Anda di halaman 1dari 4

Ma'asyiral muslimin rakhimakumullah!

Allah SWT telah berfirman dalam sebuah ayat yang artinya, "Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya
Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan hanya kepada-Kulah kamu harus takut (tunduk)."
Dinul Islam sejak kedatangannya mempunyai tujuan yang indah, yaitu membangun masyarakat yang
ideal penuh dengan keutamaan, jauh dari kehinaan, saling tolong menolong atas dasar taqwa dan
kebaikan, serta saling berwasiat dengan kesabaran dan kebenaran. Dinul Islam juga mengajarkan agar
setiap muslim menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia. Dan di antara akhlak yang mulia itu adalah
menepati janji. Allah SWT berfirman yang artinya, "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari
Bani Israil (yaitu): janganlah kalian beribadah kepada selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu
bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin."
Ma'asyiral muslimin rakhimakumullah!
Menepati janji Allah dan rasul-Nya adalah pokok pondasi dari semua janji. Bila seseorang berhasil
menepati janji Allah dan rasul-Nya, maka ia akan berhasil pula dalam menepati janji lainnya.
Sebaliknya, bila ia gagal memenuhi janji Allah dan rasul-Nya, maka ia adalah orang yang tidak lagi
memiliki janji dan keamanan. Karena, antara janji dan keimanan saling berhubungan.
Berdasarkan ayat dari surat Al-Baqarah di atas, yang dimaksud dengan janji Allah adalah beribadah
hanya kepada-Nya. Adapun yang dimaksud dengan janji rasul adalah mengikuti perjalanan, sirah, dan
konsep kehidupannya. Allah SWT berfirman yang artinya, "Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil
perjanjian dari para nabi: 'Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah,
kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu
akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya'. Allah berfirman: 'Apakah kamu mengakui
dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu'? mereka menjawab: 'Kami mengakui'. Allah
berfirman: 'Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersamamu'."
Tidak diragukan lagi, menepati janji selain tanda dari keistiqamahan, ia juga merupakan tiang dari
kepercayaan seseorang. Kalau menepati janji tidak ada, maka istiqamah dan kepercayaan juga tidak
ada. Allah SWT berfirman: "(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya
dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa." Dalam sisi lain, Islam
juga mencela bagi mereka yang menghianati amanat. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya
binatang(makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu
tidak beriman. (Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dengan mereka, sesudah
itu mereka menghianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya)."
Ma'asyiral muslimin rakhimakumullah!
Ada ungkapan yang menyebutkan bahwa janji itu adalah hutang. Oleh karena itu harus dipenuhi.
Disamping itu, janji juga akan diminta pertanggungjawabannya. Allah SWT berfirman, "Dan penuhilah
janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung jawabannya." Atau, dalam firman-Nya yang
lain, "Dan tepatilah perjanjian dengan Allah, apabila kalian berjanji dan janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah(mu) sesudah meneguhkannya."
Oleh karena itu, siapa saja yang telah berjanji kepada sesama manusia, entah itu berkenaan dengan
janji membayar hutang, memenuhi undangan, berkumpul di suatu tempat dan sebagainya, maka janji-
janji itu harus dipenuhi dan tak boleh diingkari. Rasulullah saw bersabda, "Ada tiga hal, siapa yang
berada di dalamnya, maka dia adalah orang munafik, meskipun dia salat, puasa, haji, berkata bahwa
dirinya adalah seorang muslim. Tiga hal tersebut adalah: apabila berbicara berbohong, apabila
berjanji mengingkari, dan apabila diberi amanat, berkhianat."
Ma'asyiral muslimin rakhimakumullah!
Termasuk menepati janji yang perlu diperhatikan adalah membayar hutang. Karena, membayar hutang
memiliki kedudukan yang kuat di sisi Allah SWT. Maka, siapa yang telah berhutang, hendaklah ia
berusaha dengan sekuat tenaga untuk memenuhi hutang tersebut, dan Allah akan menjamin pelunasan
hutangnya. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda, "Tiga hal yang merupakan kewajiban Allah
untuk memberikan pertolongan, yaitu seorang budak mukatab yang berusaha melunasi dirinya, orang
yang menikah karena menjaga kehormatan dan orang yang berjihad di jalan Allah."
Hadis di atas memberi kejelasan bahwa Allah memberi udzur bagi orang yang kesulitan membayar
hutang karena kondisi yang sulit atau karena adanya musibah. Adapun bagi mereka yang mampu
melunasi, tetapi tidak segera membayarkannya, maka hal ini termasuk sikap meremehkan dan
kemewahan yang dibenci. Sementara, mereka yang berhutang dan berniat tidak mengembalikannya, ini
termasuk orang yang merusak janji. Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang mengambil harta
manusia, karena ingin ditunaikan kepada yang berhak, niscaya Allah akan menyampaikannya. Namun
barangsiapa mengambil harta manusia karena ingin dihilangkannya. Maka Allah akan
menghilangkannya."
Karena itu, marilah kita takut kepada Allah dan marilah kita penuhi janji-janji dan marilah kita
melaksanakan amanat. Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada iman bagi yang tidak melaksanakan
amanat, dan tidak ada dien bagi yang tidak memenuhi janji."

JANJI PART2

“menepati janji”karena setiap hari disadari atau disadari tiap hari kita tidak luput
membuat janji baik kepada Allah Swt dan janji kepada manusia. Dan jika ini dibahas
tentunya memakan waktu sangat panjang dan jika ditulis maka seakan-akan tidak
akan putus-putusnya. Waktu penyampaian kita hanya dalam kuliah tujuh menit
inilah pokok bahasan kita.
Sumpah / janji sangat melekat dalam kehidupan manusia baik dalam hubungannya
dengan Allah maupun dengan manusia lain Setiap manusia yang telah membuat
janji akan akan diminta pertanggung jawaban, baik di dunia maupun diakhirat Allah
Swt berfirman, “. . . . . . . dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti
diminta pertanggungan jawabnya. (Qs Al Israa’ : 34)
Orang yang selalu menepati janji disebut “Al Amin”, berarti orang tersebut
mempunyai sifat setia, jujur dan terpercaya. Setia terhadap janji merupakan dasar-
dasar terpenting bagi pembentukan pribadi yang islami. Barangsiapa yang teguh
dengan janjinya, dengan pernyataan sumpah, atau atas nama Allah, maka ia telah
berjanji kepada Allah. Pengkhianatan terhadap janji merupakan pengkhianatan
terhadap Tuhan yang telah memberi amanah kepadanya.
Janji ada dua bagian. Yaitu janji terhadap Allah Swt dan janji terhadap manusia.
Adapun janji terhadap Allah adalah melaksanakan syari’atnya serta segala janji
yang diucapkan seorang Muslim kepada Tuhannya. Adapun janji terhadap manusia
adalah segala keharusan yang mesti dipenuhi di antara manusia dalam setiap
muamalah. Meskipun janji kepada manusia tetapi mengandung janji kepada Allah
Memegang jabatan adalah memikul beban yang berat untuk memenuhi janji /
sumpah yang diucapkan karena beratnya jabatan tersebut Rasulullah saw
mengingatkan dalam suatu hadits dari Abdurrahman bin Samurah r.a. dia
berkata,Rasulullah saw bersabda, “ Wahai Abdurrahman bin Samurah ! Janganlah
Engkau meminta jabatan (kekuasaan). Karena jika engkau diberi jabatan karena
permintaanmu, akan menjadi lebih berat (tanggung jawabmu). Jika engkau diberi
jabatan tanpa engkau pinta, engkau akan dibantu (menjadi lebih ringan) tanggung
jawabmu. Apabila engkau ingin bersumpah dengan suatu sumpah, lihat dulu
kebaikan yang dapat diperoleh, sebaiknyalah jauihlah bersumpah, dan lakukan saja
mana-mana engkau lihat lebih baik.
Menepati janji di dalam tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat merupakan suatu kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan yaitu
masyarakat yang adil, sejahtera lahir dan bathin. Setiap pejabat negara yang telah
mengucapkan sumpah / janji dengan mengatas namakan Allah maka wajib baginya
untuk menepati janji yang telah diucapkan. Point demi point sumpah yang
diucapkan dengan lantang menirukan pengambil sumpah dengan meletakan Al
Qur’an diatas kepala, dan disaksikan para hadirin dan pasti juga disaksikan juga
oleh Allah Swt.
Tampaknya upacara pengambilan sumpah begitu sederhana tetapi mempunyai
dampak yang luas. Bila para pejabat negara, para pedagang, dan seluruh lapisan
masyarakat memegang janji dengan sungguh-sungguh maka sudah pastilah
masyarakat akan memperoleh keadilan, kemakmuran, sejahtera lahir dan bathin.
Sebaliknya, jika sumpah / janji tidak dilaksanakan maka resikonya sangat besar.
Jika ada tindakan, perkataan atau perilaku yang tidak selaras atau bertentangan
dengan sumpah itulah yang disebut pengkhinatan. Pengkhinatan terhadap janji
akan merugikan orang banyak yang akan berakibat, rakyat yang seharusnya
diayomi tetapi kenyataanya didzalimi. Rakyat yang harusnya memperoleh
kemakmuran tetapi yang muncul kesengsaraan. Uang negara yang harus
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat tetapi digunakan untuk kepentingan
pribadi. Dan berbagai berbentuk pengkhinatan, yang muaranya kehancuran
masyarakat bahkan kehancuran negara.
Hal yang tampak aneh di masa kini, pengkhianatan terhadap sumpah tampaknya
menjadi biasa dengan berbagai dalih dan disamar dengan berbagai tindakan
kesufian. Dzikir bersama, istighosah dilapangan dengan cucuran air mata, dengan
istilah keren “tobat nasional”. Tetapi ajaran Islam telah membuat garis tegas bahwa
sikap inilah yang disebut munafik. Dalam suatu hadits dari Abdullah bin Umar dan
Amr bin Ash ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Ada empat hal, barangsiapa
yang mempunyai keempatnya maka ia adalah orang munafik murni dan
barangsiapa yang memiliki sebagian darinya maka ia memiliki bagian
kemunafikan sebelum ia meninggalkannya, Yaitu (1) apabila ia dipercaya ia
berkhianat, (2) jika ia berbicara ia berdusta, (3) jika berjanji ia engkar, dan (4)
jika ia bermusuhan ia berbuat curang.
Begitu pentingnya kesetiaan terhadap janji dalam pembentukan masyarakat yang
islami, Islam menjelaskan tentang apa yang bakal diterima oleh orang yang tidak
setia terhadap janjinya. Orang-orang yang menggadaikan janjinya dengan harga
murah serta lebih memilih kehidupan dunia, maka ia merugi sedangkan yang
menepati janji akan beruntung baik di dunia maupun di akhirat. Allah Swt berfirman,
“Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di
antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya,
dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi
(manusia) dari jalan Allah: dan bagimu azab yang besar. Dan janganlah kamu
tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah),
sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui. Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi
Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada
orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.(Qs An Nahl 94-96)
Dengan demikian jelas bahwa, pribadi Muslim yang taat itu selalu menepati janji.
Jika telah berjanji kepada manusia maka ia memegang teguh dan setia kepada janji
itu. Manakala ia melihat kerusakan dan pertentangan, iapun dengan antusias
segera memperbaiki serta mendamaikannya. Ia tak akan menarik dari suatu
kesepakatan yang pernah disepakati, terlebih jika berkaitan dengan orang banyak.
Akhirnya harus disadari bahwa kita semua baik pembicara maupun pendengar
semuanya telah mengikat janji dan itu harus ditunaikan dengan penuh kesadaran
dan penuh tanggung jawab Semoga kita selalu mendapat tuntunan dari Allah,
termasuk golongan yang menepati janji
Wallahu ‘alam bi shawwab.

Anda mungkin juga menyukai