PENYAKIT HIPERTENSI
DI RUANG INTERNA LELAKI RSUD DR. M.
HAULUSSY AMBON
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dapat
memahami tentang Penyakit Hipertensi yang dirawat di Ruang Interna
Lelaki Dr. M. Haulussy Ambon.
2. Tujuan InstruksionalKhusus
Setelah pemberian penyuluhan ini diharapkan keluarga pasien mampu:
a. Menyebutkan pengertian Penyakit Hipertensi
b. Menyebutkan factor penyebab Penyakit Hipertensi
c. Menyebutkan tanda dan gejala Penyakit Hipertensi
d. Menyebutkan Pengobatan Penyakit Hipertensi
e. Menyebutkan cara pencegahan Penyakit Hipertensi
B. Pokok Bahasan
Pendidikan kesehatan tentang Penyakit Hipertensi pada pasien yang
dirawat di Ruang Interna Lelaki Dr. M. Haulusy Ambon.
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / Tanya jawab
D. Media
1. Leaflet
E. Kegiatan
Tahap Pembicara Peserta Waktu
2
Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Membalas salam 5 menit
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan,
mendengarkan dan
menanggapi
F. Pengorganisasian
1. Penyuluh : Marni Rusdi
2. Moderator : Charles Alfons
3. Observer : Herlyn Pentury
4. Fasilitator :
5. Pembimbing Akademik :
6. Pembimbing Klinik : .Ns. Dorotheis Uniplaita, S.Kep
G. Job Discription
1. Penyuluh
a. Menggali pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang penyakit
hipertensi
b. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Moderator
a. Bertanggung jawab atas kelancaran acara
b. Membuka dan menutup acara
c. Menyetting waktu penyajian sesuai dengan rencana kegiatan
3. Fasilitator dan observer
3
a. Mengamati jalannya acara penyuluhan
b. Membantu kelancaran acara penyuluhan
c. Mencatat pertanyaan dari peserta
d. Membagikan leaflet pada awal pelaksanaan kegiatan
H. Setting Ruangan
Keterangan:
1
1. Penyuluh dan Moderator
2. Peserta penyuluhan
I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Peserta hadir di tempat pelaksanaan pada waktu yang telah ditentukan
b. Persiapan dilaksanakan satu hari sebelum acara
2. Evaluasi proses
a. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan
baik
b. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas
c. Peserta antusias mendengarkan materi penyuluhan dari awal sampai
akhir
d. Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat selama proses penyuluhan
berlangsung
e. Peserta antusias bertanya sesuai dengan permasalahan yang mereka
hadapi
f. Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan baik
3. Evaluasi hasil
a. Penyuluhan diikuti oleh minimal 10 orang dari jumlah keluarga pasien
yang dirawat di ruang Interna Lelaki RSUD Dr. M. Haulussy Ambon.
f. Peserta penyuluhan dapat menjawab pertanyaan tentang penyakit
hipertensi
4
MATERI PENYULUHAN
PENYAKIT HIPERTENSI
DI RUANG INTERNA WANITARSUD DR. M.HAULUSSY AMBON
A. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95
mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
5
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
B. KLASIFIKASI HIPERTENSI
KlasifikasihipertensimenurutWHO :
1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2) Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
dan diastolik 91-94 mmHg
3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Faktor Resiko
a. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
b. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
c. Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
d. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa
hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine,
DM, dsb.
e. Factor emosional dan tingkat stress
f. Gaya hidup yang monoton
g. Sensitive terhadap angiotensin
h. Kegemukan
i. Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.
7
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun
E. KOMPLIKASI HIPERTENSI
8
1.Stroke
2.Gagal jantung
3.Pembuluh darah kecil pada ginjal yang rusak
4.sindrom metabolik
5.Pelebaran abnormal padaarteri
F. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
9
antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 –
25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu
d) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
- Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.Penerapan biofeedback terutama
dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
- Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)Tujuan pendidikan
kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
e) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi
agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya
perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION,
EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA,
1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita.
10
G. PENCEGAH HIPERTENSI
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Hindarimakanantinggikadargaram yang berlebihan
2. Pencegahan sekunder
11
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
12
DAFTAR PUSTAKA
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3 rd edition.
Oxford: Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
13
DAFTAR HADIR KEGIATAN PKRS
RUANG INTERNA LELAKI RSUD Dr. M. HAULUSSY AMBON
14
No. NAMA TANDA TANGAN
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.
18. 18.
19. 19.
15