Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

PROGRESIVISME DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Murfiah Dewi Wulandari


PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta
mdw278@ums.ac.id

Abstrak
Progresivisme yang mulai berkembang pada abad awal XX dalam dunia pendidikan dengan
melihat situasi dan kondisi sekolah pada saat itu yang masih tradisional dan esensial dengan
mengagungkan pengetahuan saja dan adanya dikotomi teori dan praktik sehingga tidak bisa
menjawab tantangan dunia kerja pada saat itu. Kemudian muncullah tokoh-tokoh seperti
Dewey, Rousseau, Pestalozi, dan lain-lain dengan membawa perubahan cara pandang dalam
pendidikan dan mewarnai dunia pendidikan sampai sekarang. Pendidikan menurut aliran
progresivisme ini menekankan kreativitas murid, di mana bebas mengekspresikan apa yang
menarik dalam pikirannya. Guru hanya bertugas untuk membimbing dan mengarahkan
maksud dan tujuan murid, tidak boleh lebih dari itu. Kurikulum bersumber dari murid dan
kemudian difasilitasi oleh sekolah semaksimal mungkin. Aliran ini tidak berpatokan kepada
kurikulum yang sifatnya baku, sehingga untuk menilai hasil dari pendidikan itu menjadi
sangat sulit. Dan inilah yang menjadi kelemahannya. Contoh pendidikan di Indonesia seperti
di MIM PK Kartasura dengan menerapkan kurikulum multiple intelegensi dan SMK yang
menjawab tantangan persaingan dunia kerja karena bakat dan kreatifitas yang dikembangkan
di sekolah formal.

Kata Kunci: Progresivisme, Pendidikan di Indonesia

PENDAHULUAN lebih tinggi dari cara-cara berpikir yang


bersifat umum(Hanurawan, 2005).
Berbicara tentang filsafat tidak akan
terlepas dari kegiatan berpikir manusia. Pendidikan merupakan proses untuk
Seseorang mempelajari filsafat diharapkan mendewasakan peserta didik, baik di
akan tumbuh suatu tradisi berpikir yang lingkungan keluarga, sekolah, maupun
bersifat kritis, spekulatif rasional, dan radiks masyarakat. Akhir-akhir ini muncul
mendalam. Tradisi berpikir seperti itu akan berbagai persoalan pendidikan yang
mampu mengarahkan manusia memecahkan diakibatkan dari hasil pendidikan itu sendiri
problem-problem kehidupan yang bersifat yang tidak sesuai dengan harapan, sehingga
esensial dan bersifat abstrak secara tepat mengakibatkan banyaknya penyimpangan
sasaran dan dapat mencapai inti hakekatnya. yang ditimbulkan. Misal dampak negatif
Melalui pemikiran dan perenungan filsafati dari perkembangan teknologi kadang
maka seseorang akan mampu mengikuti dan memicu pornografi dan pergaulan seks
melaksanakan cara-cara berpikir yang bebas pada remaja bahkan pada anak-anak.
bersifat lanjutan dan memiliki kompleksitas Untuk mengatasi hal tersebut salah satu

319
ISBN 978-602-70471-2-9

solusi yang bisa ditawarkan adalah teoritis berupa ide-ide. Contoh di Jerman
membedah makna pendidikan melalui pendidikan konvensional dengan
pendekatan filsafat. Mengapa memilih Reformpädagogik dimulai pada 1890 dan
filsafat pendidikan, karena filsafat berakhir pada tahun 1933. Di Inggris Raya
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan sekolah yang progresiv tahun 1960 dan
normatif dalam bidang pendidikan 1970(Darling, 2002:298). Aliran
merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma progresivisme berkembang pesat pada
dan atau ukuran tingkah laku perbuatan permulaan abad ke XX dan sangat
yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia berpengaruh dalam pembaruan pendidikan.
dalam hidup dan kehidupannya. (Jalaluddin Perkembangan tersebut didorong oleh aliran
dalam Samino, 2015) naturalisme dan eksperimentalisme,
instrumentalisme, environmentalisme, dan
Filsafat pendidikan memberikan
pragmatisme sehingga progresivisme sering
jawaban terhadap masalah yang menantang
disebut sebagai salah satu dari aliran tadi.
manusia, yaitu jawaban atas ketidaktahuan
Progresivisme disebut sebagai naturalisme,
tentang sesuatu. Bentuk dan wujud reaksi,
mempunyai pandangan bahwa kenyataan
kreasi, pemahaman, gagasan-gagasan
yang sebenarnya adalah alam semesta
mengenai prinsip, dan cita-cita pendidikan
ini(bukan kenyataan spiritual dan
tersimpul dalam pokok ajaran aliran filsafat
supranatural). Progresivisme identik dengan
pendidikan. Untuk menjawab permasalahan
eksperimentalisme, aliran ini menyadari dan
di dunia pendidikan sekarang ini diperlukan
mempraktikkan eksperimen adalah alat
suatu progres atau kemajuan dengan
utama untuk menguji kebenaran suatu teori
menfungsikan jiwa sehingga menghasilkan
dan ilmu pengetahuan. Disebut
dinamika yang lain dalam hidup, jadi tidak
instrumentalisme, karena aliran ini
hanya sebatas ide. Aliran filsafat yang
menganggap bahwa potensi intelegensi
sesuai untuk menjawab hal di atas adalah
manusia(merupakan alat, instrumen) sebagai
progresivisme.
kekuatan utama untuk menghadapi dan
LATAR BELAKANG memecahkan problem kehidupan manusia.
PROGRESIVISME Environmentalisme, aliran ini menganggap
Sejarah progresivisme dalam lingkungan hidup sebagai medan juang
pendidikan dapat dilihat dari sisi praktisi menghadapi tantangan dalam hidup, baik
yaitu sekolah yang progresiv atau sisi fisik maupun sosial. Sedangkan

320
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

pragmatisme, karena aliran ini dianggap Progresivisme menekankan pada


sebagai petunjuk pelaksanaan pendidikan progres yaitu perubahan dan perkembangan
agar lebih maju dari sebelumnya(Anwar, alamiah demi suatu kemajuan. Di dalam
2015:155). kemajuan itu anak memperoleh sesuatu
yang baru, sebagaimana dikatakan
Progresivisme sebagai suatu teori
Brubacher(Hanurawan, dkk, 2006:121)
pendidikan muncul sebagai bentuk reaksi
progress is naturalistic; it implies change.
terbatas terhadap pendidikan tradisional
Change implies novelty, and novelty lays
yang menekankan metode-metode formal
claim to being genuine rather than the
pengajaran, belajar mental, dan susatra
revelation of an antecedently complete
klasik peradaban Barat. Pengaruh intelektual
reality. Kemajuan adalah suatu nilai.
utama yang melandasi pendidikan progresif
Kemajuan dikatakan bernilai manakala
adalah John Dewey, Sigmund Freud, dan
membawa kebaikan, bermanfaat dan dapat
Jean Jeacques Rousseau. Pertama, Dewey
digunakan dalam kehidupan konkrit sehari-
berangkat dari aliran pragmatis yang
hari. George Herbert Mead teman Dewey
menuliskan banyak hal tentang landasan
merupakan filsuf progresif yang paling
filosofis pendidikan dan berupaya
orisinil karena menurutnya ide dan aksi
mengujinya dalam laboratorium di
harus digabung dan mengarah pada
sekolahnya. Kedua, Freud, mencuatkan
reformasi sosial. Mead mengembangkan
kebebasan ekspresi diri pada anak-anak dan
teori bermain pada anak-anak, menurutnya
lingkungan pembelajaran yang lebih terbuka
didalam bermain anak melakukan aktivitas
dimana anak bisa lebih terbuka melepaskan
tertentu menghasilkan suatu karya.
dorongan-dorangan instingtif mereka dalam
Lingkungan menyediakan kesempatan bagi
cara yang kreatif. Ketiga, Rousseau,
anak untuk berkembang secara alamiah dan
menentang campur tangan orang dewasa
wajar. Guru dapat menstimulasi minat dan
dalam menetapkan tujuan-tujuan
aktivitas anak agar tertarik pada pelajaran
pembelajaran atau kurikulum subjek didik.
melalui bermain. Dalam perkembangan
Pendekatan child centered sesuai dengan
progresiv tetap menekankan pembaharuan
pemikiran Rousseau dan Freud(Samino,
pendidikan pada minat dan bakat anak,
2015:106). Selain ketiga tokoh diatas
bukan pada tahap formal untuk menghafal
Darling(2002:298) menambahkan tokoh
saja (Hanurawan, dkk, 2006:121).
progresivisme yaitu: Comenius, Pestalozzi,
dan Froebel.

321
ISBN 978-602-70471-2-9

PROGRESIVISME dan self directed belajar oleh siswa melalui

Knight(Samino,2015:108) keterlibatan aktif, siswa bekerja pada

memberikan gambaran mengenai prinsip- proyek-proyek yang mengungkapkan tujuan

prinsip progresivisme yaitu, (1) proses siswa dan yang mengintegrasikan disiplin

pendidikan menemukan asal muasal dan sekitar tema yang relevan secara sosial, itu

tujuannya pada anak, (2) subjek adalah aktif berarti mempromosikan nilai-nilai

bukan pasif, (3) peran guru adalah sebagai masyarakat, kerjasama, toleransi, keadilan

penasehat, pembimbing, pemandu, dari pada dan kesetaraan demokratis.

sebagai rujukan otoriter(tak bisa dibantah) Dalam Hanurawan(2006:123) untuk


dan pengarah ruang kelas, (4) sekolah memahami progresevisme dibagi tiga tahap,
adalah sebuah dunia kecil(miniatur) yaitu:
masyarakat besar, (5) aktifitas ruang kelas
menfokuskan pada pemecahan masalah 1. Dasar-dasar ontologi progresivisme

daripada metode-metode artifisial(buatan) Secara ontologi, progresivisme


untuk pengajaran materi kajian, (6) atmosfer menolak pendidikan tradisional yang
sosial sekolah harus kooperatif dan bersifat vercalisme dan menggunakan
demokratis. Labaree(2005) dalam jurnal metode belajar duduk, dengar, hafal, catat
Paedagogica Historica menyebutkan yang membuat siswa bersifat reseptif dan
progresiv administrasi dan progresiv pasif(Samino,2015:112). Pandangan Dewey
pedagogi. Labaree menyoroti gerakan dalam dualisme philo-sophical tradisional
sekolah di Amerika dimana progresiv antara tubuh dan jiwa, tindakan dan pikiran,
administrasi yang dilakukan di Amerika kesadaran dan aktivitas, alasan dan emosi,
berhasil terbukti dengan direkonstruksinya individu dan masyarakat, larut dalam situasi
organisasi dan kurikulum di sekolah- di mana total organisme dalam interaksi
sekolah. Namun untuk progresiv pedagogi terus-menerus dengan dunia dan
belum berhasil atau dikatakan gagal. masyarakat(Darling, 2002:293).
Progresiv pedagogi sendiri adalah Progresivisme menolak dualisme klasik
mendasarkan instruksi pada kebutuhan, yang memisahkan ide dan materi, mind-
kepentingan dan tahap perkembangan anak, body, soul-body. Memisahkan teori dan
mengajar siswa keterampilan yang mereka praktik, pendidikan umum dan kejuruan,
butuhkan bukan berfokus pada transmisi teori dan seni terapan, pemikiran dan
topik tertentu, mempromosikan penemuan aksi(Hanurawan, 2006:124).

322
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

2. Dasar-dasar epistemologi progresivisme KONDISI PENDIDIKAN INDONESIA


TINJAUAN PROGRESIVISME
Progresivisme menolak dualisme
Pendidikan merupakan masalah
pengetahuan. Dualisme epistemologi yang
hidup dan kehidupan masyarakat. Proses
memisahkan pengetahuan objektif dan
pendidikan berada dan berkembang bersama
subjektif, fisik dan psikis, empiris dan
perkembangan hidup dan kehidupan
rasional, intelek dan emosi, pemisahan
manusia, bahkan keduanya merupakan
antara pengetahuan dan pekerjaan, teori dan
proses yang satu. Masalah pendidikan tidak
praktik. Dalam progresivisme ide bukan
dapat dipecahkan
sesuatu yang terpisah dari pengalaman tetapi
keseluruhannya hanya dengan
merupakan aspek yang tak terpisahkan dari
mempergunakan metode ilmiah semata,
tindakan manusia. Metode eksperimental
akan tetapi untuk memecahkan masalah
dan instrumental serta problem solving
pendidikan seseorang harus menggunakan
sangat penting dalam progresivisme
analisis filsafat (Jalaludin dalam Nanuru,
Dewey(Hanurawan, 2006:125).
2013).
3. Dasar-dasar aksiologi progresivisme
Contoh kondisi pendidikan di
Dewey menerapkan metode Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah
eksperimentalalisme pada isu-isu nilai (MIM) Program Khusus Kartasura di
sebagai bahan faktual penyelidikan. Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah
Metodologi penilaian sangat dibutuhkan melakukan tindakan progresiv dalam
dalam dunia modern yang bebas, dan melakukan perubahan di sekolahnya. MIM
digunakan dalam menentukan konflik silang PK Kartasura yang semula hanya
budaya. Tradisi dan kebiasaan tidak cukup merupakan sekolah dasar biasa dengan
lagi dijadikan dasar untuk menentukan nilai- murid yang semakin merosot dalam hal
nilai dalam masyarakat yang mempunyai jumlah siswa kemudian melakukan
ciri-ciri perubahan yang sangat cepat. perubahan dengan memformat kurikulum
Progresivisme menempatkan nilai yang berbasis multiple intelegensi dan
berdasarkan kegunaan yang lebih besar bagi semua anak bisa diterima di sekolah tersebut
sebagian besar orang(Hanurawan, termasuk anak berkebutuhan khusus.
2006:126). Dengan menambahkan nama program
khusus hal ini akan lebih menarik. Sampai
saat ini kurang lebih 500 siswa dengan 15

323
ISBN 978-602-70471-2-9

kelas. Kurikulum berbasis multiple integensi sendiri. Dan murid diberi keleluasaan untuk
sendiri sangat berpusat pada pada potensi membangun kreatifitasnya dalam hal
yang dimiliki anak, sehingga di sekolah menjawab problem yang terjadi, namun
tersebut tidak hanya mengandalkan aspek sesuai dengan minatnya sendiri.
kognitif saja, tapi lebih mengembangkan
Dalam bukunya, Allan C Ornstein
potensi yang dimiliki anak.
dan Daniel U Levine mencatatkan bahwa:
Contoh progresiv lainnya adalah “Progressives generally were notinterested
pendidikan kejuruan atau SMK sebenarnya in using the curriculum totransmit subjects
baik dalam rangka membina bakat dan to student. Rather,the curriculum was to
kreatifitas peserta didik sehingga ketika come from thechild. Learning could take a
keluar dari dunia pendidikan formal dan variety offorms such as problem such
berhadapan dengan kehidupan masyarakat, asproblem solving , field trips,
mereka tidak akan kewalahan menciptakan creativeartistic expression, and projects.
lapangan kerja sendiri. Berkaitan dengan itu Above all, progressives saw theteaching-
pula, SMK akan mampu menjawab learning as active, exciting and
tantangan persaingan dunia kerja karena everchanging” (Ornstein dan Levine dalam
bakat dan kreatifitas yang dikembangkan Nanuru, 2013).
berbeda-beda bidangnya. Hal ini bertolak
Sekolah yang baik adalah sekolah
belakang dengan sistem pendidikan di
yang dapat memberi jaminan kepada para
SMA yang diseragamkan dari Sabang
siswanya selama ia belajar. Maksudnya
sampai Merauke, walaupun karakteristik
adalah bahwa sekolah harus mampu untuk
budaya dan daerahnya berbeda-beda.
membantu dan menolong siswanya untuk
Pendidikan Progressivisme bertujuan bertumbuh dan berkembang serta memberi
untuk menjadikan manusia itu menjadi keleluasaan tempat untuk para murid untuk
orang-orang yang dapat membuka rahasia mengembangkan minat dan bakatnya
dari alam semesta. Inilah yang menjadi melalui bimbingan para guru.
tujuan pendidikan aliran ini. Alam semesta Hal ini adalah benar. Akan tetapi, untuk
memiliki problem-problem. Dan itu sangat mengarahkan apa yang menjadi maksud
mempengaruhi keberadaan manusia. Maka, dan tujuan penyelenggaraan pendidikan itu
dengan sendirinya manusia itu sendirilah dituangkan melalui kurikulum yang jelas
yang harus mencari pemecahan masalahnya dan tepat. Namun, yang terjadi adalah

324
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

bahwa bagi aliran ini memandang bahwa


segala sesuatu adalah berasaskan
fleksibilitas, dinamis dan didalamnya
termasuk kurikulum.

Dari uraian di atas dapat dilihat


kelemahan progresivisme sistem pendidikan
ini mendorong kreativitas anak, namun akan
menjadi kesulitan untuk mengarahkannya
sampai di mana maksud dan tujuan dari
kreatifitas si anak tersebut. Karena
kurikulum yang fleksibel kadang tidak
punya target yang jelas untuk muridnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Muhammad. (2015). Filsafat


Pendidikan. Prenadamedia Group
Jakarta.
Darling & Nordenbo. (2002). Philosophy of
Education. Progressivism. Chapter
16. Blackwell Publishers Ltd
Hanurawan, F, dkk. (2006). Filsafat
Pendidikan. FIP UM.
Labaree, David. (2005). Progressivism,
Schools And Schools Of Education:
An American Romance. Jurnal
Paedagogica Historica,Vol. 41, Nos.
1&2,February 2005, pp. 275–288
ISSN 0030-9230 (print)/ISSN 1477-
674X (online)/05/010275–14
Nanuru, Ricardo. (2013). Progresivisme
Pendidikan dan Relevansinya di
Indonesia. Jurnal UNIERA Volume
2 Nomor 2; ISSN 2086-0404

Samino. (2015). Filsafat Pendidikan. Fairuz


Kartasura.

325

Anda mungkin juga menyukai