Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA MAQASHID

SYARIAH

Tugas Tengah Semester


Akuntansi dan Manajemen Keuangan Syariah

Dosen Pengampu
Veni Soraya Devi, S.E.,M.Si

Disusun Oleh:
Umi Asrifah 14.0102.0142
Ayuk Puji Rahmawati 15.0102.0040
Yuni Asih 15.0102.0055
Sri Devi Oktavia 15.0102.0072
Imam Pamungkas 15.0102.0073

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2018
A. PENDAHULUAN
Perkembangan kinerja bank syariah yang hanya dinilai dari pertumbuhan aset
dan market share, menjadikannya tidak berbeda dengan bank konvensional sebagai
organisasi yang berorientasi pada laba (Reni, Muklis dan Cholisni 2014). Penilaian
kinerja bank syariah tidak hanya dinilai dari profitabilitasnya saja namun juga
kesesuaian dengan syariah Islam. Operasional bank syariah harus sesuai dengan syariah
Islam karena syariah Islam memiliki tujuan syariah (maqasid syariah) sehingga tujuan
bank syariah akan tepat jika diturunkan dari maqasid syariah, karenanya pengukuran
kinerja untuk mengetahui ketercapaiannya terhadap tujuan akan tepat jika
pengukurannya berbasiskan pada maqasid syariah. Menurut pendapat yang
dikemukakan oleh Abu Zahrah bahwa aktivitas yang dilakukan oleh bank syari’ah harus
mampu mengcover tujuan syari’ah yaitu mendidik individu (tahdhib al fard),
menegakkan keadilan (iqamah al-‘adl) dan menghasilkan kemashlahatan (jalb al
mashlalah).
perusahaan
Menurut teori agensi, dalam terdapat pemisahan antara pemilik dana
dengan pengelola dana (bank), dengan kata lain pemilik dana mempercayakan dananya
kepada bank syariah untuk dilakukan pengelolaan atas dana tersebut. Pemisahan ini
berakibat pada terjadinya kemungkinan masalah agensi. Adanya kemungkinan masalah
agensi tersebut mendorong perlunya good corporate governance. Berkaitan dengan
kemungkinan masalah agensi yaitu bank tidak menjalankan operasional usahanya sesuai
syariah Islam, maka dibutuhkan mekanisme good corporate governance dengan
pembentukan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Menurut Peraturan Bank Indonesia
No.11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan good corporate governance pada bank umum
syariah dan unit usaha syariah, dewan komisaris dan komite audit memiliki wewenang
untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindak lanjut direksi bank syariah
terhadap temuan dewan pengawas syariah. Dengan adanya dewan komisaris dan komite
audit ini bank syariah mematuhi segenap peraturan-peraturan yang ada, sehingga
masalah agensi dapat berkurang yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan kinerja
bank syariah itu sendiri. Penelitian ini akan fokus terhadap penilaian kinerja BJB
Syariah melalui laporan good corporate governance dan pengukuran kinerja bank
dengan kinerja maqasid syariah.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kinerja Maqashid Syariah Bank Syariah
Segala aktivitas seorang muslim harus didasarkan pada syariah Islam tidak
terkecualikegiatan ekonomi. Bagi masyarakat muslim,bank yang merupakan
komponen vital dari kegiatan ekonomi harus berlandaskan pada syariah Islam, yang
sering disebut sebagai bank syariah atau bank Islam. Syariah Islam tujuan yang
sering disebut sebagai maqashid syariah. Menurut Mohammed, Razak dan Taib
(2008), tujuan Bank Syariah akan tepat jika diturunkan dari tujuan Syariah
(maqashid syariah). Hal ini dikarenakan tujuan dari bank Islam tidak hanya
memaksimalkan laba, namun juga memiliki peran di bidang sosial. Oleh karena
tujuannya tidak hanya memaksimalkan laba, maka pengukuran kinerja dari bank
syariah menjadi lebih kompleks.
Pengukuran kinerja bank syariah berbasis maqashid syariah merupakan proses
untuk menentukan apakah bank syariah dapat mencapai tujuan bank syariah yang
diturunkan dari maqasid syariah. Pengukuran kinerja mempunyai hubungan
langsung dengan dengan tujuannya, sehingga indikator-indikator pencapaian
kinerjanya akan diturunkan dari tujuan-tujuan tersebut. Mohammed, Razak dan
Taib(2008) menggunakan klasifikasi maqasid syariah menurut Abu Zaharah (1997)
yaitu: (1)Tahdhib al-Fard (mendidik individu); (2)Iqamah Al-adl (menegakkan
keadilan), dan; (3)Jaib al-Maslahah (meningkatkan kesejahteraan).
Pengembangan pengukuran kinerja yang dilakukan Mohammed, Razak dan
Taib(2008) menggunakan metode dari Uma Sekaran (2000). Metode tersebut
dibangun dengan mengidentifikasi dimensi-dimensi dari setiap tujuan syariah, yang
selanjutnya dari dimensi-dimensi tersebut ditentukan elemen-elemen yang
menunjukkan ketercapaian dari dimensi tersebut.
2. Konsep Corporate Governance pada Bank Syariah
Pengertian GCG sendiri menurut Pasal 1 angka 6 Peraturan Bank Indonesia
No.8/4/ PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank
Umum. Disebutkan bahwa good corporate governance adalah tatakelola bank yang
menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparancy), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi
(independency), dan kewajaran (fairness). Secara umum, fungsi bank syariah sama
dengan perbankan konvensional yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary
institution) yang mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali
dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk
fasilitas pembiayaan. Karena itu, prinsip-prinsip pokok GCG yang dikembangkan
secara umum untuk sistem perbankan berlaku pula pada bank syariah. Kelima
prinsip pokok GCG diatas dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Prinsip Keterbukaan
(transparency). Artinya, bank syariah berkewajiban memberi informasi tentang
kondisi dan prospek perbankannya secara tepat waktu, memadai, jelas, dan akurat.
Informasi itu juga harus mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya. Hal
ini dapat digunakan sebagai dasar bagi mereka untuk menilai reputasi dan tanggung
jawab bank syariah; 2) Prinsip Akuntabilitas, di mana bank syariah harus
menetapkan tanggung jawab yang jelas dari setiap komponen organisasi, selaras
dengan visi, misi, sasaran usaha, dan strategi perusahaan. Setiap komponen
organisasi mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
Selain itu, bank harus memastikan ada dan tidaknya check and balance dalam
pengelolaan bank. Bank harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajarannya
berdasarkan ukuran yang disepakati secara konsisten, sesuai dengan nilai
perusahaaan (corporate values), sasaran usaha, strategi bank, serta memiliki reward
and punishment system; 3) Prinsip Tanggung Jawab (responsibility). Artinya, bank
syariah harus memegang prinsip prudential banking practices. Prinsip ini harus
dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, agar operasional perbankan
syariah tetap berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Bank pun harus mampu
bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang baik); 4) Prinsip
Independensi. Bank syariah harus mampu menghindari dominasi yang tidak wajar
oleh stakeholders. Pengelola bank tidak boleh terpengaruh oleh kepentingan
sepihak. Bank syariah harus menghindari segala bentuk benturan kepentingan
(conflict of interest); 5) Prinsip Keadilan (fairness), artinya bank syariah harus
memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan
kewajaran (equal treatment). Namun, bank juga perlu memberi kesempatan kepada
stakeholders untuk memberi masukan dan saran demi kemajuan bank syariah.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Analisis Good Corporate Governance Bank Jabar Banten Syariah
1) Prinsip-Prinsip GCG Dalam Perspekif Pt Bank Jabar Banten Syariah
a) Transparansi (Transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses
pengambilan keputusan. Dalam BJB Syariah mengungkapkan informasi
dalam bentuk laporan tahunan perusahaan yang diterbitkan melalui
website resmi BJB Syariah. Sehingga para nasabah dapat mengetahui
informasi apapun yang berkaitan dengan laporan keuangan BJB Syarah
maupun tentang tata kelola perusahaan. Hal ini, dapat meningkatkan
kepercayaan BJB Syariah kepada para nasabahnya dengan menerbitkan
laporan tahunan tersebut dengan informasi yang benar sesuai dengan
situasi dan kondisi BJB Syariah.
b) Akuntabilitas (Accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban organ Bank, sehingga pengelolaannya berjalan secara
efektif. BJB Syarih memiliki pengelolaan dan pelaksanaan yang sesuai
dengan tugas dan fungsi yang telah ada pada BJB Syariah yang tertera
dalam struktur organisasi BJB Syariah. Sehingga, tugas dan fungsi yang
telah disusun oleh BJB Syariah tidak ada yang memiliki tugas dan fungsi
secara bersamaan.
c) Pertanggungjawaban (Responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan Bank
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
pengelolaan Bank yang sehat. Pertanggungjawaban pengelolaan BJB
Syariah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip GCG dan peraturan yaitu
SEOJK No. 10/ SEOJK.03/2014 tanggal 2014 tentangPenilaian Tingkat
Kesehatan bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang mewajibkan
lembaga perbankan untuk melaksanakan serta menyampaikan laporan
GCG kepada Bank Indonesia paling kurang setiap semesternya.
d) Profesional (Professional) yaitu memiliki kompetensi, mampu bertindak
obyektif, dan bebas dari pengaruh/tekanan dari pihak manapun
(independen) serta memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan
bank syariah. Hal ini sejalan dengan sebuah hadits tentang perintah
melaksanakan suatu pekerjaan secara profesional. BJB Syariah
melaksanakan pengelolaannya secara professional dan tidak ada tekanan
maupun dorongan dari pihak-pihak yang terkait. Hal ini sesuai dengan
misi dari BJB Syariah yaitu Memberikan layanan perbankan syariah secara
amanah dan profesional.
e) Kewajaran (Fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-
hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam bekerjasama dengan para
stakeholders, BJB Syraiah mmeberikan pelayanan yang baik dan nilai
tambah bagi para stakeholdernya. Kerjasama yang terjalin oleh BJB
Syariah dan stakeholder dapat meningkatkan kepercayaan dalam
mengelola perusahaan. Biasanya kerja sama ini dilakukan sesuai dengan
akad yang dispekati oleh kedua belah pihak. Sehingga, dalam kerjasama
tersebut tidak ada yang ditutupi dan pelaksanaanya dilakukan sesuai
dengan peraturan yang berlaku dalam perundangan maupun akad yang
telah disepakati antara stakeholder dan pihak bank.
2) Analisis Ketentuan Laporan Penyampaian GCG
Bank BJB syariah telah melakukan tahapan /proses self assement yaitu
dengan melakukan penyebaran kertas kerja, pengisian kertas kerja self
assesment dan pengumpulan data dan informasi, analisis penilaian, hasil
penilaian dengan memperhatikan dari masing-masing unit terkait dan
mempertimbangkan kondisi riil bank pada saat ini.Pada BJB syariah bahwa
setiap anggota dewan komisaris dan anggota direksi tidak mempunyai
kepemilikan saham dalam bank tersebut dikarenakan dewan komisaris
mempunyai tugas untuk memantau perkembangan saham yang dibeli oleh
para investor. Pada laporan GCG anggota dewan komisaris maupun direksi
tidak memiliki hubungan keuangan dan kekeluargaan dengan pemegang
saham pengendali yang menjadikan anggota dewan komisaris maupun
anggota direksi telah melaksanakan salah satu prinsip GCG yaitu
independensi.Dewan komisaris maupun Dewan Direksi pada Bank BJB
Syariah tidak merangkap jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris, Direksi,
atau Pejabat Eksekutif pada lembaga perbankan , perusahaan, atau lembaga
lain melebihi batas maksimum yang diperkenankan yang sesuai dengan
ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan pada ketua
Dewan Pengawas Syariah bank BJB merangkap jabatan sebagai anggota
dewan pengawas syariah pada Permata Syariah dan Asuransi Al-Amin. Bank
BJB syariah memiliki konsultan, penasihat dengan perusahaan lain yang
digunakan untuk konsultasi perihal berbagai penanganan permasalahan
hukum, nasabah dll. Besaran remunerasi dan fasilitas lain Bank BJB Syariah
yang diberikankepada Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariahdan
Direksi ditetapkan oleh pemegang saham setelahmempertimbangkan saran
dari Komite Remunerasi danNominasi. Adapun remunerasi dan fasilitas
lainnya yang ditetapkan RUPS untuk Dewan Komisaris, Direksi, danDPS
periode 31 Desember 2016. Dan Pada rasio gaji tertinggi dan terendah pada
karyawan, direksi, komisaris yaitu 17,17, 1,25, 3,43. Terkait dengan
frekueinsi rapat dewan komisaris dalam 2016 tidak ada penjelasan yang jelas
dalam frekuensi kehadirannya, namun dalam frekuensi dan jumlah kehadiran
anggota DPS pada setiap rapat dapat disampaikan bahwa terdapat 18 kali
pertemuan selama tahun 2016. Dalam laporan penyampaian jumlah
penyimpanan ( internal fraud ) yang terjadi dan upaya penyelesaian oleh
BUS, kecurangan yang dilakukan pengurus, pegawai tetap dan tidak tetap
terkait dengan kegiatan operasional bank yang mempengaruhi kondisi
keuangan bank secara signifikan dengan dampak penyimpangan atau
kerugian lebih dari Rp100 juta. Pengungkapan mengenai permasalahan
hukum selama tahun 2016 dapat diinformasikan bahwa ada terdapat
permasahan hukum yang telah selesai dalam perdata sekurangnya 1
permasalahan, sedang dalam proses penyelesaian ada 6 sehingga total ada 7.
Sedangkan untuk pidana tidak ada permsalahan hukum yang signifikan.
Selama tahun 2016, tidak terjadi transaksi yang mengandung benturan
kepentingan serta tidak terdapat transaksi Buy Back Saham atau Buy Back
Obligasi yang dilakukan Bank. BJB Syariah pada tahun 2016 dalam
penyelesaian dana untuk kegiatan sosial, baik jumlah maupun pihak biasanya
dilasurkan dalam beberapa program kegiatan yang dilakukan oleh BJB
Syariah.
b. Analisis Kinerja Maqashid Syariah
1) Analisis Pengukuran Kinerja Maqoshid Syariah dalam Mendidik Individu
pada BJB Syariah
a) Bantuan Pendidikan
Rasio ini memperlihatkan pengeluaran yang dilakukan bank syariah
dalam bidang pendidikan bagi masyarakat, berupa beasiswa dan bantuan
kepada lembaga pendidikan sebagai wujud tanggung jawab sosial
masyarakat. BJB Syariah telah memberikan bantuan pendidikan kepada
masyarakat dan pada tahun ini memberikan beasiswa dan bantuan
pendidikan sebesar Rp 52.000.000 dengan presentase sebesar 0,016% dari
seluruh total biaya yang dikeluarkan. Apabila semakin besar alokasi dana
yang dikeluarkan bank syariah untuk hibah pendidikan maka salah satu
prinsip maqoshid syariah telah dipenuhi, dimana BJB Syariah tidak hanya
memberikan fokus perhatian kepada karyawannya saja tetapi juga
memberikan kepada masyarakat luas. Hal ini pun dibuktikan oleh BJB
Syariah yang menyalurkan bantuan pendidikan kepada masyarakat
b) Penelitian
Rasio ini menggambarkan alokasi dana yang dikeluarkan untuk tujuan
penelitian dalam pengembangan bank syariah. pada BJB Syariah biaya
yang dikeluarkan untuk penelitian sebesar Rp 336.000.000 dengan rasio
sebesar 0,104%. Untuk itu berarti bahwa dengan mengalokasikan dana
untuk penelitian dan pengembangan ini, BJB Syariah senantiasa
memunculkan inovasi-inovasi produk yang lebih sesuai dengan prinsip
syariah dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dialami oleh BJB
Syariah sendiri.
c) Pelatihan
Pada bagian ini menggambarkan jumlah dana yang dikeluarkan oleh bank
syariah dalam melatih dan memberikan pendidikan lebih lanjut pada
karyawan sehingga dapat memaksimalkan dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya. BJB Syariah mengalokasikan dananya untuk
pelatihan sebesar Rp 267.000.000 dengan prosentase sebesar 0,83%. Hal
ini menunjukkan bahwa, BJB syariah senantiasa melakukan pelatihan-
pelatihan kepada karyawannya agar dapat memliki kompetensi yang lebih
baik dan diharapkan nantinya BJB syariah dapat memperoleh kinerja
yang semakin positif dan pertumbuhan bisnis yang lebih baik.
d) Publikasi
Pada bagian ini menggambarkan alokasi dana yang dikeluarkan untuk
mempublikasikan bank syariah kepada masyarakat luas. BJB Syariah
mengalokasikan dananya untuk publikasi sebesar 0 rupiah atau dengan
kata lain BJB Syariah tidak mengalokasikan dananya untuk keperluan
publikasi.
2) Analisis Pengukuran Kinerja Maqoshid Syariah dalam Menegakkan Keadilan
pada BJB Syariah
a) Return yang Adil
Elemen ini menunjukkan besarnya laba yang dihasilkan bank syariah.
semakin besar laba yang dihasilkan bank syariah, maka semakin besar
bagi hasil yang dapat diberikan kepada nasabah dan stakeholder. BJB
Syariah pada tahun 2016 mengalami kerugian sebesar Rp
547.031.413.000 dengan rasio sebesar 74,92%. Oleh karena itu, semakin
kecil bagi hasil yang diberikan kepada nasabah dan stakeholdernya. Dan
pengembalian laba untuk nasabah dan stakeholder belum bisa dilakukan
oleh BJB Syariah karena kerugian yang dialami.
b) Fungsi Distribusi
Elemen ini menggambarkan tingkat investasi yang diberikan oleh bank
syariah. Dalam BJB Syariah pembiayaan mudharabah dan
musyarakahnya sebesar Rp 873.322.363.000 dengan prosentase sebesar
18,77%. Oleh karena itu, menunjukkan bahwa kinerja investasi dalam
BJB Syariah tergolong baik karena telah menerapkan ivestasi dalam
bentuk mudharabah dan musyarakah. Dan hal ini berarti bahwa melalui
pembiayaan mudharabah dan musyarakah BJB Syariah telah menciptakan
keadilan antara deposan dengan bank syariah, antara bank syariah dengan
nasabah pembiayaan dan menghilangkan kedzoliman yang bersumber
dari system bunga.
c) Produk Bebas Bunga
Elemen ini menggambarkan tingkat pendapatan bank yang bebas bunga.
Pada BJB Syariah produk bebas bunganya sama dengan total pendapatan
yaitu sebesar Rp 730.187.052.000 dengan prosentase 100% , hal ini
menunjukkan bahwa pada BJB Syariah tidak ada pendapatan yang
berbunga dan keseluruhan pendapatannya bebas bunga. Hal ini juga
berarti bahwa BJB Syariah telah meningkatkan keadilan sosial dan
berkontribusi secara positif terhadap penghapusan kesenjangan
pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat melalui produk bebas bunga
tersebut.
3) Analisis Pengukuran Kinerja Maqoshid Syariah dalam Memelihara
Kemaslahatan pada BJB Syariah
a) Rasio Laba
Kemaslahatan merupakan aspek penting dalam kehidupan sehingga aspek
ini turut menjadi perhatian penting dalam industry perbankan syariah.
Pada BJB Syariah rasio labanya sebesar (0,63%). Rugi yang dialami ini
menunjukkan bahwa belum tercipta kesejahteraan pada BJB Syariah pada
tahun 2016.
b) Pendapatan Individu
Elemen ini menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dengan
adanya bank syariah melalui zakat yang dibayarkan oleh bank. Bank
Jabar Banten Syariah pada tahun 2016 belum mengalokasikan dananya
untuk digunakan dalam membayar zakat. BJB Syariah hanya
menghimpun zakat yang dibayarkan oleh masyarakat.
c) Investasi pada sector Riil
Elemen ini menggambarkan seberapa banyak investasi yang disalurkan
untuk sector riil. BJB Syariah melakukan investasi untuk sector riil
sebesar Rp 4.650.935.569.000 dari total investasinya sebesar Rp
5.624.403.283.000 ,untuk itu pada bank ini sebesar 82,69% untuk
investasi sector riil. Hal ini berarti bahwa BJB Syariah sangat peduli
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan investasi sector
riil dengan tanpa menghilangkan investasi pada sector keuangan.
4. KESIMPULAN
BJB Syariah telah melakukan prinsip-prinsip GCG dengan baik diantara prinsip
tersebut yaitu transparan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, professional, dan
kewajaan. Pelaksanan prinsip GCG oleh BJB Syariah sudah sesuai dengan peraturan
dan kaidah syariah. Dalam penyampaian laporan GCG BJB Syariah setiap tahun
melakukan self assessment secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan
GCG dalam factor sebagai berikut: (a) Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Dewan
Komisaris; (b)Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Direksi; (c) Kelengkapan dan
pelaksanaan tugas Komite; (d) Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Dewan
Pengawas Syariah; (e) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa; (f)Penanganan benturan kepentingan;
(g) Penerapan fungsi kepatuhan Bank; (h) Penerapan fungsi audit intern; (i)
Penerapan fungsi audit ekstern; (j) Batas maksimum penyaluran dana; (k)
Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank.
Dalam indicator mendidik individu pada pengukuran maqoshid syariah, BJB Syariah
melaksanakan pengembangan pengetahuan dan keahlian pada individu sehingga
nilai-nilai spiritual menngkat. BJB Syariah memberikan pendidikan atau beasiswa
bagi masyarakat, penelitian dan pelatihan bagi karyawan, namun bank ini tidak
melakukan publikasi atau iklan untuk mengedukasikan masyarakat. Pada indicator
kedua yaitu menegakkan keadilan, pada pengembalian yang adil pada tahun ini BJB
Syariah tidak bisa melakukan pengembalian laba kepada nasabah dan stakeholder
karena kerugian yang dialami selama tahun 2016, namun bank ini telah
mendistribusikan kegiatan investasi pada musyarakah dan mudharabah yang artinya
BJB Syariah telah memberikan keadilan bagi deposan dan bank syariah serta bank
syariah dan nasabah untuk investasi dan menginvestasikan, BJB Syariah juga telah
menegakkan keadilan sosial dan menghilangkan kesenjangan pendapatan dengan
produk bebas bunga. Indicator ketiga yaitu memelihara kemaslahatan/kesejahteraan.
Yang pertama terkait dengan rasio laba, BJB Syariah pada tahun 2016 mengalami
kerugian sehingga belum memperoleh kemaslahatan untuk bank dan nasabah
maupun masyarakat. Dan BJB Syariah juga belum mengalokasikan dananya untuk
membayar zakat, hanya melakukan perhimpunan dana zakat dari pihak luar. Namun
disisi lain BJB Syariah telah melakukan investasi di sector riil.
DAFTAR PUSTAKA

Cakhyaneu, Aneu. 2018. Pengukuran Kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia


Berdasarkan Syaria Maqashid Index (SMI). Jurnal Vol. 2 No. 2 ISSN 2540-8399
Meri Andika dan Lisa Fitrian. 2018. Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Profiet Vol. 1 No. 1 ISSN 2621-
752X
Sri, Indah dan Siswanto. 2018. Pengaruh Kesehatan Bank Syari’ah terhadap Kinerja
Maqashid Syaria’ah dengan Size Perusahaan Sebagai Variabel Moderating.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 2 ISSN 2599-3526.
Wulandari, Siswi. 2018. Prinsip Good Corporate Governance Pada Bank Syariah.
Jurnal Semarak Vol 1 No 1 ISSN 2615-6849
www.bjbsyariah.co.id
Lampiran 1
Tabel Pengukuran Maqoshid Syariah Bank Jabar Banten Syariah Tahun 2016

Indicator Elemen Pembilang (Rp) Penyebut (Rp) (%)


Mendidik Bantuan 52.000.000 320.157.379.000
Individu Pendidikan 0,016
Penelitian 336.000.000 320.157.379.000 0,1049
Pelatihan 267.000.000 320.157.379.000 0,83
Publikasi 0 320.157.379.000 0
Return (547.031.413.000) 730.187.052.000
yang adil (74,9166)
Fungsi 873.322.363.000 4.650.935.569.000
Menegakkan distribusi 18,7773
Keadilan Produk 730.187.052.000 730.187.052.000
bebas
bunga 100
Memelihara Rasio laba (414.183.425.000) 7.441.652.530.000 (0,63)
Kemaslahatan Pendapatan 0 (414.183.425.000)
individu 0
Investasi 4.650.935.569.000 5.624.403.283.000
Pada
Sektor Riil 82,692
Lampiran II
Tabel Ketentuan Laporan Penyampaian GCG Bank Jabar Banten Syarah tahun 2016

NO Ketentuan Laporan penyampaian GCG Laporan GCG di Bank BJB Syariah


2016

Ya Tidak

1. Kesimpulan umum dari hasil self assesment v


atas pelaksanaan GCG BUS

2. Kepemilikan saham anggota dewan komisaris V


yang mencapai 5% atau lebih dari modal
disetor , yang meliputi jenis, dan jumlah
lembar saham pada BUS yang bersangkutan.

3. Kepemilikan saham anggota direksi yang v


mencapa 5% atau lebih dari modal disetor ,
yang meliputi jenis dan jumlah lembar saham
pada BUS yang bersangkutan , bank lain , dan
perusahaan lain yang berkedudukan , baik
didalam maupun di luar negeri.

4. Hubungan keuangan anggota dewan komisaris v


dengan pemegang saham pengendali, anggota
dewan komisaris lain, dan/ atau anggota
direksi BUS.

5. Hubungan keuangan anggota direksi dengan v


pemegang saham pengendali, anggota dewan
komisaris dan/ atau anggota direksi lain.

6. Hubungan keluarga anggota dewan komisaris v


dengan pemegang saham pengendali, anggota
dewan komisaris lain dan /atau anggota direksi
BUS.

7. Hubungan keluarga anggota direksi dengan v


pemegang saham pengendali , anggota dewan
komisaris, dan/atau anggota direksi lain.

8. Rangkap jabatan anggota dewan komisaris v


pada perusahaan atau lembaga lain.

9. Rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada v


lembaga keuangan syariah lainnya.

10. Struktur komite, keanggotaan komite, dan v


keahlian anggota komite.

11. Daftar konsultan, penasihat, atau yang v


dipersamakan dengan hal tersebut yang
digunakan oleh BUS; pengungkapan mengenai
konsultanpaling tidak mencakup nama
perusahaan konsultan, tujuan, dan ruang
lingkup kerja.

12. Kebijakan remunerasi dan fasilitas lainnya ( v


remuneration package ) yang ditetapkan Rapat
Umum Pemegang Saham bagi dewan
komisaris, direksi, dan DPS.

13. Rasio Gaji tertinggi dan terendah. v

14. Frekuensi rapat dewan komisaris. v

15. Frekuensi rapat DPS. v

16. Jumlah penyimpanan ( internal fraud ) yang v


terjadi dan upaya penyelesaian oleh BUS.

17. Jumlah permasalahan hukum dan upaya v


penyelesaian oleh BUS.

18. Transaksi yang mengandung konflik V


kepentingan.

19. Buy back shares dan / atau buy back obligasi V


BUS.

20. Penyelesaian dana untuk kegiatan sosial, baik v


jumlah maupun pihak.

21. Pendapatan nonhalal dan penggunaannya. v

Anda mungkin juga menyukai