalam sistem penyaluran air buangan, air buangan yang biasanya mengandung bagian-bagian
padat harus mampu dialirkan dengan cepat. Untuk maksud tersebut pipa pembuangan harus
mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup dan sesuai dengan banyak dan jenis air
buangan yang akan dialirkan. Sistem penyaluran air hujan pada prinsipnya hanya mengalirkan
debit hujan yang terjadi di atap bangunan ke tempat yang diinginkan, seperti: drainase
perkotaan.
II-6
5. Perangkap tidak boleh dibuat dengan konstruksi di mana ada bagian bergerak ataupun
bidang-bidang tersembunyi yang membentuk sekat penutup.
Perangkap alat plambing dapat dikelompokkan sebagai berikut (Soufyan M.Noerbambang
dan Takeo Morimura, 2000):
1. Yang dipasang pada alat plambing
Perangkap jenis P, berbentuk menyerupai huruf P dan banyak digunakan. Perangkap
jenis ini dapat diandalkan dan sangat stabil kalau dipasang pipa ven. Perangkap jenis P
biasanya dipasang pada kloset, lavatory, dan lain-lain;
Perangkap jenis S, berbentuk menyerupai huruf S dan seringkali menimbulkan
kesulitan akibat efek siphon, biasanya dipasang pada lavatory.
2. Yang dipasang pada pipa pembuangan
Perangkap jenis U, berbentuk menyerupai huruf U dan dipasang pada pipa
pembuangan mendatar, umumnya untuk pembuangan air hujan. Kelemahan jenis ini
adalah memberikan tambahan tahanan terhadap aliran. Perangkap jenis ini biasanya
dipasang pada peturasan, pada pipa pembuangan air hujan di dalam tanah;
Perangkap jenis tabung, mempunyai sekat berbentuk tabung, sehingga mengandung
air lebih banyak dibandingkan jenis-jenis lainnya sehingga air penutup tidak mudah
hilang, biasanya dipasang pada floor drain dan bak cuci dapur.
3. Yang menjadi satu dengan alat plambing
Perangkap jenis ini merupakan bagian dari alat plambing itu sendiri, misalnya pada kloset
dan beberapa jenis peturasan;
4. Yang dipasang di luar gedung.
II-7
Ven bersama
Pipa ven yang melayani perangkap dari dua alat plambing yang dipasang bertolak
belakang atau sejajar dan dipasang pada tempat di mana kedua pipa pengering alat
plambing tersebut disambungkan bersama;
Ven basah
Ven yang juga berfungsi sebagai pipa pembuangan;
Ven menerus
Ven tegak yang merupakan kelanjutan dari pipa pembuangan yang dilayaninya;
Ven sirkit
Ven cabang yang melayani dua perangkap atau lebih dan berpangkal dari bagian depan
penyambungan alat plambing terakhir suatu cabang datar pipa pembuangan sampai ke
pipa tegak ven;
Ven pelepas
Pipa ven yang dipasang pada tempat khusus untuk menambah sirkulasi udara antara
sistem pembuangan dan sistem ven.
2.2.4.2 Persyaratan Pipa Ven
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam sistem plambing antara lain (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000):
1. Kemiringan pipa ven
Pipa ven harus dibuat dengan kemiringan cukup agar titik air yang terbentuk atau air yang
terbawa masuk kedalamnya dapat mengalir secara gravitasi ke pipa pembuangan;
2. Cabang pada pipa ven
Dalam membuat cabang pipa ven harus diusahakan agar udara tidak akan terhalang oleh
masuknya air kotor atau air bekas manapun. Pipa ven untuk cabang mendatar pipa air
buangan harus disambungkan secara vertikal pada bagian tertinggi dari penampang pipa
cabang tersebut, jika terpaksa dapat disambungkan dengan sudut tidak lebih dari 45o
terhadap vertikal. Syarat ini bertujuan untuk mencegah masuknya air buangan pada pipa
yang dalam keadaan penuh ke dalam pipa ven;
3. Letak bagian mendatar pipa ven
Dari tempat sambungan pipa ven dengan cabang mendatar pipa air buangan, pipa ven
tersebut harus dibuat tegak sampai sekurang-kurangnya 150 mm di atas muka air banjir
alat plambing tertinggi yang dilayani oleh ven tersebut, sebelum dibelokkan mendatar atau
disambungkan kepada cabang pipa ven. Walaupun demikian cukup banyak ditemukan
keadaan di mana terpaksa dipasang pipa ven di bawah lantai. Pipa ven semacam itu
melayani pipa cabang mendatar air buangan dan dari tempat sambungannya dengan
cabang mendatar tersebut pipa ven hanya dibuat pendek dari sambungannya dari arah
tegak kemudian langsung dibelokkan mendatar masih dibawah lantai (tetapi letaknya
masih berada di atas cabang mendatar tersebut);
4. Ujung pipa ven
Ujung pipa ven harus terbuka ke udara luar, tetapi harus dengan cara yang tidak
menimbulkan gangguan kesehatan.
II-8
2.2.5.1 Pipa Tegak dan Slang Kebakaran
Pipa tegak dan slang kebakaran adalah suatu rangkaian perpipaan, katup, penyambung slang
kebakaran, slang kebakaran, dan sistem penyediaan air yang digunakan untuk menanggulangi
kebakaran.
Sistem dari pipa tegak dan slang kebakaran mempunyai berbagai jenis yaitu:
1. Wet Stand Pipe System
Yaitu pipa tegak dengan pipa yang selalu berisi air dan tekanan air pada sistem di jaga
tetap. Katup suplai air pada sistem ini selalu dalam kondisi terbuka dan bila katup slang
kebakaran dibuka maka air akan mengalir keluar;
2. Dry Stand Pipe System
Suatu pipa tegak yang tidak berisi air, di mana peralatan penyediaan air akan mengalirkan
air ke sistem secara otomatis jika katup slang kebakaran dibuka;
3. Sistem pipa tegak dengan pengadaan air ke sistem melalui operasi manual
Yaitu dengan menggunakan kontrol jarak jauh yang terletak pada kotak slang kebakaran
untuk menghidupkan suplai air;
4. Sistem pipa tegak tanpa suplai air yang permanen
Jenis ini digunakan untuk mengurangi waktu yang diperlukan petugas pemadam
kebakaran untuk membawa slang kebakaran ke lantai atas pada gedung tinggi dan suplai
air diperoleh dari mobil tangki pemadam kebakaran.
Jika dilihat dari manusia yang mengoperasikannya maka sistem pipa tegak dan slang
kebakaran digolongkan atas 3 kelas pelayanan, yaitu:
1. Kelas 1
Sistem pipa tegak dan slang kebakaran yang dioperasikan oleh petugas pemadam
kebakaran dan mereka yang terlatih untuk menangani kebakaran besar dan ukuran slang
yang digunakan berdiameter 2,5”;
2. Kelas 2
Sistem pipa tegak dan slang kebakaran yang dioperasikan oleh penghuni bangunan sendiri
sambil menunggu petugas pemadam kebakaran datang dan ukuran slang yang digunakan
berdiameter 1,5”;
3. Kelas 3
Sistem pipa tegak dan slang kebakaran yang dioperasikan oleh penghuni bangunan dan
petugas pemadam kebakaran dan ukuran slang yang digunakan berdiameter 1,5” dan 2,5”.
2.2.5.2 Sprinkler
Sistem sprinkler otomatis akan bekerja jika fusible bulb / fusible link penahan orifice kepala
sprinkler pecah/meleleh akibat panas dari kebakaran, sehingga air menyembur keluar dari
kepala sprinkler. Akibatnya tekanan air dari dalam pipa akan berkurang, katup pengontrol
akan terbuka dan pompa akan bekerja memompakan air dari bak penampung ke jaringan pipa
yang dibantu juga dengan pressure tank. Aliran air yang melalui katup pengontrol akan
mengaktifkan tanda bahaya yang terletak di dekat katup kontrol.
Jenis-jenis sistem sprinkler adalah (Dept.Pekerjaan umum, 1987):
1. Wet Pipe System
Jenis ini menggunakan kepala sprinkler otomatis yang dipasang pada jaringan pipa berisi
air yang bertekanan sepanjang waktu. Jika terjadi kebakaran, sprinkler akan diaktifkan
oleh panas yang membuka penahan orifice kepala sprinkler dan air akan segera
II-9
menyembur, akibatnya tekanan air pada pipa akan berkurang dan katup kontrol akan
membuka dan mengaktifkan pompa kebakaran;
2. Dry Pipe System
Jenis ini menggunakan kepala sprinkler otomatis yang dipasang pada pipa berisi udara
atau nitrogen yang bertekanan. Jika kepala sprinkler terbuka karena panas dari api,
tekanan udara akan berkurang dan katup kontrol dry pipe akan terbuka oleh tekanan air,
sehingga pompa kebakaran akan hidup dan air akan mengalir mengisi jaringan dan
menyembur dari kepala sprinkler yang terbuka;
3. Preaction System
Sistem ini adalah sistem dry pipe dengan udara bertekanan atau tanpa tekanan pada pipa.
Jika terjadi kebakaran maka alat deteksi akan bekerja dan mengaktifkan pembuka katup
kontrol, sehingga air mengalir mengisi pipa dan keluar dari kepala sprinkler otomatis
yang terbuka akibat panas dari api;
4. Deluge System
Sistem ini sama dengan preaction system, kecuali bahwa semua kepala dalam keadaaan
terbuka. Jika api mengaktifkan peralatan deteksi, maka katup kontrol sprinkler akan
terbuka dan air akan mengalir disepanjang pipa dan keluar dari semua kepala sprinkler
pada daerah operasi dan membanjiri daerah operasi;
5. Kombinasi Dry dan Preaction
Sistem ini berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan deteksi akan
membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir pipa suplai, sehingga sistem
ini akan berisi air dan bekerja seperti wet pipe.
Sistem sprinkler yang ada didesain berdasarkan atas jenis hunian itu sendiri, seperti ukuran
pipa, jarak kepala sprinkler, densitas semburan sprinkler dan kebutuhan airnya sendiri.
Berdasarkan jumlah barang yang mudah terbakar dan sifat mudah terbakarnya, maka jenis
hunian diklasifikasikan atas:
1. Hunian bahaya dengan kebakaran ringan
Adalah jenis hunian di mana jumlah dan sifat mudah terbakar dari isi gedung tergolong
rendah dan kebakaran dengan pelepasan panas yang rendah. Contohnya: sekolah, rumah
sakit, museum, perpustakaan, hotel, tempat tinggal, dan sebagainya;
2. Hunian bahaya dengan kebakaran sedang
Jenis ini dibedakan atas 3 kelompok yaitu:
Kelompok I: Untuk sifat mudah terbakar yang rendah, jumlah bahan yang mudah
terbakar menengah dan kebakaran dengan pelepasan panas menengah seperti: tempat
parkir mobil, pabrik roti, pengolahan susu, pabrik elektronika, dan sebagainya;
Kelompok II: Untuk jumlah dan sifat mudah terbakar dari isi gedung tergolong
menengah dan kebakaran dengan pelepasan panas menengah. Seperti: pabrik pakaian,
tumpukan buku perpustakaan, percetakan, pabrik tembakau, dan sebagainya;
Kelompok III: Untuk jumlah dan atau sifat mudah terbakar dari isi gedung tergolong
tinggi dan kebakaran dengan pelepasan panas yang tinggi, seperti : pabrik gula, pabrik
kertas, pabrik ban, bengkel, dan sebagainya;
3. Hunian bahaya dengan kebakaran tinggi
Yang termasuk kelas ini adalah hunian yang dianggap rawan terhadap bahaya kebakaran.
Contohnya hanggar pesawat, pabrik plastik, perakitan bahan peledak, dan sebagainya.
II-10
Setiap sistem sprinkler harus memiliki sumber penyediaan air otomatis dengan kapasitas dan
tekanan yang memadai untuk mensuplai sistem sprinkler dengan periode minimal 30 menit.
Sumber air untuk sistem sprinkler dapat diperoleh dari: sistem air PAM, pompa kebakaran
otomatis, tangki tekan, dan tangki gravitasi (Standar Nasional Indonesia, 2000).
Q
Q m max c 2 h ………………………….....……….
60
(2.3)
di mana: Qd = pemakaian air sehari (m3/hari)
Qh = pemakaian air rata-rata perjam (m3/jam)
T = jangka waktu pemakaian air (jam)
Qh-max = debit jam puncak (m3/jam)
Qm-max = debit menit puncak (m3/menit)
c1 , c2 = konstanta dengan nilai 1,5 – 2 dan 3 – 4
2. Tangki Bawah dan Tangki Atas
Tangki (reservoar) bawah berfungsi menyimpan air untuk kebutuhan selama sehari dan
tangki atas berfungsi untuk menampung kebutuhan puncak, dan biasanya disediakan
dengan kapasitas cukup untuk jangka waktu kebutuhan puncak. Dalam perhitungan
kapasitas tangki bawah dan tangki atas didasarkan pada fluktuasi pemakaian air tiap jam
selama sehari. Untuk menghitung kapasitas tangki atas dan tangki bawah digunakan
persamaan:
II-11
Tangki Bawah
( VR ) Qd Qs T ..............................................................(2.4)
Tangki Atas
II-12
d. Fasilitas toilet untuk laki-laki dan perempuan harus terpisah serta harus mudah dicapai.
4. Ukuran pipa
Untuk menentukan ukuran pipa distribusi air bersih baik untuk pipa tegak maupun pipa
cabang mendatar, di pakai metoda untuk menentukan besarnya fixture unit masing-
masing alat plambing yang didapat dari Tabel 2.3. Berdasarkan fixture unit tersebut lalu
ditentukan laju aliran air. Lengkung perkiraan kebutuhan air dapat dilihat pada Gambar
2.1.
Tabel 2.3
Beban Unit Alat Plambing
Unit Beban Alat
Alat Plambing Jenis Penyediaan Air (1)
UmumPlambing
Pribadi
Closet Katup gelontor 10 6
Lavatory Kran 2 1
Urinal Katup gelontor 5 -
Shower Kran pencampur air dingin dan panas 4 2
Kitchen sink Kran 5 -
Sumber: Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000
Q
H 0.54 L ……………………………………….(2.6)
1.67 C d 2.63 1000
di mana : Q = laju aliran (l/menit)
C = koefisien kekasaran pipa (diambil angka 120)
d = diameter pipa (m)
H = headloss (m)
L = panjang pipa (m)
II-14
Gambar 2.2(a) Kerugian Gesek dalam Pipa Baja Karbon
Sumber: Morimura dan Noerbambang, 2000
II-15
Gambar 2.2(b) Kerugian Gesek dalam Pipa PVC-kaku
Sumber: Morimura dan Noerbambang, 2000
II-16
6. Pompa
Jika akan digunakan sistem dengan tangki atas atau dengan tangki bawah kombinasi
dengan tangki tekan, maka diperlukan pompa untuk menaikkan air. Kapasitas pompa
biasanya diambil sama dengan kebutuhan air pada jam maksimum, sedangkan jika
digunakan sistem tanpa tangki kapasitas pompa diambil sama dengan kebutuhan air
puncak. Kecepatan air yang disarankan dalam pipa hisap berkisar antara 2–3 m/dt dan
kadang-kadang sampai dengan 4 m/dt. Untuk menentukan daya pompa terlebih dahulu
ditentukan tinggi angkat pompa, dengan rumus sebagai berikut :
v2
H H a H fsd ……………….....................……………….(2.7)
2g
di mana: H = tinggi angkat total (m)
Hs = tinggi potensial (m)
Hfsd = kerugian gesek dalam pipa hisap dan pipa tekan (m)
V2/2g = tekanan kecepatan pada lubang keluar pipa (m)
Maka, daya poros pompa ditentukan dengan rumus berikut:
0.163 Q H
Np ………………………………………….
p
(2.8)
di mana: Np = daya poros pompa (hp)
Q = kapasitas pompa (m3/menit)
H = tinggi angkat total (m)
= berat spesifik (kg/l)
p = efisiensi pompa
Untuk efisiensi pompa dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini :
II-17
Gambar 2.2(d) Efisiensi Pompa Sentrifugal Kecil, Bertingkat Banyak
7. Tangki Tekan
Prinsip kerja tangki tekan adalah sebagai berikut: air yang telah ditampung dalam tangki
bawah dipompakan ke tangki tertutup sehingga udara didalamnya terkompresi yang
kemudian air dalam tangki tersebut di alirkan ke sistem distribusi bangunan. Pada
penggunaan tangki tekan ini pompa bisa berhenti beberapa saat setelah tekanan dalam
tangki telah mencapai suatu batas maksimum yang telah ditetapkan dan berhenti pada
batas minimum yang telah ditetapkan pula. Daerah fluktuasi tekanan biasanya ditetapkan
antara 1 sampai 1,5 kg/cm2. Untuk melayani kebutuhan air yang besar maka akan
diperlukan tangki tekan yang besar pula. Maka untuk mengatasi hal ini tekanan awal
udara dalam tangki tekan dibuat lebih besar dari tekanan atmosfir. Udara dimasukkan ke
dalam pressure tank dengan bantuan kompresor.
V' p' p
100 100 ……………………………….
V p'1,033
(2.10)
di mana: V = volume tangki total pada tekanan p (m3)
V’ = volume tangki pada tekanan p’ (m3)
p = tekanan udara awal (kg/cm2)
p’ = tekanan udara akhir (kg/cm2)
II-18
2.3.2 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas
1. Laju Aliran Air Panas
Dalam penentuan laju aliran air panas digunakan cara berdasarkan jumlah orang seperti
pada penentuan laju aliran untuk air dingin (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo
Morimura, 2000):
Perhitungan berdasarkan jumlah orang
Untuk setiap jenis pemakaian gedung jumlah kebutuhan air panas sehari dapat
dihitung berdasarkan jumlah orang dan kebutuhan air panas setiap orang setiap
harinya. Rumus yang digunakan antara lain:
Qd N q d ………………………………………..(2.11)
Qh Qd q h ………………………………………….(2.12)
V Qd v …………………………………………….(2.13)
H Qd t h t c ……………………………....…(2.14)
di mana: Qd = jumlah air panas per hari (l/hari)
N = jumlah orang pemakai air panas
qd = kebutuhan air panas orang per hari (l/org/hari)*
Qh = laju aliran air panas maksimum (l/jam)
qh = maksimum per jam untuk pemakaian seharian (l/jam)*
V = volume tangki penyimpanan (liter)
H = kapasitas pemanas (kcal/jam)
γ = berat spesifik (kg/l)
th = temperatur air panas (oC)
tc = temperatur air dingin (oC)
v = kapasitas tangki penyimpanan untuk pemakaian sehari (liter)*
Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Laju aliran panas maksimum yang diperlukan dapat dihitung dengan mengalikan
jumlah alat plambing dengan jumlah air panas tiap alat plambing dan
menjumlahkannya, kemudian mengalikannya dengan faktor pemakaian alat plambing;
Tabel 2.5
Pemakaian Air Panas Tiap Alat Plambing
Menurut Jenis Penggunaan Gedung
Alat Plambing Laju aliran ( liter/jam )
Sink 38
Pancuran Mandi 114
Faktor pemakaian 0,30
Koef kapasitas pemanas 1,25
Sumber: Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000
II-19
3. Penentuan Ukuran Pipa
Penentuan ukuran pipa air panas dilakukan dengan cara yang sama seperti penentuan
ukuran pipa air dingin yaitu dengan menentukan laju aliran air pada setiap bagian pipa.
Lengkung laju aliran dapat dilihat pada Gambar 2.3. Cara yang biasa digunakan yaitu
dengan menghitung jumlah fixture unit masing-masing alat plambing air panas, mirip
seperti pada air dingin, dengan menggunakan Tabel 2.6;
Gambar 2.3 Pengaliran Serentak Berdasar Unit Alat Plambing Air Panas
Sumber: Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000
4. Pompa
Pompa yang digunakan pada penyediaan air panas juga berfungsi untuk pompa sirkulasi.
Pompa sirkulasi ini digunakan agar aliran air panas tetap mengalir walaupun tidak ada
pemakaian alat plambing untuk air panas. Selain itu pompa ini juga harus mampu untuk
memenuhi kebutuhan puncak air panas. Laju aliran air panas sirkulasi diperlukan untuk
mengatasi kerugian panas dalam pipa. Tekanan yang dibutuhkan oleh pompa ini
ditentukan berdasarkan kerugian gesek dalam pipa hantar dan pipa balik terjauh, tidak
termasuk kerugian gesek dalam pipa-pipa cabang karena air sirkulasi tidak masuk ke
dalam pipa cabang. Laju aliran sirkulasi dapat ditentukan dengan persamaan:
Q
W sir ……………………………………..(2.15)
(t h t b ) 60
II-20
Biasanya beda temperatur air dalam pipa hantar dan pipa balik untuk sirkulasi paksaan
diambil 5oC. Perhitungan kapasitas pompa air panas sama dengan perhitungan pompa
pada air dingin.
II-21
2.3.4 Perancangan Sistem Ven
Secara umum ukuran pipa ven harus berdasarkan pada ketentuan-ketentuan (Sistem
Plambing, 2000):
1. Ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkit
Ukuran pipa ven lup dan ven sirkit minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah
kali diameter cabang mendatar pipa buangan atau pipa tegak ven yang disambungkannya.
Ukuran pipa ven pelepas minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali
diameter cabang mendatar pipa pembuangan yang dilayaninya;
2. Ukuran ven pipa tegak
Ukuran pipa ven tegak tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak air buangan yang
dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya sampai ke ujung terbuka.
Penentuan Ukuran Pipa Ven, sebagai berikut:
1. Pipa ven mendatar
Perhitungan ven horizontal menggunakan Tabel 2.9. Penentuan dimensi pipa ven
horizontal ini dengan melihat pada unit beban alat plambing maksimum yang dilayani,
panjang pipa ven maksimum dan dimensi air buangan yang di lalui;
2. Pipa Ven Tegak
Perhitungan ven tegak menggunakan Tabel 2.9. Penentuan dimensi pipa ven horizontal ini
dengan melihat pada unit beban alat plambing maksimum yang dilayani, panjang pipa ven
maksimum dan dimensi air buangan yang dilalui.
Tabel 2.9 Ukuran Pipa Cabang Horizontal Ven dengan Lup
Diameter ven lup ( mm )
Nomor Ukuran Pipa air Unit alat plambing
40 50 65 75 100
Jalur buangan maksimum
Panjang max horizontal (m)
1 40 10 6
2 50 12 4,5 12
3 50 20 3 9
4 75 10 6 12 30
5 75 30 12 30
6 75 60 48 24
7 100 100 2,1 6 15,6 60
8 100 200 1,8 5,4 15 54
9 100 500 4,2 10,8 42
Sumber: Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000
Tabel 2.10 Ukuran dan Panjang Pipa Tegak Ven dan Pipa Ven Horizontal
Ukuran pipa ven yang di syaratkan
Ukuran pipa tegak air Unit alat plambing yang
32 40 50 65 80 100 125 150 200
kotor atau air buangan dihubungkan
Panjang ukuran maksimum pipa ven ( m )
32 2 9
40 8 15 45
40 10 9 30
50 12 9 20
50 20 7 15
65 42 9 30 90
80 10 9 30 60 180
80 30 18 60 150
80 60 15 24 120
100 100 10 30 75 300
100 200 9 27 75 270
100 500 6 20 54 210
125 200 10 24 105
Dst
Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2000
II-22
2.3.5 Penentuan Diameter dan Slope Pipa Air Buangan
Suatu sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang
mengandung bagian–bagian padat. Karena itu pipa pembuangan harus mempunyai ukuran-
ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air buangan yang
harus dialirkan.
Dalam perencanaan biasanya pipa dianggap berisi air buangan sebanyak 2/3 bagian
penampang pipa, sehingga bagian atas yang kosong cukup mengalirkan udara. Sedangkan
kecepatan terbaik dalam pipa berkisar antara 0,6 sampai 2,1 m/detik. Tabel dibawah ini
memuat standar kemiringan untuk pemakaian umum.
Tabel 2.11
Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal
Diameter Pipa (mm) Kemiringan Minimum
75 atau kurang 1/50
100 atau kurang 1/100
Sumber: Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000
Dalam perencanaan ukuran pipa pembuangan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu:
1. Lay Out Sistem, digunakan untuk:
Memudahkan dalam instalasi (pemasangan);
Memudahkan dalam operasi (pemeliharaan);
Menghindari kemungkinan tumpang tindih dengan pipa yang lain.
2. Dimensionering (pengukuran penentuan dimensi)
Harus diketahui tipe atau jumlah alat plambing dengan persyaratan:
Ukuran minimum pipa cabang mendatar dengan diameter terbesar alat perangkap
plambingnya;
Ukuran minimal pipa tegak sama besar dengan diameter terbesar dari pipa cabang
mendatar;
Pengecekan ukuran pipa tidak diperbolehkan.
Tahap-tahap untuk menentukan diameter pipa pembuangan dengan metoda unit alat plambing
berdasarkam standar “National Plambing Code“, Minimum Requirements for Plumbing
A.S.A.A 40.8 – 1955:
1. Gunakan tabel unit alat plambing sebagai beban, setiap alat atau kelompok serta tabel
beban maksimum unit alat plambing yang diizinkan. Untuk cabang horizontal dan pipa
tegak buangan serta untuk pipa pembuangan gedung;
2. Tentukan unit alat plambing;
3. Tentukan ukuran pipanya serta kemiringan saluran horizontal.
Penyaluran air buangan di rumah sakit terdiri dari:
1. Penyaluran air kotor
Air kotor ini berasal dari kloset dan urinal yang disaluran ke septic tank;
2. Penyaluran air bekas
Air bekas berasal dari lavatory dan floor drain yang disalurkan ke IPAL;
3. Penyaluran air buangan khusus
Air buangan khusus berasal dari laboratorium, ruang bedah, dan ruang operasi yang
disaluran ke IPAL.
II-23
2.3.6 Tangki Septik dan Bidang Resapan
Tangki septik adalah suatu tanki yang berfungsi menampung dan mengolah air buangan
dengan kecepatan aliran yang lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi
pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan penguraian bahan-bahan organik oleh
bakteri anaerobik membentuk bahan-bahan larut air dan gas (Badan Standardisasi
Nasional,03-2398-2002).
Tangki septik ini banyak digunakan untuk mengolah air buangan domestik karena dianggap
lebih efektif, murah dan efisien.
Prinsip kerja dari septic tank adalah mengolah dan memisahkan antara air dengan kotoran
dengan cara pengendapan. Pengolahan dilakukan oleh bakteri anaerobik yang merubah
kotoran baku menjadi lumpur. Air hasil pemisahan (70% lebih bersih) dialirkan keluar secara
gravitasi dan diresapkan ke tanah, sedangkan hasil endapan (lumpur) harus dibuang secara
berkala dengan bantuan layanan mobil tangki air kotor pemerintah setempat. Dengan
demikian septic tank biasanya terletak diluar bangungan (mudah dicapai mobil tangki) dan
tidak ada peralatan pompa yang dipasangkan.
Ruang-ruang yang terdapat dalam septic tank terdiri dari (Ehlers dan Steel, 1976):
1. Ruang Lumpur
Ruangan lumpur ini digunakan untuk mengendapkan lumpur segar yang terdiri dari zat-
zat organik yang akan diuraikan oleh bakteri pengurai aerobik menjadi mineral-mineral.
Lamanya proses mineralisasi antara 60 - 100 hari, tipikal daerah panas 60 hari sedangkan
tipikal daerah dingin 100 hari. Lumpur yang sudah menjadi mineral harus dikuras setelah
1 - 4 tahun, dan waktu yang paling baik adalah 2 tahun;
2. Ruang Air
Ruang air ini terletak di atas ruang lumpur yang isinya tergantung dari banyaknya air
kotor yang dimasukkan dan lamanya air kotor ditahan dalam tangki. Kalau air bekas cuci
dan mandi dimasukkan dalam septic tank, maka ukuran tangki harus lebih besar. Fungsi
air selain untuk penggelontor juga digunakan untuk menghancurkan kotoran. Air yang ada
di ruangan ini sangat berbahaya karena mengandung mikroba yang patogen. Untuk
menghindari pengaruhnya terhadap lingkungan, air dalam tangki harus ditahan di dalam
selama 12 - 24 jam agar mikroba tersebut mati;
3. Ruang Udara Bebas
Kegunaan ruangan ini untuk tempat penampungan sementara gas-gas hasil dekomposisi
air buangan. Tinggi ruangan ini disebut freeboard dan gas-gas tersebut dikeluarkan
melalui pipa ven.
Sarana untuk mengolah efluen yang keluar dari septic tank dapat berupa bidang resapan atau
sumur resapan. Bidang resapan sering digunakan untuk meresapkan air buangan. Sebelum
membuat bidang resapan, terlebih dahulu dilakukan uji perkolasi untuk mengetahui daya
resap tanah.
II-24
2. Jika jarak antar pipa tegak sejauh 50 ft (15 m) atau kurang maka diameter talang
horizontal yang digunakan sama dengan diameter pipa tegak atau tidak boleh kurang dari
4”;
3. Untuk atap datar tambahan 1” untuk diameter talang tegak setiap pertambahan 30 ft
panjang talang horizontal.
Tabel 2.12
Beban Maksimum Yang Diizinkan Untuk Talang Atap (per m2 luas atap)
Pipa datar pembuang air hujan
Ukuran pipa Pipa tegak air Kemiringan
mm hujan 1% 2% 4%
50 63
65 120
120
80 200
200 75 105 150
100 425 170 245 345
125 800 310 435 620
150 1290 490 700 990
200 2690 1065 1510 2135
250 1920 2710 3845
300 3090 4365 6185
Sumber : SNI 03-6481-2000
Catatan:
Tabel ini berdasarkan pada intensitas curah hujan 100 mm/jam. Bila intensitas curah hujan berbeda, nilai
luas pada tabel tersebut diatas harus disesuaikan dengan cara mengalikan dengan 10 dan membaginya
dengan data intensitas hujan lokal yang digunakan dalam mm/jam.
II-25
Tabel 2.13
Perletakan Hidran Berdasarkan Luas Lantai,
Klasifikasi Bangunan dan Jumlah Lantai Bangunan
Klasifikasi Ruang tertutup Ruang tertutup dan terpisah
Bangunan Jumlah/luas lantai Jumlah/luas lantai
A 1 buah per 1000 m2 2 buah per 1000 m2
B 1 buah per 1000 m2 2 buah per 1000 m2
C 1 buah per 1000 m2 2 buah per 1000 m2
D 1 buah per 800 m2 2 buah per 800 m2
E 1 buah per 800 m2 2 buah per 800 m2
Sumber: Panduan Sistem Hidran untuk Pencegahan Kebakaran pada Bangunan
Rumah Tinggal dan Gedung, Dept.P.U, 1987
Tabel 2.14
Klasifikasi Bangunan Menurut Tinggi dan Jumlah Lantai
Klasifikasi Bangunan Ketinggian dan Jumlah Lantai
A Ketinggian sampai dengan 8 meter atau 1 (satu) lantai
B Ketinggian sampai dengan 8 meter atau 2 (dua) lantai
C Ketinggian sampai dengan 14 meter atau 4 (empat) lantai
D Ketinggian sampai dengan 40 meter atau 8 (delapan) lantai
E Ketinggian lebih dari 40 meter atau 8 (delapan) lantai
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 1987
Tabel 2.15
Diameter Pipa Hidran Minimal
Total Akumulasi Aliran Jarak Total Pipa Terjauh dari Keluaran
gpm l/menit < 15,2 m 15,2 m – 30,5 m > 30,5 m
100 379 2 inci 2½ inci 3 inci
101 – 500 382 – 1893 4 inci 4 inci 6 inci
501 – 750 1896 – 2839 5 inci 5 inci 6 inci
751 – 1250 2843 – 4731 6 inci 6 inci 6 inci
1251 ke atas 4735 ke atas 8 inci 8 inci 8 inci
Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2000
2.3.8.2 Sprinkler
Jarak maksimum antara sprinkler untuk hunian bahaya ringan adalah 4,6 m dan jarak
maksimum antara dinding dengan sprinkler yang terdekat adalah 2,3 m. Untuk menentukan
ukuran pipa sprinkler di peroleh dari jumlah beban sprinkler yang dilayaninya. Instalasi
sprinkler merupakan suatu sistem instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara
tetap/permanen di dalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis
dengan menyemprotkan air di tempat mula terjadi kebakaran (Badan Standardisasi
Nasional,03-3989-2000).
II-26
Tabel 2.16
Pipa Cabang untuk Sistem Bahaya Kebakaran Ringan
Ukuran Pipa Jumlah Maksimum
Keterangan
(mm) Kepala Sprinkler
25 3 Masih memungkinkan pemakaian
pipa berukuran 25 mm di antara “2-
3 titik kelompok sprinkler” dan
katup kendali apabila perhitungan
hidrolik mengizinkan. Apabila
“titik kelompok sprinkler 2”
sebagai titik desain, pipa berukuran
25 mm tidak boleh dipakai diantara
kepala sprinkler ke 3 dan ke 4.
Sumber: Badan Standardisasi Nasinal, 03-3989-2000
Pemakaian pipa ukuran 25 mm dimungkinkan di antara “titik kelompok springkler 2-3” dan
katup kendali asal sesuai dengan perhitungan. Hal ini tidak berarti bahwa pipa berukuran 25
mm selalu boleh dipasang antara titik springkler ke 3 dan ke 4 apabila titik desain ditentukan
untuk “titik kelompok springkler 2”.
Apabila pipa cabang terdapat 3 kepala springkler atau lebih ditempatkan pada bubungan atap
atau apabila 3 kepala springkler atau lebih di dalam lorong atau ruangan sempit memanjang,
maka kehilangan tekanan yang terjadi,
a). di antara “titik kelompok springkler 3” dan katup kendali dimana terdapat hanya kepala
springkler pada pipa cabang.
b). di antara “titik kelompok springkler 3” dan katup kendali dimana terdapat 4 kepala
springkler atau lebih pada pipa cabang.
c). tidak boleh lebih besar dari 0,7 kg/cm2 untuk “titik kelompok springkler 3” dan
kehilangan tekanan tersebut dihitung sesuai dengan tabel 2.16 kolom 3.
Tabel 2.17
Kehilangan Tekanan Pipa untuk Kebakaran Ringan
Ukuran Pipa (mm) Kehilangan tekanan 10 -3 atm/m panjang pipa
25 44 200
32 12 51
40 5,5 25
50 1,7 7,8
65 0,49 2,2
Sumber: Badan Standardisasi Nasinal, 03-3989-2000
Sumber air untuk sistem sprinkler dapat diperoleh dari sistem air PAM, pompa kebakaran
otomatis, tangki tekan, dan tangki gravitasi. Dalam penyediaan suplai air ada 2 alternatif
sistem. Alternatif 1 penyediaan air bersih dan air pemadam kebakaran (sprinkler dan hidran)
dilakukan dengan sistem tangki secara terpisah, sedangkan untuk alternatif 2 tangki
penyediaan air bersih dan pemadam kebakaran digabung. Kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing alternatif dapat dilihat dari Tabel 2.18
II-27
Tabel 2.18
Kelebihan dan Kekurangan Alternatif Tangki
Alternatif 1 (dipisah) Alternatif 2 (digabung)
Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan
Tidak perlu Membutu Tangki Air yang telah diolah
pengolahan air hkan tempat yang dapat diletakkan juga digunakan
untuk kebakaran. luas untuk pada satu tempat. untuk kebakaran.
Biaya pengolahan perletakan tangki. Masih Adanya air yang
lebih murah. Sulit tersedia cadangan diam.
Tidak ada air yang dalam pemeliharaan. air jika listrik mati.
diam. Lebih
mudah dalam
pemeliharaan.
Sumber: Noerbambang dan Morimura, 2000
II-28