Dosen Pengampu :
Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt.
Disusun Oleh :
1. Mohammad Thahir 152210101135
2. Pergiwati Dewi R. 152210101137
3. Taffana Windy Hananta 152210101142
4. Mayrani Sholihania 152210101143
5. Firdatus Sholehah 152210101144
6. Achmad Syarifudin Noor 152210101148
7. Atika Najma Furaida 152210101149
8. Shafira Putri Pertiwi 152210101150
9. Lelyta Septiandini 152210101151
10. Noer Sidqi Muhammadiy 152210101152
11. Malikatur Rosyidah 152210101154
12. Febrina Icha Isabellita 152210101155
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Dislipidemia..............................................................................................3
2.2.1 Pengertian...........................................................................................3
2.2.2 Patofisiologi Dislipidemia..................................................................3
2.2.3 Fitoterapi Displidemia........................................................................4
A. Biji Pepaya................................................................................................4
B. Bayam Merah............................................................................................6
C. Daun Cincau..............................................................................................8
D. Daun Jati Belanda & Bunga Rosela.......................................................10
2.2 Hipertensi................................................................................................15
2.2.1 Pengertian.........................................................................................15
2.2.2 Patofisiologi Hipertensi....................................................................16
2.2.3 Fitoterapi Hipertensi........................................................................17
A. Bawang putih...........................................................................................17
B. Ginger/Jahe.............................................................................................22
C. Mentimun.................................................................................................24
D. Onopordum acanthium............................................................................25
BAB III KESIMPULAN........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dengan banyaknya tanaman obat yang terdapay di Indonesia,
banyak masyarakat yang memanfaatkannya untuk mengobati penyakit
atau kelainan yang timbul pada tubuh selama hidupnya, baik ketika
masih bayi, kanak-kanak, maupun setelah dewasa (Umar, 2005).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan dislipidemia
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan hipertensi
3. Mengetahui patofisiologi penyakit dislipidemia
4. Mengetahui patofisiologi penyakit hipertensi
5. Mengetahui apa saja pilihan fitoterapi yang dapat digunakan untuk
penyakit dislipidemia dan hipertensi, meliputi etiologi dan kandungan
kimia tanaman, mekanisme ,cara penggunaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Dislipidemia
2.2.1 Pengertian
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar
HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran
yang penting dan sangat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak
mungkin dibicarakan sendiri-sendiri. Ketiga-tiganya sekaligus dikenal
sebagai Triad Lipid.
3
2.2.3 Fitoterapi Displidemia
A. Biji Pepaya
4
Kandungan
Hampir semua bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan, mulai dari
buah, daun, batang, maupun akar. Manfaat biji pepaya yang berpotensi
menimbulkan efek hipokolesterolemik adalah flavonoid, saponin, dan
tanin. Flavonoid adalah antioksidan sehingga dapat mengurangi oksidasi
kolesterol LDL yang diduga terlibat dalam perkembangan penyakit
atherosklerosis. Saponin dapat menurunkan kolesterol hati, menurunkan
kadar trigliserida, serta meningkatkan eksresi fekal dari kolesterol.
Sedangkan tanin dalam biji pepaya dapat mengurangi absorbsi kolesterol
di usus halus dan meningkatkan ekskresi asam empedu. (Meirinasari,
2013)
Mekanisme
Flavonoid dapat meningkatkan ekskresi getah empedu melalui
pengaktifan enzim sitokrom P-450. Enzim sitokrom P-450 mengikat
beberapa komponen dalam getah empedu sehingga mengurangi kadar
kolesterol di dalam tubuh. (Meirinasari, 2013)
Cara Penggunaan
Berdasarkan penelitian Meirindasari dkk tentang potensi hipolipidemik
jus biji pepaya pada tikus, cara penggunaannya adalah dengan pemberian
jus biji pepaya pada dosis tertentu dilakukan dengan penyondean. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian jus biji pepaya selama
30 hari efektif menurunkan kadar kolesterol total pada tikus dislipidemia.
(Meirinasari, 2013)
5
B. Bayam Merah
6
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryphyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus tricolor L. (Saparinto, 2013).
Kandungan senyawa
Daun bayam merah memiliki kandungan zat aktif saponin, steroid tak
jenuh, alkaloid, karbohidrat, flavonoid, glikosida, tannin, senyawa fenolik,
protein, asam amino dan zat besi.
Mekanisme kerja dalam pengobatan penyakit
Bayam merah memiliki berbagai macam kandungan zat aktif, diantaranya
saponin, skualen dan flavonoid. Saponin dapat menurunkan penyerapan
kolesterol, dan meningkatkan ekskresi fekal dari asam empedu yang merupakan
produk sekresi kolesterol. Selain itu skualen dapat menghambat aktivitas enzim
HMG-KoA reduktase yang merupakan enzim yang berperan penting dalam
sintesis kolesterol, serta flavonoid dimana flavonoid dapat menghambat
modifikasi dari oksidasi LDL. Mekanisme flavonoid dalam menurunkan kadar
kolesterol total menurut berbagai hasil penelitian diantaranya adalah dengan
menurunkan aktivitas HMG-KoA reduktase, menurunkan aktivitas enzim Acyl-
CoA cholesterol acyltransferase (ACAT), serta menurunkan absorbsi kolesterol
di saluran pencernaan.
Cara penggunaan
Daun bayam merah yang masih segar dicuci, diiris tipis, diangin-
anginkan dan kemudian dikeringkan dengan proses penjemuran. Daun bayam
merah yang telah kering diblender hingga berbentuk serbuk kemudian ditimbang
sebanyak 50 gram, dimasukkan kedalam alat soxhlet dengan menggunakan
etanol 70 % sebagai solvent, dengan perbandingan herbal : etanol 70 % (1 : 10)
sebanyak 7 sirkulasi. Hasil residu ekstrak dipekatkan dengan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 70ᵒC, ekstrak kental yang didapatkan ditimbang
kemudian dikemas dalam botol tahan air dan disimpan pada suhu 4ᵒC sampai
digunakan .
7
C. Daun Cincau
8
Mekanisme
Senyawa yang terkandung seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan
polifenol mampu menghambat kerja enzim 3-hidroksil-3-metalglutarilkoenzim A
Reduktase (HMG co-A reduktase) sehingga menimbulkan efek penurunan kadar
kolesterol. (Ranti G.C, DKK 2013)
Mekanisme Tanin dalam menurunkan kolesterol total adalah dengan
mencegah reabsorbsi dan meningkatkan ekskresi kolesterol. Tanin merupakan
antioksidan yang bertindak sebagai anti radikal bebas dan mengaktifkan enzim
antioksidan. Tanin juga mencegah oksidasi dari kolesterol LDL, menstimulasi
sekresi garam empedu dan membuang kolesterol melaluifeses. ( Lajuck, P. 2012)
Saponin dapat berikatan dengan kolesterol pada lumen intestinal sehingga
dapat mencegah reabsorpsi kolesterol. Saponin juga dapat berikatan dengan asam
empedu sehingga dapat menurunkan sirkulasi entero hepatic asam empedu dan
meningkatkan ekskresi kolesterol. Saponin merupakan metabolit sekunder
tanaman yang bersifat surfaktan yang dapat berikatan dengan kolesterol dan
asam empedu sehingga mencegah absorpsi kolesterol di usus halus. Selain itu
saponin mengurangi absorbi getah empedu dengan membentuk kompleks misel
yang tidak dapat diabsorbsi karena berat molekulnya terlalu besar. Saponin
dengan kolesterol ternyata juga memiliki reseptor yang sama sehingga dapat
terjadi kompetisi reseptor kolesterol pada sel. Saponin dapat mempengaruhi
biosintesis kolesterol dihati.( Ahmad., 2014)
Flavonoid bertindak sebagai pereduksi LDL didalam tubuh. Selain
mereduksi LDL flavonoid juga menaikan densitas dari reseptor LDL di liver dan
9
mengikat apolipoprotein B. Flavonoid berperan sebagai senyawa yang dapat
mereduksi trigliserida dan meningkatkan HDL. (Ranti G.C, DKK 2013)
Cara Penggunaan
Daun Cincau dibuat menjadi ekstrak yakni dilakukan dengan merendam
daun cincau hijau dengan pelarut etanol 96%, hingga daun cincau hijau terendam
sempurna dalam wadah tertutup rapat dan didiamkan pada suhu kamar,
terlindung dari cahaya matahari selama 3-5hari sambil sekali-kali diaduk agar
proses ekstrak sempurna. Kemudian disaring untuk mendapatkan ekstrak etanol.
Ekstrak etanol yang diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan dengan rotavapor
dan diuapkan di atas penangas air. Kemudian ekstrak daun Cincau diberikan pada
tikus dengan penyondean. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak daun Cincau pada hari ke-35 diketahui adanya perbedaan
yang signifikan terhadap penurunan kadar kolesterol darah tikus putih. (Ranti
G.C, DKK 2013)
Kingdom : Plantae
SubKingdom : Viridiplantae
Divisi : Magnoliophyta
10
SubDivisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiaceae
Genus : Guazuma
Spesies : Guazuma ulmifolia Lamk.
Jati belanda adalah tanaman berbentuk semak atau pohon dengan tinggi
10 sampai 20 meter, percabangan ramping, masih termasuk dalam kelas
Dycotiledonae dan dari suku Sterculiaceae. Tanaman ini memiliki nama daerah
orme d’amerique (Prancis), bartard cedar (Inggris), guasima (Meksiko), jati
belanda (Indonesia), jati londa, jati landi (Jawa). Tanaman ini memiliki bentuk
daun bundar telur sampai lanset, panjang helai daun 4 cm sampai 22,5 cm, lebar
2-10 cm, pangkal menyerong berbentuk jantung, bagian ujung tajam,
permukaan daun bagian atas berambut jarang, permukaan bagian bawah
berambut rapat, panjang tangkai daun 5-25 mm, mempunyai daun penumpu
berbentuk lanset atau berbentuk paku, panjang 3-6 cm. Perbungaan berupa
mayang, panjang 2-4 cm, berbunga banyak, bentuk bunga agak ramping dan
berbau wangi; panjang gagang bunga lebih kurang 5 mm; kelopak bunga lebih
kurang 3 mm; mahkota bunga berwarna kuning, panjang 3-4 mm; tajuk terbagi
dalam 2 bagian, berwarna ungu tua kadang-kadang kuning tua, panjang 3-4
mm; bagian bawah terbentuk garis panjang 2-2,5 mm; tabung benang sari
berbentuk 5 mangkuk; bakal buah berambut, panjang buah 2-3,5 cm. Buah yang
telah masak berwarna hitam (Depkes RI, 1979).
Kandungan kimia Jati Belanda
Secara tradisional jati belanda telah digunakan untuk menurunkan
berat badan dan mengurangi kadar lemak yang berlebihan
(Mardisiswojo, 1985). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Iswantini et al. (2011), ekstrak etanol jati belanda mengandung
metabolit sekunder yaitu flavonoid, saponin, steroid, dan tanin dengan
11
kadar tinggi. Kandungan flavonoid daun jati belanda yaitu katekin,
kamferol, prosianidin, dan tilirosida (Maldini et al., 2013).
12
(Wijayakusuma, 2008). Berikut ini adalah klasifikasi dari tanaman
rosella (Backer dan Brink, 1965):
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Divisi :Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
13
bunga dan daun rosella mengandung polifenol dan flavanol (Ochani et
al., 2009). Sedangkan menurut Zarrabal et al. (2012) kelopak bunga
rosella mengandung beberapa senyawa polifenol, asam organik, serta
beberapa vitamin (Vitamin C, B1, B2, dan β karoten). Senyawa fenol
yang terdapat dalam kelopak bunga rosella adalah senyawa fenol
sederhana (asam protokatesuik dan eugenol) beberapa flavonoid
(antosianin, antosianidin dan glikosida kuersetin).
Mekanisme Rosella
Penelitian yang dilakukan oleh Aguilar et al. (2007) juga
menunjukkan bahwa ekstrak air terstandar bunga rosela yang
mengandung antosianin total 33,64 mg per 120 mg ekstrak dapat
menurunkan berat badan mencit kegemukan secara signifikan.
Kelopak bunga rosella memiliki kegunaan untuk menurunkan
kolesterol tinggi, hipertensi, mencegah gangguan jantung, mencegah
kanker, sariawan, dan sembelit (Wijayakusuma, 2008). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Sari et al. (2013) ekstrak air kelopak
bunga rosella dengan dosis 45 mg/kg berat badan memiliki aktivitas
hambatan lipase paling tinggi di antara beberapa herbal
antikolesterol Indonesia yang lain.
Cara penggunaan dan efek kombinasi
14
1,18 %. Kemungkinan tidak hanya senyawa flavonoid yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas antihiperlipidemia. Selain
flavonoid, senyawa yang terlibat dalam aktivitas antihiperlipidemia
adalah senyawa tanin dan saponin. Mekanisme aktivitas
antihiperlipidemia kombinasi ekstrak daun jati belanda dan kelopak
bunga rosella dalam penelitian ini kemungkinan adalah melalui
penghambatan enzim lipase yang berperan dalam absorbsi lipid, serta
penghambatan terhadap enzim HMG KoA reduktase yang berperan
dalam sintesis kolesterol dalam tubuh. Dengan demikian, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut terkait mekanisme antihiperlipidemia
(Mahmudatus, 2016).
2.2 Hipertensi
2.2.1 Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran
menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan
pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer, 2000 : 144).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus
menerus lebih dari satu periode. Hipertensi juga didefinisikan sebagai
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥
90 mmHg yang terjadi pada seorang klien pada tiga kejadian terpisah
(ignatavicius,1994).
Menurut WHO batasan tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan WHO tersebut tidak
membedakan usia dan jenis kelamin (Wajan juni U, 2011: 101).
15
aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah
jantung. Bila gunjal berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan
arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan tekanan darah. kondisi
patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri
sistemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan
tekanan darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang
bertindak sebagai substrat protein plasma untuk memisahkan
angiotensin I, yang kemudian diubah oleh converting enzym dalam
paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III.
Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan merupakan makanisme kontrol terhadap
pelepasan aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi
terutama pada aldosteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas
sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek
inhibiting atau penghambatan ekskresi garam (Natrium) dengan akibat
peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya
tahanan periver vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah
tinggi, kadar renin harus tinggi diturunkan karena peningkatan tekanan
arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian,
sebagian orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin
normal.
Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi
esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-
organ vital. Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial
(penebalan) arteriole-arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka
perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh.
Hal ini menyebabkan infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal
ginjal.
16
2.2.3 Fitoterapi Hipertensi
A. Bawang putih
17
Bawang putih merupakan tanaman herba parenial yang
membentuk umbi lapis. Tanaman ini tumbuh secara berumpun dan berdiri
tegak sampai setinggi 30-75 cm. Batang yang nampak di atas permukaan
tanah adalah batang semu yang terdiri dari pelepah–pelepah daun.
Sedangkan batang yang sebenarnya berada di dalam tanah. Dari pangkal
batang tumbuh akar berbentuk serabut kecil yang banyak dengan panjang
kurang dari 10 cm. Akar yang tumbuh pada batang pokok bersifat
rudimenter, berfungsi sebagai alat penghisap makanan. Bawang putih
membentuk umbi lapis berwarna putih. Sebuah umbi terdiri dari 8–20
siung (anak bawang). Antara siung satu dengan yang lainnya dipisahkan
oleh kulit tipis dan liat, serta membentuk satu kesatuan yang kuat dan
rapat. Di dalam siung terdapat lembaga yang dapat tumbuh menerobos
pucuk siung menjadi tunas baru, serta daging pembungkus lembaga yang
berfungsi sebagai pelindung sekaligus gudang persediaan makanan.
Bagian dasar umbi pada hakikatnya adalah batang pokok yang mengalami
rudimentasi (World Health Organization, 1999; Santoso, 2000).
18
untuk budidaya di dataran tinggi berkisar antara 20–25 oC dengan curah
hujan sekitar 1.200–2.400 mm pertahun, sedangkan suhu untuk dataran
rendah berkisar antara 27–30oC (Santoso, 2000).
Kandungan
Dua senyawa organosulfur paling penting dalam umbi bawang
putih, yaitu asam amino non-volatil ɣ-glutamil-S- alk(en)il-L-sistein (1)
dan minyak atsiri S-alk(en)il- sistein sulfoksida atau alliin (2). Dua
senyawa tersebut menjadi prekursor sebagian besar senyawa organosulfur
lainnya. Kadarnya dapat mencapai 82% dari keseluruhan senyawa
organosulfur di dalam umbi (World Health Organization, 1999). Bawang
putih mengandung konsentrasi senyawa belerang yang lebih tinggi
daripada spesies Allium lainnya. Senyawa belerang bertanggung jawab
baik untuk efek medis bawang putih dan baunya yang menyengat. Bubuk
bawang putih kering mengandung sekitar satu persen alliin. Selain itu,
bawang putih juga mengandung frukto-peptida, organo-selenium,
tellurium, flavonoid, dan minyak atsiri (Mahdaviroshan dkk., 2016).
Cara penggunaan
Penelitian awal tentang efek hipotensif (penuruan tekanan darah)
dari ekstrak umbi bawang putih pada tikus yang dianastesi eter, diberikan
19
dengan dosis 0,1; 0,25; dan 0,5 ml/kg BB secara oral. Efek hipotensif
ekstrak mulai muncul 1 jam setelah perlakuan dan menghilang 24 jam
kemudian. Dosis 0,5 ml/kg BB merupakan dosis perlakuan yang memiliki
aktivitas hipotensif paling tinggi (Foushee dkk., 1982).
Larutan ekstrak bawang putih yang diberikan secara i.v (30
mg/100 g b.wt.) pada tikus mampu menurunkan tekanan darah sistolik
setelah 1 jam pemberian (Al-qattan dkk., 2017). Sedangkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Ashraf dkk, (2013) efek hipotensif pada
pasien (20-70tahun) hipertensi stage 1 yang signifikan dari bawang putih
dibandingkan dengan plasebo dan menunjukkan efek yang sebanding
dengan atenolol. Bawang putih bisa menjadi tambahan yang baik dalam
terapi kombinasi untuk hipertensi dengan pemberian tablet bawang putih
dengan dosis 300 / mg, 600 mg, 900 / mg, 1200 / mg dan 1500 / mg dalam
dosis terbagi per hari masing-masing selama 24 minggu.
Mekanisme aksi
Mekanisme penurunan tekanan darah diperkirakan berkaitan
dengan vasodilatasi otot pembuluh darah yang dipengaruhi senyawa dalam
ekstrak umbi bawang putih. Potensial membran otot polos mengalami
penurunan hingga nilainya negatif. Hal ini menyebabkan tertutupnya
Ca2+-channel dan terbukanya K+-channel sehingga terjadi hiper-
polarisasi. Konsekuensinya otot akan mengalami relaksasi. Senyawa aktif
umbi bawang putih yang diketahui mempengaruhi ketersediaan ion Ca2+
untuk kontraksi otot jantung dan otot polos pembuluh darah adalah
kelompok ajoene (Siegel dkk., 1992).
20
Konsentrasi ion Ca2+-intraseluler yang tinggi dapat menyebabkan
vasokonstriksi yang menyebabkan hipertensi. Senyawa aktif tersebut
diperkirakan dapat menghambat masuknya ion Ca2+ ke dalam sel,
sehingga konsentrasi ion Ca2+ intraseluler menurun dan terjadi
hiperpolarisasi, diikuti relaksasi otot. Relaksasi menyebabkan ruangan
dalam pembuluh darah melebar, sehingga tekanan darah turun (Siegel
dkk., 1992).
21
B. Ginger/Jahe
Cara penggunaan
Jahe segar dikupas dan dipotong menjadi irisan kecil, kemudian irisan
jahe dimasukkan kedalam panci yang berisi air, tutup panic dan didihkan air
hingga volume air menjadi setengahnya. Siapkan madu atau gula untuk
kemudian ditambahkan ke dalam air jahe. Digunakan satu kali per hari selama
satu minggu (Shaban dkk., 2017).
Kandungan senyawa
Jahe mengandung banyak kation dan anion, seperti kalsium, magnesium dan
fosfor yang memiliki fungsi dalam perkembangan tulang, kontraksi otot dan
konduksi saraf. Mineral ini berguna untuk kontraksi otot, hipertensi, kelemahan
otot, kejang. Ini juga mengandung sejumlah besar kalium yang memiliki peran
dalam pengaturan tekanan darah & detak jantung.
Kandungan kimia dalam jahe dapat membantu menurunkan kadar kolesterol
dalam darah secara keseluruhan, serta lipoprotein dengan kepadatan rendah yang
merupakan komponen kolesterol yang dapat berkontribusi terhadap penyakit
jantung karena atherosclerosis. Hal ini menciptakan hambatan yang dapat
berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi dengan membatasi diameter arteri
22
bagian dalam dan juga dapat mengurangi elastisitas arteri, yang selanjutnya
berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi (Shaban dkk., 2017).
Mekanisme pengobatan
Jahe memiliki efek antihipertensi pada angiotensin-converting enzyme
(ACE) dan hasil penghambatan oleh stimulus reseptor muskarinik dan obstruksi
saluran Ca+2, sehingga penggunaan jahe membantu dalam prognosis hipertensi
dan palpitasi yang baik (Shaban dkk., 2017).
C. Mentimun
Cara penggunaan
Komposisi jus mentimun terdiri dari satu mentimun segar 100 gram dan
air 200cc. Jus itu dikonsumsi selama 7 hari selama 2x1 hari, pagi dan sore.
[CITATION Sum17 \l 1057 ]
23
Kandungan senyawa
Mekansime pengobatan
D. Onopordum acanthium
24
Tanaman yang berasal dari Eropa dan Asia Barat dari Semenanjung
Iberia timur ke Kazakhstan, dan utara ke Skandinavia tengah, dan secara
luas di naturalisasi di tempat lain. Tanaman Ini merupakan tanaman dua
tahunan yang kuat, memiliki daun kasar berduri dan batang bersayap
berduri yang mencolok.
Kingdom : plantae
Divisi : Angiosperma
Kelas : Eudicots
Bangsa : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Onopordum
Spesies : O.acanthium
Pada tahun kedua, tanaman tumbuh 0,2 m hingga 3 m dan lebar 1,5
m. Daunnya memiliki lebar 10–50 cm, bergantian dan berduri, sering
ditutupi bulu-bulu wol putih dan dengan permukaan bawah lebih tertutup
rapat daripada bagian atas. Daunnya dilubangi dengan duri yang panjang
dan kaku di sepanjang pinggirannya. Bulu-bulu halus memberikan motif
keabu-abuan pada tanaman. Batang utama masih mungkin memiliki lebar
10 cm di pangkalan, dan bercabang di bagian atas. Setiap batang
menunjukkan barisan vertikal sayap berduri lebar, biasanya 2–3 cm lebar,
memanjang sampai pangkal kepala bunga.
25
Bunganya berbentuk bulat, berdiameter 2–6 cm, dari merah muda
gelap sampai lavender, dan diproduksi di musim panas. Kuncup bunga
terbentuk pertama di ujung batang dan kemudian di ujung cabang ketiak.
Mereka muncul secara tunggal atau dalam kelompok dua atau tiga di ujung
cabang. Tumbuhan ini merupakan tanaman berkelamin ganda.
Cara penggunaan
Kandungan
Mekanisme
26
pembuluh darah. Kondisi tersebut dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan meringankan kerja jantung.
27
BAB III
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
Ashraf, R., R. Alam Khan, I. Ashraf, dan A. A. Qureshi. 2013. Effects of allium
sativum (garlic) on systolic and diastolic blood pressure in patients with
essential hypertension. Pak. J. Pharm. Sci. 26(5):859–863.
Foushee, D. B., J. Ruffin, dan U. Banerjee. 1982. Garlic as a natural agent for
the treatment of hypertension: a preliminary report. Cytobios. 34(135–
36):145–152.
29
Hipolipidemik Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Jurnal Ilmiah Kedokteran.
Program StudiFarmasi FMIPA. UNSRAT Manado. Vol.2 No.02 Hal:
37.
Hopkins, A. L., Lamm, M. G., Funk, J. L., dan Ritenbaugh, C. 2013
Hibiscus sabdariffa L. in the Treatment of Hypertension and
Hyperlipidemia: A Comprehensive Review of Animal and
Human Studies. Fitoterapia. Vol. 85: 84–94
Iswantini, D., Silitonga, R. F., Martatilofa, E., dan Darusman, L. K.
2011. Zingiber cassumunar, Guazuma ulmifolia, and
Murraya paniculata Extracts as Antiobesity: In Vitro
Inhibitory Effect on Pancreatic Lipase Activity. HAYATI
Journal of Biosciences. Vol. 18(1): 6-10.
Maldini, M., Micco, S. D., Montoro, P., Darra, E., Mariotto, S.,
Bifulco, G., Pizza, C., dan Sonia, S. 2013. Flavanocoumarins
30
from Guazuma ulmifolia Bark and Evaluation of their
Affinity for STAT1. Phytochemistry. Vol. 86: 64-71.
31
Siegel, G., J. Emden, K. Wenzel, J. Mironneau, dan G. Stock. 1992.
Potassium channel activation in vascular smooth muscle.
Advances in experimental medicine and biology. 311:53–72.
Shaban, M. I., N. F. A. El-gahsh, A. El-said, dan H. El-sol. 2017.
Ginger : it ’ s effect on blood pressure among hypertensive
patients. 6(5):79–86.
Sharma, M., Yashwant, dan Prasad, S. B. 2013. Hepatoprotective Activity of
Guazoma Tomentosa Leaf Extracts Against CCl4 Induced Liver
Damage in Rats. International Journal of Current Pharmaceutical
Review and Research, Vol. 4 (4): 128-138.
32
33