Received: Mei 2016; Revised: Mei 2016; Accepted: Mei 2016; Available Online: Mei 2016
Abstrak
Biodiesel merupakan energi bahan bakar alternatif pengganti minyak diesel yang diproduksi dari minyak
tumbuhan atau lemak hewan yang memiliki keuntungan mudah digunakan, bersifat biodegradable, tidak
beracun, dan bebas dari sulfur. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan proses pembuatan biodiesel
menggunakan katalis asam (Ni/γ-Al2O3) untuk proses esterifikasi dan katalis basa (Mg/γ-Al2O3) untuk proses
transesterifikasi dengan variasi konsentrasi katalis Ni/γ-Al2O3 (0.5%; 0.75%; 1% dan 2%) dan waktu (60 menit,
120 menit, dan 180 menit). Metode penelitian di awali dengan proses impregnasi logam Ni dan Mg ke dalam
penyangga γ-Al2O3, karakterisasi katalis dengan XRD, FTIR, dan SAA, dan proses esterifikasi untuk
menurunkan kadar FFA dan transesterifikasi untuk proses pembuatan biodieselnya. Hasil karakterisasi dengan
XRD tidak muncul peak baru, hanya terjadi pergeseran peak saja, dan menurunnya intensitas Ni/γ-Al2O3 dan
Mg/γ-Al2O. Hasil analisis SAA, terjadi penurunan luas permukaan (menurunnya sisi aktif katalis) yang diduga
proses impregnasi belum berjalan sempurna, karena logam Ni dan Mg hanya terdistribusi di permukaan pori
penyangga. Hasil analisis FTIR tidak terjadi penambahan keasaman dan kebasaan. Konsentrasi katalis optimum
dari proses esterifikasi adalah 1% dalam waktu 120 menit menghasilkan kadar FFA 6.85%.
Abstract
Biodiesel is an alternative energy fuel a substitute for diesel oil produced from vegetable oil or animal fat which
have the advantage easily used, they are biodegradable, not toxic and sulfur free. This research aims to do
process of prosucing biodiesel using acid catalysts (Ni/γ-Al2O3) for a esterification process and base catalyst
(Mg/γ-Al2O3) for transesterification process with the variation of catalyst concentration Ni/γ-Al2O3 (0.5%;
0.75%; 1% and 2%) and the time (60 minutes, 120 minutes, and 180 minutes). Research of methodology starting
to the process impregnation Ni and Mg metal into a buffer γ-Al2O3, characterization a catalyst with XRD, FTIR,
and the SAA, and the esterification process to lower levels of FFA and transesterification process for making it
biodiesel. The characterization with X-RD does not appear a new peak, only just occurred a shift peak, and
declines intensity of Ni/γ-Al2O3 and Mg/γ-Al2O3. The analysis result of the SAA, a decline in the surface area
(the decline in active side of catalyst) suspected the process impregnation not run perfect because Ni and Mg
metal only distributed on the surface of buffer pore. The results of the FTIR analysis does not occur the addition
of acidity and alkalinity. The steady of catalyst concentration from esterification process is 1% within 120
minutes produce levels of FFA 6.85%.
DOI: http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v2i1.3104
Copyright © 2016, Published by Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia,
P-ISSN: 2460-6065
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 2, No. 1, Mei 2016 [1-10] P-ISSN : 2460-6065
Ray Diffraction (XRD) Shimadzu, dan Surface (Larutan II). Setelah itu, larutan I dan larutan
Area Analyzer (SAA) Micromeritics Tristar II, II dicampurkan dalam gelas beker lain.
dan adsorpsi dikarakterisasi dengan FTIR Dipanaskan pada suhu 60-70 oC sambil diaduk
Shimadzu untuk karakterisasi keasaman hingga terbentuk kering atau pasta.
(adsorpsi piridin) dan kebasaan (adsorpsi CO2), Dilakukan pengeringan di oven pada
dan Gas Chromatography-Mass Spectroscopy suhu 100 oC selama 24 jam, jika kedua katalis
(GC-MS) Shimadzu. tersebut telah berbentuk pasta. Terakhir,
Bahan yang digunakan dalam dikalsinasi dalam tanur pada suhu 500 oC
penelitian ini adalah bahan baku minyak selama 5 jam (sebelumnya katalis
jelantah rumah tangga, NaOH 0.1 M, etanol dikarakterisasi dengan TGA untuk menentukan
teknis 96%, indikator phenolptalein (PP), suhu kalsinasinya) dan terbentuk hasil
aquades, metanol, penyangga katalis gamma impregnasi Ni/γ-Al2O3 dan Mg/γ-Al2O3.
alumina (γ-Al203), garam prekursor nikel (II) Setelah dikalsinasi, kedua katalis tersebut siap
nitrat (Ni(NO3)2.6H2O), dan garam prekursor untuk direduksi selama 2 jam untuk
magnesium (II) nitrat (Mg(NO3)2.6H2O). menghilangkan unsur oksigen di dalam katalis.
Katalis Mg/γ-Al2O3 siap untuk
Preparasi Katalis Asam (Ni/γ-Al2O3) dan dikarakterisasi. Katalis Mg/γ-Al2O3 dan
Katalis Basa (Mg/γ-Al2O3) 5% Metode penyangga γ-Al2O3 sama-sama dikarakterisasi
Impregnasi (Savitri, 2013) untuk melihat perbedaannya menggunakan
Penyangga γ-Al2O3 diaktivasi di instrumen yang sama seperti katalis asam
dalam oven selama 2 jam sebanyak 20 gram (Ni/γ-Al2O3) dengan prosedur yang sama.
pada suhu 110 oC. Preparasi katalis asam, Karakterisasi katalis dalam penelitian ini
pertama dibuat larutan impregnan yaitu 10 menggunakan XRD (X-Ray Diffraction), SAA
gram γ-Al2O3 yang sudah diaktivasi dilarutkan (Surface Area Analyzer), dan adsorpsi dengan
dalam 30 mL aquades dalam gelas beker 250 FTIR.
mL dan diaduk (Larutan I). Selanjutnya
ditimbang sebanyak 2.61 gram nikel (II) nitrat Preparasi Minyak Jelantah
(Ni(NO3)2.6H2O) lalu dilarutkan dalam 70 mL Minyak jelantah disaring terlebh dahulu
aquades dalam gelas beker 100 mL dan diaduk untuk menghilangkan pengotor padat yang
(Larutan II). Setelah itu, larutan I dan larutan II berukuran besar, kemudian diuapkan air nya
dicampurkan dalam gelas beker lain. dalam evaporator pada suhu 70-100 oC selama
Dipanaskan pada suhu 60-70 oC sambil diaduk 2-3 jam. Setelah itu ditentukan kadar FFA
hingga terbentuk kering atau pasta. awal dari minyak jelantah, dengan cara minyak
Preparasi katalis basa sama dengan jelantah ditimbang sebanyak 2.0 gram dalam
preparasi katalis asam, yaitu pertama dibuat erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 25 mL
larutan impregnan yaitu 10 gram γ-Al2O3 yang etanol teknis 96% yang panas dan beberapa
sudah diaktivasi dilarutkan dalam 30 mL tetes indikator PP. Lalu dititrasi dengan larutan
aquades dalam gelas beker 250 mL dan diaduk 0.1 NaOH yang telah distandarisasi sampai
(Larutan I). Selanjutnya ditimbang sebanyak warna merah jambu tercapai dan tidak hilang
2.7 gram magnesium (II) nitrat selama 30 detik. Terakhir, ditentukan kadar
(Mg(NO3)2.6H2O) lalu dilarutkan dalam 70 mL FFA.
aquades dalam gelas beker 100 mL dan diaduk
Waktu reaksi (60 menit, 120 konsentrasi katalis opt. waktu optimum
menit, dan 180 menit) suhu 65 oC
3
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 2, No. 1, Mei 2016 [1-10] P-ISSN : 2460-6065
Pembuatan Biodiesel (reaksi esterifikasi dan diamkan selama 24 jam. Terakhir, biodiesel
transesterifikasi (lapisan atas) yang terbentuk di ambil lalu di
Proses esterifikasi dilakukan jika kadar timbang berat biodiesel yang dihasilkan.
FFA ≥ 5%. Sebanyak 100 gram minyak Rendemen hasil dituliskan dalam persamaan
jelantah yang sudah di evaporasi dituang ke sebagai berikut (Yoeswono et al., 2007).
dalam labu leher tiga 500 mL. Setelah itu
ditambahkan katalis asam padat Ni/γ-Al2O3 %Rendemen ………................2)
(optimasi konsentrasi katalis 0.5 % ; 0.75% ;
1%; dan 2%) dengan suhu 65oC dalam waktu
120 menit. Setelah tercapai suhu 65 oC lalu Keterangan :
Wp = berat produk yang diperoleh (gram)
ditambahkan metanol teknis dengan Wb = berat bahan baku minyak (gram)
perbandingan mol 1 : 9 (minyak dengan
metanol) sebanyak 43 mL. Setelah itu,
campuran di pisahkan dalam corong pisah dan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
di diamkan selama 24 jam. Terakhir, di hitung
kembali FFA dari hasil yang diperoleh,
Struktur Kristal Katalis dengan X-Ray
konsentrasi katalis optimum dilihat dari FFA
Diffraction (XRD)
yang paling kecil. Setelah itu dilakukan
Analisa XRD merupakan instrumen
optimasi waktu reaksi (Kartika, 2008).
yang digunakan untuk mengkarakterisasi
Optimasi konsentrasi katalis dan waktu reaksi
struktur kristal, ukuran kristal dari suatu bahan
dilihat dari Tabel 1 berikut.
padat. Semua bahan yang mengandung kristal
Langkah selanjutnya adalah proses
tertentu ketika di analisis menggunakan XRD
transesterifikasi menggunakan konsentrasi
akan memunculkan puncak-puncak yang
katalis dan waktu optimum dari reaksi
spesifik. Pada penelitian ini untuk mengetahui
esterifikasi. Produk esterifikasi yang terbentuk
keberhasilan dari preparasi katalis dengan
dipanaskan dalam labu leher tiga dan
penyangga γ-Al2O3 yang diimpregnasi dengan
ditambahkan larutan dari pencampuran katalis
logan nikel (Ni) dan magnesium (Mg).
basa padat dengan metanol (dengan
Adapun hasil pengukuran XRD untuk katalis
perbandingan mol minyak dan metanol, 1:6 ).
Ni/γ-Al2O3 dan Mg/γ-Al2O3 sebelum dan
Setelah itu, pengaduk dinyalakan dan reaksi
sesudah impregnasi dapat dilihat pada Gambar
berlangsung selama 120 menit. Setelah 120
1.
menit reaksi dihentikan. Hasil reaksi
dimasukkan ke dalam corong pisah dan di
4
Pembuatan Katalis Asam (Ni/γ-Al2O3) dan Katalis Basa (Mg/γ-Al2O3) Aziz, et. al.
5
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 2, No. 1, Mei 2016 [1-10] P-ISSN : 2460-6065
Analisa Keasaman dan Kebasaan Katalis Analisa kebasaan pada sampel (γ-
dengan FTIR Al2O3 dengan Mg/γ-Al2O3) dilakukan dengan
Pada penelitian ini, analisa dengan adsorpsi CO2. Berdasarkan hasil analisa
menggunakan FTIR ini untuk mengidentifikasi kebasaan katalis yang di adsorpsi dengan gas
tipe keasaman yang dimiliki berdasarkan CO2, penyangga γ-Al2O3 sebelum di
bilangan gelombangnya. Metode adsorpsi yang impregnasi menggunakan logam Mg, muncul
digunakan adalah metode adsorpsi piridin serapan pada bilangan gelombang (yang diberi
untuk menganalisa keasaman katalis. Secara panah orange) 1533 cm-1 dan 1516 cm-1
umum ada dua tipe keasaman yaitu tipe berdasarkan kekuatannya termasuk dalam
Broensted dan Lewis. Tipe Broensted unidentat karbonat asimetrik. Sedangkan
cenderung mendonorkan proton atau ion H+ setelah di impregnasi dengan logam Mg,
sedangkan tipe Lewis cenderung untuk muncul serapan baru tetapi bilangan
menangkap atau menerima elektron. Adapun gelombangnya tidak terlalu jauh dengan yang
hasil pengujian keasaman/acidity dan kebasaan sebelum di impregnasi, yaitu muncul pada
dengan menggunakan FTIR dapat dilihat pada bilangan gelombang 1538 cm-1 dan 1521 cm-1
Gambar 2 dan Gambar 3. yang juga termasuk dalam unidentat karbonat
Gambar 2 memperlihatkan bahwa asimetrik (Cosimo et al., 1998).
sebelum diimpregnasi logam nikel, penyangga Analisa kebasaan sebelum dan sesudah
γ-Al2O3 memiliki puncak serapan pada 1645 impregnasi, bilangan gelombangnya tidak
cm-1 yang merupakan tipe Broensted dan juga terlalu jauh diduga tidak adanya penambahan
muncul serapan pada 1437 cm-1 yang sisi kebasaan katalis setelah diimpregnasi
merupakan tipe Lewis. Sisi asam Broensted dengan logam Mg. Proses impregnasi γ-Al2O3
yaitu sisi yang mendonorkan proton sedangkan dengan suatu logam alkali maupun alkali tanah
sisi asam Lewis adalah sisi yang menerima dapat meningkatkan kebasaan γ-Al2O3 dan
elektron. Gamma alumina (γ-Al2O3) setelah prosesnya adalah penggantian proton pada
diimpregnasi dengan logam nikel, bukan hanya gugus alumina dengan atom logam alkali,
panjang gelombang 1645 cm-1 dan 1437 cm-1 sehingga menambah kerapatan gugus hidroksil
yang terdeteksi, namun timbul puncak-puncak pada alumina, sehingga secara umum katalis
serapan baru sekitar 1527 cm-1 dan 1569 cm-1 aktif sebagai katalis basa. Selain itu,
yang menyatakan tipe Broensted. Tetapi jika mekanisme lain dalam penambahan kebasaan
dilihat dari ketajaman peaknya, peak katalis akibat impregnasi logam alkali adalah
Ni/γ-Al2O3 kurang tajam (lebih landai) terbentuknya gugus Al-O-Alkali/Alkali tanah
dibandingkan dengan penyangga γ-Al2O3 yang menjadi prekursor sisi aktif basa sebagai
(Rinaldi et al., 2013). donor elektron (-O-) (Rilian, 2009).
Gambar 2. Spektra FTIR katalis γ-Al2O3 dengan Ni/γ-Al2O3 yang diadsorp dengan piridin
6
Pembuatan Katalis Asam (Ni/γ-Al2O3) dan Katalis Basa (Mg/γ-Al2O3) Aziz, et. al.
Proses Pembuatan Biodiesel (reaksi metanol pada proses ini yaitu 1 : 6 (Kartika et
esterifikasi dan transesterifikasi) al., 2012). Hasil penelitian yang diperoleh
Reaksi esterifikasi digunakan untuk dapat dilihat pada gambar berikut.
menurunkan asam lemak bebas dan dilakukan
variasi konsentrasi katalis Ni/γ-Al2O3 yaitu
0.5% ; 0.75% ; 1% ; 2%, dihitung dengan
menggunakan metode titrasi. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kadar FFA terkecil
dari konsentrasi katalis lainnya yaitu pada
konsentrasi 1%. Akan tetapi, kadar FFA yang
di dapat hanya turun 0.91% dari FFA
sebelumnya (7.76%) dan belum memenuhi
syarat yang sudah ditentukan yaitu dibawah
5%. Akan tetapi, ditambahkan katalis berlebih
yaitu 2%, kadar FFA kembali meningkat
bahkan sangat tinggi yaitu mencapai 10.05%.
Pada penggunaan katalis sebanyak 2%,
semakin banyaknya anion yang terbentuk
setelah situs asam Broensted dari katalis
melepaskan proton untuk proses katalitik.
Akibatnya semakin banyak pula metanol yang Gambar 4. Hasil transesterifikasi menggunakan
dibutuhkan untuk menyeimbangkan anion dari katalis Mg/γ-Al2O3
katalis tersebut. Hal ini mengakibatkan
metanol yang terlibat dalam reaksi akan
berkurang dari seharusnya, sehingga reaksi Pada Gambar 4 dapat dilihat,
esterifikasi menjadi tidak optimal dan asam transesterifikasi menggunakan katalis Mg/γ-
lemak bebas (FFA) yang ada dalam minyak Al2O3 tidak tampak pemisahan yang jelas. Bila
jelantah tidak seluruhnya teresterkan (Kartika dilihat dari reaksi transesterifikasi, maka
et al., 2012). Selanjutnya adalah menentukan seharusnya menghasilkan gliserol pada lapisan
waktu optimum untuk menurunkan kadar FFA. bawah. Metanol yang berlebihan juga dapat
Variasi waktu yang digunakan yaitu 60 menit melarutkan gliserol yang konsentrasinya
(1 jam), 120 menit (2 jam), dan 180 menit (3 semakin meningkat, sehingga sulit untuk
jam). Waktu optimal untuk menurunkan kadar dipisahkan dalam campuran metil ester
FFA dari hasil penelitian ini adalah waktu 120 (Yoeswono et al., 2008). Pada peristiwa ini,
menit (2 jam). Pada kondisi ini reaktan telah memungkinkan tidak terbentuknya gliserol
bergeser ke kanan menjadi produk yaitu metil pada penelitian ini. Selain itu, kemungkinan
ester dan H2O. Sisi keasaman memiliki yang dapat terjadi adalah reaksi belum berjalan
hubungan dengan luas permukaan. Semakin dengan sempurna sehingga tidak seluruh
besar luas permukaan, maka semakin banyak trigliserida bereaksi membentuk metil ester
sisi keasamannya (Prasetyoko et al., 2011). dan masih berupa senyawa antara seperti
Akan tetapi dalam penelitian ini, jika dilihat monogliserida atau digliserida.
luas permukaan Ni/γ-Al2O3 menggunakan Jika dibandingkan dengan hasil
metode BET saat di impregnasi dengan logam penelitian, katalis Mg/γ-Al2O3 setelah di
Ni (nikel) dari penyangga γ-Al2O3 (gamma adsorp menggunakan gas CO2, memiliki
alumina) luas permukaannya turun dari yang kekuatan basa yang cukup kuat termasuk
sebelum di impregnasi. Jadi, berdasarkan dalam golongan unidentat karbonat asimetrik
pernyataan Prasetyoko, luas permukaan nya yang merupakan golongan basa kuat
menurun, maka sisi keasamannya juga dibandingkan dengan bidentat karbonat dan
menurun (berbanding lurus). bikarbonat (Cosimo et al., 1998). Tetapi jika
Setelah proses esterifikasi selesai, dilihat dari pembahasan sebelumnya, logam
kemudian dilanjutkan dengan proses Mg belum terimpreg secara sempurna ke
transesterifikasi tanpa adanya pencucian dalam penyangga γ-Al2O3 (dilihat dari hasil
terhadap metil ester yang diperoleh. Hal ini karakterisasi dengan XRD terjadi penurunan
dikarenakan katalis yang digunakan intensitas dan tidak muncul peak baru) dan
merupakan katalis heterogen yaitu Mg/γ-Al2O3 logam Mg hanya terdistribusi pada permukaan
dengan perbandingan mol minyak terhadap pori saja dan tidak masuk ke dalam pori-pori
7
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 2, No. 1, Mei 2016 [1-10] P-ISSN : 2460-6065
4. SIMPULAN
Savitri. 2013. Pembuatan cumene dari minyak Yoeswono Sibarani J, Khairi S. 2008. Pemanfaatan
gondorukem (Rosin Oil) melalui reaksi abu tandan kosong kelapa sawit sebagai
perengkahan dan dehidrogenasi katalis basa pada reaksi transesterifikasi
menggunakan katalis HZSM-5 dalam pembuatan biodiesel. PKMI-1. 1-10.
termodifikasi. Tesis, Jurusan Teknik Kimia-
Universitas Indonesia. Yoeswono, Triyono, Tahir I. 2007. The use of ash
of palm empty fruit bunches as a source of
Sutapa I, Rosmawaty. 2014. Pengaruh berat katalis, base catalyst for synthesis of biodiesel from
suhu, dan waktu reaksi terhadap produk palm kernel oil. Proceeding of International
biodiesel dari lemak sapi. Prosiding Seminar Conferences on Chemical Sciences (ICCS-
Nasional Basic Science VI. Ambon, 7 Mei 2007). Yogyakarta-Indonesia, 24-26 May
2014. 2007.
10