Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pendidikan.Kurikulum mencerminkan falsafah atau pandangan
hidup bangsa,ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh
kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang. Nilai sosial,kebutuhan dan
tuntutan masyarakat cenderung atau selalu mengalami perubahan antara lain akibat dari
kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi.Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan
tersebut,sebab pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Kurikulum dapat (paling tidak sedikit)
meramalkan hasil pendidikan atau pengajaran yang diharapkan karena kurikulum
menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta
didik. Kurikulum menjadi panduan dan pedoman bagi tenaga pendidik maupun guru untuk
mengadakan pembelajaran kepada peserta didik. Kurikulum merupakan sarana untuk
mencapai program pendidikan yang dikehendaki. Sebagai sarana, kurikulum tidak akan
berarti dan memberikan kemajuan jika tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang
dibutuhkan seperti sumber-sumber belajar dan mengajar yang memadai, kemampuan tenaga
pengajar, metodologi yang sesuai, serta kejernihan arah serta tujuan yang akan dicapai.
Pelaksanaan suatu kurikulum tidak terlepas dari arah perkembangan suatu masyarakat.
Perkembangan kurikulum di Indonesia hingga saat ini terus mengalami perubahan dan akan
terus mengalami penyempurnaan dalam segi muatan, pelaksanaan, dan evaluasinya.
Kurikulum itu sendiri merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu ( UU No 20 tahun 2003).
Kurikulum memiliki berbagai tujuan diantaranya kurikulum mengarahkan kegiatan
pembelajaran dan mewarnai komponen kurikulum lainnya, melakukan perkembangan
tuntutan kebutuhan dan pemikiran tentang pendidikan yang terarah pada pencapaian nilai-
nilai filosofis. Sadar akan pentingnya kurikulum bagi dunia pendidikan kami sebagai calon
pendidik belajar tentang kurikulum dengan melakukan observasi sekolah dimana kami
mendapat pengetahuan baru mengenai konmdisi kurikulum dan implementasinya di berbagai
sekolah.

1
Menurut Wand dan Brown, "evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai”. Selain itu, Rasyid dan Mansur (2008: 3) mendefinisikan evaluasi adalah
proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok.
Dengan evaluasi, guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat
khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa. Yang lebih penting lagi, hasil
evaluasi diharapkan dapat mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan mendorong
peserta didik untuk belajar lebih baik. Jadi, evaluasi memberikan informasi bagi kelas dan
pendidik untuk meningkatkan proses belajar mengajar.
Menurut pendapat Hamalik (2006: 159), evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan
kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
Kirtpatrick (1998) menyarankan tiga komponen yang harus dievaluasi dalam
pembelajaran, yaitu pengetahuan yang dipelajari, ketrampilan apa yang dikembangkan, dan
sikap apa yang perlu diubah. Namun, untuk keperluan evaluasi diperlukan teknik evaluasi
yang bervariasi dan tepat tujuan.
Guru sebagai evaluator hendaknya mengetahui dan memahami hakikat teknik-teknik
evaluasi yang dapat digunakan dalam mengukur dan menilai hasil belajar. Karena melalui
mengukur, seorang guru akan memperoleh data kuantitatif terhadap hasil belajar siswa. Hasil
tersebut dapat diketahui melalui angka-angka yang diperoleh dalam pengukuran masing-
masing siswa dengan berpatokan pada suatu ukuran. Selain itu, juga dapat dilakukan melalui
sebuah penilaian, yaitu siswa dinilai berdasarkan angka-angka yang diperolehnya; bersifat
kualitatif.
B. Tujuan Observasi
Kami melakukan observasi ini dengan berbagai tujuan antara lain :

a. Untuk memenuhi tugas Telaah Kurikulum


b. Untuk menambah pengetahuan tentang kurikulum yang digunakan di sekolah-
sekolah khususnya SMA
c. Mengetahui perbedaan kurikulum yang digunakan antar sekolah
d. Mengetahui implementasi dari kurikulum yang digunakan

2
C. Objek Observasi
Nama sekolah :
Alamat sekolah :
Hari :
Tanggal :
Subjek observasi :

D. Identifikasi Masalah
a. Kurikulum apakah yang saat ini digunakan di SMA 3 Gorontalo?
b. Apa saja bahan ajar dan Literatur yang digunakan ?
c. Bagaimana metode yang digunakan dalam pembelajaran ?
d. Bagaimana implementasi dari kurikulum yang digunakan ?
e. Apakah pernah diadakan pengembangan kurikulum di SMA 3 Gorontalo?

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Prinsip-prinsip Dasar Evaluasi Hasil Belajar
Menurut Sudijono (2008: 30) evaluasi terhadap hasil belajar setidaknya mencakup
dua hal, yaitu evaluasi pencapaian peserta didik terhadap tujuan khusus dan evaluasi
pencapaian peserta didik terhadap tujuan umum pengajaran. Evaluasi hasil belajar dapat
terlaksana jika menggunakan tiga prinsip dasar yakni: .
1. Prinsip Keseluruhan
Prisip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal dengan istilah prinsip
komperehensif. Yang dimaksud dengan evaluasi yang berprinsip keseluruhan atau
menyeluruh atau komprehensif adalah evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh, atau
menyeluruh. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa dalam pelaksanaannya evaluasi tidak
dapat dilaksanakan secara terpisah, tetapi mencakup berbagai aspek yang dapat
menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta
didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati.
Dalam hubungan ini, evaluasi diharapkan tidak hanya menggambarkan aspek
kognitif, tetapi juga aspek psikomotor dan afektif pun diharapkan terangkum dalam evaluasi.
Jika dikaitkan dengan mata pelajaran fisika, penilaian bukan hanya menggambarkan
pemahaman siswa terhadap materi ini, melainkan juga harus dapat mengungkapkan sudah
sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan mengimplementasikan materi tersebut dalam
kehidupannya.
Denagan melakukan evaluasi hasil belajar secara bulat,utuh atau menyeluruh akan
diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan
perkembangan subyek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi.
2. Prinsip Kesinambungan
Istilah lain dari prinsip kesinambunga adalah kontinuitas. Penilaian yang
berkesinambungan ini artinya adalah penilaian yang dilakukan secara teratur, sambung-
menyambung dari waktu ke waktu. Penilaian secara berkesinambungan ini akan
memungkinkan si penilai memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran
mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik sejak awal mengikuti program
pendidikan sampai dengan saat-saat mereka mengakhiri program-program pendidikan yang
mereka tempuh.

4
3. Prinsip Obyektivitas
Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar terlepas dari
faktor-faktor yang sifatnya subjektif. Orang juga sering menyebut prinsip objektif ini dengan
sebutan “apa adanya”. Istilah apa adanya ini mengandung pengertian bahwa materi evaluasi
tersebut bersumber dari materi atau bahan ajar yang akan diberikan sesuai atau sejalan
dengan tujuan instruksional khusus pembelajaran. dilihat dari pemberian skor dalam evaluasi,
istilah apa adanya itu mengandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor, dan
penentuan nilai terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang melekat pada diri tester. Di sini
tester harus dapat mengeliminasi sejauh mungkin kemungkinan-kemungkinan “hallo effect”
yaitu jawaban soal dengan tulisan yang baik mendapat skor lebih tinggi daripada jawaban
soal yang tulisannya lebih jelek padahal jawaban tersebut sama. Demikian pula “kesan masa
lalu” dan lain-lain harus disingkirkan jauh-jauh sehingga evaluasi nantinya menghasilkan
nilai-nilai yang objektif.
Dengan kata lain, tester harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar menurut keadaan yang
senyatanya, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang sifatnya subjektif. Prinsip ini
sangat penting sebab apabila dalam melakukan evaluasi, subjektivitas menyelinap masuk
dalam suatu evaluasi, kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri akan ternoda.
B. Ciri-ciri evaluasi hasil belajar

Evaluasi hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang memiliki ciri-ciri khas dari
kegiatan yang lain. Di antara ciri-ciri khas yang dimiliki evaluasi hasil belajar yaitu:
Ciri pertama, Evaluasi yang dilaksanakan dalam rangka mengukur keberhasilan
belajar peserta didik, pengukurannya dilakukan secara tidak langsung. Misalnya, jika seorang
dosen/guru ingin mengetahui manakah di antara peserta didiknya yang tergolong pandai,
maka yang diukur bukan pandainya tetapi indikator atau hal-hal yang merupakan pertanda
bahwa seseorang dapat disebut sebagai orang yang pandai.Carl witherington mengatakan
bahwa indikator yang dapat dijadikan kriteria atau tolak ukur untuk menyatakan bahwa
seorang peserta didik termasuk kategori pandai adalah bila peserta didik memiliki berbagai
kemampuan seperti berikut;
· Kemampuan untuk bekerja dengan angka-angaka atau bilangan.
· Kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
· Kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru, yaitu dengan secara cepat dapat
mengikuti pembicaraan orang lain.
· Kemampuan untuk mengingat

5
· Kemampuan untuk berfantasi atau berfikir secara abstrak
Ciri kedua, Pengukuran dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta didik pada
umumnya menggunakan ukuran-ukuran yang bersifat kuantitatif atau lebih sering
menggunakan simbol-simbol angka.Hasil-hasil pengukuran yang berupa angka-angka itu
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode statistic
Ciri ketiga, Pada kegiatan evaluasi hasil belajar pada umumnya digunakan unit-unit
atau satuan-satuan yang tetap, yang didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa pada
setiap populasi peserta didik yang dihadapkan pada suatu tes hasil belajaar maka prestasi
belajar yang diraih akan bersifat normal
Cirri keempat, Prestasi belajar yang dicapai oleh para peserta didik dari waktu ke
waktu adalah bersifat relative, bahwa hasi-hasil evaluasi terhadap keberhasilan belajar peserta
didik itu pada umumnya tidak selalu menunjukkan kesamanan, jadi evaluasi yang
dilaksanakan pada tahap pertama untuk subjek yang sama blum tentu sama hasilnya dengan
hasil-hasil evaluasi yang dilaksanakan pada tahap-tahap berikutnya.
Ciri kelima,Kegiatan hasil belajar sulit dihindari terjadinya kekeliruan pengukuran
(error),Dalam hal kekeliruan yang terjadi karena faktor evaluator atau tester sendiri,
dikarenakan empat hal, yaitu:
a. Karena suasana batin yang sedang menyelimuti diri evaluator pada saat pengukuran
hasil belajar dilaksanakan
b. Karena sifat pemurah atau sifat pelit yang melekat pada diri evaluator
c. Karena terjadinya hallo effect, dimana guru atau dosen selaku evaluator terpengaruh
oleh berita, informasi dan lain-lain yang datang dari teman sejawatnya, sehingga dalam
pemberian nilai hasil belajar, berita atau informasi tersebut mempengaruhi diri guru atau
dosen.
d. Karena evaluator terpengaruh oleh “kesan masa lalu” mengenai hasil-hasil belajar yang
telah dicapai oleh peserta didiknya.
Selanjutnya, faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab munculnya kekeliruan hasil
pengukuran yang bersumber dari dalam diri peserta didik, antara lain:
· Faktor psikis. Faktor kejiwaan atau suasana batin peserta didik.
· Faktor fisik. Karena kesehatan jasmani sedang terganggu
· Faktor nasib. Karena memang sedang sial misalnya, maka semua bahan pelajaran yang
dikuasai menjadi hilang.

6
C. Ranah kognitif, ranah afektif,dan ranah psikomotor sebagai obyek hasil belajar

Mengingat bahwa aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor atau ranah
kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses
evaluasi hasil belajar, maka dapat dibahas sebagai berikut;
1. Taksonomi Tujuan Pendidikan dari Benjamin S.Bloom
Benjamin S. Bloom dan kawasn-kawan berpendapat bahwa taksonomi
(pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain
yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam
ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, yaitu:
· Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat
kembali atau mengenali kembali tentang sesuatu, tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya.
· Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
· Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan
atau menggunakan ide-ide umum, teori-teori dan sebagainya, dalam situsi yang baru dan
kongkret.
· Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami
hubungan di antara faktor-faktor yang satu dengan yang lainnya.
· Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses
berpikir analisis.
· Penilaian/ evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu situasi, maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik,
sesuai dengan patokan atau criteria yang ada.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Oleh Krathwohl
(1974) dan kawan-kawan dikelompokkan menjadi lebih rinci kedalam lima jenjang, yaitu:
· Receiving (menerima atau memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam
menerima rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya.

7
· Responding (menanggapi), adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya dengan salah satu cara.
· Valuing (menilai=menghargai), adalah memberikan nilai atau memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak
dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyelesaian.
· Organization (mengatur), artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk
nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum.
· Characterization by a Value or Value Complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau
komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
D. Gambaran Perubahan KTSP menjadi Kurikulum 2013

KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang


dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik
sekolah/daerah sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik.
Kurikulum KTSP yang digunakan pada saat ini merupakan kurikulum yang memberikan
otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang puncaknya tugas itu akan
diemban oleh masing masing pengampu mata pelajaran yaitu guru. Sehingga seorang guru
disini menurut Okvina (2009) benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional
yang menuntuk kereatifitasan seorang guru.

Menurut Mulyasa (2009), Kurikulum yang kita pakai sekarang ini masih banyak
kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak lain adalah (1) kurangnya
sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP dengan kata lain masih rendahnya
kualitas seorang guru, karena dalam KTSP seorang guru dituntut untuk lebihh kreatif dalam
menjalankan pendidikan. (2) kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah. (3)
konten kurikulum dalam KTSP masih sangat padat.

Akibat dari kekurangan - kekurangan tersebut menimbulkan banyak


permasalahan di dalam pelaksanaan KTSP. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya
yaitu :

8
1. Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata
pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat
perkembangan usia anak.
2. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
4. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan
(misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan
hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.
5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat
lokal, nasional, maupun global.
6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci
sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada
pembelajaran yang berpusat pada guru.
7. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap,
keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.
8. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak
menimbulkan multitafsir.
Permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan dari pelaksanaan KTSP tersebut
membuat pemerintah, khusunya yang menangani bagian pendidikan di Indonesia yakni
kementerian Pendidikan Nasional merencanakan perubahan dalam kurikulum untuk
menuntaskan permasalahan-permasalahan ini, agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.
Pemerintah merencanakan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang akan di laksanakan di
bulan juli 2013 ini.
Pemerintah menjelaskan bahwa kurikulum 2013 akan membawa perubahan besar
dalam dunia pendidikan, karena mereka menganggap bahwa di dalam kurikulum 2013
banyak memberikan jawaban dalam penyelesaian permasalahan-permasalahan yang muncul
di dalam pelaksanaan KTSP.
Menurut Nasution (2008), Perubahan kurikulum dapat kecil dan sangat terbatas, dapat
pula luas dan mendasar. Perubahan itu dapat berupa :
Substitusi : mengganti buku pelajaran
Alterasi : menambah atau mengurangi jam pelajaran bidang studi tertentu
Variasi : Perubahan metode

9
Restrukturisasi : Penambahan team guru untuk mendapatkan tenaga dan fasilitas baru
Orientasi Baru : Perubahan orientasi pengajaran.
Merujuk pada pendapat diatas, kita dapat melihat bahwa perubahan KTSP menjadi kurikulum
2013 juga mencakup ke-5 hal diatas. Secara Substitusi (Pergantian buku pelajaran), dalam
merencanakan kurikulum 2013, pemerintah juga merencanakan pembuatan buku pelajaran
sebagai penunjang pelaksanaan kurikulum 2013 tersebut. Pemerintah akan mencetak buku-
buku pelajaran dan mendistribusikannya kepada sekolah-sekolah agar penerapan kurikulum
2013 dapat berjalan dengan baik. Secara Alterasi (Menambah atau mengurangi jam pelajaran)
pemerintah juga menambah jam pelajaran di tiap jenjang sekolah dalam kurikulum 2013 dan
mengurangi beberapa mata pelajaran. Walaupun terjadi pengurangan mata pelajaran, akan
tetapi mata pelajaran tersebut tetap di ajarkan dan digabungkan dalam mata pelajaran lainnya.
Sistem seperti inilah yang disebut sebagai tematik-integratif. Perubahan ini lah yang akan
mnimbulkan variasi (Metode mengajar guru) yang lebih bervariatif agar mata pelajaran yang
didalamnya terdiri dari gabungan mata pelajaran yang dihapuskan tersebut mampu di
sampaikan juga kepada peserta didik.

Jadi Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-
integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam
menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan
masa depan.
Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam
melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa
yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun
obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013
menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu
diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih
baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa
sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa
depan yang lebih baik.

E.Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 2013


Menurut Hamalik (2007) Prinsip pengembangan kurikulum terdiri dari: (1) Prinsip
Berorientasi pada tujuan, (2) Prinsip relevansi, (3) Prinsip efisiensi dan efektifitas, (4) Prinsip

10
fleksibilitas, (5) Prisnsip berkesinambungan/Kontinuitas, (6) Prinsip keseimbangan, (7)
Prinsip keterpaduan, dan (8) Prinsip mutu.
Pada pengembangan kurikulum 2013 juga memiliki beberapa prinsip yaitu sebagai
berikut :
a) Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata
pelajaran.
b) Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan,
dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12
Tahun. Maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi Lulusan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.
c) Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa
sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas
dalam berbagai mata pelajaran.
d) Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan
yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan
dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis
kompetensi.
e) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
f) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
g) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi,
dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya,
teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.
h) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh
memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan
kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup.
i) Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
j) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
k) Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang

11
dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera
diikuti dengan proses perbaikan terhadap kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki
seorang atau sekelompok peserta didik.
F.Struktur Kurikulum 2013
Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender
pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:
Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada
setiap satuan atau jenjang pendidikan
Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka.

Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan
dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK) sementara itu mengingat
usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7 – 15 tahun maka mata pelajaran
pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.
G.Analisis Perubahan Struktur Kurikulum Tingkat SMA/MA dan SMK/MAK

1. Jika dilihat dari tabel perbandingan KTSP dan kurikulum 2013, pemerintah tidak
menyediakn rincian kurikulum untuk SMK/MAK. Pemerintah juga tidak membuat rincian
peminatan SMA/MA untuk IPA, IPS, Bahasa dan program keagamaan secara terperinci
seperti dalam KTSP, sehingga ketika melihat struktuk kurikulum 2013 tersebut, guru maupun
pelaksanan pendidikan lainnya akan merasa kebingungan
2. Jika dilihat dari alokasi waktu per minggu untuk kelas X, terdapat penambahan jam
pelajaran/minggu yakni dari 38 jam pelajaran menjadi 41 jam pelajaran. Untuk kelas XI dan
XII bertambah dari 39 jam pelajaran menjadi 43 Jam Pelajaran
3. Secara meyeluruh kurikulum 2013 untuk SMA/sederajat terdapat penambahan pelajaran
yaitu mata pelajaran Prakarya, dan mata pelajaran pilihan. Akan teapi di mata pelajaran
pilihan yang terdiri dari 6 jam pelajaran untuk kelas X dan 4 jam pelajaran untuk kelas XI
dan XII ini tidah diberikan rincian pilihan mata pelajaran tersebut.
4. Pada Struktur Kurikulum tingkat SMA/sederajat ini, mata pelajaran muatan lokal dan
pengembangan diri juga dihapuskan seperti di tingkat SD dan SMP
5. Untuk Peminatan IPA, tidak ada perbedaan jam pelajaran untuk mata pelajaran fisika,
kimia, dan biologi. Akan tetapi untuk peminatan IPS, terjadi perubahan jam pelajaran. Untuk
mata pelajaran Ekonomi tetap 4 jam pelajaran, sedangkan mata pelajaran sejarah, hgeografi
dan sosiologi mngalami perubahan dari 3 jam pelajaran menjadi 4 jam pelajaran.

12
H. Langkah-langkah Pendekatan Scientific
Menurut Permendikbud no. 81 A Tahun 2013 lampiran IV tentang Pedoman Umum
Pembelajaran dinyatakan bahwa Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar
pokok yaitu.
1. Mengamati
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah: membaca,
mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan
adalah: melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi
2. Menanya
Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran
kritis yang perluuntuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
3. Mengumpulkan informasi/ Eksperimen (Mencoba)
Mengumpulkan informasi/ eksperimen kegiatan pembelajarannya antara lain:
1. melakukan eksperimen;
2. membaca sumber lain selain buku teks;
3. mengamati objek/ kejadian/aktivitas; dan
4. wawancara dengan narasumber.

Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi/


eksperimen adalah Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang
lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui
berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar.

4. Mengasosiasi/ Mengolah informasi


Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengasosiasi / mengolah informasi sebagai
berikut.
1. mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi.

13
2. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang
bertentangan.

Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/ mengolah inofrmasi adalah


Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan
prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

5. Mengkomunikasikan

Kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan,


kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetesi
yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah Mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat
dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013

No KTSP Kurikulum2013

1 Mata pelajaran tertentu Tiap mata pelajaran mendukung semua


mendukung kompetensi kompetensi (Sikap, Keteampilan,
tertentu Pengetahuan)

2 Mata pelajaran dirancang Mata pelajaran dirancang terkait satu


berdiri sendiri dan memiliki dengan yang lain dan memiliki
kompetensi dasar sendiri kompetensi dasar yang diikat oleh
kompetensi inti tiap kelas

3 Bahasa Indonesia sejajar Bahasa Indonesia sebagai penghela


dengan mapel lain mapel lain (sikap dan keterampilan
berbahasa)

4 Tiap mata pelajaran diajarkan Semua mata pelajaran diajarkan dengan


dengan pendekatan berbeda pendekatan yang sama (saintifik) melalui
mengamati, menanya, mencoba,

14
menalar…

5 Tiap jenis konten Bermacam jenis konten pembelajaran


pembelajaran diajarkan diajarkan terkait dan terpadu satu sama
terpisah lainKonten ilmu pengetahuan
diintegrasikan dan dijadikan penggerak
konten pembelajaran lainnya

6 Tematik untuk kelas I-III Tematik integratif untuk kelas I-III


(belum integratif)

7 TIK mata pelajaran sendiri TIK merupakan sarana pembelajaran,


dipergunakan sebagai media
pembelajaran mata pelajaran lain

8 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Indonesia sebagai alat


pengetahuan komunikasi dan carrier of knowledge

9 Untuk SMA ada penjurusan Tidak ada penjurusan SMA. Ada mata
sejak kelas XI pelajaran wajib, peminatan, antar minat,
dan pendalaman minat

10 SMA dan SMK tanpa SMA dan SMK memiliki mata pelajaran
kesamaan kompetensi wajib yang sama terkait dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan dan sikap.

11 Penjurusan di SMK sangat Penjurusan di SMK tidak terlalu detil


detil sampai bidang studi, didalamnya terdapat
pengelompokkan peminatan dan

I.Langkah-langkah pokok dalam evaluasi hasil belajar


Pada umumnya, kegiatan evaluasi hasil belajar dirinci ke dalam enam langkah pokok
yaitu,
v Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun dahulu perancanannya
secara baik dan matang.Perencaan evaluasi hasil belajar itu umumnya mencakup enam jenis
kegiatan,Yaiyu:
· Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi

15
· Menetapkan aspek-aspek yang akan di evaluasi
· Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam pelaksanaan
evaluasi
· Menyusun alat-alat pengukuran yang akan dpergunakan
· Menentukan tolak ukur
· Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar
v Menghipun data
v Melakukan verifikasi data
v Mengolah dan menganalisis data
v Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
v Tindak lanjut hasil evaluasi
J.Teknik-teknik evaluasi hasil belajar di sekolah
Istilah “teknik-teknik” dapat diartikan sebagai “alat-alat”. Jadi dalam istilah “teknik-
teknik evaluasi hasil belajar” terkandung arti alat-alat (yang dipergunakan dalam rangka
melakukan) evaluasi hasil belajar. Dalam konteks evaluasi hasil proses pembelajaran di
sekolah, dikenal adanya dua macam teknik, yaitu teknik tes proses pembelajaran di sekolah
itu dilakukan dengan jalan menguji peserta didik. Sebaliknya, dengan teknik nontes maka
evaluasi dilakukan tanpa menguji peserta didik.

16
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat Observasi
Hari, Tanggal :
Waktu :
Tempat :
B. Pendekatan Penelitian
Metode Penelitian Kualitatif

Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda
secara kualitatif maupun kuantitatif. Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu
berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis. Masalah kuantitatif lebih umum memiliki
wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi
masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang
rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan
pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada
pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan
terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell,
1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki
bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi
obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan
terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui
makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,
untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.

Metode Pengumpulan Data


Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian

17
kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara,
sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi,
peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan
dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden).
Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah,
mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan
pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan
positif, dan kontrol emosi negatif.
2.Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku,
kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti
melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian,
untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi
yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap
pengukuran tersebut.
Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam
penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi
kelompok tidak terstruktur.

 Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang


digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan
dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
 Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan
guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu
mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
 Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap
suatu atau beberapa objek sekaligus.

18
3.Dokumensi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian
besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan,
artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga
memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu
silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat
pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data
di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

19
BAB IV
PEMBAHASAN
Kurikulum 2013 merupakan suatu kurikulum yang berkualitas bagi pendidikan bangsa
dibentuk untuk mempersiapkan lahirnya generasi emas bangsa Indonesia,dengan sistem dimana siswa
lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-
integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam
menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan
masa depan.
Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik
dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan
dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni,
danbudaya.
Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan,
dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif,
sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan
di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.
Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan
pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004
dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu,
sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan
pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan
dapat menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat.
Kinerja guru atau (teacher performance), berkaitan dengan kompetensi atau kemampuan
guru dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, untuk memiliki kinerja yang baik, guru
harus didukung oleh kompetensi yang baik pula. Dengan demikian,
Jika dilihat dari perubahan-perubahan tersebut, berarti akan ada penambahan
guru untuk bidang studi yang mata pelajarannya bertambah jamnya tersebut. Walaupun tidak
ada penambahan guru, berarti guru bidang studi tersebut dituntut untuk lebih mampu
mengalokasikan waktu mengajarnya agar bisa menghandel mata pelajarannya itu Untuk mata

20
pelajaran Prakarya, akan dibutuhkan guru-guru baru yang mampu mengajarkan mata
pelajaran ini disetiap jenjang pendidikan. Untuk mata pelajaran TIK ditingkat SMA yang
dihapuskan dan dijadikan sebagai sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, atau tidak
berdiri sendiri ini harus melibatkan guru-guru yang bisa dalam bidang TIK. Artinya semua
guru mata pelajaran di SMP dituntut mampu bisa menggunakan computer. Untuk semua
jenjang pendidikan baik SD, SMP, maupun SMA/sederajat terjadi penambahan jam pelajaran
pada mata pelajaran agama secara serentak. Ini artinya, dengan penambahan ini diharapkan
siswa-siswi tersebut mampu menanamkan nilai-nilai agama sejak dini dan dewasa agar ketika
telah terjun kedunia masyaraka, mereka mampu menahan diriya apabila akan melakukan
tidakan yang dapat merugikan orang banyak, seperti korupsi atau yang lainnya.

21
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Prinsip-prinsip Dasar Evaluasi Hasil Belajar Menurut Sudijono (2008: 30) evaluasi
terhadap hasil belajar setidaknya mencakup dua hal, yaitu evaluasi pencapaian peserta didik
terhadap tujuan khusus dan evaluasi pencapaian peserta didik terhadap tujuan umum
pengajaran
Ciri-ciri evaluasi hasil belajar yaitu evaluasi dilaksanakan untuk mengukur hasil
belajar, pengukuran secara kuantitatif, kegiatan evaluasi menggunakan unit dan satuan yang
lengkap, prestasi belajar yang dicapai bersifat relatif, dan hasil belajar sering terjadi
kekeliruan pengukuran (error).
Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya
kemampuan menghafal, rnemahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan
kemampuan mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat,
konsep diri, nilai dan moral. Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis,
memukul, melompat dan lain sebagainya.
Langkah-langkah pokok dalam evaluasi hasil belajar terdiri atas enam langkah, yaitu
menyusun rencana evaluasi hasil belajar, menghimpun data, melakukan verifikasi data,
mengolah dan menganalisis data, memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan, dan
tindak lanjut hasil evaluasi.

B.Saran
Teknik evaluasi hasil belajar hendaknya diketahui dan dipahami oleh guru. Karena
melalui sebuah evaluasi, guru mampu mengetahui semua aspek yang berkaitan dengan
keberhasilan siswa dalam belajar. Dengan terbatasnya sumber pustaka, sudah tentu makalah
sederhana ini belum mampu menjabarkan tekni evaluasi hasil belajar seperti yang
diharapkan. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan

22
DAFTAR PUSTAKA

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada
http://inmuchlis.blogspot.com/2012/01/evaluasi-hasil-belajar.html
http://nahulinguistik.wordpress.com/2009/11/11/konsep-dasar-evaluasi-hasil-belajar/
http://ustirahmawati.wordpress.com/2010/07/28/ciri-evaluasi-belajar/
Guru Belajar Mengajar. 2013. Membaca online. Tersedia :
http://gurupembelajaran.blogspot.com/2013/09/pengertian-kurikulum-bagaimana-dengan.html
Guru.or.id. 2013. Membaca online. Tersedia : http://guru.or.id/inti-kurikulum-2013-penyederhanaan-
tematik-integratif.html
Academia.edu. 2013. Membaca online. Tersedia :
http://www.academia.edu/6338845/Perbedaan_Kurikulum_2013_Dengan_KTSP

23

Anda mungkin juga menyukai