Case SH Bu Sutirah
Case SH Bu Sutirah
STROKE HEMORAGIK
Pembimbing:
Disusun:
030.13.110
Disusun oleh:
030.13.110
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karuniaNya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan presentasi kasus ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar di SMF Ilmu
Penyakit Saraf RS TNI AL dr. Mintoharjo atas segala waktu dan bimbingan yang
telah diberikan kepada kami. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan presentasi
kasus ini.
Sebagai manusia, penulis menyadari bahwa penulisan presentasi kasus ini masih
memiliki banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan masukan
yang membangun dari segala pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga
penulisan presentasi kasus ini bermanfaat untuk berbagai pihak yang telah
membacanya.
iii
DAFTAR ISI
2.5 Ringkasan............................................................................................................. 13
2.8 Tatalaksana.......................................................................................................... 14
3.2 Epidemiologi2....................................................................................................... 18
iv
3.4 Faktor Risiko ........................................................................................................ 19
3.8 Tatalaksana.......................................................................................................... 24
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PRESENTASI KASUS
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 6 Juli 2017 di
Pulau Numfor.
2
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperi pasien.
Riwayat hipertensi, riwayat Diabetes Millitus, penyakit jantung, trauma
disangkal.
Thoraks
Status Neurologis
1. Tanda Rangsang Meningeal
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Kaku Kuduk (-)
Brudzinski I (-)
Brudzinski II (-)
Laseque (-)
Kernig (-)
Tabel 2.1 Tanda Rangsang Meningeal
3
a. Kepala
Bentuk : Normosefali
Nyeri tekan : (-)
Pulsasi : (-)
Simetris : (+)
b. Leher
Sikap : Tegak
Pergerakan : Aktif
c. Afasia motorik : (-)
Afasia sensorik : (-)
Disartria : (-)
2. Nervi Kranialis
Hasil Pemeriksaan
Jenis Pemeriksaan
Kanan Kiri
N. I (Olfaktorius) Baik Baik
N. II (Optikus)
Pupil Bulat, diameter 3 mm Bulat, diameter 3 mm
Tajam Penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapang Penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Melihat Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III (Okulomotorius)
Sela Mata Baik Baik
Pergerakan Bulbus Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
Pupil Refleks cahaya langsung Refleks cahaya langsung
dan tidak langsung (+) dan tidak langsung (+)
N. IV (Trokhlearis)
Pergerakan Mata Baik Baik
Sikap Bulbus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Melihat Kembar Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. V (Trigeminus)
Membuka Mulut Baik Baik
Mengunyah Baik Baik
4
Menggigit Baik Baik
Reflex Kornea (+) (+)
N. VI ( Abducen)
Pergerakan Mata Baik Baik
Melihat Kembar (-) (-)
N. VII (Facialis)
Mengerutkan Dahi Baik Baik
Menutup Mata Baik Baik
Memperlihatkan Gigi Tidak baik Baik
Perasaan Lidah (2/3 depan) Baik Baik
N.VIII (Vestibulokokhlearis)
Detik Arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Suara Berbisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. IX (Glossefaringeus)
Perasaan Lidah (1/3 belakang) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. X (Vagus)
Arkus Faring Baik Baik
Berbicara Baik Baik
N. IX (Accesorius)
Mengangkat Bahu Baik Baik
Memalingkan Kepala Baik Baik
N. XII (Hipoglossus)
Pergerakan Lidah Tidak baik Baik
Tremor Lidah Baik Baik
Artikulasi Baik Baik
Tabel 2.2 Hasil Pemeriksaan Nervi Kranialis
5
3. Badan dan Anggota Gerak
1. Badan
Respirasi : Baik
Motorik
Pergerakan Aktif Aktif
Kekuatan 4 5
Trofi Normotrofi Normotrofi
Tonus Normotonus Normotonus
Reflex Fisiologis
Biseps (+) (+)
Triseps (+) (+)
Reflex Patologis
Hoffman-Tromner - -
Sensibilitas + +
Tabel 2.3 Hasil Pemeriksaan Anggota Gerak Atas
6
Reflex Patologis
Babinski (+) (-)
Chaddock (-) (-)
Shaeffer (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Klonus
Kaki (-) (-)
Sensibilitas (-) (-)
Tabel 2.4 Hasil Pemeriksaan Anggota Gerak Atas
4. Gerak Abnormal
Tremor : tidak dilakukan
Athetose : tidak dilakukan
Mioklonik : tidak dilakukan
Chorea : tidak dilakukan
5. Alat Vegetative
Miksi : tidak dilakukan
Defekasi : tidak dilakukan
Releks Anal : tidak dilakukan
Reflex Kremaster : tidak dilakukan
Reflex Bulbokavernosus : tidak dilakukan
7
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
Hematokrit 36 % 37-42
8
2.4.3 Ct Scan Kepala Tanpa Kontras
9
2.4.4MRI Kepala
10
11
12
2.5 Ringkasan
Pasien Ny. S usia 48 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS
TNI AL dr. Mintoharjo dengan keluhan nyeri kepala sejak 6 jam SMRS,
nyeri kepala timbul mendadak di seluruh kepala, makin lama makin
memberat, tidak dipengaruhi aktivitas. 6 Jam sebelum sakit kepala pasien
mengalami muntah sebanyak 2 kali, tiba tiba sehingga terbangun dari tidur.
Muntah berupa air, non proyektil. Nyeri kepala disertai adanya kelemahan
tubuh sisi kanan yang timbul tiba-iba. Terdapat bicara pelo dan kesemutan
pada tungkai kanan. Penuruanan kesadan disangkal. Riwayat trauma dan
demam disangkal.
2.6 Diagnosis
Dx1
Diagnosis klinis : Hemiparese dextra, parese N. VII sentral dextra,
parese N. XII sentral dextra
Diagnosis etiologis : Stroke Hemoragik
Diagnosis topis : Batang otak
Diagnosis patologis : Perdarahan
Dx2
Hipertensi Grade 2
13
2.7 Diagnosis Banding
Stroke Non Hemoragik
2.8 Tatalaksana
1. Infus RL 14 tpm
2. Inj Citicoline 2x500 mg
3. Inj Transamine 3x500 mg
4. Amlodipine 1x10 mg
5. Valsartan 1x160 mg
2.9 Prognosis
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
2.10 Follow Up
2.10.1 Perawatan di Bangsal (7 Juli 2017) (H+2)
S O A P
14
LNK : parese
N VII dan
XII sentral
dx
RF : B/T/P/A
++/++
RP : B -/-
C -/-
Motorik :
4444/4444 -
5555/5555
Tabel 2.7 Evaluasi Perawatan di Bangsal 7 Juli 2017
S O A P
15
dan XII sentral
dx
RF : B/T/P/A
++/++
RP : B -/-
C -/-
Motorik :
4444/4444 -
5555/5555
Tabel 2.8 Evaluasi Perawatan di Bangsal 8 Juli 2017
16
2.10.4 Perawatan di Bangsal (10 Juli 2017) (H+5)
S O A P
Nyeri kepala (-), GCS: E4 M6 V5 Dx1: - Venflon
kelemahan tubuh - Inj ketorolac
TD:150/110 Klinis:
sisi kanan 2x30 mg
berkurang N: 76 kali/menit Hemiparese dx, - Citicolin tab
2x500 mg
R: 24 kali/menit parese N VII dan
- Amlodipin
o
S: 37 C XII sentral dx 2x10 mg
- Valsartan
Etiologi: Stroke
1x160 mg
Status hemoragik - Simvastatin
1x10 mg
neurologis: Topis: Batang
- Gabapentin
pupil isokor, otak sinistra 2x100 mg
RCL +/+, RCTL Patologis:
+/+, TRM (-), Perdarahan
LNK : parese N Dx2:
VII dan XII Hipertensi grade
2
sentral dx
RF : B/T/P/A
++/++
RP : B -/-
C -/-
Motorik :
5555/5555 -
5555/5555
Tabel 2.10 Evaluasi Perawatan di Bangsal 10 Juli 2017
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO), stroke adalah gangguan fungsional
otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun
global, berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian,
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.(1)
Stroke hemoragik adalah stroke yang diakibatkan oleh perdarahan arteri otak
didalam jaringan otak (intracerebral hemorrhage) dan/atau perdarahan arteri
diantara lapisan pembungkus otak, piamater dan arachnoidea(1)
3.2 Epidemiologi2
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama
kecacatan. (2) Sekitar 0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap tahunnya
yang sepertiganya akan meninggal pada tahun berikutnya dan
sepertiganya bertahan hidup dengan kekacauan, dan sepertiga
s i s a n ya dapat sembuh kembali seperti semula. Dari
k e s e l u r u h a n d a t a d i d u n i a , t e r n ya t a s t r o k e s e b a g a i p e n ye b a b
kematian mencapai 9% (sekitar 4 juta)dari total kematian per
(3)
t a h u n n ya .
Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000
pertahunnya dimana 10-15% merupakan stroke hemoragik khususnya
perdarahan intraserebral. M o r t a l i t a s dan morbiditas pada stroke
h e m o r a g i k l e b i h b e r a t d a r i p a d a s t r o k e iskemik. Dilaporkan hanya
sekitar 20% saja pasien yang mendapatkan kembali
kemandirian fungsionalnya. S e l a i n itu ada sekitar 40-80%
a k h i r n y a meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50%
meninggal pada 48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251 penderita
stroke, a d a 4 7 % wanita dan 53% kali-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78%)
berumur lebih dari 60 tahun. Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan
berjenis kelamin laki-lakimenunjukkan outcome yang lebih buruk.
18
3.3 Etiologi
Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu:(4)
Perdarahan intraserebral primer (hipertensif)
Ruptur kantung aneurisma
Ruptur malformasi arteri dan vena
Trauma (termasuk apopleksi tertunda pasca trauma)
Kelainan perdarahan seperti leukemia, anemia aplastik, ITP,
gangguan fungsi hati, komlikasi obat trombolitik atau anti
koagulan, hipofibrinogenemia, dan hemofilia.
Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak.
Septik embolisme, myotik aneurisma
Penyakit inflamasi pada arteri dan vena
Amiloidosis arteri
Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis,
d i s e k s i a r t e r i veretbral, dan acute necrotizing haemorrhagic encephalitis
19
Seks Infark otak dan stroke terjadi sekitar 30% lebih sering pada laki-laki
berbanding perempuan, perbedaan seks bahkan lebih tinggi sebelum
usia 65.
Riwayat keluarga Terdapat lima kali lipat peningkatan prevalensi stroke antara
kembar monozigotik dibandingkan dengan pasangan kembar laki-
laki dizigotik yang menunjukkan kecenderungan genetik untuk
stroke. Pada 1913 penelitian kohort kelahiran Swedia menunjukkan
tiga kali lipat peningkatan kejadian stroke pada laki-laki yang ibu
kandungnya meninggal akibat stroke, dibandingkan dengan laki-laki
tanpa riwayat ibu yang mengalami stroke. Riwayat keluarga juga
tampaknya berperan dalam kematian stroke antara populasi
Kaukasia kelas menengah atas di California.
Penyakit jantung Individu dengan penyakit jantung dari jenis apa pun memiliki lebih
dari dua kali lipat risiko stroke dibandingkan dengan mereka yang
fungsi jantungnya normal.
Lainnya :
Berbagai lesi jantung lainnya telah dikaitkan dengan stroke, seperti
prolaps katup mitral, patent foramen ovale, defek septum atrium,
aneurisma septum atrium, dan lesi aterosklerotik dan trombotik dari
20
ascending aorta.
Merokok Beberapa laporan, termasuk meta-analisis angka studi,
menunjukkan bahwa merokok jelas menyebabkan peningkatan
risiko stroke untuk segala usia dan
kedua jenis kelamin, tingkat risiko berhubungan dengan jumlah
batang rokok yang dihisap, dan penghentian merokok mengurangi
risiko, dengan resiko kembali seperti bukan perokok dalam masa
lima tahun setelah penghentian.
Hiperlipidemia Meskipun tingkat kolesterol tinggi telah jelas berhubungan dengan
penyakit jantung koroner, mereka sehubungan dengan stroke kurang
jelas. Peningkatan kolesterol tidak muncul untuk menjadi faktor
risiko untuk aterosklerosis karotis, khususnya pada laki-laki di
bawah 55 tahun. Kejadian hiperkolesterolemia menurun dengan
bertambahnya usia. Kolesterol berkaitan dengan perdarahan
intraserebral atau perdarahan subarachnoid. Tidak ada hubungan
yang jelas antara tingkat kolesterol dan infark lakunar.
21
kadang-kadang juga disertai kejang. Distribusi umur biasanya pada usia
pertengahan sampai tua dan lebih sering dijumpai pada laki-laki. Hipertensi
memegang peranan penting sebagai penyebab lemahnya dinding pembuluh darah
dan pembentukan mikroaneurisma. Pada pasien nonhipertensi usia lanjut,
penyebab utama terjadinya perdarahan intraserebri adalah amiloid angiopathy.
Penyebab lainnya dapat berupa aneurisma, AVM, angiopati kavernosa, diskrasia
darah, terapi antikoagulan, kokain, amfetamin, alkohol dan tumor otak. Dari hasil
anamnesa tidak dijumpai adanya riwayat TIA.
22
3.6 Gejala Klinis (7)
Gejala klinis stroke ada berbagai macam, diantaranya adalah ditemukan
perdarahan intraserebral (ICH) yang dapat dibedakan secara klinis dari stroke
iskemik, hipertensi biasanya ditemukan, tingkat kesadaran yang berubah atau
koma lebih umum pada stroke hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik.
Seringkali, hal ini disebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Meningismus
dapat terjadi akibat adanya darah dalam ventrikel.
Defisit neurologis fokal. Jenis defisit tergantung pada area otak yang
terlibat. Jika belahan dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri
dari hemiparesis kanan, kerugian hemisensory kanan, meninggalkan tatapan
preferensi, bidang visual kana terpotong, dan aphasia mungkin terjadi. Jika
belahan nondominant (biasanya kanan) terlibat, sebuah sindrom hemiparesis kiri,
kerugian hemisensory kiri, preferensi tatapan ke kanan, dan memotong bidang
visual kiri. Sindrom belahan nondominant juga dapat mengakibatkan pengabaian
dan kekurangan perhatian pada sisi kiri.
Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi dan
kompresi batang otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat
kesadaran, apnea, dan kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau
batang otak antara lain: ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan
muntah, hemiparesis atau quadriparesis, hemisensori atau kehilangan sensori dari
semua empat anggota, gerakan mata yang mengakibatkan kelainan diplopia atau
nistagmus, kelemahan orofaringeal atau disfagia, wajah ipsilateral dan
kontralateral tubuh.
23
Kholesterol, Trigliserid
b. CT scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan
stroke infark dengan stroke perdarahan.
Pada stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum adalah
didapatkan gambaran hipodense sedangkan pada stroke perdarahan
menunjukkan gambaran hiperdens.
c. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak
(sangat sensitif).
d. Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem
karotis atau vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi
atau aneurisma pada pembuluh darah.
e. Pemeriksan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial ,
menentukan ada tidaknya stenosis arteri karotis.
f. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak adanya CT scan atau MRI.
Pada stroke PIS didaptkan gambaran LCS seperti cucian daging atau
berwarna kekuningan. Pada PSA didapatkan LCS yang gross hemorragik.
Pada stroke infark tidak didapatkan perdarahan (jernih).
3.8 Tatalaksana
Penatalaksanaan stroke hemoragik adalah sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan Umum Stroke Akut
a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
Pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan
saturasi oksigen < 95 %
Perbaiki jalan nafas, termasuk pemasangan pipa
orofaring pada pasien yang tidak sadar. Berikan
bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami
24
penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar dengan
gangguan jalan napas
Intubasi ETT atau LMA diperlukan pada pasien
dengan hipoksia ( pO2 < 60 mmHg atau pCO2 > 50
mmHg), atau syok, atau pada pasien yang berisiko
untuk terjadi aspirasi
b. Stabilisasi hemodinamik
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena
(hindari cairan hipotonik seperti glukosa)
Optimalisasi tekanan darah
Bila terdapat adanya penyakit jantung kongestif,
segera atasi
c. Pemeriksaan awal fisik umum
Tekanan darah
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan neurologi umum awal (derajat
kesadaran, pemeriksaan pupil dan okulomotor, dan
keparahan hemiparesis)
d. Pengendalian TIK
Pemantauan ketat terhadap penderita dengan risiko
edema serebral
Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS
< 9 dan penderita yang mengalami penurunan
kesadaran karena peningkatan TIK
Sasaran terapi adalah TIK < 20 mmHg dan CPP > 70
mmHg
Penatalaksanaan penderita dengan peningkatan TIK :
o Tinggikan posisi kepala 20° - 30°
o Hindari penekanan vena jugular
o Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan
hipotonik
o Hindari hipernatremia
25
o Jaga normovolemia
o Osmoterapi atas indikasi :
Manitol 0.25 – 0.5 gr/KgBB selama >
20 menit, diulang setiap 4 – 6 jam
dengan target ≤ 310 mOsm/L.
Furosemid dengan dosis inisial 1
mg/KgBB IV bila perlu
o Intubasi untuk menjaga normoventilasi
o Kortikosteroid tidak direkomendasi untuk
mengatasi edema otak dan tingginya TIK pada
stroke iskemik
o Drainase ventrikular dianjurkan pada
hidrosefalus akut akibat stroke iskemik
serebelar
o Tindakan bedah dekompresif pada keadaan
iskemik serebelar yang menimbulkan efek
masa, merupakan tindakan yang dapat
menyelamatkan nyawa
e. Penanganan transformasi hemoragik
f. Pengendalian kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5 – 20
mg dan diikuti oleh fenitoin loading dose 15 – 20
mg/Kg bolus dengan kecepatan maksimum 50
mg/menit
Bila kejang belum teratasi, rawat di ICU
Pada stroke pendarahan intraserebral, obat
antikonvulsan profilaksis dapat diberikan selama 1
bulan, kemudian diturunkan, dan dihentikan bila tidak
ada kejang selama pengobatan
g. Pengendalian suhu tubuh
Setiap penderita stroke yang disertai demam harus
diberikan obat antipiretik dan diatas penyebabnya
26
Beriksan acetaminophen 650 mg bila suhu > 38.5°C
atau > 37.5°C
Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus
dilakukan kultur dan diberikan antibiotik
Jika didapatkan meningitis, segera diikuti dengan
terapi antibiotik
h. Pemeriksaan penunjang
EKG
Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi,
faal hemostasis, kadar gula darah, analisis urin,
analisa gas darah, dan elektroklit)
Bila ada kecurigaan pendarahan subaraknoid, lakukan
pungsi lumbal untu pemeriksan CSF
Pemeriksaan radiologi (foto rontgen dada dan CT
scan).
2. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Stroke Akut
a. Pada pasien stroke pendarahan intraserebral akut, apabila
TDS > 200 mmHg atau MAP > 150 mmHg, tekanan darah
diturunkan secara kontinyu dengan pemantauan tekanan
darah setiap 5 menit
b. Apabila TDS > 180 mmHg atau MAP > 130 mmHg disertai
dengan gejala dan tanda peningkatan TIK, lakukan
pemantauan TIK.
Tekanan darah dapat diturunkan dengan menggunakan obat
antihipertensi intravena secara kontinyu atau intermiten
dengan pemantauan tekanan perfusi serebral ≥ 60 mmHg
c. Apabila TDS > 180 mmHg atau MAP > 130 mmHg tanpa
disertai dengan gejala dan tanda peningkatan TIK, tekanan
darah diturunkan secara hati – hati dengan menggunakan
obat antihipertensi intravena kontinu atau intermiten dengan
pemantauan tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP 110
mmHg atau tekanan darah 160/90 mmHg.
27
d. Pada pasien stroke pendarahan intraserebral dengan TDS 150
– 220 mmHg, penurunan tekanan darah dengan cepat hingga
TDS 140 mmHg cukup aman
e. Penanganan nyeri termasuk upaya penting dalam penurunan
tekanan darah pada penderita stroke pendarahan intraserebral
f. Pemakaian obat antihipertensi parenteral golongan beta
blocker (labetalol dan esmolol), calcium channel blocker
(nikardipin dan diltiazem) intravena digunakan dalam upaya
diatas.
Hidralazin dan nitroprusid sebaiknya tidak digunakan karena
mengakibatkan peningkatan TIK
g. Pada pendarahan subaraknoid aneurismal, tekanan darah
harus dipantau dan dikendalikan bersama pemantauan
tekanan perfusi serebral untuk mencegah risiko terjadinya
stroke iskemik sesudah PSA serta pendarahan ulang.
Untuk mencegahan pendarahan berulang, tekanan darah
diturunkan hingga TDS 140 – 160 mmHg. Sedangkan TDS
160 – 180 mmHg sering digunakan sebagai target TDS dalam
mencegah risiko terjadinya vasospasme.
h. Penurunan tekanan darah pada stroke akut dapat
dipertimbangkan hingga lebih rendah dari target diatas pada
kondisi tertentu yang mengancam target organ lainnya,
misalnya diseksi aorta, infark miokard akut, edema paru,
gagal ginjal akut, dan ensefalopati hipertensif.
Target penurunan tersebut adalah 15 – 25 % pada jam
pertama, dan TDS 160/90 mmHg pada 6 jam pertama.
3. Penatalaksanaan Khusus Stroke Akut.
a. Penatalaksanaan pendarahan intraserebral
Pasien dengan defisiensi berat faktor koagulasi atau
trombositopenia berat sebaiknya mendapat terapi
pengganti faktor koagulasi atau trombosit
Apabila terjadi gangguan koagulasi dapat diberikan :
28
o Vitamin K 10 mg IV
o FFP 2 – 6 unit diberikan untuk mengoreksi
defisiensi faktor pembekuan darah
Terapi Pembedahan.
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien Ny. S usia 48 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS TNI
AL dr. Mintoharjo dengan keluhan nyeri kepala sejak 6 jam SMRS, nyeri
29
kepala timbul mendadak di seluruh kepala, makin lama makin memberat,
tidak dipengaruhi aktivitas. 6 Jam sebelum sakit kepala pasien mengalami
muntah sebanyak 2 kali, tiba tiba sehingga terbangun dari tidur. Muntah
berupa air, non proyektil. Nyeri kepala disertai adanya kelemahan tubuh sisi
kanan yang timbul tiba-iba. Terdapat bicara pelo dan kesemutan pada tungkai
kanan. Riwayat trauma dan demam disangkal.
Untuk terapi khusus diberikan injeksi Transamine 3x500 mg yaitu obat anti
fibrinolitik yang berfungsi untuk membantu pembekuan darah. Injeksi
Citicoline 2x500 mg adalah obat noorotics dan neurotonics yang berfungsi
untuk mengurangi kerusakan sel otak. Obat oral Amlodipine 1x10 mg yaitu
golongan antagonis kalsium dan obat oral valsartan 1x160 mg yaitu golongan
obat antagonis angiotensi II yang berfungsi untuk mengatasi tekanan darah
tinggi.
30
31
BAB V
KESIMPULAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis stroke hemoragik karena ditemukan gejala
yaitu sakit kepala yang memberat, muntah, kelemahan sisi tubuh kanan, dan hasil
pemeriksaan Ct Scan kepala tanpa kontras dan MRI kepala yang ditemukan
adanya perdarahan di batang otak kiri.
Stroke hemoragik adalah stroke yang diakibatkan oleh perdarahan arteri otak
didalam jaringan otak (intracerebral hemorrhage) dan/atau perdarahan arteri
diantara lapisan pembungkus otak, piamater dan arachnoid. Terapi yang diberikan
adalah injeksi transamine dan injeksi citicoline.
32
DAFTAR PUSTAKA
33