PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Bagaimana perbedaan Standar Kompetensi Lulusan di KTSP dan kurikulum 2013?
2. Bagaimana isu – isu dalam pembelajaran matematika terkait Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) ini?
2
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan tugas ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Arah Kecenderungan dan
Isu Dalam Pendidikan Matematika dan untuk mengembangkan pemikiran kami tentang
isu-isu dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata
pelajaran”(Center for Civ-ics Education, 1997:2).
Menurut definisi tersebut, SK mencangkup dua hal, yaitu :
1. Standar Isi ( content standards )
Standar Kompetensi yang menyangkut isi berupa pernyataan tentang
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik dalam
mempelajari mata pelajaran tertentu.
Misalnya : Kewarganegaraan, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris.
2. Standar Penampilan ( performance standards )
Standar Kompetensi yang menyangkut tingkat penampilan adalah pernyataan
tentang kriteria untuk menentukan tingkat penguasaa peserta didik terhadap SI.
Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa SK memiliki dua penafsiran, yaitu :
1. Pernyataan tujuan yang menjelaskan apa yang harus diketahui peserta didik dan
kemampuan melakukan sesuatu dalam mempelajari suatu mata pelajaran.
2. Spesifikasi skor atau peringkat kinerja yang berkaitan dengan kategori
pencapaian seperti lulus atau memiliki keahlian.
10
d. Kajilah apakah semua indikator tersebut telah mempresentasikan KD
nya, apabila belum lakukanlah analisis lanjut untuk menemukan
indikator-indikator lain yang kemungkinan belum teridentifikasi.
e. Tambahkan indikator lain sebelum dan sesudah indikator yang
teridentifikasi sebelumnya dan rubahlah rumusan yang kurang tepat
dengan lebih akurat dan pertimbangkan urutannya
11
3. Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/
daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan
indikator, yaitu:
1. Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator; dan
2. Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal
yang di kenal sebagai indikator soal.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja
operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat
kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
Fungsi Indikator
Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan
pencapaian kompetensi berdasarkan Standar Kompetensi – Kompetensi Dasar.
Indikator berfungsi sebagai berikut:
a. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran. Pengembangan materi
pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Indikator yang
dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah dalam pengembangan materi
pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan
kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan.
b. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran. Desain pembelajaran perlu
dirancang secara efektif agar kompetensi dapat dicapai secara maksimal.
Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai dengan indikator yang
dikembangkan, karena indikator dapat memberikan gambaran kegiatan
pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi. Indikator yang menuntut
kompetensi dominan pada aspek prosedural menunjukkan agar kegiatan
pembelajaran dilakukan tidak dengan strategi ekspositori melainkan lebih tepat
dengan strategi discovery-inquiry.
c. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar perlu dikembangkan
oleh guru guna menunjang pencapaian kompetensi peserta didik. Pemilihan
bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan indikator sehingga dapat
meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal.
d. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar. Indikator
menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil
belajar, Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan
12
jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian. Pengembangan indikator
penilaian harus mengacu pada indikator pencapaian yang dikembangkan sesuai
dengan tuntutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Manfaat Indikator
Indikator Penilaian bermanfaat bagi :
1. Guru dalam mengembangkan kisi-kisi penilaian yang dilakukan melalui tes (tes
tertulis seperti ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir
semester, tes praktik, dan/atau tes perbuatan) maupun non-tes;
2. Peserta didik dalam mempersiapkan diri mengikuti penilaian tes maupun non-
tes. Dengan demikian siswa dapat melakukan self assessment untuk mengukur
kemampuan diri sebelum mengikuti penilaian sesungguhnya;
3. Pimpinan sekolah dalam memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan
pembelajaran dan penilaian di kelas; dan
4. Orang tua dan masyarakat dalam upaya mendorong pencapaian kompetensi siswa
lebih maksimal.
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata
pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam
mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari aspek
mendengar, membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata pelajaran
matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus melakukan kajian
mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan
indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi
mengenai tujuan, ruang lingkup dan Standar Kompetensi serta Kompetensi Dasar
masing-masing mata pelajaran.
Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik yang
unik dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya
14
belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu mengakomodir keragaman
tersebut. Peserta didik dengan karakteristik unik visual-verbal atau psiko-kinestetik
selayaknya diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga kompetensi siswa dapat
terukur secara proporsional.
Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan indikator
karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu yang melebihi
standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi. Termasuk sekolah
bertaraf internasional dapat mengembangkan indikator dari Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar
internasional yang digunakan. Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi
pertimbangan dalam mengembangkan indikator.
Merumuskan Indikator
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai
berikut:
a. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
b. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata
kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat
kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal
sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik
c. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
d. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat
kompetensi dan materi pembelajaran.
15
e. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
f. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian
yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.
19
Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus
terkandung dalam tujuan pembelajaran, yaitu
a. Perilaku terminal,
b. Kondisi-kondisi dan
c. Standar ukuran.
Telah dikemukakan di atas bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas.
Dalam hal ini Hamzah B. Uno (2008) menekankan pentingnya penguasaan guru tentang tata
bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat tergambarkan konsep dan
proses berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan idenya tentang pembelajaran.
Pada bagian lain, Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan
tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A=Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid
dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar),
C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai,
dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima).
20
2.1.6. Prinsip-prinsip Pengembagan Standar Kompetensi
Selain mengacu pada SKL ( Standar Kompetensi Lulusan ), pengembangan SK
peserta didik dalam suatu mata pelajaran juga mengacu pada struktur keilmuan dan
perkembangan peserta didik, yang dikembangkan oleh para pakar mata pelajaran, pakar
pendidikan dan pakar psikologi perkembangan, dengan mengacu pada prinsip-prinsip:
a. Peningkatan Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Penghayatan Nilai-Nilai Budaya.
Keimanan, budi pekerti luhur, dan nilai-nilai budaya perlu digali, dipahami, dan
diamalkan untuk mewujudkan karakter dan martabat bangsa.
b. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika. Kegiatan Pembelajaran
dirancang dengan memperhatikan keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika.
c. Penguatan Integritas Nasional. Penguatan integritas nasional dicapai melalui pendidikan
yang menumbuhkembangkan dalam diri peserta didik sebagai bangsa Indonesia melalui
pemahaman dan penghargaan terhadap perkembangan budaya dan peradaban bangsa
Indonesia yang mampu memberikan sumbangan terhadap peradaban dunia.
d. Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi. Kemampuan berpikir dan belajar
dengan cara mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang
cepat berubah dan penuh ketidakpastian serta menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi.
e. Pengembangan Kecakapan Hidup. Kurikulum mengembangkan kecakapan hidup
melalui budaya membaca, menulis, dan kecakapan hitung; keterampilan, sikap, dan
perilaku adaptif, kreatif, kooperatif, dan kompetitif; dan kemampuan bertahan hidup.
f. Pilar Pendidikan. Kurikulum mengorganisasikan fondasi belajar ke dalam lima pilar
sesuai dengan Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu: (a) belajar
untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) belajar untuk memahami
dan menghayati; (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; (d)
belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; dan (e) belajar untuk
membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan.
g. Menyeluruh dan Berkesinambungan. Kompetensi mencakup keseluruhan dimensi
kemampuan yaitu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, pola pikir dan perilaku
yang disajikan secara berkesinambungan mulai dari usia taman kanak-kanak atau
raudhatul athfal sampai dengan pendidikan menengah.
h. Belajar Sepanjang Hayat. Pendidikan diarahkan pada proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlanjut sepanjang hayat dengan mencerminkan
keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, sambil
21
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah
pengembangan manusia seutuhnya.
Kompetensi Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan dasar yang sama
bagi tamatan Pendidikan Menengah antara mereka yang belajar di SMA dan SMK. Bagi mereka
yang memilih SMA tersedia pilihan kelompok peminatan (sebagai ganti jurusan) dan pilihan
antar kelompok peminatan dan bebas. Nama kelompok peminatan digunakan karena memiliki
keterbukaan untuk belajar di luar kelompok tersebut sedangkan nama jurusan memiliki konotasi
terbatas pada apa yang tersedia pada jurusan tersebut dan tidak boleh mengambil mata pelajaran di
luar jurusan.
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar Kompetensi
Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi
utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif,
kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara
pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing element)
kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk
organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi
Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang
23
berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah
keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi
Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama
sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Secara umum perbedaan kurikulum KTSP dan kurikulum 2013 pada jenjang SMK/MAK
tidak jauh berbeda pada jenjang SD, SMP maupun SMA, pada SMK / MAK terdapat kelompok mata
pelajaran (mapel) seperti Kelompok Mapel Normatif, Kelompok Mapel Adaptif, Kelompok Mapel
Produktif. Dalam kurikulum SMK/MAK Mapel Fisika dikelompokkan dalam Kelompok Mapel
Adaptif. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah dirumuskan untuk jenjang satuan
pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dipergunakan
untuk merumuskan kompetensi dasar yang diperlukan untuk mencapainya. Capaian kompetensi pada
tiap akhir jenjang kelas dari Kelas X sampai dengan Kelas XII atau Kelas XIII disebut dengan
Kompetensi Inti. Berikut terdapat contoh perbedaan antara KI KD dan SK KD.
24
1. Menerima, menghargai, dan 1.1 Bertambah keimanannya dengan
menjalankan ajaran agama menyadari hubungan keteraturan
yang dianutnya dan kompleksitas alam dan jagad
raya terhadap kebesaran Tuhan
yang menciptakannya, serta
mewujudkannya dalam
pengamalan ajaran agama yang
dianutnya
26
cahaya
4.6 Menyajikan laporan tentang
sumberdaya alam dan
pemanfaatannya oleh
masyarakat
4.7 Menyajikan laporan hasil
pengamatan tentang teknologi
yang digunakan di kehidupan
sehari-hari serta kemudahan
yang diperoleh oleh masyarakat
dengan memanfaatkan teknologi
tersebut
Tabel 2.3 Perbandingan KI-SK dan SK-KD Tingkat SMP Kelas VII
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami prosedur ilmiah 1.1 Mendeskripsi-kan besaran pokok
untuk mempelajari benda- dan besaran turu-nan beserta
benda alam dengan satuannya.
menggunakan peralatan 1.2 Mendeskripsi-kan pengertian suhu
dan pengukurannya
1.3 Melakukan pengukuran dasar
secara teliti dengan mengguna-kan
alat ukur yang sesuai dan sering
digunakan dalam kehidupan sehari-
hari
3. Memahami wujud zat dan 3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat
perubahannya berdasarkan wujudnya dan
penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
3.2 Mendeskripsikan konsep massa
jenis dalam kehidupan sehari-hari
3.3 Melakukan percobaan yang
berkaitan dengan pemuain dalam
kehidupan sehari-hari
27
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
29
berdasarkan sifat fisika dan kimia
4.6 Melakukan percobaan sederhana
untuk menyelidiki proses fotosintesis
pada tumbuhan hijau
4.7 Melakukan percobaan untuk
menyelidiki pengaruh kalor terhadap
perubahan suhu dan perubahan
wujud benda
4.8 Melakukan penyelidikan terhadap
karakteristik perambatan kalor
secara konduksi, konveksi, dan
radiasi
4.9 Melakukan percobaan untuk
menyelidiki respirasi pada hewan
30
2. Menghayati dan 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah
mengamalkan perilaku jujur, (memiliki rasa ingin tahu; objektif;
disiplin, tanggungjawab, jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati;
peduli (gotong royong, bertanggung jawab; terbuka; kritis;
kerjasama, toleran, damai), kreatif; inovatif dan peduli lingkungan)
santun, responsif dan pro- dalam aktivitas sehari-hari sebagai
aktif dan menunjukkan
3. Memahami, sikap 3.1 Memahami
menerapkan, wujud implementasi
hakikat fisikasikap dalam
dan prinsip-
sebagai bagian pengetahuan
menganalisis dari solusi melakukan
prinsip percobaan
pengukuran dan berdiskusi.
(ketepatan,
atas berbagai permasalahan
faktual, konseptual, 2.2 Menghargai kerja angka
ketelitian, dan aturan individu
penting).dan
dalam berinteraksi
prosedural berdasarkansecara
rasa 3.2 kelompok
Menerapkandalam aktivitaspenjumlahan
prinsip sehari-hari
efektif dengantentang
ingintahunya lingkungan
ilmu sebagai
vector (denganwujud
pendekatanimplementasi
geometri).
social dan alam
pengetahuan, serta dalam
teknologi, seni, 3.3 melaksanakan percobaan
Menganalisis besaran-besaran dan
fisis
menempatkan
4. budaya, diri humaniora
Mengolah, danmenalar,sebagai melaporkan
dan 4.1 pada gerak hasil
Menyajikan luruspercobaan
denganpengukuran
hasil kecepatan
cerminan
dengan dalam
menyaji bangsa dalam
ranahwawasan
konkret konstan dan dengan
besaran fisis gerak lurus dengan
menggunakan
pergaulan
dan ranahdunia.
kemanusiaan, kebangsaan,
abstrak terkait percepatandan
peralatan konstan
teknik yang tepat untuk
kenegaraan, dan peradaban
dengan pengembangan dari 3.4 suatu
Menganalisis hubungan
penyelidikan ilmiah. antara gaya,
terkait
yang penyebab fenomena
dipelajarinya di 4.2 massa, dan gerakan
Merencanakan danbenda pada gerak
melaksanakan
dan kejadian,
sekolah secara mandiri, serta
dan lurus
percobaan untuk menentukan resultan
menerapkan
mampu pengetahuan 3.5 vector.
menggunakan Menganalisis besaran fisis pada gerak
prosedural
metoda
Tabel2.4 pada
sesuai
Perbandingan KI-SKbidang
kaidah melingkar
4.3 Menyajikan
dan SK-KD dengan
Tingkat SMK laju konstan
data dan dan
grafik hasil
kajianStandar
yang spesifik
keilmuan sesuai
Kompetensi penerapannya
percobaan dalam menyelidiki
Kompetensi
untuk teknologi
Dasar sifat
1. Mengukur besaran
dengan bakat dandanminatnya 3.6
1.1 Menguasai
Menganalisis
gerak konsepsifat
benda yangelastisitas
besaran bahan
dan satuannya.
bergerak
menerapkan satuannyamasalah 1.2 Menggunakan
untuk memecahkan dalam alat ukur
lurus kehidupan yang
sehari haritepat
dengan untuk
kecepatan
3.7 mengukur
konstansuatu
Menerapkan
danbesaran fisislurus dengan
hukum-hukum
gerak pada
2. Menerapkan hukum gerak dan 2.1 Menguasai konsep gerak dan gaya.
fluida statikkonstan
percepatan dalam kehidupan sehari-
gaya 2.2 Menguasai hukum Newton.
4.4 hari
Merencanakan dan melaksanakan
2.3 Menghitung gerak lurus
3.8 percobaan
Menganalisis pengaruh kalor
untuk menyelidiki dan
hubungan
2.4 Menghitung gerak melingkar
perpindahan
gaya, massa, kalor pada kehidupan
dan percepatan dalam
3. Menerapkan gerak translasi, 2.5
3.1 Menghitung gaya gesek
Menguasai konsep gerak translasi dan
sehari-hari
gerak lurus
rotasi, dan keseimbangan benda rotasi.
3.9
4.5 Menganalisis
Menyajikan cara kerja
ide/gagasan alat gerak
terkait optik
tegar 3.2 Menguasai konsep keseimbangan benda
menggunakan
melingkar sifat pencerminan
(misalnya pada hubungan dan
tegar.
pembiasan
3.3 roda-roda) cahaya
Menghitung gerak oleh dan
translasi cermin
rotasi. dan
31
1. Menghayati dan mengamalkan 1.1 Menambah keimanan dengan
ajaran agama yang dianutnya menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam terhadap kebesaran
Tuhan yang menciptakannya
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang
menciptakan dan mengatur karakteristik
fenomena gerak, fluida, dan kalor
32
konsep gaya
3.7 Menerapkan konsep usaha, energi dan
daya.
Berdasarkan Tabel 2.1 sampai 2.5 dapat dilihat perbedaan antara penguraian SK dan
KD menjadi SKL pada KTSP,sedangkan pada kurikulum 2013 SKL menjadi KI dan KD.
Perhatikan kembali pada KTSP dalam satu kelas memiliki lebih banyak SK dan KD yang
isinya berbebeda disetiap kelas dan setiap mata pelajaran. Hal ini berbeda jika dilihat pada
kurikulum 2013 yang memiliki 4 KI (agama, sosial, pengetahuan, penerapan pengetahuan)
dan isinya hampir sama untuk semua kelas dan mata pelajaran.
33
2.2. Isu-Isu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Dari Kumpulan Beberapa Jurnal
A. Identitas Jurnal
Jurnal Utama
Judul : “Literasi Matematika Dalam Kurikulum 2013”
Penulis : Syahlan
Sumber : Jurnal Penelitian, Pemikiran dan Pengabdian
Tahun : 2015
Volume : 3 No. 1
Halaman : 36 - 43
Jurnal Kedua
Judul :“Tantangan Pengembangan Dimensi Keterampilan Standar
Kompetensi Lulusan Kurikulum 2013 Edisi Revisi Ditinjau Dari Rumusan
Kompetensi Dasar Matematika Jenjang Sekolah Pertama”
Penulis : Abdurrahman As’ari
Sumber : Jurnal Pendidikan Matematika
Tahun : 2016
Volume : 2 No. 2
Halaman : 1 – 11
34
Indonesia. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, Indonesia membuat suatu
kurikulum baru yang mengatur seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran menjadi salah satu aspek yang penting dalam
implementasi kurikulum tahun 2013. Ada dua aspek yang telah diatur sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, yaitu standar proses dan standar
penilaian. Untuk standar proses, ditetapkan prinsip dan karakteristik pembelajaran
yang dapat digunakan sedangkan untuk standar penilaian, ditetapkan prinsip dan
pendekatan penilaian; ruang lingkup, teknik dan instrumen penilaian; mekanisme dan
prosedur penilaian; dan pelaksanaan dan pelaporan penilaian. Kedua pedoman
tersebut tidak mengupas secara jelas tentang metode yang tepat dan sesuai dalam
melaksanakan proses pembelajaran, khususnya pada pembelajaran matematika.
Berbagai pola pengajaran yang selama ini diterapkan masih dirasa kurang dapat
membantu siswa untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang
ditetapkan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ditetapkan mengacu pada PISA
menekankan pada kemampuan dan pengetahuan matematika yang diluar dari
matematika yang telah didefinisikan dan tidak terbatas pada kurikulum sekolah.
Untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bidang
matematika diperlukan suatu kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami,
mengolah informasi untuk selanjutnya membuat keputusan yang tepat dalam
menyelesaikan masalah. Kemampuan yang dimaksud adalah literasi matematika.
Literasi matematika di Indonesia kurang dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif
dalam proses pembelajaran matematika, oleh karena itu dalam makalah ini akan
diuraikan betapa pentingnya literasi matematika dalam pendidikan matematika.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk: 1. Mengetahui tentang kurikulum
tahun 2013. 2. Mengetahui hal-hal yang terkait dalam kurikulum matematika tahun
2013. 3. Mengetahui akan pentingnya literasi dalam implementasi kurikulum
matematika tahun 2013.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student
Assessment) dan TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study)
disimpulkan bahwa hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai
level 3 saja, sementara Negara lain banyak yang sampai level 4, 5 dan 6. Untuk
mengejar ketertinggalan pendidikan di Indonesia yang mengacu pada PISA dan
TIMSS serta tuntutan zaman yang terus berkembang, maka perlu adanya perbaikan
35
kurikulum, khususnya pada pendidikan matematika. Berdasarkan hal tersebut, maka
dilakukanlah uji perbandingan antara kurikulum yang berlaku di Indonesia dengan
materi dari PISA dan TIMSS. Uji perbandingan yang dilakukan tersebut, maka perlu
dilakukan tiga hal sebagai berikut: a) melakukan evaluasi ulang ruang lingkup materi,
b) melakukan evaluasi ulang kedalaman materi sesuai dengan tuntutan perbandingan
internasional, yaitu sampai dengan reasoning, c) menyusun kompetensi dasar yang
sesuai dengan materi yang dibutuhkan. Adapun untuk evaluasi terhadap ruang
lingkup materi kurikulum matematika dilakukan dengan cara: a) meniadakan materi
yang tidak esensial atau tidak relevan bagi siswa, b) mempertahankan materi yang
sesuai dengan kebutuhan siswa, c) menambah materi yang dianggap penting dalam
perbandingan internasional. Secara garis besar, perubahan materi isi matematika
dapat dilihat pada tabel berikut.
36
7. Matematika adalah eksak Mengenalkan konsep pendekatan dan
perkiraan.
38
Kemdikbud (2016a), melalui Permendikbud No. 20 Tahun 2016, menetapkan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) terbaru. Salah satu hal yang membuat penulis
tertarik untuk menulis artikel ini adalah rumusan SKL dalam dimensi keterampilan.
Karakteristik lulusan yang memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif memuat keterampilan-
keterampilan yang diperlukan untuk hidup di era global (As’ari 2016a; As’ari 2016b;
Devlin-Foltz & McInvaine, 2008; Di Giacomo, Fishbein, Monthey, & Pack, 2013).
Mengingat SKL ini dinyatakan sebagai acuan utama dalam pengembangan seluruh aspek
pendidikan nasional, mulai dari pengembangan standar isi, standar proses, standar
penilaian dan lain-lain (Kemdikbud, 2016a), tampaknya pemerintah, melalui kurikulum
2013 edisi revisi betul-betul mengharapkan agar peserta didik agar mampu dan sukses
berkiprah di dalam kancah persaingan global.
Selanjutnya, Kemdikbud (2016b) melalui Permendikbud No. 24 Tahun 2016,
menetapkan kumpulan kompetensi dasar (KD) setiap mata pelajarannya. Hal menarik
dari kumpulan KD tersebut adalah kata-kata kerja yang digunakan untuk
menggambarkan kompetensi yang harus dimiliki siswa. Kajian penulis terhadap kata-kata
kerja yang digunakan untuk menyatakan KD untuk Kompetensi Inti (KI) 3 kelas 7
menunjukkan data sebagai berikut: (1) 9 KD menggunakan kata kerja menjelaskan, (2) 1
KD menggunakan kata membedakan, (3) 3 KD menggunakan kata menganalisis, dan (4)
1 KD menggunakan kata mengaitkan. Jadi, dari 12 KD dalam KI 3, sekitar 58% KD
menggunakan kata menjelaskan. Di kelas 8, 50% dari kata kerja yang digunakan
menggunakan kata menjelaskan. Di kelas 9, justru sekitar 86% KD menggunakan kata
kerja menjelaskan. Kata-kata kerja yang digunakan memang sudah menunjukkan bahwa
kurikulum matematika SMP tahun 2013 edisi revisi sudah menuntut siswa menggunakan
Higher Order Thinking Skills (HOTS), namun kata kerja menjelaskan tampak sangat
mendominasi. Sementara itu, KD-KD dalam KI 4 juga menarik perhatian penulis. Di
kelas 7, 8, dan 9 semua KD-nya menggunakan kata yang sama, yaitu kata menyelesaikan
masalah. Ini menarik perhatian penulis dalam kaitannya dengan pengembangan
kurikulum yang mengharapkan tumbuh berkembangkan keterampilan berpikir dan
bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif di atas. Apalagi,
kata kerja yang digunakan untuk KD-KD dalam KI 4, yang notabene diarahkan untuk
pengembangan aspek keterampilan, ternyata hanya satu kata saja, yaitu menyelesaikan
masalah.
Artikel ini dikembangkan untuk menganalisis tantangan yang dihadapi guru dalam
rangka mengembangkan keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis,
39
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif ditinjau dari rumusan kompetensi dasar yang ada.
Penulis ingin mengidentifikasi seberapa jauh rumusan KD tersebut berpeluang
mewujudkan keterampilan tersebut di atas, dan tindak pembelajaran yang bagaimanakah
yang perlu dikembangkan agar keterampilan tersebut bisa terwujudkan.
Kalau dihubungkan dengan materi matematika tertentu, maka kemampuan
menjelaskan ini adalah kemampuan untuk menjadikan orang lain mudah memahami
semua yang terkait dengan materi matematika itu. Terkait dengan kemampuan siswa,
maka siswa yang memiliki kompetensi ini artinya adalah siswa yang mampu membuat
jelas segala macam yang ada kaitannya dengan objek matematika yang sedang dipelajari.
Menurut Samuel (2012), berdasarkan pendapat Gagne, terdapat empat objek belajar
langsung matematika, yaitu: (1) fakta matematis, yang biasanya merupakan hasil
konvensi atau kesemufakatan dalam matematika, (2) keterampilan matematis, yang
berupa operasi dan prosedur yang diharapkan dapat dilakukan dengan lancar oleh para
siswa, (3) konsep matematis, yang merupakan ide abstrak yang memungkinkan siswa
bisa mengklasifikasikan objek atau peristiwa, dan menyatakan apakah objek atau
peristiwa tersebut merupakan contoh atau bukan dari ide abstrak tersebut, dan (4) prinsip
matematis, yang merupakan kumpulan konsep dan hubungan yang terdapat di antara
konsep tersebut. Samuel, lebih lanjut, mengatakan bahwa cara mempelajari objek-objek
matematika tersebut berbeda-beda. Fakta matematis biasanya bisa dipelajari cukup
dengan mengingat-ingat, drill and practice (latihan berulangulang), games (permainan),
atau kontes. Keterampilan matematis dapat dipelajari melalui demonstrasi, dan berbagai
macam jenis drill & practices seperti LKS, mengerjakan di papan tulis, atau kerja
kelompok dan permainan. Konsep matematis bisa dipelajari melalui definisi atau melalui
kajian pengamatan. Sementara itu, prinsip dapat dipelajari melalui proses inkuiri ilmiah,
penemuan terbimbing, diskusi kelompok, penggunaan strategi pemecahan masalah, dan
demonstrasi. Fakta matematis tidak perlu mendapatkan penjelasan yang rumit. Simbol-
simbol yang ada adalah fakta yang diperoleh dari kesepakatan bersama. Andaikata ada
yang perlu dijelaskan, mungkin hanya cara menyimbulkannya, tetapi itu pun tidak terlalu
penting. Terkait dengan keterampilan matematis, hal yang perlu dijelaskan antara lain
adalah: (1) mengapa menggunakan operasi tersebut? (2) apa yang menjamin bahwa hasil
operasinya benar atau bisa dipertanggungjawabkan? Sebagai contoh, ketika seorang
siswa menggunakan aturan permutasi untuk mengerjakan soal “dua orang akan dipilih
dari 5 orang yang tersedia untuk dijadikan pengurus yang terdiri dari satu orang pimpinan
dan satu orang sekretaris. Ada berapa banyak susunan pengurus yang mungkin
terbentuk?”, dia harus mampu menjelaskan mengapa menggunakan operasi algoritma
40
permutasi (mengapa bukan kombinasi)?, dan mengapa hasilnya sama dengan 10?.
Terkait dengan konsep matematis, hal yang perlu mendapatkan penjelasan adalah
mengapa objek ini bisa dikategorikan sebagai contoh dari konsep itu? Kalau seorang
siswa mengerjakan sesuatu berdasarkan konsep permutasi, misalnya, dia harus mampu
menyajikan fakta-fakta bahwa karakteristik atau ciri-ciri permutasi ada di dalam soal
yang dikerjakannya. Sehubungan dengan prinsip matematis, biasanya seseorang
menggunakan prinsip matematis ini dalam memecahkan masalah. Kalau itu terjadi, dia
harus mampu menjelaskan: (1) mengapa prinsip ini bisa digunakan?, (2) apakah premis
dari prinsip tersebut terpenuhi?, (3) asumsi apa yang ada di dalamnya?, (4) apa
keterbatasan dari prinsip ini? (5) kapan prinsip ini tidak bisa digunakan, (6) konklusi apa
yang mengikuti premisnya?, dan lain sebagainya.
Berikut penulis uraikan dua contoh lagi.
Perhatikan KD berikut: Menjelaskan dan menentukan urutan pada bilangan bulat (positif
dan negatif) dan pecahan (biasa, campuran, desimal, persen). Objek matematis dalam
KD ini adalah urutan bilangan bulat dan pecahan.
Fakta matematis sehubungan dengan objek matematika dalam KD ini antara lain bahwa
jika a, b, c, d, e, f adalah susunan dalam urutan menanjak (increasing order) dari bilangan
- bilangan a, b, c, d, e, dan f, maka a adalah bilangan terkecil dan f adalah bilangan
terbesar. Sebaliknya, bila a, b, c, d, e, f tersebut adalah susunan dalam urutan menurun
(decreasing order), maka a adalah bilangan terbesar, dan f adalah bilangan terkecil.
Terkait dengan konsep matematis, yang perlu mendapatkan penjelasan dalam hal ini
adalah ketika seorang anak menyatakan bahwa a < b < c < d , anak tersebut harus
mampu memberikan penjelasan mengapa a < b < c < d? Mengapa bukan b < a < c <
d atau a = b < c < d? dan alternatif hubungan yang lainnya. Anak tersebut harus
mampu menggunakan pemahamannya tentang konsep urutan, dan menggunakan berbagai
macam representasi yang memudahkan diperolehnya pemahaman.
Terkait dengan prinsip matematis, siswa harus bisa menjelaskan beberapa sifat dari
urutan bilangan, misalnya a ≤ a ; a < b → a + c < b + c; a < b , c > 0 → ac < bc
dan sifat - sifat ketaksamaan lainnya. Kalau pun mereka tidak mampu menggunakan
pembuktian secara deduktif prinsip-prinsip tersebut, mereka harus mampu
mengilustrasikan atau menggunakan representasi tertentu untuk menyatakan kebenaran
dari prinsip tersebut. Kemudian, terkait dengan keterampilan matematis, siswa harus
mampu menjelaskan mengapa langkah demi langkah yang digunakan dalam menjalankan
prosedur matematis itu diperkenankan, dan memberikan verifikasi tentang kebenaran
pelaksanaan algoritmanya.Siswa tidak boleh hanya sekedar mampu menerapkan prinsip
41
atau algoritma. Siswa harus mampu menerapkan algoritma tersebut dengan penuh
pemahaman.
Ada enam keterampilan berpikir dan bertindak yang ingin diwujudkan melalui
Kurikulum 2013 edisi revisi ini (Kemdikbud, 2016a). Keterampilan berpikir dan
bertindak tersebut adalah: (1) kreatif, (2) produktif, (3) kritis, (4) mandiri, (5) kolaboratif,
dan (6) komunikatif. Enam hal ini sebenarnya susah dipisah satu persatu. Orang yang
kreatif menuntut dimilikinya kemampuan berpikir mandiri dan kritis, yang didukung dan
berkembang karena praktik kolaboratif yang penuh komunikasi yang efektif. Produktif-
nya orang kreatif ditunjukkannya dengan luwesnya yang bersangkutan dalam
menghasilkan karya - karya yang kreatif inovatif.
2.3. Isu-Isu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Dari Kumpulan Beberapa Berita
Berita I :
Jakarta, Kompas - Adanya penerapan standar kompetensi akan menjadi jembatan
antara dunia pendidikan dan kebutuhan dunia kerja. ”Harus ada standar keterampilan
sesuai dengan yang dibutuhkan industri,” kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Muhaimin Iskandar sebelum menyerahkan penghargaan Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP) Competency Award dan BNSP Life Achievement Award, Sabtu (17/12).
Muhaimin menggarisbawahi perubahan yang dinamis di dunia industri dan
kesenjangannya dengan dunia pendidikan. Muhaimin menggarisbawahi perlunya sistem
yang menjalankan fungsi pendidikan, yaitu sertifikasi. Diharapkan, dengan adanya
sertifikasi, pekerja Indonesia jadi memiliki peluang yang setara dengan pekerja negara-
negara lain serta mendapat pekerjaan dan upah yang layak. Ketua BNSP Adjat Daradjat
berharap, penghargaan BNSP ini menjadi motivasi berbagai pihak sehingga ada budaya
kompetensi dalam dunia kerja di Indonesia. Adjat juga menyebutkan program BNSP
untuk mengadakan gerakan nasional sertifikasi. ”Fokus pada pekerja mandiri karena
belum ada pengakuan formal,” kata Adjat. BNSP Life Achievement Award 2011
dianugerahkan kepada tokoh olahraga Christian Hadinata, tokoh seni-budaya Daeng
Soetigna, tokoh sosial Seto Mulyadi, tokoh pendidikan Arief Rachman, dan tokoh media
Jakob Oetama. Christian Hadinata mengajak semua pihak untuk kembali menggiatkan
bulu tangkis sampai ke desa-desa. Seto Mulyadi meminta mereka yang memiliki pekerja
rumah tangga berusia di bawah 18 tahun memberi kesempatan sekolah dan tidak
menyuruh bekerja lebih dari lima jam. Sementara itu, St Sularto yang mewakili Jakob
Oetama menyatakan, kompetensi jadi prasyarat terutama dalam industri media yang
berkembang pesat saat ini.
42
Berita II :
Mendikbud Sebut Sulitnya Soal UNBK Matematika Sesuai Standar
Internasional
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat ditemui
pasca kegiatan pembagian Kartu Indonesia Pintar (KIP) di SMPN 2 Banjarnegara, Jateng,
Jumat (16/6/2017).
JAKARTA, KOMPAS - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy
mengungkapkan soal ujian nasional berbasis komputer (UNBK) Matematika tahun ini lebih
sulit dibandingkan tahun sebelumnya karena menyesuaikan standar internasional.
Soal yang dianggap sulit itu, kata Muhadjir, merupakan soal penalaran. Jumlahnya
pun tidak banyak, hanya 10 persen dari keseluruhan soal. Muhadjir mengatakan, soal
semacam itu harus diberikan untuk menyesuaikan dengan standar pendidikan internasional.
"Ini dilakukan sebagai ikhtiar untuk menyesuaikan secara bertahap standar kita dengan
standar internasional, antara lain seperti standar Program for International Student
Assessment (PISA),” ujar Muhadjir melalui keterangan tertulis, Selasa (17/4/2018).
Muhadjir mengatakan, pengenalan soal penalaran ini merupakan upaya untuk
mengejar ketertingalan pencapaian kompetensi siswa Indonesia di tingkat internasional.
Selain itu, model soal penalaran dianggap salah satu tuntutan kompetensi dalam
pembelajaran abad 21, yakni berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Dengan
begitu, kata dia, peserta didik diharapkan mampu menganalisa data, membuat perbandingan,
membuat kesimpulan, menyelesaikan masalah, dan menerapkan pengetahuan pada konteks
kehidupan nyata.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), soal UN tahun 2018
dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang disusun oleh Kemendikbud. Penyusunannya
melibatkan para guru yang selanjutnya ditetapkan oleh BSNP pada bulan Agustus 2017
yang dimuat di laman http://bsnp-indonesia.org.
Kisi-kisi tersebut pun disusun sesuai kompetensi dasar yang harus diajarkan oleh guru
sebagaimana dijabarkan dalam kurikulum pembelajaran di sekolah dan dituangkan dalam
buku mata pelajaran.
“Kisi-kisi ini dibuat secara umum atau generik, tidak spesifik mengarah pada suatu bentuk
soal tertentu," kata Muhadjir. Menurut Muhadjir, tujuannya agar pembelajaran di sekolah
tidak terjebak pada proses drilling soal-soal UN.
43
"Guru wajib mengajarkan materi pembelajaran dengan mengedepankan pemahaman konsep
dan penalaran, bukan sekedar drilling soal,” lanjut dia.
Muhadjir berharap, melalui peyelenggaraan UN, semua pihak terkait menjadikan
hasilnya sebagai acuan meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu, Muhadjir juga berharap
para siswa dapat memahami dan meyakini bahwa pembelajaran merupakan proses yang
panjang, tidak bisa instan.
“Tetaplah bersemangat, belajar sungguh-sungguh, dan senantiasa berusaha meningkatkan
kemampuan dan kompetensi masing-masing. Jadilah manusia pembelajar sepanjang hayat,”
kata Muhadjir.
Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
Kemendikbud, Totok Suprayitno menjelaskan bahwa soal-soal UN terdiri dari tiga level
kognitif yaitu level 1 (pengetahuan pemahaman) sekitar 30 persen, level 2 (aplikasi) sekitar
60 persen, dan level 3 (penalaran) sekitar 10 persen. Soal-soal tersebut ditulis oleh guru dan
ditelaah oleh para guru yang kompeten dan dosen dari beberapa perguruan tinggi.
Hasil UN tersebut, kata Totok, akan dianalisis untuk mendiagnosa topik-topik yang harus
diperbaiki di setiap sekolah untuk setiap mata pelajaran UN."Hasil analisis tersebut
didistribusikan ke semua Dinas Pendidikan untuk ditindaklanjuti dengan program-program
peningkatan mutu pembelajaran," kata Totok.
Berita III :
INDONESIA DARURAT MATEMATIKA
KOMPAS.com — Entah apa yang sudah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud), dinas pendidikan provinsi dan kabupaten kota dalam
menyikapi fakta rendahnya keterampilan berhitung warga sekolah yang dikelolanya, selain
mengucurkan Tunjangan Profesi Pendidik (TPP) yang tahun ini berjumlah lebih dari Rp 71
triliun di APBN, yang tak berdampak berarti kepada kenaikan kompetensi guru (De Ree
dkk, WB 2016). Apalagi, ketika keterampilan itu dijadikan tolok ukur kesiapan menghadapi
era abad ke-21 dan sebuah studi terbaru (Amanda dkk, CFEE Annual Digest 2018) yang
menyatakan bahwa anak muda Indonesia akan siap menghadapi abad ke-21, ketika abad ke-
31 menjelang, karena studi tersebut menghitung bahwa selama sekian tahun sejak masuk SD
hingga lulus SMA sekolah hanya meningkatkan keterampilan menghitung atau aritmatika
sederhana dari peserta didik sebanyak nol koma nol sekian persen. Hasil studi makro
tersebut sejalan dengan hasil ulangan di sebuah kelas di SMA di Kalimantan Tengah yang
diunggah oleh seorang guru (Rukim, 2018) pada awal September 2018. Ketika hasil studi itu
didiskusikan dengan koleganya di pulau dan kota lain, hasilnya tak jauh berbeda.
44
Kesimpulannya, meski duduk di kelas IPA, murid tak terampil menyelesaikan operasi
sederhana "tambah, kurang, kali dan bagi" termasuk pengertian "peratus atau prosen",
perpuluhan dan pecahan. Padahal, sebuah operasi paling dasar dari aritmatika, seperti
menyambung huruf membentuk kata dan kalimat "i-ni bu-di..." dalam konteks membaca dan
menulis. Satu catatan penting, yakni delapan tahun lalu, sudah diingatkan bahwa keadaan
darurat buta matematika ini (Koran Tempo, 2008) dengan merujuk ke hasil uji PISA
(Program for International Student Assesement) dan uji TIMSS (Trend for International
Mathematic and Sciences Study) ketika peringkat siswa Indonesia kelas 2 SMP/MTs hanya
selapis di atas Bostwana Afrika. Ya, peringkat Indonesia nomor dua dari bawah! Sebuah
kondisi buta total matematika, dan mereka diramalkan tak siap menghadapi abad ke-21.
Tulisan tersebut yang sudah pasti hanya sebuah peringatan kecil keadaan darurat, karena
cukup banyak tulisan lain yang mengingatkan situasi serupa. Tapi, hal itu ternyata dianggap
sepi oleh pemerintah yang menganggap semuanya baik-baik saja. Gerakan transformasi
eksponensial Sikap "Complacency" yang menganggap sebuah persoalan darurat seperti
angin lalu adalah sebuah pembiaran dan merupakan kejahatan publik berdosa besar. Persis
seperti membiarkan seorang yang diketahui merokok sambil mengisi bensin atau
membiarkan got lingkungan rumah tinggalnya penuh jentik nyamuk DBD. Mirisnya, sulit
berharap insiatif perbaikan tersebut datang dari pemerintah, apalagi jika mengikuti logika
paper itu, bahwa baku mutu yang memenuhi syarat baru siap di abad ke-31. Untuk itu,
perubahan perbaikan keterampilan tersebut haruslah dimulai secara linier dengan sudut yang
curam dan segera menjadi deret ukur atau eksponensial. Insiatif harus dimulai dari
organisasi masyarakat sipil (civil society organisation) dan bersama sama membuat sebuah
platform untuk berbagi peran. Tidak sulit mengurainya, terutama jika kita mulai dengan
menelaah beberapa Standar Nasional Pendidikan (SNP), yaitu Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), Standar Isi (SI) dan Standar Proses (SP) untuk Matpel Matematika SD hingga SMP.
Begitu sudah diketahui "bottle-neck" dari telaah itu, kita ajak relawan yang faham operasi
aritmatika dasar, yang dengan metodenya bisa saling memeriksa keterampilan putra-
putrinya mulai SD sampai SMP dan mencari persoalan yang menghambat serapan mereka
atas mata pelajaran tersebut. Karena disebut matematika dasar seharusnya itu tidak rumit,
karena terjadi kasat mata dalam kehidupan keseharian kita.
Berita IV :
Lucunya Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013
JAKARTA, KOMPAS.com - Konsep dalam kurikulum 2013 terkait dengan
kompetensi inti dan kompetensi dasar ini dinilai terkesan dipaksakan dalam
45
mengintegrasikan berbagai mata pelajaran yang ada pada semua jenjang pendidikan baik
Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
Kejuruan(SMK).
"Kelihatannya para penyusun bekerja dengan cara mengaitkan salah satu kalimat yang ada
pada kompetensi inti dengan materi yang akan diajarkan," kata Retno saat jumpa pers di
Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Kalibata, Jakarta, Jumat (15/2/2013).
Adapun empat kompetensi inti yang dikaitkan pada berbagai materi tersebut adalah
semangat religius, sikap sosial sebagai anggota masyarakat dan sebagai bangsa, pengetahuan
baik faktual hingga meta kognitif dan terakhir semua kompetensi inti ini merupakan satu
kesatuan.
Selanjutnya, ia memberi contoh masuknya kompetensi inti dalam berbagai mata
pelajaran yang berasal dari dokumen pemerintah. Misalnya matematika bidang aljabar,
dalam salah satu kompetensi dasarnya berbunyi melatih diri memiliki pola hidup yang
disiplin, konsisten dan jujur sebagai dampak mempelajari konsep dan aturan
eksponen dan logaritma serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
"Ini bagaimana bisa, anak belajar logaritma lalu diminta menerapkan aturan
logaritma sebagai sarana melatih diri berperilaku disiplin dan jujur," ujar Retno.
Selanjutnya, masih kompetensi untuk kelas X tapi untuk mata pelajaran kimia. Dalam
kompetensi inti, disebutkan mengembangkan perilaku disiplin, tanggung jawab, jujur dan
lain-lain. Salah satu kompetensi dasar terkait hal itu berbunyi berperilaku disiplin dengan
meniru elektron yang selalu beredar menurut lintasannya.
"Bagaimana maksudnya meniru elektron dan sifatnya untuk membentuk disiplin
anak. Ini lucu sekali," ungkap Retno.
"Kami bingung kalau kompetensi dasar seperti ini dianggap sebagai kurikulum hebat yang
46
dibutuhkan oleh semua anak Indonesia," tandasnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kurikulum dilaksanakan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
sekolah sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang telah ditetapkan
pemerintah. Perbedaan KTSP dan kurikulum 2013 terletak pada penyempurnaan SNP yang
menyusun didalamnya diantaranya SKL, isi, proses dan penilaian.
Berikut terdapat beberapa perbedaan SKL yang ada pada KTSP dan kurikulum 2013:
KTSP Kurikulum 2013
SKL terdiri dari setiap mata Hanya ada 1 SKL pada setiap jenjang
pelajaran, setiap mata pelajaran kelas yang menjadi acuan untuk semua
memiliki SK dan KD sendiri, mata pelajaran.
disetiap jenjang kelas
Menitikberatkan pada kemampuan Pembelajaran lebih menekankan
kognitiif, sehingga beban belajar pendidikan karakter. Adanya
terlalu berat. keseimbangan antara soft skill dan hard
skill.
Pembentukan karakter belum secara Pendidikan karakter sudah dimunculkan
jelas diuraikan dalam SKL, hanya dalam SKL dalam ranah KI1
dimunculkan dalam silabus dan RPP (religious), dan KI2 (sikap sosial
individual).
Peembelajaran bersifat pasif dan Pembelajaran menggunakan pendekatan
abstrak ilmiah yang bersifat interaktif,
menyelidiki konteks dunia nyata.
SKL diuraikan berasal dari standar SKL diuraikan berdasarkan kebutuhan,
isi dimana SKL digunakan sebagai dasar
untuk mengembangkan 7 SNP yang
lainnya.
Terdapat pemisahan antara mata Semua mata pelajaran harus mampu
pelajaran sikap, keterampilan, dan membentuk sikap, keterampilan, dan
47
pembentukan pengetahuan pengetahuan.
Potensi diuraikan dari mata Mata pelajaran diuraikan dari
pelajaran. kompetensi yang ingin dicapai
Mata pelajaran terpisah – terpisah Semua mata pelajaran disatukan oleh
sehingga terlihat seperti kumpulan KI disetiap kelas.
mata pelajaran.
Mata pelajaran belum relevan dengan Sesuai dengan perkembangan anak,
kompetensi yang dibutuhkan, terlalu mata pelajarannya esensial, dan sesuai
berat, terlalu luas. dengan yang dibutuhkan.
Cakupan SKL terdiri dari satuan Cakupan SKL untuk semua satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan pendidikan yang meliputi mata
kelompok mata pelajaran. pelajaran, jenjang kelas, maupun
kelompok pelajaran.
Penjurusan dimulai ketika kelas XI Tersedia kelompok peminatan (sebagai
SMA. Tidak tersedia mata pelajaran ganti penjurusan) dan pilihan antar
pilihan antar jurusan. kelompok peminatan dan bebas pada
awal masuk sekolah SMA.
48
DAFTAR PUSTAKA
Syahlan. (2015). Literasi Matematika Dalam Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan Matematika.
1(3), 36 – 43.
https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/24/07200071/indonesia-darurat-matematika.
Diakses tanggal 8 November 2018 pukul 13:05 WIB.
https://www.kaskus.co.id/thread/511e952520d719f143000001/lucu-aneh-dan-gak-nyambung-
lucunya-kompetensi-dasar-dalam-kurikulum-2013/. Diakses tanggal 8 November 2018
pukul 13 : 20 WIB.
https://nasional.kompas.com/read/2018/04/17/23124531/mendikbud-sebut-sulitnya-soal-unbk-
matematika-sesuai-standar-internasional. Diakses tanggal 8 November 2018 pukul
12:40 WIB.
https://lifestyle.kompas.com/read/2011/12/19/02342457/standar.kompetensi.jadi.jembatan.
Diakses tanggal 8 November 2018 pukul 13 : 35 WIB.
49