Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH FITOTERAPI

GANGGUAN JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

Dosen Pengampu :
Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt.

Disusun Oleh :
1. Mohammad Thahir 152210101135
2. Pergiwati Dewi R. 152210101137
3. Taffana Windy Hananta 152210101142
4. Mayrani Sholihania 152210101143
5. Firdatus Sholehah 152210101144
6. Achmad Syarifudin Noor 152210101148
7. Atika Najma Furaida 152210101149
8. Shafira Putri Pertiwi 152210101150
9. Lelyta Septiandini 152210101151
10. Noer Sidqi Muhammadiy 152210101152
11. Malikatur Rosyidah 152210101154
12. Febrina Icha Isabellita 152210101155

BAGIAN BIOLOGI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah


memberikan kami kenikmatan, sehingga dapat menjalankan aktivitas kami
dengan baik dan semoga selalu mendapat berkah baik kehidupan di alam
dunia maupun kehidupan di alam akhirat kelak, sehingga semua cita-cita
dan harapan kami bisa dicapai dengan mudah dan lancar.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen serta teman-teman yang
telah membantu secara moril maupun materil, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan dengan baik.
Kami menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan baik dari segi tata bahasa maupun
isi. Kami menerima kritik maupun saran dari dosen maupun teman-teman
sekalian yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah
selanjutnya.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah
mudah-mudahan apa yang kami susun dapat memberikan manfaat baik
untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang membutuhkan ataupun
menyempurnakan kembali makalah ini sebagai tambahan dalam referensi
yang telah ada.

Jember, 05 November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Dislipidemia..............................................................................................3
2.2.1 Pengertian...........................................................................................3
2.2.2 Patofisiologi Dislipidemia..................................................................3
2.2.3 Fitoterapi Displidemia........................................................................4
A. Biji Pepaya................................................................................................4
B. Bayam Merah............................................................................................6
C. Daun Cincau..............................................................................................8
D. Daun Jati Belanda & Bunga Rosela.......................................................10
2.2 Hipertensi................................................................................................15
2.2.1 Pengertian.........................................................................................15
2.2.2 Patofisiologi Hipertensi....................................................................16
2.2.3 Fitoterapi Hipertensi........................................................................17
A. Bawang putih...........................................................................................17
B. Ginger/Jahe.............................................................................................22
C. Mentimun.................................................................................................24
D. Onopordum acanthium............................................................................25
BAB III KESIMPULAN........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Negara Indonesia diketahui memiliki kekayaan tumbuhan obat
yang sangat beragam jenisnya, dari tanaman perdu, tanaman keras,
tanaman liar yang terdapat di hutan belantara atau pegunungan hingga
tanaman yang dibudidayakan sebagai obat. Tumbuhan tersebut tersebar
di seluruh wilayah Indonesia dan setiap propinsi memiliki
keanekaragaman hayati yang dapat digunakan sebagai alternatif
pengobatan.

Penyakit kardiovaskuler (PKV) terutama Penyakit Jantung


koroner merupakan penyakit revalen dan menjadi pembunuh utama
dinegara-negara industri. Di Indonesia PKV pada survei Kesehatan
Rumah Tangga Nasional (SKRT) 1972 menunjukkan PKV menduduki
urutan ke-l1, 1986 menduduki muffin ke-3, dan SKRT 1992
merupakan Penyebab kematian pertama untuk usia di atas 40
tahun.Penyakit kardiovaskular dapat terjadi akibat pengaruh berbagai
faktor risiko antara lain hipertensi, merokok, dislipidemia, diabetes
melitus dan obesitas.

Sedangkan hipertensi merupakan peninggian tekanan darah di


atas normal. Ini termasuk golongan penyakit yang terjadi akibat suatu
mekanisme kompensasi kardiovaskuler untuk mempertahankan
metabolisme tubuh agar berfungsi normal. Apabila hipertensi tidak
terkontrol akan menyebabkan kelainan pada organ-organ lain yang
berhubungan dengan sistem-sistem tersebut. Semakin tinggi tekanan
darah lebih besar kemungkinan timbulnya penyakit-penyakit
kardiovaskuler secara premature.

1
Dengan banyaknya tanaman obat yang terdapay di Indonesia,
banyak masyarakat yang memanfaatkannya untuk mengobati penyakit
atau kelainan yang timbul pada tubuh selama hidupnya, baik ketika
masih bayi, kanak-kanak, maupun setelah dewasa (Umar, 2005).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan dislipidemia ?
2. Apa yang dimaksud dengan hipertensi ?
3. Bagaimanakah patofisiologi penyakit dislipidemia ?
4. Bagaimanakah patofisiologi penyakit hipertensi ?
5. Apa saja pilihan fitoterapi yang dapat digunakan untuk penyakit
dislipidemia dan hipertensi? Meliputi etiologi dan kandungan kimia
tanaman, mekanisme ,cara penggunaan.

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan dislipidemia
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan hipertensi
3. Mengetahui patofisiologi penyakit dislipidemia
4. Mengetahui patofisiologi penyakit hipertensi
5. Mengetahui apa saja pilihan fitoterapi yang dapat digunakan untuk
penyakit dislipidemia dan hipertensi, meliputi etiologi dan kandungan
kimia tanaman, mekanisme ,cara penggunaan.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Dislipidemia

2.2.1 Pengertian
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar
HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran
yang penting dan sangat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak
mungkin dibicarakan sendiri-sendiri. Ketiga-tiganya sekaligus dikenal
sebagai Triad Lipid.

2.2.2 Patofisiologi Dislipidemia


Abnormalitas lipoprotein dapat ditemukan pada individu dengan
obesitas sentral sebagai akibat dari resistensi insulin yang menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan lipoprotein seiring dengan terjadinya
peningkatan kandungan lemak tubuh.
Normalnya lemak ditranspor dalam darah berikatan dengan lipid
yang berbentuk globuler. Lipid dalam plasma terdiri dari kolesterol,
trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas. Peningkatan lipid dalam
darah akan mempengaruhi kolesterol, trigliserida dan keduanya
(hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia atau kombinasinya yaitu
hiperlipidemia). Hiperlipoproteinemia biasanya juga terganggu (Ikatan
protein dan lipid tersebut menghasilkan 4 kelas utama lipoprotein :
kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL.
Pasien dengan hiperkolesterolemia (> 200 – 220 mg/dl serum)
merupakan gangguan yang bersifat familial, berhubungan dengan
kelebihan berat badan dan diet. Makanan berlemak meningkatkan sintesis
kolesterol di hepar yang menyebabkan penurunan densitas reseptor LDL di
serum (> 135 mg/dl). Ikatan LDL mudah melepaskan lemak dan kemudian
membentuk plak pada dinding pembuluh darah yang selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya arterosklerosis dan penyakit jantung koroner.

3
2.2.3 Fitoterapi Displidemia
A. Biji Pepaya

Menurut Dirjen Hortikultura (2005), klasifikasi tanaman pepaya


termasuk dalam famili Caricaceae. Famili ini memiliki empat genus, yaitu
Carica, Jarilla, Jaracanta, dan Cylicomorpha. Namun yang banyak
dibudidayakan adalah genus Carica. (Suprapti,2005) Jus biji pepaya dapat
dijadikan pilihan terapi non-farmakologi dislipidemia karena kandungan
flavonoid, saponin, dan tannin yang dapat memberi efek hipolipidemik.
Taksonomi tanaman pepaya diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Caricales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya
Tanaman pepaya merupakan tanaman yang tumbuh di daerah yang
banyak hujan, curah hujan 1000 2000 mm per tahun dan merata sepanjang
tahun. Tanaman pepaya ditanam di tanah yang subur, gembur,
mengandung humus dan banyak menahan air, pH tanah yang ideal adalah
pH 6-7. Tanaman ini lebih menyukai daerah terbuka dan tidak tergenang
air. Tanah yang berdrainase tidak baik menyebabkan tanaman mudah
terserang penyakit. (Suprapti,2005)

4
 Kandungan
Hampir semua bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan, mulai dari
buah, daun, batang, maupun akar. Manfaat biji pepaya yang berpotensi
menimbulkan efek hipokolesterolemik adalah flavonoid, saponin, dan
tanin. Flavonoid adalah antioksidan sehingga dapat mengurangi oksidasi
kolesterol LDL yang diduga terlibat dalam perkembangan penyakit
atherosklerosis. Saponin dapat menurunkan kolesterol hati, menurunkan
kadar trigliserida, serta meningkatkan eksresi fekal dari kolesterol.
Sedangkan tanin dalam biji pepaya dapat mengurangi absorbsi kolesterol
di usus halus dan meningkatkan ekskresi asam empedu. (Meirinasari,
2013)
 Mekanisme
Flavonoid dapat meningkatkan ekskresi getah empedu melalui
pengaktifan enzim sitokrom P-450. Enzim sitokrom P-450 mengikat
beberapa komponen dalam getah empedu sehingga mengurangi kadar
kolesterol di dalam tubuh. (Meirinasari, 2013)
 Cara Penggunaan
Berdasarkan penelitian Meirindasari dkk tentang potensi hipolipidemik
jus biji pepaya pada tikus, cara penggunaannya adalah dengan pemberian
jus biji pepaya pada dosis tertentu dilakukan dengan penyondean. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian jus biji pepaya selama
30 hari efektif menurunkan kadar kolesterol total pada tikus dislipidemia.
(Meirinasari, 2013)

5
B. Bayam Merah

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya


alam, termasuk aneka ragam tanaman yang dapat berpotensi sebagai obat.
Hingga saat ini, masyarakat Indonesia telah banyak memanfaatkan
tanaman secara tradisional untuk menanggulangi berbagai jenis penyakit.
Bayam merah (Amaranthus tricolor Linn.) merupakan salah satu jenis
tanaman kaya serat yang dikenal memiliki banyak khasiat pengobatan.
Tanaman bayam merah memiliki ciri berdaun tunggal, ujungnya
meruncing, lunak, dan lebar. Batangnya lunak dan berwarna putih
kemerah-merahan. Bunga bayam merah ukurannya kecil muncil dari
ketiak daun dan ujung batang pada rangkaian tandan. Buahnya tidak
berdaging, tetapi bijinya banyak, sangat kecil, bulat, dan mudah pecah.
Tanaman ini memilki akar tunggang dan berakar samping. Akar
sampingnya kuat dan agak dalam. Tanaman ini berbentuk perdu atau
semak. Bayam merah memiliki banyak manfaat karena mengandung
vitamin A dan C, sedikit vitamin B, kalsium, fospor, dan besi (Sunarjono,
2014).
Taksonomi Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)
menurut klasifikasi dalam tata nama (sistematika) tumbuhan, tanaman
bayam merah termasuk ke dalam :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida

6
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryphyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus tricolor L. (Saparinto, 2013).
 Kandungan senyawa
Daun bayam merah memiliki kandungan zat aktif saponin, steroid tak
jenuh, alkaloid, karbohidrat, flavonoid, glikosida, tannin, senyawa fenolik,
protein, asam amino dan zat besi.
 Mekanisme kerja dalam pengobatan penyakit
Bayam merah memiliki berbagai macam kandungan zat aktif, diantaranya
saponin, skualen dan flavonoid. Saponin dapat menurunkan penyerapan
kolesterol, dan meningkatkan ekskresi fekal dari asam empedu yang merupakan
produk sekresi kolesterol. Selain itu skualen dapat menghambat aktivitas enzim
HMG-KoA reduktase yang merupakan enzim yang berperan penting dalam
sintesis kolesterol, serta flavonoid dimana flavonoid dapat menghambat
modifikasi dari oksidasi LDL. Mekanisme flavonoid dalam menurunkan kadar
kolesterol total menurut berbagai hasil penelitian diantaranya adalah dengan
menurunkan aktivitas HMG-KoA reduktase, menurunkan aktivitas enzim Acyl-
CoA cholesterol acyltransferase (ACAT), serta menurunkan absorbsi kolesterol
di saluran pencernaan.
 Cara penggunaan
Daun bayam merah yang masih segar dicuci, diiris tipis, diangin-
anginkan dan kemudian dikeringkan dengan proses penjemuran. Daun bayam
merah yang telah kering diblender hingga berbentuk serbuk kemudian ditimbang
sebanyak 50 gram, dimasukkan kedalam alat soxhlet dengan menggunakan
etanol 70 % sebagai solvent, dengan perbandingan herbal : etanol 70 % (1 : 10)
sebanyak 7 sirkulasi. Hasil residu ekstrak dipekatkan dengan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 70ᵒC, ekstrak kental yang didapatkan ditimbang
kemudian dikemas dalam botol tahan air dan disimpan pada suhu 4ᵒC sampai
digunakan .

7
C. Daun Cincau

Menurut De Padua dkk, (1999), kedudukan taksonomi tanaman


Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom :Plantae
Divisi :Tracheophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Ranunculales
Famili :Menispermaceae
Genus :Cyclea
Spesies :Cyclea barbata
Tanaman Cincau Hijau berasal dari Asia Tenggara yang merupakan
tanaman yang akan tumbuh dengan ideal pada kondisi tanah yang
memiliki pH 5,5-6,5, lingkungan teduh, lembab, berair dangkal dan
berkembang dengan baik pada ketinggian 800 meter di atas permukaan
laut (Farida dan Vanoria, 2008)
 Kandungan
Daun Cincau Hijau adalah tanaman yang memiliki kandungan kimia
seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan polifenol. (Ranti G.C, DKK 2013)

8
 Mekanisme
Senyawa yang terkandung seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan
polifenol mampu menghambat kerja enzim 3-hidroksil-3-metalglutarilkoenzim A
Reduktase (HMG co-A reduktase) sehingga menimbulkan efek penurunan kadar
kolesterol. (Ranti G.C, DKK 2013)
Mekanisme Tanin dalam menurunkan kolesterol total adalah dengan
mencegah reabsorbsi dan meningkatkan ekskresi kolesterol. Tanin merupakan
antioksidan yang bertindak sebagai anti radikal bebas dan mengaktifkan enzim
antioksidan. Tanin juga mencegah oksidasi dari kolesterol LDL, menstimulasi
sekresi garam empedu dan membuang kolesterol melaluifeses. ( Lajuck, P. 2012)
Saponin dapat berikatan dengan kolesterol pada lumen intestinal sehingga
dapat mencegah reabsorpsi kolesterol. Saponin juga dapat berikatan dengan asam
empedu sehingga dapat menurunkan sirkulasi entero hepatic asam empedu dan
meningkatkan ekskresi kolesterol. Saponin merupakan metabolit sekunder
tanaman yang bersifat surfaktan yang dapat berikatan dengan kolesterol dan
asam empedu sehingga mencegah absorpsi kolesterol di usus halus. Selain itu
saponin mengurangi absorbi getah empedu dengan membentuk kompleks misel
yang tidak dapat diabsorbsi karena berat molekulnya terlalu besar. Saponin
dengan kolesterol ternyata juga memiliki reseptor yang sama sehingga dapat
terjadi kompetisi reseptor kolesterol pada sel. Saponin dapat mempengaruhi
biosintesis kolesterol dihati.( Ahmad., 2014)
Flavonoid bertindak sebagai pereduksi LDL didalam tubuh. Selain
mereduksi LDL flavonoid juga menaikan densitas dari reseptor LDL di liver dan

9
mengikat apolipoprotein B. Flavonoid berperan sebagai senyawa yang dapat
mereduksi trigliserida dan meningkatkan HDL. (Ranti G.C, DKK 2013)
 Cara Penggunaan
Daun Cincau dibuat menjadi ekstrak yakni dilakukan dengan merendam
daun cincau hijau dengan pelarut etanol 96%, hingga daun cincau hijau terendam
sempurna dalam wadah tertutup rapat dan didiamkan pada suhu kamar,
terlindung dari cahaya matahari selama 3-5hari sambil sekali-kali diaduk agar
proses ekstrak sempurna. Kemudian disaring untuk mendapatkan ekstrak etanol.
Ekstrak etanol yang diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan dengan rotavapor
dan diuapkan di atas penangas air. Kemudian ekstrak daun Cincau diberikan pada
tikus dengan penyondean. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak daun Cincau pada hari ke-35 diketahui adanya perbedaan
yang signifikan terhadap penurunan kadar kolesterol darah tikus putih. (Ranti
G.C, DKK 2013)

D. Daun Jati Belanda & Bunga Rosela


 Jati belanda

Jati belanda merupakan tanaman herba yang termasuk family


sterculiaceae yang berasal dari negara Amerika Latin. Tanaman ini
memiliki nama daerah antara lain jati belanda (Melayu) dan jati londo
(Jawa) suharmiyati dan maryani, 2003). Berikut klasifikasi tanaman jati
belanda (backer dan brink, 1965).

Kingdom : Plantae
SubKingdom : Viridiplantae
Divisi : Magnoliophyta

10
SubDivisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiaceae
Genus : Guazuma
Spesies : Guazuma ulmifolia Lamk.
Jati belanda adalah tanaman berbentuk semak atau pohon dengan tinggi
10 sampai 20 meter, percabangan ramping, masih termasuk dalam kelas
Dycotiledonae dan dari suku Sterculiaceae. Tanaman ini memiliki nama daerah
orme d’amerique (Prancis), bartard cedar (Inggris), guasima (Meksiko), jati
belanda (Indonesia), jati londa, jati landi (Jawa). Tanaman ini memiliki bentuk
daun bundar telur sampai lanset, panjang helai daun 4 cm sampai 22,5 cm, lebar
2-10 cm, pangkal menyerong berbentuk jantung, bagian ujung tajam,
permukaan daun bagian atas berambut jarang, permukaan bagian bawah
berambut rapat, panjang tangkai daun 5-25 mm, mempunyai daun penumpu
berbentuk lanset atau berbentuk paku, panjang 3-6 cm. Perbungaan berupa
mayang, panjang 2-4 cm, berbunga banyak, bentuk bunga agak ramping dan
berbau wangi; panjang gagang bunga lebih kurang 5 mm; kelopak bunga lebih
kurang 3 mm; mahkota bunga berwarna kuning, panjang 3-4 mm; tajuk terbagi
dalam 2 bagian, berwarna ungu tua kadang-kadang kuning tua, panjang 3-4
mm; bagian bawah terbentuk garis panjang 2-2,5 mm; tabung benang sari
berbentuk 5 mangkuk; bakal buah berambut, panjang buah 2-3,5 cm. Buah yang
telah masak berwarna hitam (Depkes RI, 1979).
 Kandungan kimia Jati Belanda
Secara tradisional jati belanda telah digunakan untuk menurunkan
berat badan dan mengurangi kadar lemak yang berlebihan
(Mardisiswojo, 1985). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Iswantini et al. (2011), ekstrak etanol jati belanda mengandung
metabolit sekunder yaitu flavonoid, saponin, steroid, dan tanin dengan

11
kadar tinggi. Kandungan flavonoid daun jati belanda yaitu katekin,
kamferol, prosianidin, dan tilirosida (Maldini et al., 2013).

 Mekansisme Jati belanda


Ekstrak etanol daun jati belanda konsentrasi 60 mg/liter dapat
menghambat aktivitas enzim lipase sebesar 25,13% secara in vitro,
hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan orlistat konsentrasi 100
mg/liter yang menghambat aktivitas enzim lipase sebesar 17,53%
(Iswantini et al., 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sukandar et al. (2009) menunjukkan bahwa ekstrak air daun jati
belanda dapat menurunkan kolesterol total dan LDL secara signifikan
dibandingkan kelompok kontrol. Demikian juga kombinasi ekstrak air
daun jati belanda dengan ekstrak etanol rimpang kunyit dapat
menurunkan kadar kolesterol total dan LDL secara signifikan
dibandingkan kelompok kontrol (Sukandar et al., 2012). Daun jati
belanda juga menunjukkan efek hepatoprotektif pada liver tikus
albino yang diinduksi CCl4 (Sharma et al., 2013). Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sari et al. (2013) menunjukkan bahwa ekstrak
etanol daun jati belanda dengan dosis 59,6 mg/kg berat badan
memiliki aktivitas paling tinggi di antara beberapa herbal
antikolesterol Indonesia dalam menurunkan kadar kolesterol pada
tikus percobaan.
 Rosela

Rosella memiliki beberapa nama daerah antara lain; asam susur


(Melayu), asam jarot (Sunda), dan kasturi roriha (Ternate)

12
(Wijayakusuma, 2008). Berikut ini adalah klasifikasi dari tanaman
rosella (Backer dan Brink, 1965):
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Divisi :Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus

Species : Hibiscus sabdariffa L


Rosella merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0.5-3
meter. Batangnya bulat, tegak, berkayu, dan berwarna merah. Daunnya tunggal,
berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi, pangkal
berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm. Tangkai daun bulat
berwarna hijau, dengan panjang 4-7 cm (Maryani, 2005)
Bunga rosella yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal.
Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm,
pangkalnya saling berlekatan dan berwarna merah. Mahkota bunga berbentuk
corong, terdiri dari 5 helaian, panjangnya 3-5 cm. Buahnya berebentuk kotak
kerucut, berambut, terbagi menjadi 5 ruang, berwarna merah. Bentuk biji
menyerupai ginjal, berbulu, dengan panjang 5 mm dan lebar 4 mm. Saat masih
muda, biji berwarna putih dan setelah tua berubah menjadi abu-abu (Maryani,
2005).
 Kandungan Rosella
Tanaman rosella memiliki kandungan kimia antosianin,
gossypeptin, glucoside hibicin, vitamin A, vitamin C, asam amino,
asam organik, dan polisakarida (Wijayakusuma, 2008). Sedangkan
kelopak bunga rosella mengandung asam organik, senyawa antosianin,
flavonoid dan glikosida (Hopkins et al, 2013). Ekstrak etanol kelopak

13
bunga dan daun rosella mengandung polifenol dan flavanol (Ochani et
al., 2009). Sedangkan menurut Zarrabal et al. (2012) kelopak bunga
rosella mengandung beberapa senyawa polifenol, asam organik, serta
beberapa vitamin (Vitamin C, B1, B2, dan β karoten). Senyawa fenol
yang terdapat dalam kelopak bunga rosella adalah senyawa fenol
sederhana (asam protokatesuik dan eugenol) beberapa flavonoid
(antosianin, antosianidin dan glikosida kuersetin).
 Mekanisme Rosella
Penelitian yang dilakukan oleh Aguilar et al. (2007) juga
menunjukkan bahwa ekstrak air terstandar bunga rosela yang
mengandung antosianin total 33,64 mg per 120 mg ekstrak dapat
menurunkan berat badan mencit kegemukan secara signifikan.
Kelopak bunga rosella memiliki kegunaan untuk menurunkan
kolesterol tinggi, hipertensi, mencegah gangguan jantung, mencegah
kanker, sariawan, dan sembelit (Wijayakusuma, 2008). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Sari et al. (2013) ekstrak air kelopak
bunga rosella dengan dosis 45 mg/kg berat badan memiliki aktivitas
hambatan lipase paling tinggi di antara beberapa herbal
antikolesterol Indonesia yang lain.
 Cara penggunaan dan efek kombinasi

Penggunaan pada pengujian terhadap tikus dengan cara di berikan


ekstrak kombinasi keduanya. Hasil penelitian yang diperoleh, diketahui
bahwa kombinasi ekstrak daun jati belanda dan kelopak bunga rosella
mampu menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL,
dan meningkatkan kadar HDL dibandingkan kontrol negatif, namun
tidak dapat menurunkan berat badan tikus. Kombinasi dengan
perbandingan 1:1 mampu meningkatkan kadar HDL terbesar
dibandingkan dengan kelompok lain. Kadar flavonoid pada kombinasi
ekstrak daun jati belanda dan kelopak bunga rosella dengan
perbandingan 3:1, 1:3, dan 1:1 berturut-turut adalah 1,70; 0,80; dan

14
1,18 %. Kemungkinan tidak hanya senyawa flavonoid yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas antihiperlipidemia. Selain
flavonoid, senyawa yang terlibat dalam aktivitas antihiperlipidemia
adalah senyawa tanin dan saponin. Mekanisme aktivitas
antihiperlipidemia kombinasi ekstrak daun jati belanda dan kelopak
bunga rosella dalam penelitian ini kemungkinan adalah melalui
penghambatan enzim lipase yang berperan dalam absorbsi lipid, serta
penghambatan terhadap enzim HMG KoA reduktase yang berperan
dalam sintesis kolesterol dalam tubuh. Dengan demikian, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut terkait mekanisme antihiperlipidemia
(Mahmudatus, 2016).

2.2 Hipertensi

2.2.1 Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran
menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan
pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer, 2000 : 144).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus
menerus lebih dari satu periode. Hipertensi juga didefinisikan sebagai
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥
90 mmHg yang terjadi pada seorang klien pada tiga kejadian terpisah
(ignatavicius,1994).
Menurut WHO batasan tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan WHO tersebut tidak
membedakan usia dan jenis kelamin (Wajan juni U, 2011: 101).

2.2.2 Patofisiologi Hipertensi


Perubahan volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik.
Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah
meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah

15
aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah
jantung. Bila gunjal berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan
arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan tekanan darah. kondisi
patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri
sistemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan
tekanan darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang
bertindak sebagai substrat protein plasma untuk memisahkan
angiotensin I, yang kemudian diubah oleh converting enzym dalam
paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III.
Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan merupakan makanisme kontrol terhadap
pelepasan aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi
terutama pada aldosteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas
sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek
inhibiting atau penghambatan ekskresi garam (Natrium) dengan akibat
peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya
tahanan periver vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah
tinggi, kadar renin harus tinggi diturunkan karena peningkatan tekanan
arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian,
sebagian orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin
normal.
Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi
esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-
organ vital. Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial
(penebalan) arteriole-arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka
perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh.
Hal ini menyebabkan infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal
ginjal.

16
2.2.3 Fitoterapi Hipertensi

A. Bawang putih

Bawang putih telah lama menjadi bagian kehidupan masyarakat di


berbagai peradaban dunia. Namun belum diketahui secara pasti sejak
kapan tanaman ini mulai dimanfaatkan dan dibudidayakan. Awal
pemanfaatan bawang putih diperkirakan berasal dari Asia Tengah. Hal ini
didasarkan temuan sebuah catatan medis yang berusia sekitar 5000 tahun
yang lalu (3000 SM). Dari Asia Tengah kemudian menyebar ke seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Sehingga bagi bangsa Indonesia bawang putih
merupakan tanaman introduksi (Santoso, 2000). Taksonomi bawang putih
menurut (ITIS Standard Report, 2017) adalah sebagai berikut :

Kingdom Plantae – plantes, Planta, Vegetal,


plants
Subkingdom Viridiplantae – green plants
Infrakingdom Streptophyta – land plants
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta – vascular plants,
tracheophytes
Subdivision Spermatophytina – spermatophytes,
seed plants, phanérogames
Class Magnoliopsida
Superorder Lilianae – monocots, monocotyledons,
monocotyledons
Order Asparagales
Family Amaryllidaceae
Genus Allium L. – oignon, wild onion, onion
Species Allium sativum L. – cultivated garlic

17
Bawang putih merupakan tanaman herba parenial yang
membentuk umbi lapis. Tanaman ini tumbuh secara berumpun dan berdiri
tegak sampai setinggi 30-75 cm. Batang yang nampak di atas permukaan
tanah adalah batang semu yang terdiri dari pelepah–pelepah daun.
Sedangkan batang yang sebenarnya berada di dalam tanah. Dari pangkal
batang tumbuh akar berbentuk serabut kecil yang banyak dengan panjang
kurang dari 10 cm. Akar yang tumbuh pada batang pokok bersifat
rudimenter, berfungsi sebagai alat penghisap makanan. Bawang putih
membentuk umbi lapis berwarna putih. Sebuah umbi terdiri dari 8–20
siung (anak bawang). Antara siung satu dengan yang lainnya dipisahkan
oleh kulit tipis dan liat, serta membentuk satu kesatuan yang kuat dan
rapat. Di dalam siung terdapat lembaga yang dapat tumbuh menerobos
pucuk siung menjadi tunas baru, serta daging pembungkus lembaga yang
berfungsi sebagai pelindung sekaligus gudang persediaan makanan.
Bagian dasar umbi pada hakikatnya adalah batang pokok yang mengalami
rudimentasi (World Health Organization, 1999; Santoso, 2000).

Helaian daun bawang putih berbentuk pita, panjang dapat


mencapai 30–60 cm dan lebar 1–2,5 cm. Jumlah daun 7–10 helai setiap
tanaman. Pelepah daun panjang, merupakan satu kesatuan yang
membentuk batang semu. Bunga merupakan bunga majemuk yang
tersusun membulat; mem- bentuk infloresensi payung dengan diameter 4–
9 cm. Perhiasan bunga berupa tenda bunga dengan 6 tepala berbentuk
bulat telur. Stamen berjumlah 6, dengan panjang filamen 4–5 mm,
bertumpu pada dasar perhiasan bunga. Ovarium superior, tersusun atas 3
ruangan. Buah kecil berbentuk kapsul loculicida (World Health
Organization, 1999).

Bawang putih umumnya tumbuh di dataran tinggi, tetapi varietas


tertentu mampu tumbuh di dataran rendah. Tanah yang bertekstur lempung
berpasir atau lempung berdebu dengan pH netral menjadi media tumbuh
yang baik. Lahan tanaman ini tidak boleh tergenang air. Suhu yang cocok

18
untuk budidaya di dataran tinggi berkisar antara 20–25 oC dengan curah
hujan sekitar 1.200–2.400 mm pertahun, sedangkan suhu untuk dataran
rendah berkisar antara 27–30oC (Santoso, 2000).

 Kandungan
Dua senyawa organosulfur paling penting dalam umbi bawang
putih, yaitu asam amino non-volatil ɣ-glutamil-S- alk(en)il-L-sistein (1)
dan minyak atsiri S-alk(en)il- sistein sulfoksida atau alliin (2). Dua
senyawa tersebut menjadi prekursor sebagian besar senyawa organosulfur
lainnya. Kadarnya dapat mencapai 82% dari keseluruhan senyawa
organosulfur di dalam umbi (World Health Organization, 1999). Bawang
putih mengandung konsentrasi senyawa belerang yang lebih tinggi
daripada spesies Allium lainnya. Senyawa belerang bertanggung jawab
baik untuk efek medis bawang putih dan baunya yang menyengat. Bubuk
bawang putih kering mengandung sekitar satu persen alliin. Selain itu,
bawang putih juga mengandung frukto-peptida, organo-selenium,
tellurium, flavonoid, dan minyak atsiri (Mahdaviroshan dkk., 2016).

 Cara penggunaan
Penelitian awal tentang efek hipotensif (penuruan tekanan darah)
dari ekstrak umbi bawang putih pada tikus yang dianastesi eter, diberikan

19
dengan dosis 0,1; 0,25; dan 0,5 ml/kg BB secara oral. Efek hipotensif
ekstrak mulai muncul 1 jam setelah perlakuan dan menghilang 24 jam
kemudian. Dosis 0,5 ml/kg BB merupakan dosis perlakuan yang memiliki
aktivitas hipotensif paling tinggi (Foushee dkk., 1982).
Larutan ekstrak bawang putih yang diberikan secara i.v (30
mg/100 g b.wt.) pada tikus mampu menurunkan tekanan darah sistolik
setelah 1 jam pemberian (Al-qattan dkk., 2017). Sedangkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Ashraf dkk, (2013) efek hipotensif pada
pasien (20-70tahun) hipertensi stage 1 yang signifikan dari bawang putih
dibandingkan dengan plasebo dan menunjukkan efek yang sebanding
dengan atenolol. Bawang putih bisa menjadi tambahan yang baik dalam
terapi kombinasi untuk hipertensi dengan pemberian tablet bawang putih
dengan dosis 300 / mg, 600 mg, 900 / mg, 1200 / mg dan 1500 / mg dalam
dosis terbagi per hari masing-masing selama 24 minggu.

 Mekanisme aksi
Mekanisme penurunan tekanan darah diperkirakan berkaitan
dengan vasodilatasi otot pembuluh darah yang dipengaruhi senyawa dalam
ekstrak umbi bawang putih. Potensial membran otot polos mengalami
penurunan hingga nilainya negatif. Hal ini menyebabkan tertutupnya
Ca2+-channel dan terbukanya K+-channel sehingga terjadi hiper-
polarisasi. Konsekuensinya otot akan mengalami relaksasi. Senyawa aktif
umbi bawang putih yang diketahui mempengaruhi ketersediaan ion Ca2+
untuk kontraksi otot jantung dan otot polos pembuluh darah adalah
kelompok ajoene (Siegel dkk., 1992).

20
Konsentrasi ion Ca2+-intraseluler yang tinggi dapat menyebabkan
vasokonstriksi yang menyebabkan hipertensi. Senyawa aktif tersebut
diperkirakan dapat menghambat masuknya ion Ca2+ ke dalam sel,
sehingga konsentrasi ion Ca2+ intraseluler menurun dan terjadi
hiperpolarisasi, diikuti relaksasi otot. Relaksasi menyebabkan ruangan
dalam pembuluh darah melebar, sehingga tekanan darah turun (Siegel
dkk., 1992).

Mekanisme aksi antihipertensi bawang putih lainnya terkait dengan


efek seperti prostaglandin, yang menurunkan resistensi pembuluh darah
perifer (Mahdaviroshan dkk., 2016). Bawang putih mengurangi
prostaglandin E2 dan tingkat thromboxane B2 dan dengan demikian dapat
mengurangi hipertensi (Al-Qattan dkk., 2001). Gamma-glutamylcysteines
adalah senyawa dalam bawang putih, mereka menghambat enzim
angiotensin-converting dan untuk mekanisme ini, bawang putih dapat
menurunkan tekanan darah (Mahdaviroshan dkk., 2016). Al-qattan dkk,
(2017) mengungkapkan bahwa satu dosis i.v. RGAE menyebabkan
penghambatan dipeptidase ACE, sehingga mengurangi generasi dan
bioavailabilitas AngII. Tindakan ini dapat berkontribusi terhadap
peningkatan fungsi pembersihan ginjal non-clipped yang diamati.
Modulasi klirens ginjal yang tidak dipotong ini dapat secara parsial
menggambarkan satu mekanisme dimana bawang putih menginduksi
hipotensi yang dilaporkan dalam model 2K-1Cr dari eksperimantal
hipertensi.

21
B. Ginger/Jahe

Zingiber officinale umumnya dikenal sebagai jahe, merupakan bumbu yang


dikonsumsi di seluruh dunia untuk tujuan kuliner dan obat-obatan (Lim, 2016).
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai
rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang
menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa
keton bernama zingeron. Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan).

 Cara penggunaan
Jahe segar dikupas dan dipotong menjadi irisan kecil, kemudian irisan
jahe dimasukkan kedalam panci yang berisi air, tutup panic dan didihkan air
hingga volume air menjadi setengahnya. Siapkan madu atau gula untuk
kemudian ditambahkan ke dalam air jahe. Digunakan satu kali per hari selama
satu minggu (Shaban dkk., 2017).

 Kandungan senyawa
Jahe mengandung banyak kation dan anion, seperti kalsium, magnesium dan
fosfor yang memiliki fungsi dalam perkembangan tulang, kontraksi otot dan
konduksi saraf. Mineral ini berguna untuk kontraksi otot, hipertensi, kelemahan
otot, kejang. Ini juga mengandung sejumlah besar kalium yang memiliki peran
dalam pengaturan tekanan darah & detak jantung.
Kandungan kimia dalam jahe dapat membantu menurunkan kadar kolesterol
dalam darah secara keseluruhan, serta lipoprotein dengan kepadatan rendah yang
merupakan komponen kolesterol yang dapat berkontribusi terhadap penyakit
jantung karena atherosclerosis. Hal ini menciptakan hambatan yang dapat
berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi dengan membatasi diameter arteri

22
bagian dalam dan juga dapat mengurangi elastisitas arteri, yang selanjutnya
berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi (Shaban dkk., 2017).

 Mekanisme pengobatan
Jahe memiliki efek antihipertensi pada angiotensin-converting enzyme
(ACE) dan hasil penghambatan oleh stimulus reseptor muskarinik dan obstruksi
saluran Ca+2, sehingga penggunaan jahe membantu dalam prognosis hipertensi
dan palpitasi yang baik (Shaban dkk., 2017).

C. Mentimun

Mentimun berasal dari bagian utara India kemudian masuk ke wilayah


mediteranian, yaitu Cina. Mentimun tumbuh di daerah tropis. Jenis mentimun
tersebut yaitu sejenis mentimun liar yang dikenal dengan nama ilmiah Cucumis
hardwichini Royle. Menurut ilmu tumbuh-tumbuhan (botani), mentimun
diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Dicotylodenae (Biji berkeping dua)
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L. [ CITATION Uun01 \l 1057 ]

 Cara penggunaan

Komposisi jus mentimun terdiri dari satu mentimun segar 100 gram dan
air 200cc. Jus itu dikonsumsi selama 7 hari selama 2x1 hari, pagi dan sore.
[CITATION Sum17 \l 1057 ]

23
 Kandungan senyawa

kandungan mentimun pada tekanan darah jelas terlihat dalam peran


kalium, kalsium, dan magnesium. Kalium berperan dalam menjaga stabilitas
tubuh melalui pompa elektrolit potasium-natrium. magnesium berperan dalam
mengaktifkan pompa sodium potassium, natrium dipompa keluar dan kalium
masuk ke dalam sel. [ CITATION Sum17 \l 1057 ]

 Mekansime pengobatan

Mentimun mampu mempertahankan tekanan darah tetap teratur dan stabil


karena terdapat mekanisme dari kalium yang berperan dalam menjaga stabilitas
elektrolit, karena kekurangan kalium dalam darah akan mengganggu rasio kalium
natrium sehingga kadar natrium akan meningkat. Hal ini menyebabkan
pengendapan kalsium di sendi dan tulang belakang yang berisiko terjadi
peningkatkan kadar air tubuh, sehingga meningkatkan beban kerja jantung dan
terjadi pembekuan natrium di pembuluh darah. Akibatnya, dinding pembuluh
darah bisa terkikis dan terkelupas yang akhirnya menghalangi aliran darah, dan
meningkatkan risiko hipertensi. Dan adanya magnesium yang berperan dalam
menjaga irama jantung agar tetap dalam kondisi normal. [ CITATION Sum17 \l
1057 ]

D. Onopordum acanthium

24
Tanaman yang berasal dari Eropa dan Asia Barat dari Semenanjung
Iberia timur ke Kazakhstan, dan utara ke Skandinavia tengah, dan secara
luas di naturalisasi di tempat lain. Tanaman Ini merupakan tanaman dua
tahunan yang kuat, memiliki daun kasar berduri dan batang bersayap
berduri yang mencolok.

Kingdom : plantae

Divisi : Angiosperma

Kelas : Eudicots

Bangsa : Asterales

Family : Asteraceae

Genus : Onopordum

Spesies : O.acanthium

Tanaman ini menghasilkan mawar dengan daun berduri yang besar


pada tahun pertama. Tanaman ini biasanya berkecambah di musim gugur
setelah hujan pertama dan berbentuk sebagai mawar sepanjang tahun
pertama, membentuk akar tunggul yang tebal dan dapat mencapai 30 cm
atau lebih yang digunakan sebagai cadangan makanan.

Pada tahun kedua, tanaman tumbuh 0,2 m hingga 3 m dan lebar 1,5
m. Daunnya memiliki lebar 10–50 cm, bergantian dan berduri, sering
ditutupi bulu-bulu wol putih dan dengan permukaan bawah lebih tertutup
rapat daripada bagian atas. Daunnya dilubangi dengan duri yang panjang
dan kaku di sepanjang pinggirannya. Bulu-bulu halus memberikan motif
keabu-abuan pada tanaman. Batang utama masih mungkin memiliki lebar
10 cm di pangkalan, dan bercabang di bagian atas. Setiap batang
menunjukkan barisan vertikal sayap berduri lebar, biasanya 2–3 cm lebar,
memanjang sampai pangkal kepala bunga.

25
Bunganya berbentuk bulat, berdiameter 2–6 cm, dari merah muda
gelap sampai lavender, dan diproduksi di musim panas. Kuncup bunga
terbentuk pertama di ujung batang dan kemudian di ujung cabang ketiak.
Mereka muncul secara tunggal atau dalam kelompok dua atau tiga di ujung
cabang. Tumbuhan ini merupakan tanaman berkelamin ganda.

 Cara penggunaan

4 gram ekstrak biji O.acanthium dikonsumsi secara oral

 Kandungan

Dalam penelitian yang dilakukan ditemukan adanya suatu senyawa


novel, Onopordia. Sehingga OSE memiliki aktivitas antioksidan dan
aktivitas ACEI. Senyawa potensial yang berperan dalam penurunan
tekanan darah adalah sesquiterpen dan flavonoid.

 Mekanisme

Mekanisme yang dimiliki oleh OSE sama seperti penggunaan


ACEI yaitu Obat penghambat enzim pengubah angiotensin atau
angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor berfungsi untuk
melemaskan pembuluh darah. Di sisi lain, obat ini dapat membantu
mengurangi jumlah cairan yang dapat diserap kembali oleh ginjal. Dengan
kedua khasiat tersebut, ACE inhibitor banyak digunakan untuk mengatasi
penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi), gagal jantung, serangan
jantung, sebagian penyakit yang terkait dengan diabetes, serta penyakit
ginjal kronis.

ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim dalam


tubuh untuk memproduksi hormon angiotensin II atau zat yang dapat
menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan kerja jantung. Dengan
obat ini, pembuluh darah menjadi melebar, sehingga tekanan pada
pembuluh darah berkurang, begitu pun jumlah cairan yang mengalir dalam

26
pembuluh darah. Kondisi tersebut dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan meringankan kerja jantung.

27
BAB III
KESIMPULAN

 Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan


peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi
lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL.
 Adapun fitoterapi yang digunakan adalah biji Pepaya, bayam merah, daun
cincau, daun jati belanda dan bunga rosella yang dapat berpotensi
menimbulkan efek hipokolesterolemik. Dengan cara menurunkan
penyerapan kolesterol, dan meningkatkan ekskresi fekal dari asam empedu
yang merupakan produk sekresi kolesterol.
 Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari
satu periode.
 Adapun fitoterapi yang digunakan adalah bawang putih, jahe, mentimun
dan Onopordum acanthium sebagai antihipertensi, adapun mekanismenya :
Mampu mempertahankan tekanan darah tetap teratur dan stabil dengan
cara menjaga stabilitas elektrolit, menurunkan resistensi pembuluh darah
perifer,dan memiliki efek antihipertensi pada angiotensin-converting
enzyme (ACE)

28
DAFTAR PUSTAKA

Aguilar, F. J. A., Zamilpa, A., Garcia, M. D. P., Perez, J. C. A.,


Nu˜nez, E. R., Sepulveda, E. A. C., Carrillo, L. I. V., dan
Ramosa, R. R. 2007. Effect of Hibiscus sabdariffa on
Obesity in MSG Mice. Journal of Ethnopharmacology. Vol.
114: 66–71.
Ahmad., 2014. Uji Efek Ekstrak Etanol 70 % Kulit Buah Asam Jawa (Tamarin
dusindica L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total dan Trigliserida Serum
Darah Tikus Putih Jantan(Rattusnorvegicus) Galur Wistar. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal: 15
Al-Qattan, K. K., I. Khan, M. A. Alnaqeeb, dan M. Ali. 2001. Thromboxane–b2,
prostaglandin–e2 and hypertension in the rat 2–kidney 1–clip model: a
possible mechanism of the garlic induced hypotension. Prostaglandins,
Leukotrienes and Essential Fatty Acids (PLEFA). 64(1):5–10.

Al-qattan, K. K., M. Thomson, dan M. Ali. 2017. Diuresis in the 2-kidney , 1-


clip rat model : significance in hypertension. Pathophysiology. 2–10.

Ashraf, R., R. Alam Khan, I. Ashraf, dan A. A. Qureshi. 2013. Effects of allium
sativum (garlic) on systolic and diastolic blood pressure in patients with
essential hypertension. Pak. J. Pharm. Sci. 26(5):859–863.

Backer, dan Van B. D. B. 1965. Flora Of Java. Groningen: N.V.P. Noordfhoff.

Foushee, D. B., J. Ruffin, dan U. Banerjee. 1982. Garlic as a natural agent for
the treatment of hypertension: a preliminary report. Cytobios. 34(135–
36):145–152.

Hatma, R.D. (2011). Sosial Determinan Dan Faktor Risiko Kardiovaskular


Heart Disease in Dyslipidemic Patients: Results from a survey in 13
cities in Indonesia, Med.J. Indonesia 10: 42-4

29
Hipolipidemik Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Jurnal Ilmiah Kedokteran.
Program StudiFarmasi FMIPA. UNSRAT Manado. Vol.2 No.02 Hal:
37.
Hopkins, A. L., Lamm, M. G., Funk, J. L., dan Ritenbaugh, C. 2013
Hibiscus sabdariffa L. in the Treatment of Hypertension and
Hyperlipidemia: A Comprehensive Review of Animal and
Human Studies. Fitoterapia. Vol. 85: 84–94
Iswantini, D., Silitonga, R. F., Martatilofa, E., dan Darusman, L. K.
2011. Zingiber cassumunar, Guazuma ulmifolia, and
Murraya paniculata Extracts as Antiobesity: In Vitro
Inhibitory Effect on Pancreatic Lipase Activity. HAYATI
Journal of Biosciences. Vol. 18(1): 6-10.

ITIS Standard Report. 2017. ITIS Standard Report Page: Allium


sativum. https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=42652#null [Diakses pada
2 November 2018].

Lim, T. K. 2016. Zingiber Officinale. Elsevier Inc. Edible Medicinal


and Non-Medicinal Plants.

Mahdaviroshan, M., J. Nasrollahzadeh, dan E. Khodadadi. 2016.


Effects of garlic supplementation on blood pressure. Journal
of Paramedical Sciences. 5(August)

Mahmudatus sholihah. 2016. Uji aktivitas antihiperlipidemia


kombinasi ekstrak daun jati belanda (guazuma ulmifolia
lamk.) Dan kelopak bunga rosella (hibiscus sabdariffa l.)
Pada tikus putih jantan galur wistar (rattus norvegicus).
Skripsi. Jember: digital respiratori universitas jember.

Maldini, M., Micco, S. D., Montoro, P., Darra, E., Mariotto, S.,
Bifulco, G., Pizza, C., dan Sonia, S. 2013. Flavanocoumarins

30
from Guazuma ulmifolia Bark and Evaluation of their
Affinity for STAT1. Phytochemistry. Vol. 86: 64-71.

Mardisiswojo, S., dan Rajakmangunsudarso, H. 1985. Cabe Puyang


Warisan Nenek Moyang. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.

Maryani. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosella. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Meirindasari N, Murwani H, Tjahjono K. Pengaruh pemberian jus biji pepaya


(Carica papaya linn) terhadap kadar kolesterol total tikus sprague
dawly dislipidemia.2013;2(3):330-8.

Ochani, P. C., dan D’Mello, P. 2009. Antioxidant and Antihyperlipidemic


Activity of Hibiscus sabdariffa Linn. Leaves and Calyces Extracts in
Rats. Indian Journal of Experimental Biology. Vol. 47: 276- 282.

RantiG.C., Fatimawali, Wehantouw F. 2013. Uji Efektivitas Ekstrak Flavonoid


dan Steroid dariGedi (Abelmoschusmanihot) Sebagai Anti obesitas dan

Roshanak Ghods, Manouchehr Gharouni, Massoud Amanlou, Niusha Sharifi, Ali


Ghobadi, Gholamreza Amin. Effect of Onopordon acanthium L. as Add
on Antihypertensive Therapy in Patients with Primary Hypertension
Taking Losartan: a Pilot Study.2018. Advanced Pharmaceutical Buletin.
Rustanto, T.N. (2013). Efek Ekstrak Metanol Daun Bayam (Amaranthus
sp) terhadap Kadar Kolesterol Tikus (Rattus norvegicus galur
Wistar) yang diberi Diet Aterogenik. Skripsi, Universitas Brawijaya:
Malang.Medicine; 136 (13).
Santoso, H. B. 2000. Bawang Putih. Edisi 12. Yogyakarta: Kanisius.
Sari, I. P., Nurrochmad, A., dan Setiawan, I. M. 2013. Indonesian
Herbals Reduce Cholesterol Levels in Diet-Induced
Hypercholesterolemia through Lipase Inhibition. Malaysian
Journal Of Pharmaceutical Sciences. Vol. 11(1): 13– 20.

31
Siegel, G., J. Emden, K. Wenzel, J. Mironneau, dan G. Stock. 1992.
Potassium channel activation in vascular smooth muscle.
Advances in experimental medicine and biology. 311:53–72.
Shaban, M. I., N. F. A. El-gahsh, A. El-said, dan H. El-sol. 2017.
Ginger : it ’ s effect on blood pressure among hypertensive
patients. 6(5):79–86.
Sharma, M., Yashwant, dan Prasad, S. B. 2013. Hepatoprotective Activity of
Guazoma Tomentosa Leaf Extracts Against CCl4 Induced Liver
Damage in Rats. International Journal of Current Pharmaceutical
Review and Research, Vol. 4 (4): 128-138.

Suharmiyati, dan Maryani, H. 2003. Khasiat & Manfaat Jati Belanda:


Sipelansing & Peluruh Kolesterol. Yogyakarta: Agro Media Pustaka.

Sumirah Budi Pertami, B. D. (2017). EFFECT OF CUCUMBER (CUCUMIS


SATIVUS) JUICE ON LOWERING BLOOD PRESSURE IN
ELDERLY. Department of Nursing, Polytechnic of Health Malang,
Ministry of Health Republic of Indonesia.

sumpena, U. (2001). Budidaya Mentimun Intensif. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suprapti, M.L. Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Kanisius.


Yogyakarta; 2005.
Talbert, R.L.(2005). Hyperlipidemia, In Dipiro, J,T., Talbert R,L., Yee, G,C.,
Matzke,G. R.,Wells, B.G., Posey, LM., (Eds), Pharmacology,
A Pathophisiologyc Approach, 6th Edition, McGraw-Hill Medical
Publishing Division, USA.
Wijayakusuma, M. H. 2008. Ramuan Herbal Penurun Kolesterol. Jakarta:
Pustaka Bunda.XWorld Health Organization. 1999. Radix glycyrrhizae.
WHO monographs on selected medicinal plants. 1:183–194.

32
33

Anda mungkin juga menyukai