Anda di halaman 1dari 29

LBM 1THT

Dok, telinga anak saya sakit

STEP 1

1. Bulging : penonjolan membran timpani kearah luar, normalnya:


membran timpanni ke arah medial. Kearah luar : bulging +
2. Nyeri tarik aurikula : +  ada radang di telinga luar
3. Nyeri ketok retroaurikula: pengetokan pada os mastoid belakang, + 
menandakan mastoiditis (kronis)
4. Parasentesis : melubangi (perforasi) medik.
5. Pemeriksaan otoskopi: untuk memeriksa membran timpani.

STEP 2
1. Apa hubungan pasien batuk dan pilek dengan keluhan sakit telinga di
skenario?
2. Anatomi dan fisiologi dari telinga?
3. Mengapa anak mengeluh nyeri pada telinga kanan disertai panas dan
rewel semalaman, tidak mau makan dan minum?
4. DD dan diagnosis?
5. Apa saja Pemeriksaan penunjang yang dilakukan?
6. Apa terapi yang dilakukan?
7. Mengapa dari pemeriksaan otoskopi ditemukan membran timpani
dextra hiperemis,merah membara dan bulging positif?
8. Mengapa telinga kanan anak kurang dapat mendengar?
9. Apa komplikasi yang dapat ditimbulkan?

STEP 3
1. Anatomi dan fisiologi dari telinga?
Anatomi
Clinical_Anatomy_Systems-Snells (medcol)

Telinga luar
Telinga tengah
Telinga dalam

Gray's Anatomy
Fisiologi
Transmisi suara

- Anatomi
1. Telinga luar :auricula,liang telinga (membesarkan suara, frek
10-15 db)
2. Telinga tengah : membran timpani, ossicula auditiva
- Os. Maleus : ada tangkainya, tangkaina di membran timpani.
Capsul maleus akan bersendi, akan ke depan : breves , dan ke caput
stapes
Bisa menghantrakna gelombang mencapai cairan 99,9% 
dipantulkan , 0,1% akan diteruskan akan menghasilkan suara 30
dB
Kompensasi akibat luas membran timpani yang lebih besar dari
stapes.
Os stapes akan menimbulkan gelombang yang berjalan di
membran basilaris  terdapat sel rambut dalam dan sel rambut
luar. Pada bagian stereosilia akan membelok  depolarisasi sel
potensial aksi  mekanik menjadi elektromagnetik  diterima
syaraf n.VIII
Ligamnetum spiralis sebaga jangkar lateral mengandung stria
vaskularisasi berfungsi untuk : transport elektrolit dan memelihara
cairan di endolimfe, dan memvaskularisasi dari jar corti ( dari jarak
tertentu shg tdk menimbulkan bising)

3. Telinga dalalam : cochlea, canalis semisirkularis, MEI


Suara  digetarkan di membran timpani mendorong ossicula
auditiva  diredam oleh cairan pada cochlea
Normal : frek pendengaran manusi : 20 Hz-20.000 Hz
<20 Hz : infrasonik
<20 Hz : ultrasonik

TUBA EUSTACHII
- Normal tuba eustachius : tertutup
- Terbuka ketika  menganga karena ada pebedaan udara 
kontraksi m. Tensor palatini
Membuka dan menutup tuba esutachii : m. Tensor palatini dan m.
Veli palatini
- Fungsi tuba eustachii:
1. Ventilasi : menjaga tekanan udara sama
2. Proteksi :melindungi tekanan suara dan menghalangi sekret dari
nasofsring
3. Drinase : menghasilkan sekret telinga tengah ke nasofaring

Pembentukan tuba eustachi


Pada bayi sampai umur 5 th : posisi horizontal (setara dg
nasofaring), bentuk lebar dan pendek  infeksi

- pars cartilaginosa (1/3 bag luar)


tragus  sering dilakukan pemeriksaan
antitragus
lobulus
- pars ossea (2/3)
strukturnya sempit
jika ada udem, hematom  sakit, nyeri
membrana timpani : pars flacid dan pars tensa
pars flacid terdapat stratum mucosum dan stratum cutaneum
pars tensa : stratum kutaneum, stratum fibrosum dan stratum
serosum
sering mengalami kerusakan  pars tensa
pars tensa dibagi 4 kuadran :
1. kuadran posterosup
2. anterosup
3.

manubrium malei akan dilekati oleh kaki os maleus , terdapat


cabang 2 syaraf  chorda tymphani (cabang dari n.VII)

cone of light : dilihat pd otoskopi.

Bagian telinga tengah :

1. Atas : aditus ad antrum (celah kecil)  menyambungkan antara silia yang


tengah dengan selulae (rongga) antrum mastoidistis
2. Tengah ; os malei, incus, os. Stapes.
Tuba auditiva : 2/3 bagian medial  pars cartilaginosa (posisi normlanya
selalu tertutup) berhdadapan dg cavum tympani

- Canalis semisirkularis
1. Utriculus
2. Saculus

Fisiologi telinga ?

- pinna : suatu pengumpul suara, sementara liang telinga krn bentuk dan
dimensinya, dpt sangat memperbesar suara dlm rentang 2 – 4 kHz.
- Telinga tengah : suatu alat penghilang hambatan antara udara ( lingk.kita)
dan cairan ( telinga dalam)
- Stapes : menghantarkan getaran suara lewat liang telinga dan telinga
tengah ke telinga dalam
- Daun telinga : menampung gelombang suara yg datang
- Liang telinga : meneruskan suara dari daun telinga ke membran timpani
- Membran timpani : menggetarkan tulang pendengaran
- Rongga telinga : menjaga antara tekanan udara dlm dan luar agar seimbang
- Maleus, inkus : meneruskan getaran suara ke tingkap jorong
- Tuba eustachii : saluran yg menghub antara rongga telinga dg naso faring
- Pengatur agar tekanan didalam rongga telinga sama dg tekanan diluar
- Sbg ventilasi agar selaput lendir dirongga telinga mendapat cukup oksigen /
airasi.
- cochlea : menerima rangsang dari skala vestibuli dan skala timpani untuk
dianalisa dan dibawa ke otak
- vestibulum dan kanal semi sirkularis : berguna sbg alat keseimbangan
(ILMU PENYAKIT THT, FK UNDIP)

Anatomi dari organ pendengaran ?

1. TELINGA LUAR
1/3 lateral dibentuk cartilago dan 2/3 medialnya tulang. Dilapisi kulit dan glandula
seruminase.
Struktur::
a) auricula
b) meatus acusticus externus (liang telinga luar ), terdiri dari:
- pars cartilage : 1 cm
- pars ossea : 2 cm

Persarafan (sensorik) telinga luar:


1. Nervus auriculotemporalis
2. Nervus occipitalis minor
3. Nervus auricularis major
4. Ramus auricularis nervi vagi
5. Nervus facialis
Perdarahan telinga luar:
1. Arteria temporalis superficialis
2. Ramus auricularis profundus arteri maxillaris
3. Arteri auricularis posterior
2. TELINGA TENGAH
Dipisahkan dengan telinga luar oleh membran tympani
Organ- organ yang terdapat pada telinga tengah:
a) Membran tympany
b). Cavum tympany
c) Ossicula auditiva
d) Tuba auditiva
e) Adnexa mastoidea
f) Nervus facialis
MEMBRAN TYMPANI
Memisahkan cavum tympany dengan meatus acusticus externus (m.a.e )
 Membran tipis, semitransparan, bentuk oval, kedudukan miring caudomedial,
50 derajat thd m.a.e
 Terdiri dari pars flaccid(superior) dan pars tensa( inferior)
 Dilekati oleh manubrium malei pada permukaan medialnya

CAVUM TYMPANI
Cavum tympani adalah rongga berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis
Struktur: memiliki 4 dinding, atap, dan dasar

DINDING
Terdiri dari dinding lateral, medial, medial dan posterior
a) Dinding lateral
Terutama terisi oleh membrana tympani dan cincin tulang tempat perlekatan
membran tympany, pars squamosa os temporalis
Terdapat bangunan chorda tympani, yang menyilang pars flacida membrana
tympani (posterior ke anterior)

b. Dinding medial
 memisahkan cavum tympany dengan telinga dalam, terdapat beberapa
bangunan pada dinding medial, antara lain:
1. Fenestra vestibuli, menuju telinga dalam
a. lateral : basis stapedius
b. medial : perilymphe vestibuli
2. Fenestra Cochlearis : medial ; perilymphe dari ujung saluran cochlea
3. Promontorium : dibentuk dari tonjolan bagian cochlea dan mengandung serabut
saraf dari plexus tympanicus
4. Tonjolan dari canalis nervus facialis

c. Dinding anterior
Bangunan-bangunan yang terdapat pada dinding anterior:
1. Tuba auditiva (eustachii), berfungsi utk meyamakan tekanan telinga tengah dan
faring
2. Canalis untuk musculus tensor tympanicus
3. Cabang-cabang arteri carotis interna

d. Dinding posterior
Bangunan-bangunan yang terdapat pada dinding posterior:
1. Aditus dan antrum mastoideum.
2. Eminentia pyramidalis (berisi M.stapedius)

ATAP
Tegmen tympani (bagian dari os petrosum), memisahkan cavum tympany dgn
fossa cranii media
DASAR
memisahkan cavum tympany dari a. carotis interna dan v. jugularis interna
Dibentuk oleh:
1. Lamina tympanica (os petrosum)
2. Fossa jugulare
3. Canalis caroticus
4. Nervus Jacobsen (cabang tympanica N.IX)
Cavum tympani dapat diibaratkan sebuah kubus 6 sisi, yang bila dibuka akan tampak
sbb:

OSSICULA AUDITIVA
1. Malleus
Bagian-bagian:
a. caput : bersendi dengan incus
b. leher (collum mallei)
c. manubrium
(i) tempat insertio M.tensor tympanicum
(ii) melekat pada membran tympani
d. processus anterior : berhubungan dengan fissura petrotympanicum
e. processus lateralis : berhubungan dengan bagian atas membrana tympani
2. Incus
Bagian-bagian:
a. corpus : bersendi dengan caput mallei
b.crus longum : bersendi dengan caput stapedii
c. crus brevis : berhubungan dengan recessus epitympanicus
3. Stapes
Bagian-bagian:
a. caput : bersendi dengan incus
b. collum : tempat insertio M.stapedius
c. crus : menghubungkan collum dengan basis
d. basis : melekat pada fenestra ovalis
*persendian ossicula auditiva: articulatio synovial
*fungsi:menghantarkan getaran suara ke telinga dalam

Otot-otot
1. M.stapedius
a. origo : pyramida pada dinding posterior
b. insertio : collum stapedii
c. persarafan : N.facialis
d. fungsi : relaksasi basis stapedii di fenestra ovalis,
untuk mengurangi tegangan di membrana tympani
2. M.tensor tympani
a. origo : pars cartilago tuba auditiva
b. insertio : manubrium mallei
c. persarafan : cabang N.pterygoidi medialis
(N.mandibularis)
d. fungsi : menarik membrana tympani ke dalam dan menekan basis stapedii
pada fenestra ovalis, sehingga membrana tympani menjadi lebih tegang

3. TELINGA DALAM
Berfungsi untuk pendengaran dan keseimbangan
Labyrinth ossea
Struktur ini letaknya di dalam pars petrosa ossis temporalis, dilapisi periosteum dan
mengandung cairan perilymphe. Di dalamnya terdapat labyrinth membranacea yang
terdiri dari 3 bagian :
1. Vestibulum
2. Cochlea
3. Canalis semicircularis
 Vestibulum
1. Letaknya diantara cochlea (depan) dan canalis semicircularis (belakang)
2. Isi
a. sacculus
b. utriculus
c. sebagian dari ductus endolymphaticus
 Cochlea
 Berfungsi dalam proses pendengaran dan keseimbangan
1. Berbentuk konus (seperti rumah keong)
2. Modiolus adalah tulang pusat, sebagai sumbu dimana cochlea melingkar seperti
spiralis
3. Isinya duktus cochlearis
4. Membrana basilaris membagi saluran didalam cochlea menjadi dua (scala
tympani dan scala vestibuli) dan saling berhubungan di apeksnya.
5. Membrana vestibularis
Diantara membrana vestibularis dan membrana basilaris terdapat spiral organ
atau organ dari Corti

 Canalis Semicircularis
Berfungsi dalam keseimbangan kinetik
Terdiri dari 3 buah canalis
1. Anterior
2. Posterior
3. Lateral
Semua canalis ini saling tegak lurus 90 derajat dan saling tegak lurus satu dengan
yang lain, dan terletak 45 derajat thd bidang sagital
semua canalis berbentuk 2/3 lingkaran
pada satu ujungnya melebar membentuk ampula

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun teluingga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasikan getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran
timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasikan ini akan
diteruskan ke stapes yang yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga perilimfa
pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbuklkan gerak relatif antara membran
basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter
ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial potensial aksi pada saraf
auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran di
lobus temporalis.
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FKUI)

2. Apa hubungan pasien batuk dan pilek dengan keluhan sakit telinga di
skenario?
Mukosa auris media merupakan kelanjutan dari mukosa
nasofaring&mukosa tuba Eustachius. Secara klinis mempermudah
peradangan pada nasofaring meluas ke cavum timpani dan
menimbulkan peradangan pada cavum timpani.
Herawati, Rukmini. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok. Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

ISPA
⬇︎
Faktor pertahanan tubuh terganggu
⬇︎
Fungsi tuba Eustachius terganggu
⬇︎
Pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu
⬇︎
Kuman masuk ke dalam telinga tengah
⬇︎
Peradangan

Djaafar, Zainul, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,


Tenggorok, Kepala&Leher: Kelainan Telinga Tengah. 2012.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

 penyebab dasar pada OMA : Obstruksi tuba eustachius sehingga hilanglah sawar utama
terhadap invasi bakteri dan spesies bakteri yang tidak biasanya patogenik , dapat
berkolonisasi dalam telinga tengah , menyerang jaringan dan menimbulkan infeksi
 sebagian besar infeksi OMA disebabkan oleh bakteri piogenik
bakteri yang sering ditemukan antara lain Streptococcus pneumoniae(tersering pada
semua kelompok umur), Haemophilus influenza(patogen yang sering ditemukan pada
anak dibawah usia 5 tahun) dan streptococcus beta – hemolitikus

sumber : BOIES Buku Ajar Penyakit THT edisi 6 Adams , Boies , Higler

Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti Streptokokus hemolitikus,
Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Hemofilus
influenza, Esheria colli, Streptococcus anhemoliticus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas
aurugenosa.

Hemofillus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun.

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Maligna
Benigna
Proses peradangan terbatas pada Proses peradangan tidak terbatas pada mukosa.
mukosa.
Proses peradangan tidak mengenai Proses peradangan mengenai tulang.
tulang.

Perforasi membran timpani tipe Perforasi membran timpani paling sering tipe marginal & atik.
sentral. Kadang-kadang tipe sub total (sentral) dengan kolesteatoma.

1. Klasifikasi Otitis Media


2. Stadium

STADIUM OKILUSI TUBA EUSTACHIUS

Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah adanya gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara.
Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh
pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan
dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

STADIUM HIPEREMIS (STADIUM PRESUPURASI)

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

STADIUM SUPURASI

Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta
terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di
telinga bertambah hebat.

Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskernia, akibat
tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis
mukosa clan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang
lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.

Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka
kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar.

Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila
terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) ticlak mudah menutup kembali.

STADIUM PERFORASI

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman
yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari
telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang,
suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media
akut stadium perforasi.

STADIUM RESOLUSI

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya
kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi
walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan
sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa
(sequele) berupa Otitis Media Serosa bila sekret menetap di kavurn timpani tanpa terjadinya
perforasi.

3. Patofisiologi
4. Manifestasi

 nyeri
 demam , demam dapat tinggi pada anak kecil namun dapat pula tidak ditemukan
pada 30% kasus
 malaise
 kadang2 nyeri kepala disamping nyeri telinga
 khususnya pada anak dapat terjadi anoreksia dan kadang2 mual dan muntah
 seluruh atau sebagian membrana timpani secara khas menjadi merah dan menonjol
 pembuluh – pembuluh darah di atas membrana timani dan tangkai maleus
berdilatasi dan menjadi menonjol.Secara ringkas dikatakan terdapat abses telinga
tengah
sumber : BOIES Buku Ajar Penyakit THT edisi 6 Adams , Boies , Higler

pemeriksaan fisik

seluruh atau sebagian membrana timpani secara khas menjadi merah dan menonjol
pembuluh – pembuluh darah di atas membrana timani dan tangkai maleus berdilatasi dan
menjadi menonjol.Secara ringkas dikatakan terdapat abses telinga tengah
sumber : BOIES Buku Ajar Penyakit THT edisi 6 Adams , Boies , Higler

Bulging +  gangguan pada telinga tengah

Telinga tengah :

Pertahanan melalui silia dr tub eustachius, enzim. Oklusi tuba  sistem pertahanan di telinga
terganggu. Jika terdapat baktero patogen maka akan berkoloni di telinga tengah 
menginfeksi

Bakteri berasal dr penyakit saluran nafas atas, faringitis, menghembuskan nafas berlebihan :
staphylococcus aureus, streptococcus

< 5 th  bakteri haemophilus influenza.

Pada bayi sampai umur 5 th : tuba eustachii posisi horizontal


(setara dg nasofaring), bentuk lebar dan pendek  infeksi
Infeksi  mengeuarkan mediator inflamas + bakteri  nanah  berkumpul di cavitas
timpani  gerakan ossicula auditiva terhambat oleh cairan  pendengaran menurun

Sekresi telinga tengah menuju nasofaring terhambat  peningkatan cairan  cairan yang
makin lama mengeras semakin banyak  dilakukan miringotomi atau dilakukan drainase (dr
tuba eustachi)
3. Mengapa anak mengeluh nyeri pada telinga kanan disertai panas dan
rewel semalaman, tidak mau makan dan minum?

Batas-batas kavum timpani:


1. Dinding superior
Merupakan tulang yg sangat tipis (1mm), merupakan batas
antara cavum timpani dengan fossa cranii media (lobus
temporal). Hal ini menyebabkan radang dalam cavum timpani
dapat meluas ke dalam endokranium.
2. Dinding Inferior
Merupakan pembatas antara hipotimpani dan bulbus v.jugularis.
Hal ini menyebabkan radang dalam cavum timpani dapat
menyebabkan thrombophlebitis.
3. Dinding posterior
Terdapat aditus ad anthrum yang hubungkan anthrum mastoid
dengan kanal N.VII.
4. Dinding anterior
Terdapat a.carotis interna
5. Dinding medial
Memisahkan dengan auris interna.
6. Dinding lateral
Pars osseus (cavum timpani) dan pars membranaceus (membran
timpani)

Cavum timpani banyak berbatasan dengan tulang-tulang


tengkorak. Tulang dilapisi oleh periosteum, yang melapisi hampir
seluruh permukaan tulang.
Satu-satunya yang tidak tercakup oleh periosteum adalah
bagian yang ditutupi oleh tulang rawan. Selain melindungi
tulang, periosteum juga berfungsi sebagai perlekatan otot dan
tendon.
Bagian yang sensitif terhadap nyeri antara lain periosteum
tulang tengkorak, otot, saraf.
Herawati, Rukmini. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok. Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Infeksi ISPA  menuju telinga tengah  piosintesis prostaglandin,


mediator inflamasi  hipotalamus  set point meningkat  demam
Prostaglandin  COX 1 COX 2  nyeri
Infeksi telinga tengah (otitis media ) menimbulkan rasa nyeri

4. Mengapa telinga kanan anak kurang dapat mendengar?

Infeksi  mengeuarkan mediator inflamas + bakteri  nanah  berkumpul di cavitas


timpani  gerakan ossicula auditiva terhambat oleh cairan  pendengaran menurun

5. Mengapa dari pemeriksaan otoskopi ditemukan membran timpani


dextra hiperemis,merah membara dan bulging positif?
OTITIS MEDIA
Terdiri dari 5 std :
1. Oklusi Tuba eustachii : tanda gambaran retraksi membran
tymphani akibat terjadinya tek – pada telinga tengah
2. Hiperemis : tampak pembuluh darah yg melebar pd membran
tympani atau seluruh membran tympani tampak hiperemis dan
udem
3. Supurasi : bulging  edema dan penimbunan cairan eksudat
menyebabkan bulging
Keluhan sakit , demam, nyeri telinga bertambah
Dilakukan miringotomi  untuk memudahkan membran timpani
menutup sendiri
Dilakukan di kuadran posteroinferior
4. Perforasi : akibat pemberian antibiotik telat & virulensi meningkat-
-> ruptur membran tympani
5. Resolusi : membran tympani masih utuh -> resolusi kembali
Jika ada perforasi maka sekret berkurang -> kering

6. DD dan diagnosis?
- Otitis media
Supuratif : akut dan kronik
Nonkronis : serosa dan efusi (akut dan kronis)

- Otitis Media Akut


Kondiis telinga tengah steril ; antibodi, enzim
Anak anak <5 th : ada riwayat ISPA
Gejala :
Anak –anak dan bayi :nyeri di dalam telinga, demam
Dewasa : gangguan pendengaran lebih dibandingkan bayi, sensasi
perasaan penuh di telinga
- Otitis media Efusi/ serosa
Efusi : penumpukan cairan
Gejala : tidak nyeri dan tidak demam

- Otitis media kronik


Stadium perforasi > 2 bln  otitis media kronis

Gangguan pendengaran :
1. Gangguan pendengaran konduktif : gangguan telinga luar dan tengah. Gejala :
riwayat keluarnya cairan, perasaan seperti ada cairan di telinga, kedua telinga
terkena suara menjadi lembut
2. Tuli sensoris : gangguan di bagian telinga tengah
Gejala : bila bilateral suara penderita lebih keras dr suara normal, sukar
mengartikan percakapan yg didengar, riwayat trauma
3. Tuli campuran : kombinasi dari kedua diatas

- OMSK
Infeksi pd tuba eustachii disertai perforasi dan sekret yang keluar terus
menerus.
Perforasi dapat di central, marginal dan atik.

Diagnosis : otitis media akut stadium supuratif.

7. Apa saja Pemeriksaan penunjang yang dilakukan?


1. Otoskop
OMA  Didapatkan tuba eustachius bengkak, merah, suram
2. Timpanogram
Mengukur kesesuaian dan kekakuain membran timpani
3. Timpano sintesis dan kultur  menentukan miroba
4. Tes rinne, weber, scwabach
5. Tes audiometrik  mengetahui sensitivitas dan perbedaan kata-
kata,mengetahui tingkat kehilangan pendengaran, gangguan diakibatkan oleh
apa.

8. Apa terapi yang dilakukan?


Timpanosintesis adalah pengambilan cairan dari telinga tengah dengan
menggunakan jarum untuk pemeriksaan mikrobiologi. Risiko dari
prosedur ini adalah perforasi kronik membran timpani, dislokasi tulang-
tulang pendengaran, dan tuli sensorineural traumatik, laserasi nervus
fasialis atau korda timpani.
Oleh karena itu, timpanosintesis harus dibatasi pada:
- Anak yang menderita toksik atau demam tinggi
- Neonatus risiko tinggi dengan kemungkinan OMA
- Membran timpani yang menggembung (bulging) dengan antisipasi
ruptur spontan (indikasi relatif)

- Kemungkinan OMA dengan komplikasi supuratif akut


- OMA refrakter yang tidak respon terhadap paket kedua antibiotik.
Timpanosintesis dapat mengidentifikasi patogen pada 70-80% kasus.
Walaupun timpanosintesis dapat memperbaiki kepastian diagnostik untuk
OMA, tapi tidak memberikan keuntungan terapi dibanding antibiotik
sendiri. Timpanosintesis merupakan prosedur yang invasif, dapat
menimbulkan nyeri, dan berpotensi menimbulkan bahaya sebagai
penatalaksanaan rutin.
Shaikh N. Hoberman A, Kearney DH, Yellon R. Tympanocentesis in
children with acute otitis media. N Engl J Med 2011. Available from:
http://www.nejm.org.

pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya

 stadium oklusi , pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba


eustachius sehingga tekanan negatif ditelinga tengagh hilang.Untuk ini diberikan obat
tetes hidung.HCL efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCl
efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada
orang dewasa.Disamping itu sumber infeksi harus diobati.Antibiotika diberikan apabila
penyebab penyakit adalah kuman, bukan virus atau alergi
 Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika.Bila
membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi.Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisillin atau
ampisilin.Terapi awal diberikan penisilin i.m agar didapatkan konsentrasi yang adekuat
didalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung , gangguan
pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.Pemberian antibiotika dianjurkan
minimal selama 7 hari.Bila pasien alergi terhadap penisilin , maka diberikan
eritromisin.Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/BB perhari, dibagi
dalam 4 dosis atau amoksisilin 40 mg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis atau eritromisin 40
mg/BB/hari
sumber : Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi kelima editor
Dr.H.Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.

Pada stadium oklusi pengobatan terutama, bertujuan untuk membuka kembali tuba
Eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes
hidung. HCI efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCI efedrin 1 %
dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun clan pada orang dewasa.

Disamping itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit
adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi.

Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila
membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.

Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal
diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah,
sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala
sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien
alergi. terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.

Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/BB per hari, dibagi dalarn 4 dosis,
atau amoksisilin 40 mg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/BB/hari.

Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan -
miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis
lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat. Keluarnya
sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci 3% selama 3-
5 hari serta telinga H202 antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi
dapat menutup kembali dalarn waktu 7-10 hari.

Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada
lagi dan perforasi membran timpani menutup.

Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui
perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena bedanjutnya edem
mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3
minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah
teladi mastoiditis.

Bila OMA berlanjut dengan keluamya sekret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka
keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut.
Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua
bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis (OMSK).

1. Medikamentosa : antibiotik , decongestan, mukolitik,


kortikosteroid
2. Mengeluarkan cairan dengan parasintesis, jika perlu  ventilation
tube
3. Cari penyebab nya : adenokolistitis kronis, ISPA dll

9. Apa komplikasi yang dapat ditimbulkan?

Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses subperiosteal
sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak).

Sekarang setelah ada antiblotika, sernua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai
komplikasi dari OMSK.

 komplikasi telinga tengah


i. ketulian sensorineural
setiap kali ada infeksi dalam telinga tengah , terutama bila dibawah tekanan ,
maka ada kemungkinan produk2 infeksi akan menyebar melalui membrana
fenestra rotundum ke telinga dalam, mengakibatkan ketulian
sensorineural.Infeksi biasanya terbatas pada lengkung basal koklea , yaitu bagian
yang tidak rutin diuji pada pemeriksaan pendengaran.Namun dengan
berjalannya waktu, ketulian dapat meluas sehingga akhirnya menimbulkan
masalah.Hal ini menekankan pentingnya terapi yang lebih agresif guna
mencegah kemungkinan ketulian sensorineural permanen pada pasien2 OMA
yang tidak menyembuh dalam 48 jam dengan terapi antibiotik yang sesuai

ii. paralisis saraf fasialis


saraf fasialis dapat cedera pada otitis media akut ataupun kronik.Pada kasus
otitis akut, saraf terkena akibat kontak langsung dengan materi purulen.Dengan
adanya celah2 tulang alami yang menyebabkan hubungan antara saraf dengan
telinga tengah , maka produk2 infeksi toksik dapat menimbulkan paralisis wajah

 komplikasi telinga dalam


i. fistula labirin dan labirintitis
suatu fistula pada labirin memungkinkan penyebaran infeksi ke telinga dalam ,
menimbulkan labirintitis yang akan menyebabkan ketulian.pasien dengan fistula
biasanya mengalami vertigo disamping gejala2 lain

ii. labirintitis supuratif


Dapat disebabkan perluasan ke dalam fistula, suatu infeksi yang menyerang
fenestra rotundum atau meningitis akibat otitis media.Labirintitis generalisata
dapat menyerang seluruh bagian rongga telinga dalam, menimbulkan vertigo
berat dan akhirnya ketulian lengkap.Jika terlokalisir dapat menimbulkan gejala2
dan disfungsi koklear atau vestibular saja.Labirintitis diakibatkan perluasan
infeksi ke dalam ruang perilimfa.Terdapat dua labirintitis : serosa, dimana toksin
kimia menimbulkan disfungsi, dan supuratif , dimana pus menginvasi dan
menyebabkan destruksi telinga dalam

 komplikasi ekstradural
i. petrositis
hampir 1/3 tulang temporal memiliki sel2 udara dalam apeks petrosa.Sel2 ini
menjadi terinfeksi melalui perluasan langsung dari infeksi telinga tengah dan
mastoid.

ii. tromboflebitis sinus lateralis


Invasi infeksi pada sinus sigmoideus dalam perjalanannya melalui mastoid,
menimbulkan tromboflebitis sinus lateralis.fragmen2 kecil trombus akan pecah,
menciptakan semburan emboli yang infeksius.Tanda invasi pertama adalah
demam.Demam cenderung berfluktuasi dan setelah penyakit berkembang
penuh, terbentuk pola septik atau ”tiang pancang” menyerupai paku.

iii. abses ekstradural


adalah kumpulan pus di antara dura dan tulang yang menutupi rongga mastoid
atau telinga tengah.Gejala2 antara lain nyeri telinga dan kepala yang berat

iv. abses subdural


dapat timbul akibat perluasan langsung abses ekstradural atau perluasan suatu
tromboflebitis lewat saluran2 vena.

 komplikasi sistem saraf pusat


i. meningitis
disebabkan otitis media kronik atau akut, dan terbatas atau
generalisata.gambaran klinis : kaku kuduk , suhu meningkat , mual dan muntah
(terkadang proyektil) dan nyeri kepala.Pada kasus2 lanjut , timbul koma dan
delirium.Ada tahanan terhadap fleksi leher dan tanda kernig positif pada
pemeriksaan klinis.Kadar gula cairan spinal biasanya rendah , sedangkan kadar
protein meningkat

ii. abses otak


dapat timbul pada serebelum di fossa kranii posterior atau pada lobus temporal
di fossa kranii media.Abses otak biasanya terbentuk sbg akibat perluasan
langsung infeksi telinga atau tromboflebitis.Gejala abses serebelum : ataksia ,
disdiadokokinesis, intention tremor, dan past pointing.Gejala2 fokal termasuk
toksisitas, nyeri kepala, demam, muntah dan keadaan letargi yang memberi
kesan keterlibatan serebrum.

iii. hidrosefalus otitik


berupa peningkatan tekanan intrakranial dengan temuan cairan serebrospinal
yang normal.Gejala2nya adalah nyeri kepala hebat yang menetap , diplopia,
pandangan kabur, mual dan muntah

sumber : BOIES Buku Ajar Penyakit THT edisi 6 Adams , Boies , Higler

Anda mungkin juga menyukai