Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN KEJURUAN BERORIENTASI PROSES

DAN PRODUK

Perkembangan industri yang begitu pesat berdampak pada tuntutan terhadap


perkembangan di dunia pendidikan. Transformasi industri menuju industri 4.0 mengharuskan
penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja. Pilihannya hanya
kita ikut terlibat didalamnya atau justru tertinggal.
Apa sesungguhnya Industri 4.0? Istilah ini pertama dikenalkan di Jerman pada 2011.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, pada pertemuan tahunan WEF 2015, menjelaskan bahwa
industri 4.0 mengintegrasikan dunia online dengan produksi industri. Ini dapat dibayangkan
sebuah pabrik pintar yang di dalamnya terdapat mesin-mesin dan robot yang dapat bekerja
menjalankan tugas-tugas rumit, bertukar informasi, saling memberi dan menerima perintah
secara otomatis tanpa melibatkan manusia. Semua proses produksi tersebut berjalan dengan
internet sebagai penopang utama. Semua obyek dilengkapi perangkat teknologi yang dibantu
sensor.
Revolusi Industri 4.0 adalah upaya transformasi teknologi industri untuk meningkatkan
efisiensi dengan mengintegrasikan kemampuan digital dan lini produksi di industri yang
mengacu pada peningkatan otomatisasi, komunikasi machine-to-machine dan human-to-
machine, artificial intelligence, dan pengembangan teknologi berkelanjutan pada industri.
Tuntutan tersebut tak dapat dihindarkan, tetapi harus disambut dengan cara mempersiapkan
diri semaksimal mungkin menyambut era industri 4.0. Implementasi revolusi Industri 4.0
membutuhkan keterampilan baru sehingga perlu disiapkan SDM dengan kompetensi sesuai
dengan pengembangan teknologi menjadi sebuah keharusan yang tak dapat ditawar
Pendidikan harus mencerminkan proses dalam memanusiakan manusia. Dimana tingkat
keberhasilannya sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset dan
mengoptimalkan perkembangan manusia. Sehingga setiap prosesnya merupakan proses yang
berkesinambungan dan kompleks. Proses merupakan sebuah hal yang penting bukan hanya
hasil yang diutamakan.
Upaya untuk mendapatkan aset bagi kebutuhan industri yaitu melalui pendidikan
formal bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK merupakan pendidikan yang
menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja. Sehingga lulusannya
diharapkan mampu mengembangkan sikap profesionalisme di bidang kejuruan. Lulusan
pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang mampu bekerja
menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja.
Kehadiran SMK sekarang ini semakin dibutuhkan masyarakat khususnya masyarakat yang
berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan pendidikan
kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang memiliki
keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang keahliannya.
Upaya untuk mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan
tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan kurikulum yang dirancang dan
dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders. Kurikulum
pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan
kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan
tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi kelompok A, B dan C.
Kurikulum yang diimplementasikan di SMK saat ini, khusus untuk kelompok produktif
menggunakan kurikulum 2013 versi 2018. Pada kurikulum 2013, siswa dituntut untuk
memiliki kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik, Dalam bingkai mampu berfikir
kritis. Implementasi kurikulum ini menuntut kreativitas guru di dalam memberikan
pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kompetensi peserta didik, karena betapapun
baiknya kurikulum yang telah direncanakan pada akhirnya berhasil atau tidaknya sangat
tergantung pada sentuhan aktivitas dan kreativitas guru sebagai ujung tombak implementasi
suatu kurikulum.
Pendekatan pendidikan di SMK hendaknya mengarah pada pendekatan berbasis
kompetensi, berbasis produksi dan berbasis industri. Dengan menerapkan pendekatan ini,
maka siswa diharapkan mampu menguasai kompetensi yang menjadi standar industri.
Persentase yang berimbang antara pembelajaran teori 50% dan pembelajaran praktek 50%.
Meskipun persentase pembelajaran teori dan praktek sudah berimbang namun kenyataannya
keterampilan yang dihasil belum mumpuni, belum sesuai dengan kebutuhan industri.
Dikbud, SMK Kementerian Perindustrian, SMK Binaan PT. Astra Group, Pondok
Pesantren, dan Balai Latihan Kerja (BLK) Kementerian Ketenagakerjaan.
''Kami mendorong pendidikan kejuruan ini untuk diubah sistemnya, dari yang awalnya
menitik beratkan ke pelajaran umum, menjadi spesialis. Jadi, siswa itu nanti belajar 50 persen
di kelas dan 50 persen di industri,'' kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta,
Kamis (27/7).
Belajar 50% di industri, dalam implementasinya memang tidaklah mudah. Karena
kegiatan di industri yang begitu padat. Ini diperlukan komitmen dari sekolah dan industri
untuk bersama-sama mengupayakan pembelajaran terbaik bagi siswanya. Tanpa adanya
komitmen tersebut sulit bagi sekolah untuk mempersiapkan kompetensi siswa yang
mumpuni.
Khususnya SMK dengan program keahlian elektronika industri yang sejatinya
kompetensi ini sangat menunjang bagi pelaksanaan industri di era 4.0. Sehingga merupakan
tantangan terbesar bagi kami di program keahlian Elektronika Industri untuk turut
menghasilkan tenaga kerja yang mampu untuk bersaing di dunia kerja. Sehingga bisa menjadi
tenaga terampil di bidangnya. Tenaga yang keterampilannya dibutuhkan oleh industri era 4.0
yaitu otomasi industri dan robotika. Keterampilan inilah yang sangat dibutuhkan industri aat
in.
Praktek yang diberikan guru di sekolah ternyata masih belum sesuai dengan standar di
industri. Hal ini terjadi karena transformasi teknologi yang berkembang sangat pesat belum
mampu diadopsi oleh guru-guru produktif di sekolah. Peralatan Sekolah yang belum
memenuhi standar industri pun turut serta dalam mempertajam perbedaan standar industri
dan standar sekolah. Untuk mengantisipasi hal ini ada beberapa langkah yang bisa dilakukan :
1. Guru sebagai pendidik harus dibekali pelatihan/workshop yang berkelanjutan
berkaitan dengan kompetensinya dari industri secara langsung sebagai stakeholder
sekolah.
2. Harus adanya Link and Match antara kurikum sekolah dengan industri yang dilakukan
secara kontinu.
3. Praktek Kerja Lapangan (PKL) siswa yang hanya dilaksanakan 3 bulan di industri
belum mampu memberikan pengalaman bekerja yang cukup kepada siswa sehingga
masa PKL ini bisa ditambah menjadi 6 bulan.
4. Melengkapi Sarana Praktek yang mendukung keterampilan di era indutri 4.0
5. Adanya kerjasama dan dukungan dari industri, universitas, balai latihan kerja dan
sekolah dalam kaitannya membekali guru dan siswa dengan kompetensi yang
dibutuhkan.
Pendidikan kejuruan berhubungan dengan mempersiapkan siswa untuk bekerja dan
menjadi tenaga menengah di industri. Hal tersebut memiliki peran sangat penting dalam
memajukan perekonomian dan peradaban negara kita. Dengan persiapan, kontribusi dan
kerjasama dari semua pihak yang terkait dalam proses maupun produk yang dihasilkan siswa
SMK, maka akan benar-benar diperoleh siswa-siswa yang kompeten di bidangnya. Siswa
yang memiliki daya saing digunakan oleh industri-industri.
Pelajaran-pelajaran produktif yang ada di sekolah haruslah menekankan pada
keterampilan tangan siswa dalam membuat sebuah produk. Produk ini merupakan produk
aplikatif yang dibutuhkan oleh masyarakat atau industri pada umumnya, bernilai jual dan
berstandar industri. Bukan sekedar produk yang hanya menjadi sampah di kemudian hari dan
tidak bernilai jual. Untuk menghasilkan produk yang berstandar industri ini bukanlah hal
yang mudah, karena perlu proses pelatihan dan pembinaan dari industri sebagai penghasil
barang dan jasa.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan
memegang peranan penting mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan
pengetahuan sesuai dengan kebutuhan industri dan mampu mengembangkan potensi dirinya
dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi di era industri 4.0.
Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan, pentingnya penguasaan pengetahuan
dan teknologi, keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan pentingnya
keinginan sukses dalam karirnya sepanjang hayat. Dengan kesungguhan dalam mengikuti
pendidikan kejuruan maka para lulusan kelak dapat menjadi manusia yang bermartabat dan
mandiri. Tentu saja pendidikan yang diterapkan pada SMK haruslah berorientasi pada proses
yang benar sesuai standar industri dan hasil produk yang sesuai dengan standar industri.

DAFTAR PUSTAKA
1. Johar, As’ari (2010), Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Disampaikan pada seminar
terbatas Tim Penyusun Konsep Batang Tubuh Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia).
2. Hasan, Bachtiar (2010) diakses melalui website.
3. http://file.upi.edu/Direktori/E-FPTK/JUR.PEND.TEKNIK
ELEKTRO/195512041981031-BACHTIAR HASAN/PENDIDIKAN KEJURUAN
DI INDONESIA.pdf pada tanggal 30/10/2010
4. Kurniawan (2010) diakses melalui website www. Pendidikan network.com
5. https://dasmanjohan.wordpress.com/2010/11/04/pendidikan-teknologi-dan-kejuruan/

6. http://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1633/mengenal-era-industri-40
LEMBAR PERNYATAAN
Artikel berikut :

Judul : PENDIDIKAN KEJURUAN BERORIENTASI PROSES DAN PRODUK

Penulis : Nurul Amaliyah, S.Pd.,M.T

Jabatan : Guru Produktif Elektronika Industri


SMK Negeri 8 Bandung
Provinsi Jawa Barat

benar-benar merupakan karya asli saya dan tidak merupakan plagiasi.


Bandung, 10 Nopember 2018
Penulis,

Nurul Amaliyah, S.Pd.,M.T.


NIP. 19811030 200902 2 004

Anda mungkin juga menyukai