Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

ASMA BRONCHIALE

Pokok bahasan :
Sasaran :
Nama penyuluh :
NIM :
Waktu :
Hari/tanggal :
Tempat :

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama + 15 menit, pasien mampu memahami
tentang Penyakit Asma
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses kegiatan selama + 15 menit diharapkan pasien dapat
mengetahui:
a. Pengertian penyakit asma.
b. Penyebab asma.
c. Tanda dan gejala asma.
d. Pengobatan penyakit asma.
e. Penanganan jika terjadi serangan.

B. Materi Penyuluhan
Terlampir.
C. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Waktu Petugas Sasaran
Penyuluhan
1. Pembukaan 2 1. Mengucapkan salam. Menjawab salam
menit 2. Menjelaskan topik yang Mendengarkan
dibahas.
3. Menjelaskan tujuan Menyimak
penyuluhan.

2. Penyampaian 10 1. Memberikan penjelasan Mendengar dan


materi menit tentang penyakit Asma menyimak
yang meliputi:
f. Pengertian penyakit
asma.
g. Penyebab asma.
h. Tanda dan gejala asma.
i. Pengobatan penyakit
asma.
j. Penanganan jika terjadi
serangan.
2. Memberikan kesempatan Bertanya
kepada pasien untuk
bertanya
3. Menjawab pertanyaan

3. Penutup 3 Evaluasi :
menit 1. Menyampaikan materi Menyimak
penyuluhan bersama
pasien. Memberi salam
2. Memberikan evaluasi
secara lisan.
3. Memberi
salam/penutup.
D. Metode yang Digunakan
1. Penyuluhan.
2. Tanya jawab.

E. Media
Leaflet
Clip chart

F. Evaluasi
1) Evaluasi skunder
(a) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerjasama dengan
keluarga.
2) Evaluasi Proses
(a) Keluarga antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.
(b) Keluarga terlihat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3) Evaluasi hasil
(a) Keluarga memahami materi yang disampaikan pemateri.
(b) Ada umpan balik positif dari keluarga, dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh penyuluh.
LAMPIRAN

MATERI PENYULUHAN
ASMA BRONCHIALE

1. Definisi:
Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang
meningkat dari trakhea dan bronki terhadap berbagai macam rangsangan yang manifestasinya
berupa kesukaran bernapas, karena penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas.
Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajad penyempitannya dapat berubah-ubah, baik
secara spontan maupun karena pemberian obat-obatan. Kelainan dasarnya, tampaknya suatu
perubahan status imunologis si penderita. (United States Nasional Tuberculosis Assosiation
1967).

2. Klasifikasi
Secara etiologis asma bronkial dibagi dalam 3 tipe:
2.1 Asma bronkial tipe non atopi (intrinsik)
Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan paparan (exposure)
terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah: serangan timbul setelah dewasa, pada keluarga
tidak ada yang menderita asma, penyakit infeksi sering menimbulkan serangan, ada
hubungan dengan pekerjaan atau beban fisik, rangsangan psikis mempunyai peran untuk
menimbulkan serangan reaksi asma, perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang
non spesifik merupakan keadaan peka bagi penderita.
2.2 Asma bronkial tipe atopi (Ekstrinsik).
Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan terhadap alergen
lingkungan yang spesifik. Kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan dengan uji kulit atau
provokasi bronkial.
Pada tipe ini mempunyai sifat-sifat: timbul sejak kanak-kanak, pada famili ada yang
menderita asma, adanya eksim pada waktu bayi, sering menderita rinitis. Di Inggris jelas
penyebabya House Dust Mite, di USA tepungsari bunga rumput.
2.3 Asma bronkial campuran (Mixed)
Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun
ekstrinsik.
3. Beberapa faktor yang sering menjadi pencetus serangan asma ialah:
a. Alergen, baik yang berupa inhalasi seperti debu rumah, tungau, serbuk sari, bulu
binatang, bulu kapas, debu kopi/teh, maupun yang berupa makanan seperti udang,
kepiting, zat pengawet, zat pewarna dsb.
b. Infeksi saluran napas, terutama oleh virus seperti Respiratory syncitial, parainfluensa,
dsb.
c. Ketegangan atau tekanan jiwa.
d. Olahraga/kegiatan jasmani, terutama lari.
e. Obat-obatan seperti penyekat beta, salisilat, kodein, dsb.
f. Polusi udara atau bau yang merangsang seperti asap rokok, semprot nyamuk, parfum,
asap industri, dsb.
4. Patofisiologi
Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap
pada permukaan sel mast atau basofil

Lepasnya macam-macam mediator dari sel mast atau basofil


Kontraksi otot polos

Spasme otot polos, sekresi kelenjar bronkus meningkat

Penyempitan/obstruksi proksimal dari bronkus kecil


pada tahap inspirasi dan ekspirasi

Edema mukosa bronkus

Keluarnya sekrit ke dalam lumen bronkus

SesakSesak
napasnapas

Tekanan partial oksigen di alveoli menurun

Oksigen pada peredaran darah menurun

Hipoksemia CO2 mengalami retensi pada alveoli

Kadar CO2 dalam darah meningkat yang


memberi rangsangan pada pusat pernapasan

Hiperventilasi
5. Tanda dan Gejala
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajad hiperaktifitas
bronkus.Obstruksi jalan nafas dapat revesible secara spontan maupun dengan pengobatan.
Gejala asma antara lain :
a. Bising mengi ( weezing ) yang terdengar atau tanpa stetoskop
b. Batuk produktif, sering pada malam hari
c. Sesak nafas
d. Dada seperti tertekan atau terikat
e. Pernafasan cuping hidung
6. Dampak Asma
Pada klien dengan serangan asthma, maka terjadi penurunan nafsu makan, minum
sehingga mempengarui status nutrisi klien. Dalam istirahat klien sangat terganggu
sehingga dapat menyebabkan kelelahan. Adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan penyediaan oksigen mempengarui toleransi dalam melakukan aktivitas, kelelahan
cepat lelah dan ketidak mampuan memenuhi ADL. Klien dapat tumbuh dan berkembang
menjadi rendah diri, merasa tidak mampu, berkepribadian labil,mudah
tersinggung,gelisah dan cemas. Adanya keterbatasan aktifitas, klien lebih tergantung pada
orang lain, terkadang klien tidak dapat berperan sesuai dengan peranya
1. Penatalaksanaan:
1. Waktu serangan.
1) Bronkodilator
a. Golongan adrenergik:
Adrenalin larutan 1 : 1000 subcutan. 0,3 cc ditunggu selama 15 menit, apabila
belum reda diberi lagi 0,3 cc jika belum reda, dapat diulang sekali lagi 15
menit kemudian. Untuk anak-anak diberikan dosis lebih kecil 0,1 – 0,2 cc.
b. Golongan methylxanthine:
Aminophilin larutan dari ampul 10 cc berisi 240 mg. Diberikan secara
intravena, pelan-pelan 5 – 10 menit, diberikan 5 – 10 cc. Aminophilin dapat
diberikan apabila sesudah 2 jam dengan pemberian adrenalin tidak memberi
hasil.
c. Golongan antikolinergik:
Sulfas atropin, Ipratroprium Bromide. Efek antikolinergik adalah menghambat
enzym Guanylcyclase.
2) Antihistamin.
Mengenai pemberian antihistamin masih ada perbedaan pendapat. Ada yang setuju
tetapi juga ada yang tidak setuju.
3) Kortikosteroid.
Efek kortikosteroid adalah memperkuat bekerjanya obat Beta Adrenergik.
Kortikosteroid sendiri tidak mempunayi efek bronkodilator.
4) Antibiotika.
Pada umumnya pemberian antibiotik tidak perlu, kecuali: sebagai profilaksis
infeksi, ada infeksi sekunder.
5) Ekspektoransia.
Memudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas. Beberapa ekspektoran
adalah: air minum biasa (pengencer sekret), Glyceril guaiacolat (ekspektorans)
2. Diluar serangan
Disodium chromoglycate. Efeknya adalah menstabilkan dinding membran dari cell
mast atau basofil sehingga: mencegah terjadinya degranulasi dari cell mast, mencegah
pelepasan histamin, mencegah pelepasan Slow Reacting Substance of anaphylaksis,
mencegah pelepasan Eosinophyl Chemotatic Factor).
Pengobatan Non Medikamentosa:
1. Waktu serangan:
a. pemberian oksigen, bila ada tanda-tanda hipoksemia, baik atas dasar gejala klinik
maupun hasil analisa gas darah.
b. pemberian cairan, terutama pada serangan asma yang berat dan yang berlangsung
lama ada kecenderungan terjadi dehidrasi. Dengan menangani dehidrasi, viskositas
mukus juga berkurang dan dengan demikian memudahkan ekspektorasi.
c. drainase postural atau chest physioterapi, untuk membantu pengeluaran dahak agar
supaya tidak timbul penyumbatan.
d. menghindari paparan alergen.

2. Diluar serangan
a. Pendidikan/penyuluhan.
Penderita perlu mengetahui apa itu asma, apa penyebabnya, apa pengobatannya, apa
efek samping macam-macam obat, dan bagaimana dapat menghindari timbulnya
serangan. Menghindari paparan alergen. Imti dari prevensi adalah menghindari
paparan terhadap alergen.
b. Imunoterapi/desensitisasi.
Penentuan jenis alergen dilakukan dengan uji kulit atau provokasi bronkial. Setelah
diketahui jenis alergen, kemudian dilakukan desensitisasi.
c. Relaksasi/kontrol emosi.
untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras. Relaksasi fisik dapat dibantu dengan
latihan napas.

Anda mungkin juga menyukai