PENDAHULUAN
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu material, khususnya
logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari hasil pengujian tarik adalah
sebagai berikut:
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.
1
Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan
suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan pengujian
tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara
perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah satu pengujian yang penting untuk dilakukan,
karena dengan pengujian ini dapat memberikan berbagai informasi mengenai sifat-sifat
logam.
Melihat begitu pentingnya pengujian tarik ini bagi material-material yang sehari-hari
akan kita temui di industri pembangkit, hendaknya kita perlu mengetahui lebih jauh lagi
tentang pengujian ini. Dengan adanya kurva tegangan regangan kita dapat mengetahui
kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus elastisitas, ketangguhan, dan lain-lain.
Pada pegujian tarik ini kita juga harus mengetahui dampak pengujian terhadap sifat mekanis
dan fisik suatu logam. Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita dapat
data dasar mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Sifat mekanik logam adalah suatu sifat terpenting karena sifat mekanik logam
menyatakan kemampuan suatu logam untuk menerima beban atau gaya dari luar tanpa
mengalami kerusakan pada logam tersebut. Dimana beban itu dapat berupa beban tarik, puntir,
geser, tekan, bengkok atau pun beban kombinasi. Beberapa sifat-sifat mekanik antara lain:
4. Kekakuan (stiffness) adalah kemampuan bahan untuk menerima tegangan atau beban tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi. Dimana dalam beberapa
hal kekakuan ini lebih penting dari pada kekuatan.
5. Plastisitas (plasticity) adalah kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis
yang permanen tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan bagi
bahan yang akan diproses dengan berbagai proses pembentukan seperti forging, rolling,
extruding dan sebagainya. Sifat ini sering juga disebut keuletan atau kekenyalan
(ductility). Bahan yang mampu mengalami deformasi plastis yang cukup tinggi dikatakan
sebagai bahan yang mempunyai keuletan atau kekenyalan yang tinggi, sedangkan bahan yang
tidak menunjukan terjadinya deformasi plastis dikatakan sebagai bahan yang mempunyai
keuletan yang rendah atau dikatakan getas atau rapuh (brittle).
6. Ketangguhan (toughness) adalah kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi tanpa
mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga dapat dikatakan sebagai ukuran banyaknya energi
yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja, pada suatu kondisi tertentu. Sifat ini
dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sifat ini sulit untuk diukur.
3
7. Kelelahan (fatique) adalah kecendurangan dari logam untuk patah bila menerima tegangan
berulang-ulang (cyclis stress) yang besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan elastisitasnya.
Sebagian besar dari kerusakan yang terjadi pada komponen mesin disebabkan oleh kelelahan.
Karenanya kelelahan merupakan sifat yang sangat penting tetapi sifat ini juga sulit diukur karena
sangat banyak faktor yang mempengaruhinya.
8. Keretakan (crack) adalah kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastik
yang besarnya merupakan fungsi waktu, dimana pada saat bahan tersebut menerima beban yang
besarnya relatif tetap.
a. Kadar karbon
Semakin tinggi kadar karbon maka kekerasan akan semakin tinggi namun akan menjadi
rapuh. Kandungan karbon ini juga mempengaruhi keuletan, ketangguhan, maupun sifat
mampu mesin.
b. Unsur kimia
1. Nikel untuk :
2. Chromium untuk:
- Membentuk karbida.
c. Ukuran butir
Ukuran butir pada baja sangat berpengaruh. Ukuran butir yang besar dan homogen
membuat baja mempunyai sifat yang ulet. Sedangkan untuk ukuran butir yang kecil dan
tidak homogen maka baja tersebut akan bersifat kaku dan keras.
4
d. Fasa dan struktur
Fasa dapat mempengaruhi sifat mekanik logam, karena pada tiap-tiap fasa
pada logam memiliki struktur mikro sendiri dengan sifat mekanik, fisik dan kimia
yang berbeda-beda, misalnya fasa martensite memiliki sifat-sifat keras, rapuh, magnetic
dengan nilai kekerasan 650-700 BHN. Jadi dapat dikatakan fasamartensitememiliki
kekerasan yang lebih tinggi daripada ferrite. Logam yang memiliki struktur yang teratur
mempunyai sifat mekanik yang lebih baikdibandingkan denganlogam yang strukturnya
tidak teratur sebab tegangan dalam yang timbul lebih besar. Tegangan didalam
berbanding terbalik dengan sifat mekanik.
e. Cacat
Cacat terjadi kemungkinan besar selama proses pertumbuhan kristal atau pada
proses heat treatment (perlakuan panas). Cacat ini dibedakan menajdi cacat titik, cacat
garis, cacat bidang, dan cacat ruang. Cacat yang terjadi pada logammenyebabkan
kerusakan pada struktur logam misalnya terjadinya kekosongan (vacancy), sisipan
dan slip. Kerusakan ini menyebabkan menurunnya sifat mekanik logam.
f. Endapan
Reaksi pengendapan merupakan kebalikan dari reaksi pelarutan yang terjadi akibat proses
pendinginan. Pengendapan terjadi bila logam didinginkan sampai daerah suhu dan fasa
setelah larut yang dipengaruhi laju waktu pendinginan. Pada laju waktu pendinginan
cepat terjadi endapan serta fasa dan pada laju pendinginan lambat dapat terjadi
endapan dua fasa sehingga pengendapan yang terjadi berpengaruh pada sifat
mekanik logam.
1. Pembebanan statik
Yaitu pembebanan yang sifatnya statik atau besarnya tetap atau berubah-ubah dengan sangat
lambat.
2. Pembebanan dinamik
5
2.2 Pengujian Tarik
Uji Tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland, 1985]. Uji tarik
mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Uji tarik rekayasa banyak
dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data
pendukung bagi spesifikasi bahan (Dieter, 1987). Pada uji tarik, benda uji diberi beban gaya tarik
sesumbu yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan terhadap
perpanjangan yang dialami benda uji (Davis, Troxell, dan Wiskocil,1955). Kurva tegangan
regangan rekayasa diperoleh dari pengukuran perpanjangan benda uji.Pengujian ini sangat
sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika
dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera
mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh
mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki
cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff).
Pengujian tarik biasanya dilakukan terhadap batang uji (specimen) yang standart.Bahan yang
akan diuji tarik mula-mula dibuat menjadi batang uji dengan bentuk sesuaistandart. Salah satu
bentuk batang uji dapat dilihat pada gambar 1.1. Pada bagian tengah daribatang uji (pada bagian
yang parallel) merupakan bagian yang menerima tegangan yanguniform dan pada bagian ini
diukurkan “panjang uji” (gauge length), yaitu bagian yangdianggap menerima pengaruh dari
pembebanan, bagian ini yang selalu diukur panjangnyaselama proses pengujian.Batang uji ini
dipasang pada mesin uji tarik, dijepit dengan pencekam dari mesin ujikemudian pada ujungnya
ditarik ke arah memanjang secara perlahan. Selama penarikan,setiap saat tercatat dengan grafik
yang tersedia pada mesin tarik, besarnya gaya tarik yang
bekerja dan besarnya pertambahan panjang yang tejadi sebagai akibat dari gaya tarik
tersebut.Penarikan berlangsung terus sampai batang uji putus.
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material. Dimana
spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji
mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif
sederhana, murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan dimensi spesimen
uji, pemilihan grips dan lain-lain.
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638. Bentuk dari
spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau retak pada daerah grip
atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan
terjadi di daerah gage length.
6
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat, spesimen uji
akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan menghasilkan hasil
yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan yang kontak dengan grip.
Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan bahan yang di uji.
Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan estándar baku pengujian.
Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari pengujian tarik.
Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang diberikan dibagi dengan
luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.1 berikut:
s= P/A0
7
P : beban yang diberikan (kg)
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah regangan linier rata-
rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian
dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.2 berikut.
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada komposisi,
perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan keadaan tegangan yang
menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan
kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen
perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter kekuatan,
sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding lurus terhadap
regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah remangan yang tidak
menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila beban
melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis
bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan
bertambahnya regangan plastik.
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus elastisitas.
Persamaannya dituliskan dalam persamaan
e : regangan
σ : Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk mengimbangi
penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik (sebanding dengan beban F)
8
yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana
pengurangan luas penampang lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban
yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu
titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa beban.
Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan benda uji mulai
mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas penampang lintang lebih cepat
daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan
untuk mengubah bentuk benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada
persamaan (1) akan berkurang hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa sifat mekanik
yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]:
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.
a. Kekuatan Tarik
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh
(Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan
tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas
penampang lintang awal benda uji.
Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik,
tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan
kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan
beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang
sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam
kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya
9
ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur
pada kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari
elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi
plastik mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria
permulaan batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-
data yang akan digunakan.
1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala
regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan
dengan gerakan beberapa ratus dislokasi.
2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan proporsional
antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara mengamati
penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan.
3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa
terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan.
Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya
menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh
dengan cara pengukuran regangan mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering
digunakan pada kuliah rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada
batas proporsional. Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang
diberi beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.
Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat
luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik yang menunjukan
perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan
luluh dituliskan seperti pada persamaan 2.4, sebagai berikut.
10
Keterangan ; Ys : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)
Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari
elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi
plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil
deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini adalah
kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva
tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan
tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1
persen (e = 0,002 atau 0,001)
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji diberi
pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat beban ditiadakan
maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang
daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan
sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan
luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan
keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran
batas elastik atau batas proporsional.
Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat diberikan
penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum pengukuran keuletan
dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]:
1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi
patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya pengerolan dan
ekstrusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai kemampuan
logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi
pengolahan
d. Modulus Elastisitas
11
Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan keelastisitasannya. Makin
besar modulus, makin kecil regangan elastik yang dihasilkan akibat pemberian
tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini
tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka
modulus elastisitas salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya
sedikit berubah oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan
dingin.
Dimana, σ = tegangan
ε = regangan
e. Kelentingan (resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu
berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan
[Dieter, 1993]. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni
energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan
nol hingga tegangan luluh σo. Energi regangan tiap satuan volume untuk beban tarik satu
sumbu adalah :
12
Uo = ½ σxеx
Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi pada
pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas mekanik,
adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.
f. Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah plastik. Pada
umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan.
Salah satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah di bawah
kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan volume yang
dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan (S0) adalh
perbandingan antara kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.
UT ≈ su ef
atau
Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas penampang lintang.
Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan tiga sumbu yang terjadi pada
benda uji tarik saat terjadi patah. Karena data yang diperlukan untuk koreksi
seringkali tidak diperoleh, maka tegangan patah sejati sering tidak tepat nilai.
13
2.3 Alat dan Bahan
Gaya
1 2 3
b. Jangka sorong
c. Meteran
d. Specimen alumunium
2. Mengukur panjang awal (Lo) atau age length dan luas penampang irisan benda uji.
3. Mengukur benda uji pada pegangan (grip) atas dan pegangan bawah pada mesin uji
tarik.
4. Mengoperasikan mesin uji tarik dan melakukan pembebanan hingga benda uji putus.
5. Mencatat beban luluh dan beban putus yang terdapat pada monitor mesin.
14
2. 5 Data Hasil Percobaan
15
BAB III
PEMBAHASAN
Pada percobaan uji tarik kali ini, specimen (bahan uji) yang digunakan berupa
alumunium. Seperti yang terlihat pada grafik gaya terhadap perubahan panjang alumunium,
benda uji masih berada dalam daerah deformasi elastis, dimana pertambahan panjang akan
berbanding lurus dengan pembebanan gaya yang diberikan. Di daerah tersebut, masih
memungkinkan adanya pertambahan panjang yang cukup signifikan (hingga 3 mm). gaya yang
bekerja pada daerah deformasi elastis sekitar (0-440 kg). pada daerah tersebut ke fleksibelan
benda uji masih cukup tinggi. Specimen baru memasuki daerah deformasi plastis saat benda uji
tersebut diberikan gaya sekitar 440 kg. setelah melewati daerah deformasi plastis, ke fleksibelan
benda uji mulai berkurang, sehingga benda akan lebih sukar untuk bertambah panjang. Gaya
yang mampu ditahan oleh benda uji pun mulai berkurang. Benda uji (alumuium) tidak mampu
lagi menahan gaya yang diberikan saat gaya yang bekerja sekitar 350 kg dan pertambahan
panjang specimen telah mencapai sekitar 6 mm. Saat tidak mampu menahan lagi gaya, specimen
alumunium menjadi patah dan terbagi menjadi dua bagian.
16
3.2 Pengaruh Tegangan Terhadap Regangan
Dari grafik di atas dapat terlihat pengaruh tegangan terhadap regangan specimen
alumunium saat dilakukan uji tarik. Besarnya regangan bergantung pada besarnya tegangan yang
diberikan. Pada daerah deformasi elastis tegangan yang mampu ditahan sekitar 170 Mpa dengan
regangan sekitar 0.15 persen. Pada daerah tersebut benda uji cenderung mampu meregang lebih
tinggi dibandingkan dengan pada saat berada di daerah plastis Setelah itu, benda kerja memasuki
daerah deformasi plastis dimana kemampuan benda untuk meregang mulai berkurang sesuai
dengan pertambahan tegangan yang diberikan. Tegangan yang mampu ditahan oleh benda pun
berkurang setelah memasuki daerah deformasi plastis. Pada saat specimen mampu meregang
sebesar 0,225 persen dan tegangan sebesar 150 Mpa, specimen sudah tidak mampu menahan
tegangan, sehingga benda uji patah.
Percobaan uji tarik ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari
specimen suatu material, dalam hal ini adalah aluminium. Ada beberapa sifat yang dapat kita
ketahui setelah dilaksanakan uji tarik yaitu: beban maksimum; kekuatan tarik; kekuatan luluh;
modulus bulk dll. Setelah diketahui sifat atau karakteristik dari specimen yang diuji, dapat
ditentukan aplikasi yang sesuai dengan karakteristik specimen tersebut. Selain itu dapat
diprediksi bagaimana specimen akan bekerja pada kondisi gaya normal atau kondisi gaya yang
extreme.
17
Penggunaan aluminium dalam industri cukup luas cangkupannya. Aluminium sering
digunakan dalam konstruksi bangunan serta alat-alat yang digunakan. Oleh karena itu,
diperlukan adanya pengujian terhadap sifat material agar dapat disesuaikan dengan kondisi
penggunaannya, sehingga tepat ukuran.
18
BAB IV
4.1 Kesimpulan
a. Percobaan uji tarik ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu material,
dalam percobaan kali ini specimen berupa aluminium. Ada beberapa sifat yang dapat kita
ketahui setelah dilaksanakan uji tarik yaitu: beban maksimum, kekuatan tarik, kekuatan luluh,
dan modulus elastisitas.
b. Kekuatan tarik (tensile strength, ultimate tensile strength) adalah tegangan maksimum yang
bisa ditahan oleh sebuah bahan ketika diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut
patah. Kekuatan tarik adalah kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda.
Tegangan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil
deformasi plastis yang ditetapkan. Nilai Kekuatan luluh merupakan titik awal sebuah material
bahan atau logam mulai terdeformasi secara plastik.
Keuletan adalah kemampuan bahan padat untuk mengalami peregangan sebelum menjadi
putus di bawah tegangan tarik; ini sering ditandai oleh kemampuan material untuk meregang.
c. Modulus Elastisitas angka yang digunakan untuk mengukur objek atau ketahanan bahan
untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan pada benda itu.
Persamaan modulus elastisitas adalah sebagai berikut:
4.1 Saran
Disarankan ketika melakukan uji tarik mesin dapat menampilkan data dalam bentuk grafik
secara realtime untuk meminimalisir kesalahan yang dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
19
Askeland., D. R., 1985, “The Science and Engineering of Material”, Alternate Edition, PWS
Engineering, Boston, USA
Dieter, E. George, 1993, “Metalurgi Mekanik”, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Material Science and Engineering: An Introduction. William D. Callister Jr. John Wiley&Sons,
2004.
20