Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sudah tujuh bulan berlalu, saya memendam kerinduan sebagai bapak yang tidak
bisa bertemu dengan anak-anaknya. Meski waktu atau kesempatan membatasi
semua ini, kasih sayang bapak kepada anak-anak semua tidak akan pernah hilang.
Kadang air mata tersumbat karena keinginan yang begitu besar untuk berharap agar
anak-anakku kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa. Saat bercengkerama dan
tertawa bersama, bapak selalu menasehati agar tidak boleh nakal di bangku sekolah
maupun di luar sekolah, tetap selalu hormat pada guru, kyai, teman, dan saudara.
Apa yang sering bapak sampaikan ini mungkin membosankan, namun ini bentuk
kasih sayang bapak kepada anak-anak. Bapak tidak mau anak-anak bapak hidup
dengan sia-sia karena kita sebagai bangsa yang besar harus mampu melahirkan
anak-anak bangsa yang hebat.
Anak-anakku, waktu belum memisahkan kita, meskipun sudah tujuh bulan bapak
tidak bisa bertemu dengan anak-anak semua. Kalau dihitung mungkin dua puluh
delapan kali kita tidak dapat sholat Jumat bersama. Bapak selalu ingat sehabis
sholat Jumat selesai, kita selalu menghabiskan waktu bersama untuk makan sambil
bercanda, mampir melihat ruang kerja bapak dengan suasana kekeluargaan yang
hangat. Kira-kira, mungkin sudah empat ratus pertemua selama sepuluh tahun ini.
Pasti sekarang anak-anak bapak sudah ada yang duduk di bangku SMA atau
bahkan sarjana. Mungkin juga saat bercengkerama masih ada yang berada di dalam
kandungan ibu. Alhamdulilah dengan berjalannya waktu, bapak melihat anak-anak
yang lucu, segar, pintar, dan soleh/soleha yang semua itu adalah karunia Allah.
Bapak masih ingat saat awal menjadi bapake Arek Mbatu, bapak ingin membuat
sebuah taman bermain yang bisa diakses anak-anak Batu agar dapat mengabishkan
waktu bersama keluarga. Bapak sadar bermain di ruang terbuka dengan keluarga
dan bebas dari asap rokok adalah hak setiap anak. Untuk itu, bapak berupaya
membuat Alun-Alun Kota Batu menjadi nyaman untuk ruang bermain anak-anak
Kota Batu dan bebas rokok. Alun-Alun yang semula hanya ditargetkan untuk anak-
anak Kota Batu itu kini menjadi ikon khas kota kebanggaan kita dimana tamu-tamu
wisatawan yang berkunjung selalu menyempatkan diri untuk singgah ke sana.
Alhamdulilah, ini menjadi pintu rezeki untuk yang berdangan di sekitarnya.
Anak-anakku, dalam surat ini bapak ingin berpesan agar jangan pernah
menyalahkan apapun dalam hidup ini. Sebagai hambaNya, kita semua harus ikhlas,
karena tidak ada yg lebih kaya atau tidak ada yg lebih pintar. Semua jalan hidup ini
adalah Allah yg mengatur. Untuk itu, kita semua harus saling tolong menolong, dan
jangan saling membenci apalagi mengadu domba. Anak-anak bapak harus selalu
rendah diri dan istiqomah dalam menjalani dlm hidup ini. Alhamdulillah bapak selalu
sehat di sini. Saat menulis surat ini di hari Jumat bapak teringat saat dulu kita sholat
jumat bersama. Doakan secepatnya bapak bisa kembali untuk melihat anak-
anaknya yang ada di bangku sekolah, di masjid, langgar atau tempat nyaman
lainnya unguk sinau karena ilmu tidak pernah habis selama untuk kebaikan. Doakan
baoak selalu sehat dan begitu pula bapak akan selalu mendoakan kalian agar juga
sehat. Ke depan, bapak masih sangat ingin bisa melihat uang membangun negara
ini lebih makmur adalah anak-anak bapak tercinta. Jangan ada air mata yang ada
hanyalah kebanggaan dan kerendahan hati.
Salam rindu,
Eddy Rumpoko