Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PENGUJIAN TARIK

2.1. Tujuan:
1. Mengetahui standar dan prosedur pengujian tarik dengan baik dan benar
2. Mengetahui besaran – besaran sifat mekanik yang di peroleh pada
pengujian tarik
3. Mengetahui fenomena – fenomena yang terjadi saat pengujian tarik
4. Manpu mengelolah data hasil pengujiaan tarik
5. Mampu membaca dan menggambarkan ulang grafik yang dihasilkan
dalam pengujian tarik

2.2. Teori Dasar


Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan atau material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil
yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan
desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik
digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang
diberikan secara lambat.

Gambar 2.1. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.

7
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada
kedua arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban
yang sama besarnya.
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan
pada material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan
pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan
bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana,
murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah bentuk dan
dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.
a. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau
D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya
patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk
spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.
b. Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak
tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw
break). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi
di seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak
bergesekan langsung dengan face.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan
bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan
estándar baku pengujian.

Gambar 2.2. Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 8


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang


didapatkan.

Gambar 2.3. Contoh kurva uji tarik


Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata
dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi
beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Sebagai
berikut:
S= P/A0
Keterangan ;
S : besarnya tegangan (kg/mm2)
P : beban yang diberikan (kg)
A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah
regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang
dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti
berikut.

Keterangan ; e : Besar regangan


L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo : Panjang awal benda uji (mm)
Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 9
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung


pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan
keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang
digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah
kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan dan
pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan
dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding
lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah
remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut
daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan
luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini
bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan
bertambahnya regangan plastik.
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus
elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan:

Keterangan ; E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),


e : regangan
σ : Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik
(sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya
regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas penampang
lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan
oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu
titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa
beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan
benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas
penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan
Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 10
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan
beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.
1. Kekuatan Tarik
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan
tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength atau UTS), adalah
beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji.

di mana, Su = Kuat tarik


Pmaks = Beban maksimum
A0 = Luas penampang awal
Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan
beban maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang
sangat terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu
uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam
kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan
tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan
beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa
nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali kegunaannya untuk
tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk berapa lama,

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 11


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik,


dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.
Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang
lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan
luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik
untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan
merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip dengan
kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan. Selanjutnya,
karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah
dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan
spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara
kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering
dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan kriteria
yang tepat untuk keperluan perancangan.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit
demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan sukar
ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan batas luluh
yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan
digunakan.
Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala
regangan 2.10-6 inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan
gerakan beberapa ratus dislokasi.
Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan
proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara
mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan.
Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan
tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah
ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas
elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati yang
diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro. Dengan ketelitian regangan
Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 12
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

yang sering digunakan pada kuliah rekayasa (10-4 inci), batas elastik lebih besar
daripada batas proporsional. Penentuan batas elastik memerlukan prosedur
pengujian yang diberi beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang
membosankan.
2. Kekuatan luluh (yield strength)
Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik
adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan
titik yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis

Keterangan ; Ys : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)


Py : Besarnya beban di titik yield (kg)
Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)
Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit
demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar
ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan
untuk sifat ini adalah kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan
dengan perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar
dengan elastis ofset kurva oleh regangan tertentu. Di Amerika
Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002
atau 0,001)

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda
uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat
beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan
0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di
Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga
Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 13
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode offset
biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena
metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau
batas proporsional.
3. Pengukuran Keliatan (keuletan)
Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat
diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum
pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal.
Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa
terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya pengerolan
dan ekstrusi. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai
kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah. Sebagai
petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi pengolahan
4. Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan
keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya
ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan
mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu sifat-sifat
mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya
penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.
Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.

Dimana, s = tegangan
ε = regangan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 14


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Tabel 2.1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu

5. Kelentingan (resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada
waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya
dihilangkan. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni
energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari
tegangan nol hingga tegangan luluh σo. Energi regangan tiap satuan volume untuk
beban tarik satu sumbu adalah :
Uo = ½ σxеx
Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah :

Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi
pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal
pegas mekanik, adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan
modulus elastisitas rendah.
6. Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah
plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan
atau didefinisikan. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas
keseluruhan daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan
jumlah energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa
Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 15
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

mengakibatkan pecah. Ketangguhan (S0) adalah perbandingan antara kekuatan


dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.
UT ≈ su ef
atau

Untuk material yang getas

Keterangan; UT : Jumlah unit volume


Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas
penampang lintang. Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan tiga
sumbu yang terjadi pada benda uji tarik saat terjadi patah. Karena data yang
diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh, maka tegangan patah sejati
sering tidak tepat nilai.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 16


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

2.3. Metodelogi Praktikum


2.3.1. Skema Proses

Persiapkan alat dan bahan

• r

Mengukur spesimen uji

Mencari daerah gauge pada spesimen uji

Kunci spesimen pada alat uji tarik

• r

Simpan milimeter block

• r

Nyalakan mesin uji tarik

• r

Catat hasil pengujian

• r

Lepas spesimen uji dari mesin uji tarik

• r

Ukur spesimen uji dan cacat hasil pengujian

• r

Lakukan analisa dan berikan kesimpulan

• r
Gambar 2.4 Skema proses pengujian tarik

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 17


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

2.3.2. Penjelasan Skema Proses


1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengukur Spesimen uji sesuai dengan ukuran standar ASTM E8M
3. Mencari daerah gauge yaitu daerah yang akan mengalami patahan saat
dilakukan pengujian tarik
4. Menyimpan spesimen uji tarik pada mesin uji tarik dan kemudian kunci
spesimen uji pada grip atas dan grip bawah
5. Menyompan milimeter block pada mesin uji tarik untuk memperoleh
kurva mesin
6. Menyalakan mesin uji tarik dan lakukan penarikan pada spesimen uji
hingga spesimen uji menjadi putus
7. Mengamati dan mencatat hasil dari pengujian tarik
8. Melepaskan spesimen dari mesin uji tarik
9. Mencatat dan mengukur ulang spesimen uji setelah dilakukan penarikan
10. Melalukan analisan dan berikan kesimpulan selama proses pengujian tarik

2.4. Alat Dan Bahan


2.4.1 Alat
1. Jangka Sorong : 1 buah
2. Penggaris : 1 buah
3. Pensil : 1 pasang
4. Mesin Uji Tarik : 1 buah
5. Spidol : 1 buah

2.4.2 Bahan
1. Spesimen Uji Tarik (Thermal Alumunium) : Secukupnya
2. Milimeter Block : 1 buah

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 18


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

2.5. Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1 Pengumpulan Data
Standar Pengujian : ASTM E8M
Tabel 2.2 Data Sebelum Penarikan
No Data
1 Jenis Material Thermal alumunium
2 Panjang Awal (l0) 30 mm
3 Diameter Awal (d0) 6,45 mm
4 Luas Penampang Awal (A0) 32,65 mm

Tabel 2.3 Data Setelah Penarikan


No Data
310 kg
1 Beban Maksimum (Fmax)
15,5 kotak
2 Skala 1 kotak : 20 kg
4,2 kotak
3 Beban Yield (Fy)
86 kg
4 Panjang Akhir (lf) 35 mm
5 Diameter Akhir (df) 2,9 mm
6 Luas Penampang Akhir (Af) 6,6 mm2
5 mm
7 Perubahan Panjang (∆l)
15 kotak
8 Kekuatan Tarik (σu) 9,49 kg/mm2 = 94,9 MPa
9 Kekuatan Yield (σy) 2,63 kg/mm2 = 26, 3 MPa

10 Keuletan (Ԑ) 17%


11 Modulus Elastisitas (E) 15,49 kg/mm2 = 1,549
GPa

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 19


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Tabel 2.4 Data Kurva Mesin ,Kurva Teknis dan Kurva Sebenarnya Mesin Konvensional
KURVA
KURVA MESIN KURVA TEKNIS
SEBENARNYA
TITIK
S σ
F (Kg) ∆L (mm) e ɛ
(kg/mm²) (kg/mm²)
1 0 0 0 0 0 0
2 60 0,27 1,83 0,009 1,83 0,009
3 82 0,54 2,51 0,018 2,51 0,018
4 104 0,81 3,18 0,027 3,18 0,027
5 122 1,08 3,37 0,036 3,37 0,036
6 144 1,35 4,41 0,045 4,41 0,045
7 184 1,62 5,63 0,054 5,63 0,054
8 240 1,89 7,39 0,063 7,39 0,063
9 268 2,16 8,2 0,072 8,2 0,072
10 300 2,43 9,18 0,081 9,18 0,081
11 306 2,7 9,42 0,09 9,42 0,09
12 300 2,94 9,18 0,099 9,18 0,099
13 300 3,24 9,18 0,108
14 296 3,51 9,06 0,117
15 282 3,78 8,63 0,126
16 240 4,32 7,35 0,144

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 20


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

Gambar 2.5 Standar spesimen uji tarik

Gambar 2.6 Spesimen sebelum patah

Gambar 2.7 Spesimen Setelah Patah

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 21


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

2.5.1. Pengolahan Data


a. PerhitunganSpesimen
1 1
𝐴₀ = 𝜋𝑑2 = 𝑥 3,14 𝑥 6,452 = 32,65 𝑚𝑚²
4 4
1 1
𝐴ᵳ = 𝜋𝑑2 = 𝑥 3,14 𝑥 2,92 = 6,6 𝑚𝑚²
4 4
𝐹𝑚𝑎𝑥
𝜎ᵤ = = 32,65 = 9,49 𝑘𝑔/𝑚𝑚²
𝐴₀
𝐹𝑦 86
𝜎𝑦 = = = 2,633 𝑘𝑔/𝑚𝑚²
𝐴₀ 32,65
∆𝐿 5
𝜀= 𝑥 100% = 𝑥100% = 17%
𝑙0 30
𝜎𝑦 2,633
𝐸= = = 15,49 𝑘𝑔/𝑚𝑚²
𝜀 0,17

b. Perhitungan F (kg)
F1 = 0 x 20 =0 F9 = 13,4 x 20 = 268 kg
F2 = 3 x 20 = 60 kg F10 = 15 x 20 = 300 kg
F3 = 4,1 x 20 = 82 kg F11 = 15,3 x 20 = 306 kg
F4 = 5,2 x 20 = 104 kg F12 = 15 x 20 = 300 kg
F5 = 6,1 x 20 = 122 kg F13= 15 x 20 = 300 kg
F6 = 7,2 x 20 = 144 Kg F14= 14,8 x 20 = 296 Kg
F7 = 9,2 x 20 = 184 Kg F15= 14,1 x 20 = 282 Kg
F8 = 12 x 20 = 240 Kg F16= 12 x 20 = 240 Kg
c. Perhitungan ∆L
∆L1 = 0 x 0,27 = 0 ∆L9 = 8 x 0,27 = 2,16 mm
∆L2 = 1 x 0,27 = 0,27 mm ∆L10 = 9 x 0,27 = 2,45 mm
∆L3 = 2 x 0,27 = 0,54 mm ∆L11= 10 x 0,27 = 2,7 mm
∆L4 = 3 x 0,27 = 0,81 mm ∆L12= 11x 0,27 = 2,97 mm
∆L5 = 4 x 0,27 = 1,08 mm ∆L13= 12 x 0,27 = 3,24 mm
∆L6 = 5 x 0,27 = 1,35 mm ∆L14= 13 x 0,27 = 3,51 mm
∆L7 = 6 x 0,27 = 1,62 mm ∆L15= 14 x 0,27 = 3,78 mm
∆L8 = 7 x 0,27 = 1,89 mm ∆L16= 16 x 0,27 = 4,32 mm

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 22


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

d. Perhitungan S dan e untuk mendapatkan kurva teknik


𝐹 ∆L
𝑆=𝐴 ; 𝑒= 𝐿

Dimana : A₀ = 32,65 mm²


L₀ = 30 mm
0 268
S1 = 32,65 = 0 S9 = 32,65 = 8,2 𝑘𝑔/𝑚𝑚²
60 300
S2 = 32,65 = 1,83 𝑘𝑔/𝑚𝑚² S10 = 32,65 = 9,18 𝑘𝑔/𝑚𝑚²
82 306
S3 = 32,65 = 2,51 𝑘𝑔/𝑚𝑚² S11 = 32,65 = 9,42 𝑘𝑔/𝑚𝑚²
104 300
S4 = 32,65 = 3,18 𝑘𝑔/𝑚𝑚² S12 = 32,65 = 9,18 𝑘𝑔/𝑚𝑚²
122 300
S5 = 32,65 = 3,37 𝑘𝑔/𝑚𝑚² S13 = 32,65 = 9,18 𝑘𝑔/𝑚𝑚²
144 296
S6 = 32,65 = 4,41 𝐾𝑔/𝑚𝑚² S14 = 32,65 = 9,06 𝑘𝑔/𝑚𝑚²
184 282
S7 = 32,65 = 5,63 𝑘𝑔/𝑚𝑚² S15 = 32,65 = 8,63 𝑘𝑔/𝑚𝑚²
240 240
S8 = 32,65 = 7,39 𝑘𝑔/𝑚𝑚² S16 = 32,65 = 7,35 𝑘𝑔/𝑚𝑚²

Perhitungan e
0 2,16
е1 = 30 = 0 e9 = = 0,072
30
𝑜,27 2,43
e2 = = 0,009 e10 = = 0,081
30 30
0,54 2,7
e3 = = 0,018 e11 = = 0,09
30 30
0,81 2,97
e4 = = 0, 027 e12 = = 0,099
30 30
1,08 3,24
e5 = = 0,036 e13 = = 0,108
30 30
1,35 3,51
е6 = = 0,045 e14 = = 0,117
30 30
1,62 3,78
e7 = = 0,054 e15 = 30 = 0,126
30
1,89 4,32
e8 = = 0,063 e16 = 30 = 0,144
30

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 23


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

e. Perhitungan Ԑ untuk mendapatkan kurva sebenarnya


Ԑ = ln (e ke-n + 1)
Diketahui:
σ1 = 1,83 Kg/mm2 e1 = 0,009
σ2 = 2,51 Kg/mm2 e2 = 0,018
σ3 = 3,18 Kg/mm2 e3 = 0,027
σ4 = 3,37 Kg/mm2 e4 = 0,036
σ5 = 4,41 Kg/mm2 e5 = 0,045
σ6 = 5,63 Kg/mm2 e6 = 0,054
σ7 = 7,39 Kg/mm2 e7 = 0,063
σ8 = 8,2 Kg/mm2 e8 = 0, 072
σ9 = 9,18 Kg/mm2 e9 = 0,081
σ10 = 9,42 Kg/mm2 e10= 0,09

Ԑ1 = ln (0,009 + 1) = 8,95.10-3 Ԑ6 = ln (0,054 + 1) = 52,5.10-3


Ԑ2 = ln (0,018 + 1) = 17,6.10-3 Ԑ7 = ln (0,063 + 1) = 61,09.10-3
Ԑ3 = ln (0,027 + 1) = 26,6.10-3 Ԑ8 = ln (0,072 + 1) = 69,52.10-3
Ԑ4 = ln (0,036 + 1) = 35,3.10-3 Ԑ9 = ln (0,081 + 1) = 78,81.10-3
Ԑ5 = ln (0,045 + 1) = 44,01.10-3 Ԑ10 = ln (0,09 + 1) = 86,17.10-3

Mencari titik Fracture


𝐹𝑓 200 𝐾𝑔
σf = 𝐴𝑓 = 6,6 𝑚𝑚2 = 30,30 Kg/mm2
𝐴𝑜 32,65
Ԑf = ln 𝐴𝑓 = ln = 1590.10-3
6,6

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 24


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

f. Kurva mesin

Kurva mesin
18
16
14
12
Beban (F)

10
8
6
4
2
0
0 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Perpanjangan (∆L)

g. Konversi kurva mesin ke kurva teknis

Kurva teknis
10
9
8
7
Tegangan (σ)

6
5
4
3
2
1
0

Regangan (e)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 25


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

h. Konversi kurva teknis ke kurva sebenarnya

Kurva teknis
1800
1600
1400
1200
Tegangan (σ)

1000
800
600
400
200
0
0 0.0090.0180.0270.0360.0450.0540.0630.0720.0810.09 30.3
Elongation (Ԑ)

i. Perbandingan kurva teknis dan kurva sebenarnya

Kurva teknis
1800
1600
1400
Tegangan (σ)

1200
1000
800
Kurva Teknis
600
400 Kurva Sebenarnya
200
0
0.09
0.009
0.018
0.027
0.036
0.045
0.054
0.063
0.072
0.081

0.099
0.108
0.117
0.126
0.144
30.3
0

Regangan (e)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 26


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

2.6. Analisa Dan Pembahasan


Pengujian tarik adalah salah satu jenis pengujian destructive test dimana
pengujian yang dilakukan sampai spesimen menjadi hancur atau patah. Pengujian
tarik juga adalah pengujian yang sering dilakukan karena pada saat pengujian tarik
dilakukan banyak sifat mekanik yang akan diperoleh. Seperti, kekuatan tarik
(tensile strength), kekuatan yield (Yield Strength), ketangguhan (toughness),
modulus elastisitas, perpanjangan (elongation) dan reduksi penampang (reduction
in area).

Sebelum melakukan pengujian tarik praktikan menyiapkan spesimen berupa


logam silinder berupa jenis material thermal alumunium yang sudah distandarisasi
sesuai ASTM E8-M. Setelah melakukan standarisasi pada spesimen uji lalu
praktikan mencari daerah gauge,daerah gouge adalah daerah dimana terjadinya
patahan (fracture) serta menghitung beberapa nilai untuk data sebelum penarikan,
seperti Panjang awal, diameter awal dan luas permukaan awal . Mesin uji tarik
yang praktikan gunakan adalah mesin uji tarik UTM (universal testing machine)
yaitu mesin uji tang dapat melakukan panyak pengujian tidak hanya untuk
pengujian tarik saja.

Setelah spesimen sudah dilakuakn preparasi dan dibentuk sesuai standar


ASTM E8-M praktikan lanjut melakukan pengujian tarik, dimana spesimen
praktikan simpan pada mesin uji tarik dan menyimpan milimeter block yang
berfungsi untuk memperoleh kurva mesin saat proses pengujian tarik berlangsung
dan amati besar beban maksimum yang dtunjukan pada dial indikator. Setalah itu
hitung berapa kotak yang diperoleh didalam milimeter block saat pengujian tarik
berlangsung hitung berapa kilogram untuk mewaliki 1 buah kotak pada milimeter
block dengan membagi beban maksimum dengan jumlah kotak yang di peroleh.
setelah itu lakukan pengukuran kembali untuk memperoleh nilai untuk data
setelah penarikan.

Ambil beberapa titik pada milimeter block untuk dijadikan kurva mesin,
pada kurva mesin pada sumbu x itu berupa beban yang diberikan (F) sedangkan
Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 27
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

untuk sumbu y adalah perubahan panjang (∆L) jadi kurva mesin menggambarkan
seriap pertambahan besar nilai pembebanan akan menghasilkan perubahan
perbanjangan terhadap spesimen uji. Setelah memperoleh kurva mesin praktikan
melakukan mentranformasikan kurva mesin yang diperoleh saat pengujian tarik
menjadi kurva teknis. Karena kurva teknis adalah kurva yang digunakan didalam
dunia industri. Untuk kurva teknis yajng digunakan adalah perbandingan antara
tegangaan (σ) pada sumbu x dan regangan (e) pada sumbu y.

Oleh sebab itu praktikan mencari berapa besaran regangan (σ) dan tegangan
(e) yang terbentuk tiap titiknya berdasarkan data pada kurva mesin. Dengan cara
membagi tiap besaran pembebanan (F) tiap titik dengan luas permukaan awal
spesimen uji yang akan memperoleh besaran nilai tegangan (σ) disetiap titiknya,
sedangkan untuk besarnya regngan yang terjadi di setiap titiknya dicari dengan
membagi perubahan panjang (∆L) dengan panjang awal spesimen uji. Setelah
praktikan memperoleh besaran regangan dan tegangan disetiap titiknya praktikan
membuat kurva teknisnya.

Namun sebenarnya kurva teknis dan kurva mesin tidak menggambarkan


hasil yang sebenarnya oleh sebab itu ada satu kurva yang dapat menggambarkan
hasil pengujian yang sebenarnya yaitu kurva sebenarnya, dimana untuk mencari
kurva sebenarnya adalah mentransformasikan kurva teknis. Dimana tegangannya
diubah dari membagi dengan luas permukaan awal menjadi dibagi dengan luas
permukaan akhir dan untuk sumbu yang lain menggubah regangan (e) mengadi
elongation (Ԑ) dan akan dihasilkan setiap naiknya regangan maka elongation (Ԑ)
yang terjadi akan semakin besar.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 28


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3

2.7. Kesimpulan
1. Pengujian tarik adalah salah satu jenis pengujian destructive test
2. Mesin UTM (universal testing material) adalah mesin uji yang dapat
menguji spesimen uji dengan beberapa metode pengujian
3. Standar yang digunakan untuk pengujian tarik adalah ASTM E8-M
Sifat mekanik yang diperoleh dalam pengujian tarik adalah kekuatan tarik
(tensile strength), kekuatan yield (Yield Strength), ketangguhan (toughness),
modulus elastisitas, perpanjangan (elongation) dan reduksi penampang
(reduction in area).
4. Kurva yang di peroleh dalam pengujian tarik adalah kurva mesin yang
kemudia akan di transformasikan menjadi kurva teknis dan kurva
sebenarnya
5. Fenomena yang terjadi adalah necking dan fracture
6. Untuk melakukan pengujian tarik spesimen uji harus dibuat standar
terlebih dagulu

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 29

Anda mungkin juga menyukai