DISUSUN OLEH :
1. Refka Meinar Karmelia 1608010100
2. Avi Anindya Salsabila 1608010102
3. Lukhi Indah Saputri 1608010104
KELOMPOK : 13
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penggunaan tetes telinga yaitu untuk melepaskan atau melunakkan
kotoran telinga, antiinfeksi ringan, antiseptik dan anestesi, antiradang,
membersihkan telinga setelah pengobatan, dan mengeringkan permukaan
dalam telinga yang berair. Keuntungan tetes telinga yaitu, sangat baik
digunakan untuk pemberian dosis kecil, obat lebih mudah diabsorbsi,
memberi kemudahan dalam pemberian, khususnya bagi usia bayi dan
alita yang belum dapat menelan obat dengan baik, dosis, warna, bau, dan
rasa dapat diatur. Sedangkan kerugiannya yaitu stabilitas bentuk larutan
biasanya kurang baik, diperlukan ketepatan dosis yang presisi, dan
kesulitan dalam masalaha formulasi untuk menutupi rasa zat aktif yang
pahit dan tidak menyenangkan (Ansel, 1989).
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui defisini dari tetes telinga.
2. Untuk mengetahui preformulasi dari sediaan tetes telinga.
3. Untuk mengetahui formulasi pada sediaan tetes telinga.
4. Untuk mengetahui cara pembuatan dari sediaan tetes telinga.
5. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi yang dilakukan dalam sediaan
tetes telinga
6. Untuk mengetahui penyimpanan pada sediaan tetes telinga.
2
BAB II
PREFORMULASI SEDIAAN
Preformulasi adalah langkah awal langkah awal yang dilakukan ketika akan
membuat suatu formula obat.
3
Sebenarnya :
Bulk :
j. pH :
k. Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis.
Dapat terurai dengan
pemanasan yang bisa
menghasilkan akrolein yang
beracun. Campuran gliserin
dengan air, etanol 95 % dan
propilena glikol secara kimiawi
stabil. Gliserin bisa mengkristal
jika disimpan pada suhu rendah
yang perlu dihangatkan sampai
suhu 200 C untuk
mencairkannya.
j. Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi kuat
seperti chromium trioxide,
potassium chlorate, or
potassium permanganate.
4
Pada suhu yang tinggi akan
teroksidasi menjadi
propionaldehid asam laktat,
asam piruvat& asam asetat.
Stabil jika dicampur dengan
etanol, gliserin, atau air.
l. Inkompatibilitas :
2.4. Evaluasi
I. Evaluasi Fisika
Organoleptik (bau, rasa, warna)
Dilakukan dengan cara melihat warna, mencium bau, dan rasa dari
sediaan tetes telinga.
Kejernihan larutan
Masukkan sediaan ke tabung reaksi
↓
Volume terpindahkan
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur
kering terpisah (kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah
5
kali volume yang diukur dan telah di kalibrasi) secara hati-hati
agar tidak membentuk gelembung udara
↓
Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap
campuran
Penetapan pH
Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas
indikator universal.
Kebocoran
6
FORMULASI SEDIAAN
7
Dapat digunakan sorbitan (Span), polisorbat (Tween) atau surfaktan
lain yang cocok
Pengental
Dapat ditambahkan pengental agar viskositas larutan cukup kental.
Viskositas larutan yang meninggi membantu memperkuat kontak antara
sediaan dengan permukaan yang terkena infeksi/mukosa telinga.
Pengawet (The Pharmaceutical Codex; Ansel, 569)
Pengawet umumnya ditambahkan ke dalam sediaan tetes telinga,
kecuali sediaan itu sendiri memiliki aktivitas antimikroba (The
Pharmaceutieal Codex hlm 158). Pengawet yang biasanya digunakan
adalah klorobutanol (0,5%), timerosal (0,01%), dan kombinasi paraben-
paraben (Ansel him 569). Bila aktivitas antinikroba didapat dari Zat Aktif,
harus tetap digunakan pengawet,kecuali aktivitas antimikroba didapat dari
eksipient yang lain.
Antioksidan (Ansel hal. 569)
Jika diperlukan antioksidan dapat ditambahkan ke dalam sediaan tetes
telinga, misalnya Nadisulfida/Na-bisulfit.
Keasaman-kebasaan
Kecuali dinyatakan lain pH larutan antara 5,0-6,0. (FI III, hal
10)Sedangkan pada “The Art of Compound, hal. 257” disebutkan bahwa
pH optimum larutan air untuk pengobatan telinga adalah 5-7,8. Umumnya
tidak dikenhendaki dalam suasana basa karena tak fisiologis dan malah
memberikan medium optimum untuk pertumbuhan bakteri/terjadi infeksi
Tonisitas & Sterilisasi
Tidak mutlak diperlukan, sebaiknya steril
Viskositas
Harus kental agar dapat lebih lama bertahan di telinga.
8
3. Setelah zat larut, larutan tersebut dituang ke dalam gelas ukur hingga
volume tertentu di bawah volume yang seharusnya dibuat (contoh : jika
dibuat 100 mL larutan, larutan dalam gelas ukur diatur tepat hingga 75
mL _ ini maksudnya + 25mL digunakan untuk membilas-bilas wadah
yang digunakan, sehingga bisa meminimalkan kehilangan zat aktif, misal
melekat pada wadah; selengkapnya bisa dilihat di Buku Petunjuk
Praktikum Steril hlm 25) Suspensi tetes telingasecara aseptis, diisikan
langsung dari gelas ukur ke dalam botol steril yang telah dikalibrasi.
Tutup dengan pipet tetesnya kemudian dipasang. (mengacu pada
pembuatan suspensi tetes mata di Petunjuk Praktikum Steril hlm 36).
Petunjuk Praktikum Likuida & Semisolida, hal 34 ; Pembuatan sediaan
suspensi steril dilakukan secara aseptik, di mana semua bahan yang
akan dibuat sediaan disterilisasi dulu dengan cara yang sesuai, kemudian
dicampur di bawah Laminar Air Flow.
4. Penandaan pada etiket harus juga tertera ’Tidak boleh digunakan lebih
dari 1 bulan setelah tutup dibuka’.
9
BAB IV
KESIMPULAN
Tetes telinga (Guttae Auricurales) adalah obat tetes yang digunakan untuk
telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Penggunaan tetes
telinga yaitu untuk melepaskan atau melunakkan kotoran telinga, antiinfeksi
ringan, antiseptik dan anestesi, antiradang, membersihkan telinga setelah
pengobatan, dan mengeringkan permukaan dalam telinga yang berair.
Pada formula umum tetes telinga terdapat zat aktif yang yaitu bahan yang
memiliki zat berkhasiat. Pensuspensi, digunakan apabila senyawa obat tidak
larut dalam cairan pembawa. Pengental, dapat ditambahkan pengental agar
viskositas larutan cukup kental. Pengawet, umumnya ditambahkan ke dalam
sediaan tetes telinga. Antioksidan, jika diperlukan antioksidan dapat
ditambahkan ke dalam sediaan tetes telinga keasaman- kebasaan, pH
optimum larutan air untuk pengobatan telinga adalah 5-7.
10
DAFTAR PUSTAKA
11