1. Ny. Y, umur 66 tahun dibawa anak dan suaminya ke dokter karena semakin sering lupa
meletakkan benda bahkan ketinggalan belanjaan di pasar, sering tidak mengenali orang-orang
terdekat dengannya, sering tersesat bila mau pulang kerumah, lupa waktu makan dan mandi,
serta makanan yang dimasaknya terasa tidak enak padahal sebelumnya sangat pandai
memasak. Kejadian ini sudah berlangsung selama 6 bulan.
a. Bagaimana mekanisme terjadinya lupa? ( Elsa, Akila )
Kita bisa lupa akan sesuatu dari ingatan karena sejumlah sebab. Di antaranya
adalah:
Aus (Decay Theory)
Teori ini adalah teori yang beranggapan bahwa ingatan yang telah
disimpan bisa rusak dan menghilang. Dikatakan bahwa, ingatan menjadi aus
dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal).
Informasi yang disimpan dalam ingatan akan meninggalkan jejak-jejak
(memory traces), dengan berlalunya waktu proses yang berlaku dalam otak
mengakibatkan jejak-jejaknya makin terkikis yang menyebabkan mundurnya
daya mengingat.
2. Sebelum stroke, sejak 1 tahun yang lalu memang Ny. Y kadang-kadang sudah mulai lupa
meletakkan barang-barangnya.
a. Mengapa Ny.Y kadang-kadang sudah sering lupa meletakkan barang-barangnya sejak 1
tahun yang lalu sebelum stroke? ( Akila, Cica )
Karena faktor usia dan riwayat penyakit hipertensi serta diabetes yang dapat
mempengaruhi vaskularisasi ke otak tepatnya pada temporal yang berperan sebagai
pengatur memori.
Terdapat tiga tahapan penurunan fungsi kognitif pada usia lanjut, mulai dari
yang masih dianggap normal sampai patologik dan pola ini berujud sebagai
spektrum mulai dari yang sangat ringan sampai berat (demensia), yaitu : (a) mudah
lupa (forgetfulness), (b) Mild Cognitive Impairment (MCI), (b) Demensia.
a. Mudah lupa (Forgetfulness)
Mudah lupa masih dianggap normal dan gangguan ini sering dialami
subyek usia lanjut. Frekuensinya meningkat sesuai peningkatan usia. Lebih
kurang 39% pada usia 50-60 tahun dan angka ini menjadi 85% pada usia di
atas 80 tahun. Istilah yang sering digunakan dalam kelompok ini adalah Benign
Senescent Forgetfulness (BSF) atau Age Associated Memory Impairment
(AAMI). Ciri-ciri kognitifnya adalah proses berfikir melambat; kurang
menggunakan strategi memori yang tepat; kesulitan memusatkan perhatian;
mudah beralih pada hal yang kurang perlu; memerlukan waktu yang lebih lama
untuk belajar sesuatu yang baru; memerlukan lebih banyak petunjuk / isyarat
(cue) untuk mengingat kembali.
Kriteria mudah lupa adalah :
3. Riwayat hipertensi ada sejak 10 tahun dan riwayat DM ada sejak 5 tahun tetapi tidak rutin minum
obat.
a. Bagaimana keterkaitan antara DM sejak 5 tahun dengan keluhan utama? ( Akila, Rara )
Diabetes Melitus memiliki hubungan yang kuat antara penyakit pembuluh darah otak
(CVD)sehingga sering dikaitan sebagai salah satu faktor resiko terjadinya DVa Pada DM
ditemukan beberapa hal seperti adanya asam lemak bebas yang berlebih (FFAs), berkurangnya
Endothelial Nirat Oxidase sintase (eNOS), terjadinya resistensi insulin, kondisi prothrombotic,
pelepasan abnormal vasoaktivator endotel, pembuluh darah otot polos (VSCM) disfungsi dan
gangguan stres oksidatif. Hal-hal tersebut mengakibatkan disfungsi endotel sehingga terjadilah
gangguan vascular seperti aterosklerosis dan hipertensi yang memacu terjadinya DVa.
Diabetes melitus juga mnyebabkan berkurangnya eNOS.Nitrit Oxide (NO) disintesa dari L-
Arginine dengan pengaruh eNOS. Nitrat oksida yang dihasilkan oleh eNOS memiliki fungsi
untuk melindungi pembuluh darah dari kerusakan endogen, seperti aterosklerosis dengan
memperantarai sinyal molekular yang mencegah interaksi trombosit dan leukosit dengan dinding
vaskular, menghambat proliferasi dan migrasi VSCM, mencegah disfungsi endotel, efek
vasodilatasi dan mecegah oksidasi LDL sehingga dapat menghambat terbentuknya sel foam.
Berkurangnya eNOS mempengaruhi dari fungsi NO sehingga terjadinya peningkatan aktivitas
faktor transkripsi proinflamasi NF-kB yang mengakibatkan ekspresi adesi molekul adhesi
molekul leukosit dan produksi sitokin kemokin. Hal ini meningkatkan migrasi monosit dan sel
otot polos vaskuler kedalam intima dan pembentukan sel foam makrofag dan penanda awal
morfologik pembentukan ateroskelorosis.
4. Pemeriksaan kognitif
MMSE 17/30
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan kognitif diatas? (Sisi, Akila)
MMSE 17/30 => kemungkinan ada gangguan kognitif
Nilai normal untuk pemeriksaan MMSE adalah 24-30
b. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari hasil pemeriksaan diatas? (Sisi, Akila)
Sama seperti patofisiologi gangguan kognitif pada kasus ini
c. Apa indikasi pemeriksaan MMSE? (Sisi, Akila)
Gangguan kognitif akibat penyakit neurodegeneratif
Dimensia
Alzaimer
d. Bagaimana prosedur pemeriksaan MMSE? (Sisi, Akila)
LEARNING ISSUE
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit serebrovaskular yang multipel, yang
menyebabkan suatu pola gejala demensia. Gangguan terutama mengenai pembuluh darah serebral
berukuran kecil dan sedang, yang mengalami infark menghasilkan lesi parenkim multipel yang menyebar
pada daerah otak yang luas. Penyebab infark termasuklah oklusi pembuluh darah oleh plak
arteriosklerotik atau tromboemboli dari tempat asal yang jauh seperti katup jantung. Pada
pemeriksaan, ditemukan bruit karotis, kelainan funduskopi, atau pembesaran kamar jantung.
1. Usia lanjut
2. Hipertensi
3. Merokok
4. Penggunaan alkohol kronis
5. Aterosklerosis
6. Hiperkolesterolemia
7. Homosistein plasma
8. Diabetes melitus
9. Penyakit kardiovaskular
10. Penyakit infeksi SSP kronis (meningitis, sifilis dan HIV)
11. Pajanan kronis terhadap logam (keracunan merkuri, arsenik dan aluminium)
12. Penggunaan obat-obatan (termasuklah obat sedatif dan analgetik) jangka panjang
13. Tingkat pendidikan yang rendah
14. Riwayat keluarga mengalami demensia
b. Klasifikasi (demensia vascular, alzaimer dan MCI) (Elsa, Akila, Rara, Cica )
KLASIFIKASI
c. Patofisiologi (Keterkaitan defisit saraf dengan fungsi kognitif) ( Elsa, Akila, Rara, Cica )
PATOFISIOLOGI
Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf dan/atau hilangnya
komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan banyak faktor yang dapat
mengganggu fungsinya. Beberapa penelitian telah menemukan faktor-faktor ini namun tidak
dapat menggabungkan faktor ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana demensia
terjadi.
Pada demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus pada otak dan
menyebabkan penurunan kognitif. Penyakit serebrovaskular fokal terjadi sekunder dari oklusi
vaskular emboli atau trombotik. Area otak yang berhubungan dengan penurunan kognitif adalah
substansia alba dari hemisfera serebral dan nuklei abu-abu dalam, terutama striatum dan
thalamus.
Mekanisme demensia vaskular yang paling banyak adalah infark kortikal multipel, infark
single strategi dan penyakit pembuluh darah kecil.4
a. Demensia multi-infark: kombinasi efek dari infark yang berbeda menghasilkan
penurunan kognitif dengan menggangu jaringan neural.
b. Demensia infark single: lesi area otak yang berbeda menyebabkan gangguan kognitif
yang signifikan. Ini dapat diperhatikan pada kasus infark arteri serebral anterior, lobus
parietal, thalamus dan satu girus.
c. Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan 2 sindrom major, penyakit Binswanger dan
status lakunar. Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan dinding arteri,
pengembangan ruangan Virchow-Robin dan gliosis parenkim perivaskular.
d. Penyakit lakunar disebabkan oleh oklusi pembuluh darah kecil dan menghasilkan lesi
kavitas kecil di otak akibat dari oklusi cabang arteri penetrasi yang kecil. Lakunae ini
ditemukan lebih sering di kapsula interna, nuklei abu-abu dalam, dan substansia alba.
Status lakunar adalah kondisi dengan lakunae yang banyak, mengindikasikan adanya
penyakit pembuluh darah kecil yang berat dan menyebar.
e. Penyakit Binswanger (juga dikenal sebagai leukoencephalopati subkortikal) disebabkan
oleh penyakit substansia alba difus. Pada penyakit ini, perubahan vaskular yang terjadi
adalah fibrohialinosis dari arteri kecil dan nekrosis fibrinoid dari pembuluh darah otak
yang lebih besar.
Keadaan penurunan fungsi kognitif dan demensia vaskular pada usia lebih lanjut, lebih
sering terjadi pada penderita hipertensi kronis. Hampir 80% pasien dengan penyakit
serebrovaskular menunjukan peningkatan tekanan darah. Tekanan darah sistolik meningkat
seiring dengan usia, akan tetapi tekanan darah diastolik meningkat seiring dengan tekanan darah
sistolik hanya sampai usia 55 tahun, yang kemudian akan menurun akibat terjadinya proses
kekakuan arteri yang disebabkan oleh atherosklerosis. Hipertensi merupakan faktor risiko utama
dari demensia vaskular, disamping faktor-faktor atherogenik lain yang menunjang, seperti:
hiperkolesterolemia, infark miokard, fibrilasi atrium, diabetes melitus, perokok aktif dan
peminum alkohol. Keadaan ini mengakibatkan penyempitan dan sklerosis arteri-arteri kecil di
daerah subkortikal, yang akan mengakibatkan hipoperfusi, kehilangan autoregulasi, penurunan
aliran darah sawar otak dan akhirnya mengakibatkan proses demielinisasi substansia alba
subkortikal, mikroinfark dan penurunan fungsi kognitif. Pemeriksaan MRI pada pasien dengan
hipertensi kronik sering menunjukkan lesi subkortikal, mikroinfark, astrogliosis, pelebaran
ventrikel dan akumulasi cairan ekstrasel dibanding dengan pasien tanpa hipertensi.
Demensia vaskular meliputi semua kasus demensia yang disebabkan oleh bermacam-macam lesi
vaskular dan mekanisme patogenesis seperti:
1. Demensia Multi-infark
Penyakit vaskular menghasilkan efek fokal dan difus pada otak dan menyebabkan kemunduran
kemampuan kognitif. Daerah pada otak yang berhubungan dengan kemunduran kemampuan
kognitif adalah substansia alba dan nukleus substansia grisea, khususnya striatum dan thalamus.
Kemunduran kognitif vaskular ringan dapat muncul pada usia lanjut. Hal ini berhubungan
dengan kemunduran kemampuan kognitif yang terus menurun namun tidak sesuai dengan tingkat
usia maupun pendidikan penderita. Keadaan ini tidak memenuhi kriteria demensia dan tidak
berhubungan dengan faktor resiko vaskular karena tidak ditemukan bukti adanya silent stroke
atau infark pada substansia alba pada CT scan.
Pemeriksaan otopsi menunjukan hubungan antara penyakit Alzheimer dan lesi vaskular.
Sejumlah penelitian juga menunjukan peningkatan penyakit Alzheimer pada pasien dengan
faktor risiko vaskular seperti : hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri perifer dan perokok
aktif. Apolipoprotein E memegang peranan pada penyakit Alzheimer dan demensia vaskular.
Apolipoprotein E-IV juga meningkatkan resiko demensia pada stroke dan merupakan suatu
faktor resiko yang kuat untuk perkembangan cerebral amyloid angiopathy pada pasien
Alzheimer.
e. Manifestasi klinis (demensia vascular, alzaimer dan MCI) ( Elsa, Akila, Rara, Cica )
Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular selalunya subkortikal, bervariasi dan biasanya
menggambarkan peningkatan kesukaran dalam menjalankan aktivitas harian seperti makan,
berpakaian, berbelanja dan sebagainya. Hampir semua kasus demensia vaskular menunjukkan
tanda dan simptom motorik.
Hemiparese dextra
Ganglia basalis merupakan suatu kelompok nukleus dalam di hemisfere otak. Ganglia
basalis merupakan bagian penting neurologis klasik tentang pergerakan normal dan
pergerakan abnormal. Secara spesifik, ganglia basalis terlibat dalam pengaturan umpan
balik (feed-back regulation) dari pergerakan.Ganglia basalis terletak di subkortikal dan
terlibat dalam pengaturan gerakan motorik kompleks pada traktus extrapiramidalis.
Pada cerebri terdapat area motorik primer dan sekunder. Area motorik primer memiliki
hubungan langsung dengan otot-otot spesifik untuk menimbulkan gerakan otot tertentu.
Area sekunder, mengartikan sensasi dari sinyal area primer. Area premotorik dan area
suplementer bersama dengan korteks motorik primer dan ganglia basalis menyediakan
“pola” aktivitas motorik.
Apabila terdapat infark di ganglia basalis seperti terjadi pada Tuan A, maka gerakan
motoriknya akan terganggu.
Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis (piramidalis).
Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla
oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi
kontralateralnya. Jaras piramidalis saat melewati crus posterior kapsula interna akan
berdampingan dengan saraf afferent (sensorik). Sehingga jika terjadi infark atau lesi di
sinistra, maka akan terjadi hemiparese kontralateral.
A. Definisi
Mini Menta State Exam (MMSE) merupakan alat pengkajian status mental lansia untuk
mengetahui keadaan umum tingkat lansia yang menandakan lansia dalam keadaan sadar penuh
terhadap kondisi dan keadaan lansia terkait dengan proses penuaan yang dialaminya.
Mini Mental Stage Examination (MMSE) adalah pemeriksaan yang dilakukan petugas medis
untuk menilai status mental pasien. MMSE merupakan penilaian yang sederhana dan sangat
banyak digunakan untuk menilai status mental pasien. MMSE dilakukan untuk menilai
bagaimana Orientasi waktu dan tempat, Pengujian Memori Jangka Pendek dan jangka panjang,
berhitung, Kemampuan Bahasa, dan Kemampuan Konstruksional. MMSE sering digunakan
untuk menilai penurunan status mental pada lansia seiring bertambahnya umur pasien tersebut.
Mini Mental State Examination(MMSE) adalah salah satu alat yang paling umum untuk
pemeriksaan penurunan kognitif pada dewasa tua dan lanjut usia. MMSE dikembangkan untuk
membedakan antara lanjut usia dengan atau tanpa gangguan neuropsikiatri awal dalam
proses penyakit. Dengan mengetahui lebih awal gangguan neuropsikiatri orang tersebut
maka dapat meningkatkan waktu pengobatan farmakologis dan non farmakologis untuk
menunda terjadinya gangguan neuropsikiatri tersebut terutama gangguan kognitif. Hal ini
juga digunakan selama masa tindakan pada pasien yang menderita gangguan kognitif untuk
menilai perkembangan penyakit.
B. Tujuan
1. Mengidentifikasi status mental lansia
2. Merumuskan permasalahan mental yang dialami lansia
3. Menentukan tindakan selanjutnya pada lansia
C. Indikasi
1. Gangguan kognitif akibat penyakit neurodegeneratif
2. Dimensia
3. Alzaimer
D. Manfaat
1. Klinis
Memberikan informasi pada kalangan medis tentang hubungan usia dengan skor MMSE
pada lansia.
2. Akademis
Sebagai sumber data untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan usia
dengan skor MMSE pada lansia.
3. Masyarakat
Memberikan informasi pada masyarakat mengenai pentingnya mengenal tentang fungsi
kognitif dengan faktor resiko hipertensi dan bagaimana cara deteksi dini, sehingga tidak
jatuh kedalam kondisi demensia.
Nama Pasien:....................................( Lk / Pr )
Umur:..................Pendidikan.......................Pekerjaan:........................
Riwayat Penyakit: Stroke ( ) DM( ) Hipertensi( ) Peny.Jantung( ) Peny.
Lain.................................................
Pemeriksa:................................... Tgl .......................
DAFTAR ISI
1. Budiarto, Gunawan. 2007. Dementia Vaskular serta kaitannya dengan stroke. Kumpulan
Makalah Pertemuan Ilmiah nasional II Neurobehaviour. Airlangga University Press,
Surabaya.
2. Harold I. Kaplan M, Benjamin J. Sadock, Jack A. Grebb MD. 2010. Sinopsis Psikiatri
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara.