UJI FISIKA
oleh,
Dosen Pengampu,
JURUSAN PKK
FAKULTAS TEKNIK
Cara kerja :
1. Didihkan 5 ml reagen orsinol, angkat dari nyala api.
2. Tambahkan beberapa tetes larutan sampel secara hati-hati
3. Catat perubahan yang terjadi.
5. Tes Seliwanoff
Tes ini menditeksi suatu ketose. Apabila suatu larutan ketose dipanaskan
dengan larutan HCl pekat, akan terbentuk senyawa levulinic asam dan
hidroksimetil furfural. Senyawa ini akan bereaksi dengan resorsinol membentuk
senyawa kompleks yang berwarna merah. Senyawa aldose memberikan warna
merah lebih lambat.
Cara kerja :
Ambil 5 ml reagen masukan dalam tabung reaksi. Tambahkan kedalam tabung
reaksi beberapa tetes larutan sampel. Panaskan larutan tersebut kedalam penangas
air. Amati perubahan yang terjadi, catat waktu yang diperlukan.
6. Tes Iodine
Tes ini dimaksudkan untuk uji polisakarida. Uji ini didasarkan pada
reaksi antara iodine dan polisakarida untuk membentuk suatu kompleks pati-iod
yang berwarna biru kehitaman. Pati serta hampir semua dekstrin, amilodekstrin
dan glikogen menunjukan hasil yang positif. Perbedaan warna yang ditimbulkan
dapat dibedakan antara amilose dan amilopektin.
Cara kerja :
Tempatkan kedalam tiap tabung reaksi larutan sampel karbohidrat sebanyak 2
ml dengan 3 tetes larutan pereaksi. Lihat perubahan warna bagi molekul makro
yang tidak bercabang (amilose), akan memberikan warna biru. Sedang bagi
molekul makro bercabang (amilopektin) akan memberikan warna hitam
kemerahan.
b. Tes Kuantitatif
Cara kerja :
1. Timbang 10 mg gula standard, larutkan kedalam aquadest sampai 100 ml.
2. Sediakan 5 labu ukuran 100 ml, masukan dalam tiap labu larutan (1) masing-
masing 2, 4, 6, 8, 10 ml. tambahkan aquadest sampai 100 ml aquadest dalam tiap
labu.
3. Sediakan 6 tabung reaksi, pipet 1 ml larutan dalam tiap labu dan masukan dalam
tabung, sisa tabung diisi dengan aquadest sampai blanko.
4. Tambahkan dalam tiap-tiap tabung 1 ml regen nelson. Reagen nelson dibuat
dengan mencampur nelson A dan B dengan perbandingan A : B = 25 : 1.
5. Panaskan semua tabung dengan air mendidih selama 20 menit. Kemudian
dinginkan dengan gelas piala sehingga suhunya 25°C.
6. Tambahkan kedalam semua tabung masing-masing 1 ml arsenomolibdat, gojog
sehingga endapan yang timbul larut.
7. Tambahkan kedalam semua tabung masing-masing 7 ml aquadest, gojog.
Perikasa adsorbansinya pada panjang gelombang 540 nm.
8. Buat kurva standardnya.
Perhitungan gula reduksi sampel :
1. Timbang 0.1 gr sampel larutan dalam aquadest sampai 100 ml.
2. Pipet 1 ml tabung reaksi dan tambahkan reagen nelson. Perlakuan selanjutnya
sama dengan pada pembuatan kurva standard.
3. Jumlah gula reduksi ditentukan berdasarkan adsorbasi sampel dan kurva standard
larutan glukosa standard dengan persamaan regresi sederhana.
2. Protein
Asam amino adalah senyawa organik yang paling sedikit mengandung satu gugus
amina (NH2) dan satu gugus karboksil (COOH), dimana gugus aminanya terikat pada atom
karbon dari rantai asam asam karboksilat. Kedua gugus tersebut merupakan gugus
fungsional dari asam amino.
Adanya gugus fungsional tersebut menyebabkan asam amino memiliki sifat amfotir
dan membentuk struktur ion polar atau zwitter ion. Keadaan ini menyebabkan asam amino
mempunyai titik lebur tinggi, tidak larut dalam pelarut non polar, sebaliknya mudah larut
dalam pelarut polar.
Dari hasil hidrolisis protein secara sempurna dihasilkan 20 macam asam amino.
Beberapa diantara ke-20 macam asam amino merupakan asam amino esensial. Selain asam
amino, didapat pula asam amino yang memiliki berbagai fungsi antara lain : sebagai
koenzim A, sebagai hormon dll. Sifat-sifat asam amino ditentukan oleh gugus fungsional
yang dimilikinya.
a. Tes Kualitatif
1. Uji Xanto Protein
Uji ini digunakan untuk mendeteksi asam amino/protein yang memiliki
gugus indol dalam molekulnya, berdasarkan reaksinitrasi inti benzene yang
terdapat di dalam molekul asam amino/protein (tirosin, fenilalanin, triptofan)
akibat penambahan HNO3 pekat. Senyawa nitro yang terbentuk berwarna kuning.
Pada penambahan alkali warna tersebut akan berubah menjadi jingga.
Reagen :
HNO3 pekat, NH4OH atau NaOH 0,1 N
Alat :
pipet ukur, tabung reaksi, pipet tetes, Bunsen, penjepit tabung, labu ukur 50
ml, Erlenmeyer, karet penghisap
Bahan :
Larutan contoh, aquades.
Cara kerja :
Ambil 2-3 ml larutan contoh dalam tabung reaksi, tambahkan 1 ml HNO3 pekat.
Amati perubahan yang terjadi. Dinginkan tabung reaksi dan perlahan-lahan
tambahkan NH4OH atau NaOH secara berlebih.
2. Uji Biuret
Dalam suasana basa, Cu2+ bereaksi dengan protein membentuk senyawa
kompleks (berwarna violet) yang terjadi dari Cu dan N dari molekul ikatan
peptida dan O dari H2O. Reaksi ini dapat berlangsung baik pada senyawa-
senyawa yang mengandung dua gugus CH2NH2, -C(NH)NH2 dan –CONH2.
Asam-asam amino tidak menunjukkan adanya reaksi dengan biuret,
sehingga reaksi biuret dapat dipakai untuk menunjukan bilamana hidrolisis
protein telah selesai. Reaksi ini sangat terganggu oleh adanya garam amonium
yang berlebihan, karena amonium akan bereaksi dengan Cu2+ menjadi Cu
(OH)2 dan bisa juga membentuk Cu (NH3)42+ akibat amonium berlebih ,
membentuk warna biru tua.
Reagen :
NaOH 10 %, CuSO4 1%
Alat :
pipet ukur, tabung reaksi, pipet tetes.
Bahan :
Larutan contoh, aquades.
Cara kerja :
Masukkan 2 ml larutan contoh kedalam tabung reaksi, tambahkan 10% NaOH
sebanyak 3 ml, kocok homogen dan tambahkan 2 tetes larutan CuSO4 1 % sambil
dikocok perlahan-lahan. Amati perubahan yang terjadi.
3. Uji Ninhydrin.
Uji ini digunakan untuk mengetahui keberadaan asam amino secara
umum. Penambahan larutan ninhydrin dalam suatu contoh yang mengandung
asam amino akan menghasilkan perubahan warna biru pada larutan, kecuali prolin
dan OH-prolin menghasilkan larutan berwarna kuning.
Reagen :
Larutan ninhydrin (1% triketohydrindehidrat), NaOH 0,1N, asam asetat 0,1N.)
Alat :
pH-meter, tabung reaksi, erlenmeyer 100 ml, pipet tetes, pipet ukur, bunsen, gelas
piala, labu ukur.
Bahan :
Larutan contoh, aquades.
Cara kerja :
Masukkan 5 ml larutan contoh yang telah diatur ph-nya menjadi ph 5 dan 7
kedalam tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml larutan ninhydrin, panaskan sampai
mendidih dan dinginkan. Amati perubahan warna yang terjadi. Tes disebut positif
bila timbul warna biru.
Bahan :
contoh bahan, aquades.
Cara kerja :
Siapkan 7 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml reagen-reagen seperti
tercantum diatas. Tambahkan secara perlahan-lahan larutan contoh melalui pipet
sampai terjadi perubahan (endapan). Kocok tabung reaksi secara hati-hati dan
amati yang terjadi.
5. Pengendapan Protein
Prinsip :
Protein akan mengalami pengendapan bila ditambahkan dengan TCA (Tri Chlor
Acid ) dan asam pikrat.
Cara kerja :
Ambil 2 ml bahan, masukkan kedalam tabung reaksi. Masukkan ke dalam tabung
asam pikrat jenuh, tetesi setetes–setettes dengan menggunakan TCA 1% dan
amati yang terjadi.
6. Reaksi warna dengan percobaan kadar N
Cara kerja :
Kapur natron (campuran NaOH dan Ca(OH)2) dalam tabung reaksi di tambahkan
larutan bahan. Dipanaskan, akan keluar amoniak, lakmus merah yang dibasahi
akan menjadi biru.
7. Kromatografi Kertas Untuk Menentukan Jenis Asam Amino
Bahan :
1. Bak silinder
2. Cairan solvent yang terdiri atas (n-butana ; asam asetat ; H2O) dengan
perbandingan (4 : 1 : 5).
3. Kertas saring whatman 1 dengan ukuran setinggi bak silinder dan lebar 4 – 5
cm.
4. Ninhidrin 0,5% dalam campuran (n-butana : asam asetat : kalidin) (25:10:2).
5. Macam-macam asam amino sebagai standart, misalnya : Alanin, Tirosin,
Lisin.
6. Larutan sampel yang akan diperiksa.
Cara kerja :
1. Kertas sering ditandai dengan jarak 3 cm dari ujung bawah, kemudian diberi
tanda dengan titik sebagai tanda zat yang akan diperiksa. Kemudian dari titik
tersebut diukur 15 cm dan ditandai.
2. Zat-zat ditotolkan pada titik tanda. Ingat : jumlah zat sekecil mungkin, kira-
kira 10-50 mg
3. Sewaktu menotolkan, titik tidak boleh berdiameter lebih mm agar hasil
pemisahan menunjukkan bercak–bercak yang cukup jelas.
4. Larutan yang lama keringnya dapat dibantu dengan alat pengering (dryer).
Supaya diameter titik penotolannya tidak besar.
5. Kertas ini kemudian dicelupkan kedalam cairan 1-2 cm dari ujung bawah, agar
cairan itu (fase mobil) dapat diserap oleh serat-serat kertas sehingga setelan
menyentuh totolan , zat tersebut dapat ikut diserap dan dibawah kertas sampai
garis tertentu dalam waktu tertentu.
6. Setelah sampai pada batas yang ditentukan kertas diangkat dan dikeringkan
kemudian semprot dengan larutan nihhidrin.
7. Titik-titik yang mempunyai warna ungu dapat ditandai dengan lingkaran .
8. Bahan yang dianalisa di katakan positif jika sejajar dengan standar yang
dipakai dan dapat ditentukan dengan jenis asam aminonya.
b. Tes Kuantitatif
1. Penentuan Total Nitrogen, dengan Mikro Kjeldhal
Prinsip :
Bahan didestruksi dengan H2SO4 pekat. Nitrogen yang terdapat dalam
bahan kemudian berikatan dengan H2SO4membentuk (NH4)2SO4 pada tahap
distilasi, penambahan reagen NaOH-thio dan dengan adanya pemanasan akan
membebaskan NH3 dalam bentuk gas yang kemudian dikondensasikan dan di
tampung oleh asam borat menjadi amoniumborat. Titrasi dengan HCl akan
membebaskan kembali amonia yang kemudian berikatan dengan HCl membentuk
amonium klorida.
Alat :
Perangkat alat destruksi, alat destikasi, buret, erlenmeyer, pipet tetes, pipet ukur,
tiombang analitis.
Bahan :
H2SO4 pekat, NaOH-thio, tablet kjeldahl, indikator pp, asam borat 4%, indikator
MR-BCG, kertas lakmus, contoh bahan, aquades, HCl 0,02 N.
Cara Kerja :
1. Destruksi :
Timbang 30 – 50 mg contoh bahan, masukkan ke dalam tabung Kjeldahl 50 ml,
tambah dengan 0,5 gr tablet kjeldahl dan 2ml H2SO4 pekat. Panaskan selama 2
– 6 jam, sampai diperoleh larutan jernih dalam tabung, lalu dinginkan.
2. Distilasi :
Tuang hasil destruksi ke dalam tabung distilasi. Tambahkan 5 ml aquades ke
dalam tabung Kjeldahl untuk mencuci sisa larutan. Bilas kembali tabung
Kjeldahl sebanyak 3 kali menggunakan 5 ml aquades. Tambahkan 2 tetes
indikator pp dengan reagen NaOH-thio sampai suasana menjadi basa (larutan)
berwarna merah muda.
Siapkan 5 ml asam borat 4 % yang telah diberi 4 tetes indikator MR-BCG dalam
erlenmeyer 125 ml. Pasang tabung distilasi, mulut dari distilling tube harus
terendam dalam asam borat. Distilat sudah tidak bersifat basa lagi (netral, uji
dengan kertas lakmus).
3. Titrasi :
Hasil distilat dititrasi dengan 0,02 N HCl sampai tercapai warna merah muda.
(Blanko dibuat dengan mengganti contoh dengan aquades yang diperlukan sama
sebagaimana prosedur diatas).
Perhitungan :
( S – B ) x N’ HCl x
14.008
Asam lemak terdiri dari satu rantai hidrokarbon dengan terminal gugus karboksil.
Apabila seluruh Valensi karbon tidak terpenuhi, ikatan rangkap ini menentukan beentuk
asam lemak tidak jenuh. Jumlah dan letak ikatan rangkap ini menentukan bentu asam
lemak dan lebih jauh mempengaruhi pula sifat – sifat kimia dan fisiknya.
Minyak/lemak pada umumnya memiliki titik didih tinggi, tidak larut dalam pelarut
polar, tetapi larut dalam pelarut organik ( eter, alkohol, kloform, benzena, dll). Dengan
pelarut lemak, maka lemak dapat diekstraksi dari jaringan hewan dan tumbuhan. Hasil
ekstrasi merupakan campuran kompleks.
Dalam keadaan murni, pada umumnya lemak tidak terasa, berwarna dan berbau.
Warna lemak/minyak yang terdapat di alam disebabkan oleh macam – macam pigmen.
Asam-asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam lemak mudah mengalami kerusakan
yang akan berpengaruh pada kualitas minyak secara keseluruhan. Oksidasi asam lemak
tak jenuh misalnya akan menghasilkan macam-macam zat yang menyebabkan ketengikan
(rancid). Zat tersebut tidak dicernakan oleh usus diantaranya bersifat racun.
a. Tes Kualitatif
1. Penentuan Bilangan Penyabunan
Pengertian :
Angka Penyabunan adalah banyaknya milogram KOH yang dibutuhkan untuk
menyabun 1 gram lemak/minyak.
Prinsip :
Penyabunan adalah hidrolisa suatu ester. Penyabunan minyak dilakukan dengan
menambahkan larutan KOH alkohol berlebihan. Kelebihan KOH dapat
diketahui melalui titrasi dengan standar asam (HCI).
Reagen :
1. KOH alkohol ; 4% KOH dalam alkohol 95%
2. HCl 0,5 N
3. Indikator phenolphtalein
Cara kerja :
1. Timbang teliti 10 g minyak, masukkan ke dalam labu erlenmeyer.
2. Tambahkan 50 ml KOH alkohol (gunakan buret) ke dalam erlenmeyer bahan
dan blanko.
3. Siapkan penangas air dan pendingin balik (Condensor).
4. Sambung erlenmeyer dengan pendingin balik, panaskan dalam penangas air
mendidih selama 30 menit (selama penyabunan, air dalam pendingin balik
harus tetap mengalir).
5. Dinginkan, kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N dengan indikator PP 3 tetes
6. Titrasi sampai larutan berwarna merah muda
7. Blanko juga dititrasi sampai warna merah muda (dengan prosedur yang sama
dengan bahan).
8. Lakukan standarisasi HCl.
Perhitungan :
(ml HCl blanko–ml HCl bahan) x N HCl x BM KOH
Angka
Penyabunan = Berat minyak
2. Penentuan Bilangan Iodium
Pengertian :
Angka Iodium adalah banyaknya miligram Iodium yang diikat oleh 100 gr
minyak/lemak.
Prinsip :
Adisi Iodium kedalam ikatan rangkap minyak/lemak. Kelebihan Iodium
ditentukan secara Iodio metri.
Reagen :
1. Larutan Hanus Timbang 13,2 g iodium, larutkan dalam : l glasial acetic acid
panas. Tambahkan dengan hati-hati 2 ml larutan bromin. Aduk sampai
homogen.
2. Larutan Na2S2O3 0,1 N
3. Larutan Amilum 1 %
4. Chloroform
Cara kerja :
1. Timbang teliti 0.5 g minyak, masukan kedalam erlenmayer bertutup
2. Tambahkan 10 ml Chloroform, kocok
3. Tambahkan 25 ml larutan hanus (gunakan buret)
4. Tutup erlenmayer, biarkan 30 menit di tempat gelap sambil dikocok-kocok
perlahan-lahan
5. Tambahkan 10 ml larutan Kl 15 %
6. Cuci tutup erlenmayer dan dinding dalam labu erlenmayer dengan 50 ml
H2O bebas CO2 dingin
7. Tirasi dengan Na2S2O3 0.1 N sampai warna coklat muda, segera tambahkan
2 ml amilum 1 %
8. Tirasi diteruskan sampai warna biru gelap hilang (sebelum warna biru
hilang, erlenmayer ditutup dan dikocok kuat-kuat), lanjutkan tirasi sampai
warna biru hilang
9. Buat blanko dengan Prosedur yang sam, bahan diganti pelarut
10. Lakukan standarisasi Na2S2O3
Perhitungan :
(m) Na2S2O3 blanko-ml bahan) x N Na2S2O3 x BM I2 x 100
Angka
Iodium = Berat bahan dalam gram
3. Penentuan Bilangan Asam
Pengertian :
Angka asam adalah banyaknya mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan
bebas, yang terdapat dalam 1 gram minyak/lemak.
Prinsip :
Asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak/minyak dinetralkan oleh KOH
Reagen :
1. Alkohol 95 % (netral)
2. KOH 0.05 N
3. Indikator Phenolptalein (pp)
Cara kerja :
1. Timbang dengan teliti 10 gr minyak, masukan kedalam labu erlenmayer
2. Tambahkan 50 ml alkohol 95 % (netral)
3. Panaskan sampai mendidih dan biarkan mendidih sambil dikocok perlahan-
lahan
4. Dinginkan dan tambah iandikator PP 3 – 4 tetes
5. Tirasi dengan KOH 0.05 N sampai warna nerah muda pucatyang tidak hilang
selama 20 – 30 detik
6. Lakukan standarisasi KOH
Perhitungan :
ml KOH x N KOH x BM KOH
Angka
asam = berat minyak (g) x 100%
4. Penentuan Angka Peroksida
Prinsip :
Peroksida pada minyak tengik akan memecah ikatan KI. I3 yang terbentuk
ditentukan secara iodometri.
Reagen :
1. Pelarut = 60 % asam asetat + 40 % chloroform
2. KI jenuh
3. Larutan Na2S2O3 0.1 N
4. Amilum
Cara kerja :
1. Larutkan 5 g tepat minyak (jelantah) dalam 30 ml pelarut yang terdiri dari
60 5 asam aetat + 40 % chloroform dalam erlenmayer bertutup, kocok
hingga larut
2. Tambahkan 0.5 ml larutan KI jenuh
3. Diamkan 1 menit sambil kadang-kadang dikocok, tambahkan 30 ml H2O
4. Tirasi dengan larutan Na2S2O3 0.1 N sampai warna coklat muda (kocok
dengan kuat). Tambahkan 1 ml indikator amilum 1 %. Campuran berubah
menjadi biru gelap
5. Teruskan tirasi sampai warna biru hilang
6. Lakukan Standarisasi Na2S2O3 0.1 N
Catatan :
Apabila titrasi kurang dari 0.5 ml, ulangi penentuan dengfan menggunakan
larutan Na2S2O3 0.1 N
Perhitungan :
mlNa2S2O3 x N Na2S2O3 x
1000
Angka
peroksida = berat minyak (g) x 100%
b. Tes Kuantitatif
1. Penentuan Kadar Lemak Kasar (Crude Fat) Metode Soxhlet
Prinsip :
Lemak diekstrasi oleh eter atau chloroform, setelah eter diuapkan lemak
ditentukan secara gravimetri.
Reagen :
¯ Diethil eter anhidrous atau Kloroform.
Cara kerja :
1. Timbang dengan tepat labu minyak
2. Timbang bahan kering (10 g)
3. Masukan dalam timbel (bahan sebelumnya dibungkus dengan kertas saring bebas
lemak).
4. Masukan timbel kedalam soxhlet apparatus
5. Tambahkan diethyl eter anhidrous/choloroforn secukupnya 2x eter turun + 10-15 ml
untuk merendam timbel)
6. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan soxhlet diatas penangas air selama 6 jam
7. Lepaskan labu lemak dari apparatus, uapkan eternya (hati-hati, jauhkan dari api
terbuka)
8. Panaskan labu lemak dalam oven pada suhu 100°C selama 2 jam
9. Dinginkan dalam desikator. Timbang dengan tepat beratnya.
Perhitungan :
Berat labu dgn lemak – berat
Kadar labu kosong
Lemak
= berat bahan kosong (g) x 100%
Catatan :
Untuk bahan basah, perhitungan kadar lemak harus memperhitungkan kadar air kadar
tersebut
Reagen :
1. Bahan contoh dihancurkan dengan campuran pelarut chloroform-etanol 2 : 1
selama beberapa menit. Untuk 2 gram bahan digunakan 40 ml pelarut
2. Homogenat yang diperoleh didiamkan beberapa menit
3. Kemudian disaring dalam erlenmayer bertutup 50 ml lewat kertas saring. Untuk
analisa kuantitatif perlu diketahui berat erlenmayer
4. Filtrat dicuci dengan menambahkan aquadest sebanyak 0.2 volume filtrat. Gojag
dan diamkan sampai 2 bagian cairan terpisah. Cairan (bagian) aquadest dibuang,
pencucian diulangi 3 kali dengan aquadest
5. Untuk menjadikan larutan homogen kembali, dilakukan penambahan sedikit
chloroform-etanol dan metanol secukupnya
6. Larutan yang diperoleh dikeringkan dalam oven dan ditimbang setelah mendapat
berat konstan.
4. Vitamin
Vitamin merupakan zat organik yang jumlahnya sedikit dalam makanan dan
dibutuhkan sangat sedikit oleh tubuh, berfungsi sebagai pengatur metabolisme tubuh.
Nama vitamin pertama kali diungkapkan oleh Clasmir Funk (1912). Kata vitamin berasal
dari kata vita (hidup) dan amina (zat yang tersusun dari bahan amin). Sejak ditemukan
tidak semua vitamin mengandung bahan amin, penulisan kata vitamin dihilangkan huruf
e-nya.
– Muncul gejala akibat kekurangan cepat – Muncul gejala akibat kekurangan relatif lama
teramati
Vitamin mempunyai sifat fisis dan kimia yang spesifik, maka cara analisanya juga
spesifik. Ada tiga cara analisa vitamin yaitu :
1. Cara Biologis, yaitu merupakan cara analisis yang mula-mula dilakukan sebelum
diketahui sifat-sifat fisik dan kimia dari suatu bahan makanan. Cara ini dilakukan
dengan menggunakan hewan-hewan percobaan untuk mengetahui peranan vitamin
dalam zat hidup
2. Cara Mikrobiologis, yaitu dengan menggunakan bakteri/yeast/jamur. Untuk itu harus
ditentukan jenis mikroba yang spesifik untuk pengujian satu jenis bahan makanan
tertentu. Bahan yang dianalisa harus dimurnikan dahulu dari bahan lain yang
kemungkinannya mempengaruhi aktivitas mikroba tersebut
3. Cara Kimiawi, cara ini dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik dan kimia vitamin, lebih
cepat dan murah dibanding cara yang lain. Namun demikian dengan cara ini hanya
dapat diketahui vitamin secara kuantitatif.
Untuk mendapatkan data yang lengkap tentang kualitas dan kuantitas vitamin sering
cara biologis dan kimiawi dilakukan bersama-sama.
Sebagai contoh analisis kadar vitamin dalam praktikum akan kita lakukan penentuan
kadar karoten dengan metode spektrofotometri dan penentuan kadar vitamin C dengan
titrasi iodium. Karena disamping murah, prosedurnya relatif mudah dilakukan dan
dapat manfaat terutama untukpengembangan teknologi pangan dalam membantu
mengatasi permasalahan pangan dan gizi.
Reagen :
1. Petrolium Benzena
2. Aseton
3. Natrium sulfat (Na2SO4)
Prosedur :
1. Timbang 0,5 gram contoh yang telah dihancurkan. Masukan ke dalam tabung
reaksi.
2. Tambahkan 5 ml petrolium benzena dan 5 ml aseton, lakukan ekstrasi dengan
menggunakan Vortex mixer. Tuangkan supernatan (cairan bening dari sampel) ke
dalam tabung sentrifuge.
3. Lakukan ekstrasi (seperti prosedur no. 2) pada filtrat yang masih tertinggal.
(Ekstrasi dilakukan 3x, sehingga diperoleh supernatan pada 3 tabung sentrifuge
).
4. Sentrifuge hasil ekstrasi yang ada pada tabung sentrifuge selama 2 menit pada
600 rpm.
5. Tuangkan hasil sentrifuge tersebut ke dalam satu corong pemisah.
6. Tambahkan 25 ml aquades ke dalam corong pemisah, kemudian gojog ( corong
pemisah jangan di tutup ) keluarkan aquades dari corong pemisah. Ulangi
prosedur no. 6 sekali lagi.
7. Tampung hasilnya dalam tabung reaksi yang telah berisi 0,5 gram Na2SO4.
kemudian gojog . ambil 1 ml larutan ini, masukan kedalam kuvet spektro dan
tambahkan 9 ml petrolium benzena.
8. Baca absorbansinya pada panjang gelombang 450 nm.
Perhitungan :
AxV
5. Mineral
Mineral merupakan salah satu dari zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, meskipun
dalam jumlah sedikit namun sangat penting bagi tubuh. Sumber mineral bagi manusia
didapat dari bahhn makanan, yang dalam analisa bahan makanan tertinggal sebagai abu,
yaitu sisia yang tertiggal bila suatu salmpel bahan makan dibakar sempurna dalam suatu
tungku.
Mineral yang teerdapat dalam suatu bahan makanan dapat merupakan dua macam
garam yaitu garam organik dan anorganik. Selain kedua garam tersebut, kadang berbentuk
dsebagai senyawaan kompleks yang bersifat organis. Penentuan mineral dalam bahan hasil
pertanian dapat dibedakan dalam dua tahapan, yaitu : penentuan abu dan penentuan
individu komponen. Sebagai contoh penentuan kadar mineral dalam percobaan akan kita
lakukan penentuan kadar calsium.
Reagen :
1. Larutan baku (standar) besi 0.1 mg/ml
2. HCl 6 N
3. HCl 3 N
4. HCl 1 %
5. Larutan hidrokuinon 1%
6. Larutan O-fenantrolin 0.25 %
7. indikator biru brom fenon
8. larutan asma sitrat 25 %
Prosedur :
1. Timbang sejumlah cuplikan yang nmengandung lebih kurang 1 mg besi dengan teliti
dalam kurs porselin
2. Arangkan perlahan-lahan dengan api kecil
3. Abukan sampai bebas arang pada suhu kurang lebih 550 °C
4. Tambahkan 5 – 10 ml HCl 6 N dan keringkan diatas penangas air
5. Tambahkan 15 HCl 3 N Panaskan diatas lempeng paemanas sampai mulai mendidih
6. Dinginkan, setyelah dingin saring kedalam labu terukur 100 ml
7. Kedalam kurs tambahkan 10 ml HCL 3 N panaskan smpai mulai mendidih
8. Dinginkan dan cairan ditambahkan kedalam labu terukur diatas
9. Bilas kurs dengan air dan air bilasn ditambahkan kedlam labu terukur sampai pada
batas. (A)
Pembuatan larutan standar :
– Larutkan sebanyak 0.7021 gram amonium besi (II) sulfat hidrat dalam 1 l
HCL 1 %
Besi = B x V x Bu
Keterangan :
B = Bobot besi dalam mg yang didapat
V = Volume larutan uji yang dipipet
Bu = Bobot cuplikan yang ditimbang
1. Penentuan Kadar Fosfor
Prinsip :
Pembentukan senyawa berwarna kuning jingga antara ortofosfat dengan campuran asam
moloibdat dalam asam vanadat
Reagen :
1. HCl 6 N
2. HCl 3 N
Prosedur :
Larutan uji
1. timbang secara teliti sejumlah cuplikan setara lebih kurang 100 ml fosfor didalam kurs
2. arangkan dengan api kecil
3. abukan didalam muffel sampai bebas arang sampai suhu 550 °C
4. tambahkan 5 – 10 ml HCl 6 N dan keringkan diatang penangas air
5. tanbahkan 15 ml HCl 3N dan panaskan diatas lempeng pemanas sampai mulai mendidih
6. dinginkan dan saring kedalam labu terukur 100 ml
7. kedalam kurs ditambahlagi 10 ml HCl 3 N panaskan
8. dinginkan dandidinginkan kemudina tambahkan kedalam labu terukur
9. bilas kursair, dan bilasan ditambahkan kedalam labu terukur dan tambahair sampai tanda
batas.(A)
Larutan baku
1. timbang 0.286 gr kalium dihidrogen fosfst yang telah dikeringkan selama 2 jam pada suhu
105 °C
2. larutkan dalam 100 ml air (B)
Cara penetapan :
1. pipet larutan A sebanyak 2 ml ; 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml larutan B, masukan
kedalam 6 labu terukur 100 ml yang berbeda
2. tambahkan air 50 – 60 ml dan dibasahkan dengan beberapa tetes amonia pekat dan
diasamkan dengan nitrat (1 : 2)
3. tambahkan 25 ml pereaksi Vanadat-molibdat dan encerkan sampai tanda, dicampur dan
didiamkan selama 10 menit
4. ukur serapan masing-masing larutan pada panjang gelombang lebih kurang 470 nm
5. sebagai blanko, digunakan larutan tanpa cuplikan yang diperlukan sama seperti larutan
uji.
Kadar Fosfor Dalam 100 Gr Cuplikan adalah
100 100
Fosfor = B x V x Bu
Keterangan :
B = Bobot fosfor dalam mg yang didapat
V = Volume larutan uji yang dipipet
Bu = Bobot cuplikan yang ditimbang
¯ Keluarkan botol timbangan dari oven, masukan eksikator dan tunggu sampai dingin
kemudian timbang dan catat beratnya (a).
¯ Timbang 2 gr contoh dalam botol timbang catat beratnya (b), (b=a+2), kemudian
keringkan botol + bahan dalam oven selama 2 jam.
¯ Keluarkan bahan dari oven, masukan eksikator dan tunggu sampai dingin kemudian
dan catat beratnya. Masukan kembali bahan kedalam oven panaskan 30 menit
¯ Keluarkan kembali bahan dari oven, masukan eksikator dan timbang kembali
beratnya. Prosedur diatas 4 – 5 diulang sampai diperoleh berat yang konstan (selisih 2
penimbangan berturut-turut tidak melebihi 0.02 ml). catat beratnya (c)
Perhitungan :
b–c
b–c
¯ Masukan kurs porselin dalam muffle, pijarkan kurs dan isinya sampai diperoleh
abu berwarna putih (+- 2 jam)
¯ Keluarkan kurs dari muffle, masukan dalam eksikator, tunggu sampai dingin
kemudian timbang beratnya.
¯ Masukan kembali kurs beserta isinya kedalam muffle dan pijarkan kembali.
1. Kolorimetri
Kolorimetri digunakan untuk mengukur warna dan menetukan kadar nitrogen, fosfor,
Pb, Al, Vanili, Citral, Gula. Analisis cara kolorimetri berdasarkan kepeda perbandingan warna
larutan yang konsentrasinya tidak diketahui, dengan larutan standar yaitu larutan yang
diketahui konsentrasinya. Yang dimaksud dengan warna disini adalah semua warna mulai dari
rentang inframerah hingga ultraviolet.berdasarkan intensitas warnanya, konsentrasi zat yang
mempunyai warna sendiri dapat diukur. Untuk zat yang tidak berwarna, contoh kita jadikan
suatu senyawaan yang berwarnadengan menambahkan pereaksi-pereaksi yang sesuai.
Intensitas dari cahaya kemudian dibandingkan dengan suatu larutan standar yang telah
diketahui kepekatannya.
Keuntungan utama metode kolorimeter adalah bahwa metode ini memberikan cara
sederhana untuk menentukan kuantitas zat yang sangat kecil. Batas atas metode kolorimeter
pada umumnya adalah penetapan konstituen yang ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2
persen. Penegmbangan kolorimeter fotolistrik yang tidak mahal menyebabkan cabang analisis
kimia instrumental ini bahkan dapat dilakukan dalam lembaga pendidikan yang kecil
sekalipun.
Atributnya yaitu pada larutan jernih digunakan Kertas Litmus, Fenol, Metil Biru, Metil Oranye
2. Elektromagnetik
Elektromagnetik digunakan untuk mengukur keasaman(pH) suatu makanan. Atributnya
yaitu pH meter
3. Refraktometer
Mengukur indeks refraksi; konstanta 1 bahan murni pada kondisi suhu dan tekanan
tertentu . Berkas sinar yg melewati 1 medium yg padat ke medium yg lebih padat akan
dibelokkan ž ukur sudut arah jalannya sinar
Contoh: Pengukuran pada madu untuk mengetahui kadar air dalam madu tersebut. Caranya
dengan meneteskan sampel madu pada ujung refraktometer.
4. Spektrometer