Anda di halaman 1dari 22

KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN DAN PERKOTAAN

“PERMASALAHAN LINGKUNGAN DI PERKOTAAN”

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. Nopriadi, SKM, M.Kes

OLEH:

KELOMPOK 11

Syukma Elsa 1611216002


Leolin 1611216028
Haryati Putri Hasibuan 1611216057
Aprina Ika Nurrahmi 1611216062

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil

menyelesaikan Makalah Permasalahan Lingkungan di Perkotaan dalam Mata

Kuliah Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Perkotaan.

Kelompok berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita

semua tentang permasalahan lingkungan yang ada di perkotaan. Dalam hal ini pun

kami masih dalam tahapan belajar, sehingga kritik dan saran dari semua pihak

yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kelompok mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah berperan serta dalam pembuatan makalah dari awal sampai akhir.

Kelompok 11,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2

1.3 Tujuan Penlisan ......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Permasalahan Lingkungan Perkotaan ...................................................4

B. Penyebab dan Dampak Masalah Lingkungan Hidup .............................9

C. Upaya – Upaya Mengatasi Masalah Lingkungan Hidup Perkotaan ....10

D. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan ..................................11

E. Pengelolaan Daur Ulang Sumber daya Alam.......................................13

F. Studi Kasus (Pencemaran Sungai Batng Anai) ....................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................17

B. Saran .....................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, pertumbuhan penduduk semakin meningkat, terutama di

daerah perkotaan. Banyak masyarakat desa mencari kehidupan yang lebih baik

di perkotaan. Mereka berfikir bahwa di perkotaan adalah sumber mata

pencaharian terbesar dibandingkan di pedesaan. Mereka juga menganggap

bahwa kehidupan di kota lebih baik daripada di desa. Namun, pada

kenyataannya kehidupan di kota tidak sebaik yang mereka bayangkan.

Masalah perkotaan di Indonesia akibat ketimpangan tingkat penyediaan

pelayanan kota, yang tidak seiring dengan pertumbuhan penduduk.

Perencanaan kota sebagai bagian dari pemecahan masalah perkotaan perlu

dikaitkan dengan pemahaman penduduk, termasuk jumlah pertumbuhannya.

Kepadatan penduduk, hal ini disebabkan oleh pemikiran masyarakat

akan besarnya peluang kerja di kota besar, sehingga orang berbondong –

bondong pindah ke kota – kota besar untuk mencari peluang kerja. Selain

peningkatan jumlah penduduk, tingkat pengangguran di kota juga semakin

tinggi. Hal ini disebabkan karena meningkatnya laju urbanisasi di kota-kota

besar dan kurangnya lapangan pekerjaan. Penyebab ini mengakibatkan

kekecewaan masyarakat desa yang sebelumnya telah menggantungkan

harapannya di kota.

Selain menyebabkan banyaknya pengangguran, kepadatan penduduk

juga menimbulkan masalah baru, yaitu munculnya slump area. Slump area

atau bisa disebut daerah kumuh, sangat mudah ditemukan di kota besar.

4
Masalah ini tidak begitu berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi

keberadaan daerah kumuh tersebut bisa menjadikan rasa kurang nyaman bagi

masyarakat sekitar daerah tersebut.

Bertambahnya penduduk tentu juga menambah banyak kendaraan yang

melewati jalan kota itu. Sehingga menyebabkan kemacetan dan tentunya

polusi udara yang disebabkan oleh gas buang dari kendaraan bermotor.

Sementara ruang terbuka hijau semakin berkurang karena daerah yang

seharusnya menjadi penyaring udara kotor, berubah menjadi industri – industri

dan perumahan warga.

1.2 Rumusan Masalah

a. Permasalahan di lingkungan perkotaan

b. Penyebab dan dampak masalah lingkungan hidup

c. Upaya – upaya mengatasi masalah lingkungan hidup di perkotaan

d. Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan

e. Pengelolaan daur ulang sumber daya alam

f. Studi kasus tentang pencemaran air di Sungai Batang Anai

g. Strategi penanggulangan pencemaran air

1.3 Tujuan

a. Untuk memahami tentang permasalahan yang ada di lingkungan perkotaan

b. Untuk mengetahui penyebab dan dampak masalah yang ada di lingkungan

hidup perkotaan

c. Untuk mengetahui tentang pengelolaan sumber daya alam yang

berkelanjutan

d. Untuk mengetahui tentang pengelolaan daur ulang sumber daya alam

5
e. Untuk mengetahui contoh kasus tentang masalah yang ada di lingkungan

Sumatera Barat, terutama di Sungai Batang Anai

f. Untuk mengetahui strategi penanggulangan pencemaran air

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permasalahan Lingkungan Perkotaan

Permasalahan lingkungan perkotaan yang dominan saat ini adalah

population dan building density kota (kepadatan) yang terus meningkat,

masalah persampahan, masalah sanitasi kota, dan water quality (kualitas air).

Permasalahan kepadatan kota semakin kompleks dengan perkembangan

jumlah penduduk yang sangat tinggi, terutama penduduk yang tidak tetap.

Jumlah penduduk merupakan ancaman dan pressure terbesar bagi masalah

lingkungan hidup. Setiap penduduk memerlukan energi, lahan dan sumber

daya yang besar untuk bertahan hidup, di sisi lain setiap orang juga

menghasilkan limbah dalam beragam bentuk. Pertambahan penduduk yang

sangat tinggi di kota, diakui telah melampaui kemampuan daya dukung

lingkungan untuk meregenerasi sendiri, sehingga berimbas pada kualitas

hidup manusia yang makin rendah.

Masalah persampahan di perkotaan terutama masih banyaknya

sampah yang dibuang ke badan sungai atau berserakan di tempat terbuka.

Dengan banyaknya sampah, sungai tidak dapat berfungsi sebagaimana

semestinya (fungsi transportasi, konservasi, rekreasi, dan sebagainya) akibat

air yang tidak mengalir lancar dan rusaknya ekosistem sungai akibat zat-zat

berbahaya yang terkandung dalam sampah tersebut. Selain masalah sampah

di sungai, timbunan sampah di berbagai sudut kota berpotensi menimbulkan

berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, lalat,

kecoak, dan tikus. Keberadaan lalat, nyamuk, dan tikus yang merupakan

7
vector (pembawa) berbagai macam penyakit menjadi salah satu indikator

seberapa baik kualitas lingkungan suatu kota. Bahkan diindikasikan bahwa

penyebab pemanasan global bukan hanya karena produksi CO2 yang

berlebihan, tapi juga disebabkan oleh zat CH4 yang dihasilkan dari proses

pembakaran sampah yang akan terbawa ke atmosfir dan merusak lapisan

ozon.

Pengelolaan sampah yang masih menggunakan paradigma lama

(pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir) perlu dirubah. Hal ini

karena permasalahan sampah yang semakin kompleks, terutama kesulitan

mendapat tempat pembuangan akhir serta berkembangnya jumlah dan ragam

sampah perkotaan. Penanganan sampah dengan paradigma baru perlu

mengedepankan proses pengurangan dan pemanfaatan sampah (minimalisasi

sampah). Minimalisasi sampah adalah upaya untuk mengurangi volume,

konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses

produksi dengan reduksi dari sumber dan pemanfaatan limbah. Keuntungan

dari metode ini adalah: mengurangi ketergantungan terhadap TPA (tempat

pembuangan akhir), meningkatkan efisiensi pengolahan sampah perkotaan,

dan terciptanya peluang usaha bagi masyarakat. Metode minimalisasi sampah

mencakup tiga usaha dasar yang dikenal dengan 3R, yaitu reduce

(pengurangan), reuse (memakai kembali), dan recycle (mendaur ulang).

Masalah lingkungan perkotaan adalah ancaman terhadap masyarakat

saat ini atau masa depan baik, yang mengakibatkan kerusakan yang

disebabkan manusia terhadap lingkungan fisik. Masalah lingkungan

8
perkotaan yang diangkat oleh inisiatif pembangunan perkotaan berkaitan

dengan masalah lingkungan yaitu:

a. Masalah kesehatan lingkungan seperti air minum tidak memadai dan

sanitasi, polusi udara dalam ruangan dan crowding berlebihan

b. Masalah-masalah regional seperti polusi udara, tidak memadainya

pembuangan limbah, pencemaran badan air dan hilangnya daerah hijau.

c. Dampak kegiatan perkotaan seperti gangguan ekologi dan sumber daya,

deplesi dan emisi bahan kimia dan gas rumah kaca.

d. Dampak beban lingkungan regional atau global yang mungkin timbul

dari kegiatan di luar batas – batas geografis kota, tetapi akan

mempengaruhi orang yang hidup di kota.

Dalam lingkungan hidup di Indonesia, banyak terjadi permasalahan di

sungai, laut, tanah dan hutan yaitu sebagai berikut:

a. Pencemaran Sungai dan laut

Sungai dan laut dapat tercemar dari kegiatan manusia seperti

penggunaan bahan logam berat, pembuangan limbah cair kapal dan

pemanfaatan air panas. Secara biologis, fisik dan kimia senyawa seperti

logam tidak dapat dihancurkan. Di berbagai sektor industri dan rumah

tangga seperti pemakaian bahan-bahan dari plastik.

b. Pencemaran Tanah

Tanah bisa dapat tercemar apabila penggunaan secara berlebihan

terhadap pupuk dan bahan pestisida. Pencemaran tanah mempunyai ciri

yaitu adanya perubahan tanah menjadi kering dan keras. Hal ini

disebabkan oleh jumlah kandungan garam yang sangat besar yang

9
terdapat di dalam tanah. Selain itu, pencemara tanah juga dapat

disebabkanoleh sampah plastik karena pada umumnya sampah plastik

tidak mengalami proses penghancuran secara sempurna.

c. Pencemaran Hutan

Hutan juga bisa mengalami kerusakan apabila dalam

pemanfaatannya tidak terkendali dengan baik. Hutan merupakan salah

satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Salah satu contoh

pencemaran atau kerusakan hutan adalah adanya penebangan secara liar.

Jika kegiatan tersebut dilakukan secara terus-menerus maka dapat

mengakibatkan penggundulan hutan.

d. Arus Urbanisasi yang Cepat

Meningkatnya kepadatan penduduk perkotaan membawa dampak

yang sangat besar kepada tingkat kenyamanan yang tinggi. Kedekatan

jangkauan terhadap pusat – pusat perekonomian di perkotaan,

menjadikan daya tarik lain sehingga sebagian penduduk lebih memilih

tinggal di kota, meski mereka terpaksa tinggal di ruang yang sangat

terbatas. Akibatnya, area – area kumuh, dengan fasilitas kehidupan dan

kebutuhan umum yang terbatas, menjadi semakin meluas.

e. Hilangnya Ruang Publik

Dalam praktiknya berbagai kepentingan dan fungsi perkotaan

biasanya harus mengorbankan fungsi kota lainnya. Kota sebagai pusat

pertumbuhan ekonomi tentu saja memerlukan lahan bagi pengembangan

ekspansi kepentingan tersebut. Persoalannya, ruang dan wilayah

perkotaan jumlahnya tetap, sehingga untuk kepentingan ekonomi tersebut

10
harus menggunakan ruang wilayah fungsi kota lainnya. Yang kerap

dikorbankan adalah ruang – ruang publik.

f. Meningkatnya Kemacetan

Pertumbuhan jumlah kendaraan sebagai akibat pertumbuhan

ekonomi dan meningkatnya pendapatan penduduk, membawa implikasi

lain bagi perkotaan. Masalah kemacetan lalu lintas merupakan masalah

yang tidak mudah dipecahkan oleh para pengambil kebijakan perkotaan.

g. Disparitas Pendapatan Antarpenduduk Perkotaan

Perbedaan tingkat kemampuan, pendidikan dan akses terhadap

sumber – sumber ekonomi menjadikan persoalan perbedaan pendapatan

antarpenduduk di perkotaan semakin besar. Di satu pihak, sebagian kecil

dari penduduk perkotaan menguasai sebagian besar sumber

perekonomian. Sementara di sisi lain, sebagian besar penduduk justru

hanya mendapatkan sebagian kecil sumber perekonomian. Akibatnya,

terdapat kesenjangan pendapatan yang semakin lama semakin besar.

h. Meningkatnya Sektor Informal

Kesenjangan antara kemampuan menyediakan sarana penghidupan

dengan permintaan terhadap lapangan kerja, memacu tumbuhnya sektor

informal perkotaan. Pada saat krisis ekonomi terjadi jumlah penduduk

perkotaan yang bekerja di sektor informal ini semakin besar. Di satu sisi

tumbuhnya sektor informal ini merupakan katup pengaman bagi krisis

ekonomi yang melanda sebagian besar Bangsa Indonesia. Namun, pada

gilirannya peningkatan aktivitas sektor informal, terutama yang berada di

perkotaan dan menyita sebagian ruang publik perkotaan, menimbulkan

11
masalah baru terutama menyangkut aspek kenyamanan dan ketertiban

yang juga menjadi hak publik bagi warga perkotaan yang lain.

i. Polusi Udara

Pertumbuhan polusi kota dan tingkat industrialisasi yang tak

terhindar, akan mengarah kepada kebutuhan enegi yang lebih besar, pada

umumnya akan menghasilkan pembuangan limbah atau zat pencemar

lebih banyak.pembakaran bahan bakar posil untuk pemanasan

rumahtangga untuk pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor,

dalam proses – proses industri dan pembuangan limbah padat dengan

pembakaran merupakan sumber utama dari pembuangan limbah zat – zat

pencemar didaerah perkotaan.

2.2 Penyebab dan Dampak Masalah Lingkungan Hidup

Perubahan ekosistem lingkungan yang paling utama disebabkan oleh

perilaku masyarakat yang kurang baik dalam pemanfaatan sumber – sumber

daya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang

menyebabkan adanya perubahan ekosistem. Perubahan ekosistem suatu

lingkungan terjadi dengan adanya kegiatan masyarakat seperti pemanfaatan

lahan yang dijadikan sebagai daerah pertanian sehingga dapat mengurangi

luas lahan lainnya.

Adanya pertambahan jumlah penduduk dalam memanfaatkan

lingkungan akan membawa dampak bagi mata rantai yang ada dalam suatu

ekosistem. Selain itu kerusakan hutan yang terjadi karena adanya penebangan

dan kebakaran hutan dapat mengakibatkan banyak hewan dan tumbuhan yang

punah. Padahal hutan merupakan sumber kehidupan bagi sebagian

12
masyarakat yang berfungsi sebagai penghasil oksigen, tempat penyedia

makanan dan obat – obatan.

Jumlah kerusakan flora dan fauna akan terus bertambah dan

berlangsung lama jika dalam penggunaannya masyarakat tidak

memperhatikan keseimbangan terhadap ekosistem lingkungan. Dampak dari

perubahan ekosistem akan berkurang jika masyarakat mengetahui dan

memahami fungsi dari suatu ekosistem tersebut. Kerusakan ekosistem

membawa dampak bukan hanya pada keanekaragaman terhadap flora dan

fauna juga dapat membawa pengaruh lain terhadap masyarakat itu sendiri

seperti longsor, banjir dan erosi.

Selain itu, kerusakan lingkungan bisa di sebabkan oleh sampah.

Sampah yang semakin banyak dapat menimbulkan penguapan sungai dan

kehabisan zat asam yang sangat dibutuhkan bagi mikroorganisme yang hidup

di sungai. Serta dapat pula disebabkan dari pembuangan limbah cair dari

kapal dan pemanfaatan terhadap penggunaan air panas yang dapat

menimbulkan laut menjadi tercemar.

2.3 Upaya – Upaya Mengatasi Masalah Lingkungan Hidup di Perkotaan

Usaha mengatasi berbagai masalah lingkungan hidup Pada umumnya

permasalahan yang terjadi dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan pada

pengelolaan sumber daya alam baik yang dapat maupun yang tidak dapat

diperbaharui dengan memperhatikandaya dukung dan daya tampungnya.

13
b. Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan

sumber dayaalam maka diperlukan penegakan hukum secara adil dan

konsisten

c. Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

d. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap

dapat dilakukandengan cara membudayakan masyarakat dan kekuatan

ekonomi.

e. Untuk mengetahui keberhasilan dari pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup dengan penggunaan indicator harus diterapkan secara

efektif

f. Penetapan konservasi yang baru dengan memelihara keragaman

konservasi yang sudah ada sebelumnya.

g. Mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi

permasalahan lingkungan global.

2.4 Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan

Dalam pengelolaan sumber daya alam agar tetap lestari maka dapat

dilakukan uasaha atau upaya sebagai berikut:

a. Menjaga kawasan tangkapan hujan seperti kawasan pegunungan yang

harus selalu hijau karena daerah pegunungan merupakan sumber bagi

perairan di darat.

b. Untuk mengurangi aliran permukaan serta untuk meningkatkan resapan air

sebagian air tanah, maka diperlukan pembuatan lahan dan sumur resapan.

14
c. Reboisasi di daerah pegunungan, dimana daerah tersebut berfungsi sebagai

reservoir air, tata air, peresapan air, dan keseimbangan lingkungan.

d. Adanya pengaturan terhadap penggunaan air bersih oleh pemerintah.

e. Sebelum melakukan pengolahan diperlukan adanya pencegahan terhadap

pembuangan air limbah yang banyak dibuang secara langsung ke sungai.

f. Adanya kegiatan penghijauan di setiap tepi jalan raya, pemukiman

penduduk, perkantoran, dan pusat-pusat kegiatan lain.

g. Adanya pengendalian terhadap kendaraan bermotor yang memiliki tingkat

pencemaran tinggi sehingga menimbulkan polusi.

h. Memperbanyak penggunaan pupuk kandang dan organik dibandingkan

dengan penggunaan pupuk buatan sehinnga tidak terjadi kerusakan pada

tanah.

i. Melakukan reboisasi terhadap lahan yang kritis sebagai suatu bentuk usaha

pengendalian agar memiliki nilai yang ekonomis.

j. Pembuatan sengkedan, guludan, dan sasag yang betujuan untuk

mengurangi laju erosi.

k. Adanya pengendalian terhadap penggunan sumber daya alam secara

berlebihan.

l. Untuk menambah nilai ekonomis maka penggunaan bahan mentah perlu

dikurangi karena dianggap kurang efisien.

m. Reklamasi lahan pada daerah yang sebelumnya dijadikan sebagai daerah

penggalian

15
2.5 Pengelolaan Daur Ulang Sumber Daya Alam

Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat dikurangi

dengan cara melakukan pengembangan usaha seperti mendaur ulang bahan –

bahan yang sebagian besar orang menganggap sampah, sebenarnya dapat

dijadikan barang lain yang bisa bermanfaat dan tentunya dengan pengolahan

yang baik. Pengelolaan limbah sangat efisien dalam upaya untuk mengatasi

masalah lingkungan.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengelolaan limbah

dengan menggunakan konsep daur ulang adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengelompokan dan pemisahan limbah terlebih dahulu

b. Pengelolaan limbah menjadi barang yang bermanfaat serta memilki nilai

ekonomis.

c. Dalam pengolahan limbah juga harus mengembangkan penggunaan

teknologi.

2.6 Studi Kasus

Pencemaran Air Di Batang Anai

Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan

air (catchment area) bagi daerah sekitarnya. Oleh karena itu, kondisi suatu

sungai sangat berhubungan dengan karakteristik yang dimiliki oleh

lingkungan yang ada di sekitarnya. Sungai sebagai suatu ekosistem, tersusun

dari komponen biotik dan abiotik dan setiap komponen tersebut membentuk

suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi sehingga membentuk

suatu aliran energi yang dapat mendukung stabilitas ekosistem tersebut.

16
Kualitas air sejumlah sungai di Sumatera Barat, terutama yang

melintasi beberapa kabupaten dan kota mulai menurun bahkan tercemar

sehingga perlu perhatian serius dari semua pihak. Kepala Badan Pengendalian

Dampak Lingkungan (Bapedalda) Sumbar, Asrizal Asnan mengatakan, salah

satu sungai yang kualitas airnya menurun signifikan adalah Sungai Batang

Agam yang berhulu di Kabupaten Agam, melewati Bukittinggi, Payakumbuh

dan Limapuluh Kota.

Batang Anai adalah salah satu sungai yang terdapat di provinsi

Sumatera Barat. Sungai ini mengalir dari arah hulu ke hilir sungai melalui

beberapa daerah dalam wilayah Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten

Padang Pariaman. Batang Anai berhulu di sekitar kaki gunung Singgalang

dan sebelum bermuara di Samudera Hindia, aliran Batang Anai ini bertemu

dengan aliran Batang Kandis. Dari hasil observasi, berbagai daerah aktivitas

manusia yang dilewati aliran Batang Anai tentu akan banyak air yang masuk

ke dalam sungai ini.

Sungai Batang Anai mulai dari hulu sampai ke hilir banyak

mengalami pencemaran dari manusia. Masukan limbah dari aktivitas

manusia, organik yang berasal dari pemukiman, pasar, adanya kerusakan

badan sungai seperti pembesaran jalan, adanya galian C dan aliran masuk

PLTA Lubuk Simantuang serta berbagai limbah industri yang masuk

dibagian hilirnya. Akibatnya kondisi Batang Anai yang menyebabkan warga

mengalami gatal – gatal serta adanya udang dan ikan mati di danau

mengindikasikan kawasan tersebut melebihi baku mutu lingkungan hidup

atau tercemar.

17
Adapun ciri – ciri air tercemar bisa dilihat dari temperatur, warna, bau,

rasa, dan kekeruhan air. Bahan yang bisa menimbulkan pencemaran air antara

lain, kotoran manusia, limbah rumah tangga berbentuk bahan organik, bahan

kimia yang larut dalam air, pupuk anorganik, bahan kimia organik seperti

minyak, bensin, plastik, dan pestisida. Untuk kajian parameter kimia bisa

diketahui melalui kandungan oksigen biokimia (BOD), partikel tersuspensi

(SS), dan amonia (NH3). Sementara itu, air yang normal dan layak konsumsi

juga bisa dilihat dari PH-nya. Air normal memenuhi syarat untuk suatu

kehidupan mempunyai PH berkisar antara 6,5 dan 7,5. Jika PH-nya berada di

bawah atau di atas ukuran itu, berarti sudah masuk dalam kategori tercemar.

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang sudah mendesak Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Padang untuk

melakukan pemeriksaan baku mutu air di kawasan aliran Batang Anai.

Pasalnya, kondisi Batang Anai yang menyebabkan warga mengalami gatal-

gatal serta adanya udang dan ikan mati di danau mengindikasikan kawasan

tersebut melebihi baku mutu lingkungan hidup atau tercemar.

Hasil uji Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Provinsi Sumatra

Barat (Sumbar) menunjukkan, aliran sungai Batang Anai di Kabupaten

Padang Pariaman terindikasi tercemar akibat limbah cair. BLK menduga,

limbah cair itu berasal dari PT Bumi Sarimas Indonesia (BSI).

Kerusakan lingkungan itu merupakan pelanggaran hak konstitusional

masyarakat di sekitar Batang Anai. Hak atas lingkungan hidup sehat

sebagaimana dijamin Pasal 28 H ayat 1 UUD 1945. Yang mana masyarakat

pengguna sungai batang anai untuk mandi, cuci dan kakus (MCK) dibuat

18
resah, dikarenakan Tak sedikit warga setempat mengalami gatal – gatal pada

kulit. Ikan dan udang di sungai pun banyak yang mati setiap air berbuih dari

hulu sungai.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Permasalahan lingkungan perkotaan yang dominan saat ini adalah

population dan building density kota (kepadatan) yang terus meningkat,

masalah persampahan, masalah sanitasi kota, dan water quality (kualitas air).

Permasalahan kepadatan kota semakin kompleks dengan perkembangan

jumlah penduduk yang sangat tinggi, terutama penduduk yang tidak tetap.

Dalam lingkungan hidup di Indonesia, banyak terjadi permasalahan di

sungai, laut, tanah dan hutan yaitu Pencemaran Sungai dan laut, pencemaran

tanah, pencemaran hutan, arus urbanisasi yang cepat, hilangnya ruang publik,

meningkatnya kemacetan, disparitas pendapatan antarpenduduk perkotaan,

dan meningkatnya sektor informal.

Perubahan ekosistem lingkungan yang paling utama disebabkan oleh

perilaku masyarakat yang kurang baik dalam pemanfaatan sumber – sumber

daya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang

menyebabkan adanya perubahan ekosistem. Perubahan ekosistem suatu

lingkungan terjadi dengan adanya kegiatan masyarakat seperti pemanfaatan

lahan yang dijadikan sebagai daerah pertanian sehingga dapat mengurangi

luas lahan lainnya.

3.2 Saran

Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita

dalam memenuhi kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya

bahan pencemar antara lain :

20
1. Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau

mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar.

2. Tidak membuang sampah ke sungai.

3. Mengurangi intensitas limbah rumah tangga.

4. Melakukan penyaringan limbah pabrik sehingga limbah yang nantinya

bersatu dengan air sungai bukanlah limbah jahat perusak ekosistem.

5. Pembuatan sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber air bersih

lainnya tidak tercemar.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Kurniawanto. 2013. “Upaya Mengatasi Pencemaran Air.” Diakses tanggal 23

Oktober 2017. <http://kurniawanto-biologi.blogspot.co.id/2013/12/makalah-

upaya-mengatasi-pencemaran-air.html>

2. Naula. 2015. “Masalah Perkotaan dan Solusinya.” Diakses tanggal 24

Oktober 2017. <https://naula20.wordpress.com/2015/09/01/masalah-

perkotaan-dan-solusinya/>

3. Oktarina, Andria. 2011. “Komunitas Makrozoosbentos Di Sungai Batang

Anai Sumatera Barat”. Research Gate. Diakses tanggal 23 Oktober 2017.

<https://www.researchgate.net/profile/Andria_Oktarina/publication/31892117

6_Komunitas_Makrozoobentos_di_Sungai_Batang_Anai_Sumatera_Barat>

4. Sundari, Eva Siti. “Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota Dalam

Masalah Lingkungan Perkotaan”. Jurnal : Bandung. Diakses tanggal 23

Oktober2017.<http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/pwk/article/downl

oad/17810/17732>

5. “Tindak Pencemaran di Batang Anai, Sumater Barat”. Indoteknoplus. Diakses

tanggal22Oktober2017.<http://www.indotekhnoplus.com/news/view/112/Tin

dak-Pencemar-di-Batang-Anai-Sumatera-Barat.>

6. “Solusi Masalah Pencemaran Air.” Minamini Wordpress. Diakses tanggal 24

Oktober 2017. <https://minamini.wordpress.com/tag/solusi-masalah-

pencemaran-air/>

22

Anda mungkin juga menyukai