Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENGUJIAN TARIK
2.1. Tujuan:
1. Mengetahui standar dan prosedur pengujian tarik dengan baik dan benar
2. Mengetahui besaran – besaran sifat mekanik yang di peroleh pada
pengujian tarik
3. Mengetahui fenomena – fenomena yang terjadi saat pengujian tarik
4. Manpu mengelolah data hasil pengujiaan tarik
5. Mampu membaca dan menggambarkan ulang grafik yang dihasilkan
dalam pengujian tarik
7
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3
Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada
kedua arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban
yang sama besarnya.
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan
pada material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan
pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan
bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana,
murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah bentuk dan
dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.
a. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau
D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya
patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk
spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.
b. Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak
tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw
break). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi
di seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak
bergesekan langsung dengan face.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan
bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan
estándar baku pengujian.
regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan
beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan.
1. Kekuatan Tarik
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan
tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength atau UTS), adalah
beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji.
yang sering digunakan pada kuliah rekayasa (10-4 inci), batas elastik lebih besar
daripada batas proporsional. Penentuan batas elastik memerlukan prosedur
pengujian yang diberi beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang
membosankan.
2. Kekuatan luluh (yield strength)
Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik
adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan
titik yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda
uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat
beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan
0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di
Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga
Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 13
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3
ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode offset
biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena
metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau
batas proporsional.
3. Pengukuran Keliatan (keuletan)
Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat
diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum
pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal.
Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa
terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya pengerolan
dan ekstrusi. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai
kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah. Sebagai
petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi pengolahan
4. Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan
keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya
ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan
mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu sifat-sifat
mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya
penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.
Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.
Dimana, s = tegangan
ε = regangan
5. Kelentingan (resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada
waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya
dihilangkan. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni
energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari
tegangan nol hingga tegangan luluh σo. Energi regangan tiap satuan volume untuk
beban tarik satu sumbu adalah :
Uo = ½ σxеx
Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah :
Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi
pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal
pegas mekanik, adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan
modulus elastisitas rendah.
6. Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah
plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan
atau didefinisikan. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas
keseluruhan daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan
jumlah energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa
Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 15
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3
• r
• r
• r
• r
• r
• r
• r
• r
Gambar 2.4 Skema proses pengujian tarik
2.4.2 Bahan
1. Spesimen Uji Tarik (Thermal Alumunium) : Secukupnya
2. Milimeter Block : 1 buah
Tabel 2.4 Data Kurva Mesin ,Kurva Teknis dan Kurva Sebenarnya Mesin Konvensional
KURVA
KURVA MESIN KURVA TEKNIS
SEBENARNYA
TITIK
S σ
F (Kg) ∆L (mm) e ɛ
(kg/mm²) (kg/mm²)
1 0 0 0 0 0 0
2 60 0,27 1,83 0,009 1,83 0,009
3 82 0,54 2,51 0,018 2,51 0,018
4 104 0,81 3,18 0,027 3,18 0,027
5 122 1,08 3,37 0,036 3,37 0,036
6 144 1,35 4,41 0,045 4,41 0,045
7 184 1,62 5,63 0,054 5,63 0,054
8 240 1,89 7,39 0,063 7,39 0,063
9 268 2,16 8,2 0,072 8,2 0,072
10 300 2,43 9,18 0,081 9,18 0,081
11 306 2,7 9,42 0,09 9,42 0,09
12 300 2,94 9,18 0,099 9,18 0,099
13 300 3,24 9,18 0,108
14 296 3,51 9,06 0,117
15 282 3,78 8,63 0,126
16 240 4,32 7,35 0,144
b. Perhitungan F (kg)
F1 = 0 x 20 =0 F9 = 13,4 x 20 = 268 kg
F2 = 3 x 20 = 60 kg F10 = 15 x 20 = 300 kg
F3 = 4,1 x 20 = 82 kg F11 = 15,3 x 20 = 306 kg
F4 = 5,2 x 20 = 104 kg F12 = 15 x 20 = 300 kg
F5 = 6,1 x 20 = 122 kg F13= 15 x 20 = 300 kg
F6 = 7,2 x 20 = 144 Kg F14= 14,8 x 20 = 296 Kg
F7 = 9,2 x 20 = 184 Kg F15= 14,1 x 20 = 282 Kg
F8 = 12 x 20 = 240 Kg F16= 12 x 20 = 240 Kg
c. Perhitungan ∆L
∆L1 = 0 x 0,27 = 0 ∆L9 = 8 x 0,27 = 2,16 mm
∆L2 = 1 x 0,27 = 0,27 mm ∆L10 = 9 x 0,27 = 2,45 mm
∆L3 = 2 x 0,27 = 0,54 mm ∆L11= 10 x 0,27 = 2,7 mm
∆L4 = 3 x 0,27 = 0,81 mm ∆L12= 11x 0,27 = 2,97 mm
∆L5 = 4 x 0,27 = 1,08 mm ∆L13= 12 x 0,27 = 3,24 mm
∆L6 = 5 x 0,27 = 1,35 mm ∆L14= 13 x 0,27 = 3,51 mm
∆L7 = 6 x 0,27 = 1,62 mm ∆L15= 14 x 0,27 = 3,78 mm
∆L8 = 7 x 0,27 = 1,89 mm ∆L16= 16 x 0,27 = 4,32 mm
Perhitungan e
0 2,16
е1 = 30 = 0 e9 = = 0,072
30
𝑜,27 2,43
e2 = = 0,009 e10 = = 0,081
30 30
0,54 2,7
e3 = = 0,018 e11 = = 0,09
30 30
0,81 2,97
e4 = = 0, 027 e12 = = 0,099
30 30
1,08 3,24
e5 = = 0,036 e13 = = 0,108
30 30
1,35 3,51
е6 = = 0,045 e14 = = 0,117
30 30
1,62 3,78
e7 = = 0,054 e15 = 30 = 0,126
30
1,89 4,32
e8 = = 0,063 e16 = 30 = 0,144
30
f. Kurva mesin
Kurva mesin
18
16
14
12
Beban (F)
10
8
6
4
2
0
0 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Perpanjangan (∆L)
Kurva teknis
10
9
8
7
Tegangan (σ)
6
5
4
3
2
1
0
Regangan (e)
Kurva teknis
1800
1600
1400
1200
Tegangan (σ)
1000
800
600
400
200
0
0 0.0090.0180.0270.0360.0450.0540.0630.0720.0810.09 30.3
Elongation (Ԑ)
Kurva teknis
1800
1600
1400
Tegangan (σ)
1200
1000
800
Kurva Teknis
600
400 Kurva Sebenarnya
200
0
0.09
0.009
0.018
0.027
0.036
0.045
0.054
0.063
0.072
0.081
0.099
0.108
0.117
0.126
0.144
30.3
0
Regangan (e)
Ambil beberapa titik pada milimeter block untuk dijadikan kurva mesin,
pada kurva mesin pada sumbu x itu berupa beban yang diberikan (F) sedangkan
Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 27
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 3
untuk sumbu y adalah perubahan panjang (∆L) jadi kurva mesin menggambarkan
seriap pertambahan besar nilai pembebanan akan menghasilkan perubahan
perbanjangan terhadap spesimen uji. Setelah memperoleh kurva mesin praktikan
melakukan mentranformasikan kurva mesin yang diperoleh saat pengujian tarik
menjadi kurva teknis. Karena kurva teknis adalah kurva yang digunakan didalam
dunia industri. Untuk kurva teknis yajng digunakan adalah perbandingan antara
tegangaan (σ) pada sumbu x dan regangan (e) pada sumbu y.
Oleh sebab itu praktikan mencari berapa besaran regangan (σ) dan tegangan
(e) yang terbentuk tiap titiknya berdasarkan data pada kurva mesin. Dengan cara
membagi tiap besaran pembebanan (F) tiap titik dengan luas permukaan awal
spesimen uji yang akan memperoleh besaran nilai tegangan (σ) disetiap titiknya,
sedangkan untuk besarnya regngan yang terjadi di setiap titiknya dicari dengan
membagi perubahan panjang (∆L) dengan panjang awal spesimen uji. Setelah
praktikan memperoleh besaran regangan dan tegangan disetiap titiknya praktikan
membuat kurva teknisnya.
2.7. Kesimpulan
1. Pengujian tarik adalah salah satu jenis pengujian destructive test
2. Mesin UTM (universal testing material) adalah mesin uji yang dapat
menguji spesimen uji dengan beberapa metode pengujian
3. Standar yang digunakan untuk pengujian tarik adalah ASTM E8-M
Sifat mekanik yang diperoleh dalam pengujian tarik adalah kekuatan tarik
(tensile strength), kekuatan yield (Yield Strength), ketangguhan (toughness),
modulus elastisitas, perpanjangan (elongation) dan reduksi penampang
(reduction in area).
4. Kurva yang di peroleh dalam pengujian tarik adalah kurva mesin yang
kemudia akan di transformasikan menjadi kurva teknis dan kurva
sebenarnya
5. Fenomena yang terjadi adalah necking dan fracture
6. Untuk melakukan pengujian tarik spesimen uji harus dibuat standar
terlebih dagulu