Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN MONITORING EVALUASI

PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL TH. 2018 RSUD SYARIFAH AMBAMI


RATO EBU KAB. BANGKALAN

A. Program Kerja PONEK


1. Laporan Kasus Kematian Ibu
Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Kematian Ibu Tahun 2016 s/d 2018
TAHUN JUMLAH KEMATIAN
2016 12
2017 13
2018 9

Gafik 1.1 Perbandingan Jumlah Kematian Ibu Tahun 2016 s/d 2018

Analisa : Jumlah kemartian ibu tahun 2018 adalah 9 (0,66%) dari semua persalinan, hal ini
menunjukkan bahwa kematian ibu tahun 2018 menurun dibandingkan kematian ibu
tahun 2017 yaitu 13(1,3%) dari semua persalinan dan Kematian Ibu tahun 2016 yaitu
12 kematian (1,2 %) dari semua persalinan persalinan hal ini dikarenakan :
1. RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bekerjasama dengan RSUD Dr. Soetomo Surabaya
dalam bentuk penugasan dokter PPDS Obgyn yang berjaga 24 jam sehingga pelayanan
gawat darurat maternal dapat segera diatasi
2. Pasien dirujuk dala keadaan belum stabil, terutama pasien preeklamsia dikirim tanpa
mendapat terapi Magnesium Sulfat di fasilitas Rujukan Primer
3. RSUD syarifah ambami rato Ebu Bangkalan sebagai pusat rujukan se pulau madura
4. Kurangnya peralatan emergency terutama di PONEK IGD sehingga proses pelayanan
kurang efektif karena masih harus meminjam peralatan di ruang VK IRNA-C
Rencana Tindak lanjut
1. Memperkuat kerja sama dengan RSUD Dr Soetomo Surabaya untuk tetap
menempatkan PPDS Obgyn di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
2. Membentuk jejaring Tim PENAKIB dengan puskesas terutama daerah dengan angka
kejadian preeklamsia/ eklamsia tertinggi ( Puskesmas Burneh sebagai pilot project)
3. Meningkatkan pengetahuan bidan dalam penanganan kegawatdaruratan maternal
dengan pelatihan PPGDON
4. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang penanganan preeklamsia/
eklamsia pada dokter dan bidan dalam bentuk seminar dan pelatihan
5. Membentuk jejaring dengan puskesmas/ bidan desa untuk pembinaan manajeman
rujukan melalui telpon hotline kamar bersalin RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan sehingga bidan wilayah/ puskesmas dapat melakukan stabilisasi pasien
sebelum dirujuk ke RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan sehingga
mengurangi angka kematian ibu karena keterlambatan penanganan awal dan stabilisasi
pasien di pelayanan perifer.
6. Melakukan AMP internal RS dan eksternal RS bekerjasama dengan Dinas Kesehatan
untuk melakukan Audit dan mencari Solusi Perbaikan untuk mengurangi angka
kematian ibu
7. Menambah sarana dan peralatan emergency di IRD PONEK
Tabel 1.2 Kematian Ibu Tahun 2018

Total
N0 Bulan SC Spt B Persalinan Kematian Ibu
1 Januari 63 36 99 0
2 Februari 51 14 65 1
3 Maret 85 49 134 3
4 April 59 53 112 0
5 Mei 82 51 133 1
6 Juni 65 65 130 0
7 Juli 75 49 124 0
8 Agustus 58 49 107 1
9 September 93 78 171 2
10 oktober 57 39 96 1
JUMLAH 538 366 1171 9

Grafik 1.2 Kematian Ibu tahun 2018


Analisa :
- Jumlah kemartian ibu tahun 2018 adalah 9(0,66%) dari seluruh persalinan di RSUD
Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan sedangkan target Kematian Ibu RSUD
Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan adalah 0 (0%) kematian
- Angka Kematian Ibu ( AKI th 2018) adalah

769 per 100.000 kelahiran hidup

Indikator Target Nasional AKI MDGS adalah 102/ 100.000 Kelahiran hidup

- Dari hasil perhitungan angka kematian ibu (769 per 100.000 kelahiran hidup) masih
jauh dari target pencapaian yang telah ditetapkan MDGS (102 per 100.000 kelahiran
hidup) hal ini dikarenakan :
1. Meningkatnya cakupan pelayanan kebidanan
2. RSUD syarifah ambami rato Ebu Bangkalan sebagai pusat rujukan se pulau madura
3. Keterlambatan Rujukan dari puskesmas/ bidan
4. Kurangnya keterampilan dan keahlian bidan dalam penanganan kegawatdaruratan
maternal
5. Keterlambatan pemberian tindakan penanganan awal di daerah perifer dalam
memberikan penanganan awal pasien kegawatdaruratan maternal
Rencana Tindak lanjut
1. Kerjasama RSUD Dr.Soetomo Surabaya - RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu sebagai
pelaksana Program PENAKIB di kabupaten bangkalan dengan menempatkan PPDS
obgyn standby 24 jam di RS.
2. Membentuk jejaring Tim PENAKIB dengan puskesmas terutama daerah dengan
angka kejadian preeklamsia/ eklamsia tertinggi ( Puskesmas Burneh sebagai pilot
project)
3. Memperluas jejaring TIM PENAKIB RS dengan seluruh puskesmas terutama untuk
skreening ibu hamildengan resiko tinggi dan ibu dengan preeklamsia/ eklamsia
4. Koordinasi dengan tim PENAKIB Jawa Timur sebagai konsultan penurunan AKI
5. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang penanganan preeklamsia/
eklamsia pada dokter dan bidan dalam bentuk seminar dan pelatihan
6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penangana Kegawatdaruratan
obstetri neonatal dalam bentuk seminar dan pelatihan PPGDON
7. Membentuk jejaring dengan puskesmas/ bidan desa untuk pembinaan manajeman
rujukan melalui telpon hotline kamar bersalin RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan sehingga dapat dilakukan penaganan awal dan stabilisasi pasien sebelum
dirujuk Ke RS.
8. Melakukan AMP interna atau AMP eksterna (melibatkan dinas kesehatan dan
puskesmas terkait)
9. Melakukan morning report setiap pagi untuk membahas kasus kegawatdaruratan
maternal sehingga bisa dicari penyebab dan solusi bersama

2. Kasus Kematian Ibu tahun 2018


Tabel 1.3 Kasus Kematian Ibu Tahun 2018 ( Januari s/d Oktober 2018)

NO KASUS KEMATIAN JUMLAH


1 PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA+ AFLP 4
2 HPP 3
3 KPP Ikterus 1
4 IUFD + GBS 1
JUMLAH 9
Grafik 1.3 Kasus Kematian Ibu

Analisa : kasus kematian ibu tahun 2018 yang terbesar adalah kasus preeklamsia/eklamsia
dan kasus preeklamsia/eklamsia yaitu kasus 4(44,44 %)kasus preeklamsia/eklamsia
dan 3 kasus(33,33%) kasus HPP. Hal ini dikarenakan :
1. Kasus kematian ibu karena preeklamsia sebagian besar dikarenakan kurang tepatnya
penanganan awal kasus preeklamsia dan eklamsia di fasilitas pelayanan kesehatan
primer dan kurangnya monitoring ibu hamil selama pemeriksaan ANC
2. Keterlambatan rujukan pasien preeklamsia dan HPP sehingga seringkali pasien
sampaidi RS dalam keadaan yang sudah memburuk
3. Kasus kematian ibu karena HPP terjadi dikarenakan fokus identifikasi pengenalan dan
penanganan tanda preshok perlu diperbaiki, ketersediaan bank darah belum optimal
dan resiko anemia pada saat kehamilan harus dibenahi
Rencana Tindak Lanjut :
1. Adanya kebijakan direktur tentang penaganan Preeklmasia/ eklamsia
2. Mengaktifkan kembali poli preeklamsia untuk skreening ibu hamil dengan resiko
tinggi preeklamsia sejak kunjungan awal.
3. Melakukan terminasi ibu hamil dengan preeklamsia pada minggu ke 37 minggu tanpa
menunggu inpartu dan pada usia 34minggu pada preeklamsia berat.
4. Memberi penjelasan tentang bahaya dan pencegahan preeklamsia mulai dari
kunjungan awal ke poli kandungan
5. Maternal review untuk membicarakan kematian dan kasus kematian / kasus khusus
yang menarik
6. Morning Report Kasus Kegawatdaruratan Maternal setiap hari untuk membahas kasus
kegawatdaruratan maternal di ruang VK bersalin IRNAC dan mencari solusi secara
brrsala jika terjadi masalah.
7. Koordinasi dengan puskesmas untuk skreening preeklamsia tingkat puskesmas dan
rujukan
8. Menganjurkan faslitis kesehatan primer (puskesmas dan bidan desa)untuk melakukan
penanganan awal pasien preeklamsia berat/eklamsia dengan rapid Initial Assesment,
stabilisasi dengan pemberian MgSO4 sebelum pasien dirujuk ke Rumah Sakit

4. Kematian Bayi th.2018


Tabel 1.4 Kematian Bayi tahun 2018
JUMLAH JUMLAH
NO BULAN BAYI KEMATIAN
1 JANUARI 78 14
2 FEBRUARI 62 6
3 MARET 109 7
4 APRIL 112 10
5 MEI 114 14
6 JUNI 99 10
7 JULI 113 17
8 AGUSTUS 103 12
9 SEPTEMBER 120 13
10 OKTOBER 91 9
JUMLAH 1001 112

Analisa :
- Jumlah kematian bayi tahun 2018 adalah 112(11,18%), kematian bayi meningkat
dibandingkan tahun 2017 yaitu 105(7,73 %) kematian bayi dari semua bayi yang
dirawat dan kematian bayi juga meningkat dibandingkan tahun 2016 yaitu dari 113
(11,06%) . Taget AKB RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan adalah 0 ( 0%)
kematian
- Angka Kematian bayi (AKB 2017) adalah

Indikator Terget Nasional MDGS AKB adalah 23 per 1000 kelahiran hidup
- Jumlah kematian ibu masih sangat tinggi dibanding target yang ingin dicapai. Hal ini
dikarenakan :
1. Semakin tingginya cakupan pelayanan neonatal di rumah sakit
2. Masih adanya ibu yang melahirkan di rumah/ di dukun sehingga persalinannya
kurang aman dan sering terjadi keterlambatan penanganan bayi
3. Masih banyaknya ibu yang melahirkan pada usia muda
4. Sistem Rujukan yang tidak efektif dan Penanganan kegawatdaruratan bayi di
fasilitas pelayanan primer yang kurang baik
5. Peralatan transportasi rujukan bayi dari puskesmas ke rumah sakit masih belum
efektif, terutama alat transportasi untuk bayi BBLR yang akan dirujuk ke RS
( puskesmas banyak yang belum mempunyai alat bantu nafas yang portable dan
inkubator transport yang efektif)
6. Kurangnya pengetahuan ibu tentang penyakit penyerta yang beresiko tinggi
terhadap kehamilan

Rencana Tindak Lanjut :


1. PPDS/ dokter anak standbye selama 24 jam
2. Meningkatkan keterampilan dan kmampuan peugas dalam penanganan
kegawatdaruratan neonatal dengan mengadakan pelatihan Keperawatan Neonatal
(NICU), PPGDON, dan Resusitasi Neonatus
3. Mengadakan Audit Maternal Perinatal setiap 3 bulan untuk membahas kasus
kematian bayi.
4. Menyiapkan pelayanan jemput bayi( untuk bayi BBLR/ gawat nafas yang
memerlukan alat bantu nafas portable (neopuff) dan inkubator transport selama
bayi di perjalanan)
5. Kerjasama lintas sektor dengan dinas kesehatan dan puskesmas untuk penanganan
pertama pada rujukan bayi termasuk cara merujuk bayi dari fasilitas kesehatan
Tingkat I ke fasilitas kesehatan selanjutnya (RS Rujukan)
6. Kerjasama dengan puskesmas untuk memberikan penyuluhan bagi ibu hamil
dengan resiko tinggi sehingga tidak terjadi komplikasi dalam kehamilan dan
persalinannya
7. Penyuluhan dan sosialisasi tanda dan cara mengenali ibu hamil dengan resiko
tinggi dan pencegahannya di poli kandungan.
Grafik 1.4 Kematian Bayi tahun 2018

7. Kasus Kematian Bayi tahun 2018


Tabel 1.5 Kasus Kematian Bayi 2018
NO KASUS KEMATIAN JUMLAH KASUS
1 BBLR 55
2 Asfiksia 20
3 Tetanus Neonatorum 7
4 MAS 6
5 Bronkopneumoni 3
6 Aspirasi 3
7 Big Baby 1
8 RDS 1
9 Anemia 1
10 Encepalitis 1
11 Atresia Ani 1
12 Kelainan Kongenital 2
12 Sepsis 5
JUMLAH 112

Grafikl 1.5 Kasus Kematian Bayi 2018


Analisa : kasus kematian bayi tahun 2018 sebagian besar dalah BBLR yaitu sejumlah 55
(49,10%), hal ini dikarenakan :
a. Masih belum maturnya organ tubuh bayi BBLR sehingga organ berfungsi tidak
maksimal yang menyebabkan sering terjadi komplikasi dan kegawatdaruratan nafas.
b. Selain itu bayi BBLR sangat beresiko infeksi dan hipotermi sehingga dibutuhkan
penanganan khusus dibandingkan dengan bayi dengan berat badan normal.
Rencana Tindak Lanjut
a. Meningkatkan kualitas pelayanan KIA di rumah sakit terutama konseling gizi ibu
hamil sejak awal masa kehamilan
b. Menambah sarana dan prasarana perawatan ruang neonatus terutama untuk bayi
BBLR
c. Meningkatkan kemampuan petugas dalam melaksanakan penanganan
kegawatdaruratan bayi dengan pelatihan
d. Menggalakkan pemberian asi ekslusif melalui motivator ASI oleh petugas dengan
mengikutsertakan petugasdan dokter anak pelatihan inisisasi dini dan ASI Ekslusif.
e. Menggalakkan perawatan metode kangguru (PMK ) bagi bayi BBLR yang stabil dan
tidak membutuhkan alat bantu nafas
8. Skreening Preeklamsia
Tabel 1.6 Skreening Preeklamsia Tahun 2018
BUMIL RESIKO POSITIF
BULAN PE YANG DI SKRINING PE PE
JAN 36 36 0
FEB 40 40 3
MAR 17 17 2
APRIL 16 16 2
MEI 2 2 0
JUN 4 4 0
JUL 5 5 5
AGUSTUS 3 3 0
SEPTEMBER 36 36 3
OKTOBER 16 16 2
JUMLAH 175 175 17

Analisa : Semua ibu hamil yang beresiko preeklamsia dilakukan skreening preeklamsia
dan hanya 17 (9,7%) Pasien yang diskreening Preeklamsia hasil skriningya positif PE
Rencana Tindak Lanjut :
a. Semua iu hamil yang mempunyai resiko dilakukan skreening PE sejak
pemeriksaan kehamilan pertama
b. Memberikan konseling tentang Diet gizi pasien preeklamsia
c. Manajmen preeklamsia sejak sebelum hamil, selama hamil sampai masa nifasnya
d. Merencanakan kehamilan ibu dengan resiko preeklamsia
e. Terminasi persalinan pada UK 34 minggu tanpa menunggu pasien inpartu
f. Sosialisasi dan penyuluhan tanda gejala dan penanganan Preeklamsia

9. Respon Time OK untuk kasus kegawatdaruratan maternal


Tabel 1.7 Data Respon Time OK emergency tahun 2018

Respon Time OK Emergency Jumlah Cito


NO BULAN
< 30 menit >30 menit SC
1 JAN 24 2 26
2 FEB 31 0 31
3 MAR 26 2 28
4 APR 14 0 14
5 MEI 17 0 17
6 JUN 10 0 10
7 JUL 11 0 11
8 AGUST 18 0 18
9 SEPT 24 1 25
10 OKTOBER 20 2 22
JUMLAH 195 7 202
Analisa : Respon Time OK untuk pelayanan kegawatdaruratan maternal 195 (96.51%)
sudah dilakukan dalam waktu < 30 menit hal ini dikarenakan sudah tersedianya OK
emergency dengan tim OK + Anastesi sudah standby selama 24 jam

10. Persalinan RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan th. 2018
Tabel 1.7 Data Persalinan tahun 2018

Total
N0 Bulan SC Spt B Persalinan
1 Januari 63 36 99
2 Februari 51 14 65
3 Maret 85 49 134
4 April 59 53 112
5 Mei 82 51 133
6 Juni 65 65 130
7 Juli 75 49 124
8 Agustus 58 49 107
9 September 93 78 171
10 oktober 57 39 96
JUMLAH 688 483 1171

Grafik 1.7 Jumlah Persalinan RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangklan th 2018
Analisa : Persalinan di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan sebagian besar 688
(58,8%) adalah persalinan secara SC, hal ini dikarenakan pasien yang dirawat di ruang
bersalin RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan dalah pasien rujukan dari faskes
tingkat pertama (Puskesmas/pustu/ polindes/ BPM) yang termasuk ibu hamil dengan resiko
tinggi dan tidak dapat dilahirkan di Faskes Tingkat pertama.
Rencana Tindak Lanjut :
1. Petugas ruang operasi dan anastesi harus standby selama 24 jam
2. OK emergensi harus dapat melakukan SC dalam 30 menit setelah pasien MRS untuk
operasi Cito SC dengan kegawatdaruratan yang mengancam ibu dan bayi
3. Bekerja sama dengan Faskes dasar untuk melakukan penapisan dan skreening awal
pada ibu hamil setiap melakukan pemeriksaan ANC untuk mengurangi kejadian
rujukan terlambat sehingga ibu hamil dengan resiko tinggi dipersiapkan persalinannya
di Rumah Sakit

11. Pelaksanaan Inisisasi Menyusu Dini dan Asi Ekslusiif dan Rawat Gabung Ibu
dan Bayi
Tabel 1.8 PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI
DAN ASI EKSLUSIF th. 2018
IMD DAN ASI SUSU
NO BULAN PERSALINAN EKSLUSIF FORMULA
99
1 JAN 77 22
65
2 FEB 50 15
134
3 MAR 95 39
112
4 APR 86 26
133
5 MEI 114 19
130
6 JUN 111 19
124
7 JULI 99 25
107
8 AGUSTUS 75 32
171
9 SEPTEMBER 152 19
96
10 OKTOBER 77 19
1171
JUMLAH 936 235

Grafik 1.8 Inisiasi Menyusu dan ASI Ekslusif th. 2018

Analisa : pencapaian pelayanan rawat Inisiasi Menyusui Dini dan ASI ekslusif adalah 936
(78,2%) dari 904 persalinan hal ini belum mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 80%
dari total persalinan baik SC maupun lahir normal. Hal ini dikarenakan :
a. Ibu lelah setelah melahirkan dan ibu ingin bayinya dirawat di ruang bayi
b. Pasien Di VK IRNA C adalah pasien dengan kegawatdarutan dan komplikasi yang
menyertai, sehingga IMD kurang optimal dilakukan karena keadaan pasien sebagian
besar kurang stabil
c. Petugas kurang memahami pentingnya melakukan IMD pada 1 jam pertama setelah
melahirkan ( bayi memiliki insting dan reflek yang sangat kuat pada 1 jam pertama
setelah lahir)
d. Masih ada keluraga yang tanpa seijin petugas membeli susu formula dan ada
e. Bayi bermasalah tidak dilakukan rawat gabung dengan ibu sehingga kurang intensif
dalam menyusui bayinya
f. Bayi dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur dan di cap sebelum 1 jam
pelaksanaan IMD
Rencana Tindak Lanjut
a. RS menetapkan kebijakan tentang penerapan 10 langkah menuju keberhasilan
menyusui
b. Melarang pemberian dan promosi susu formula / dot / kempeng dan hanya
memberikan asi saja
c. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah keberhasilan ASI
d. Mewajibkan semua persalinan dilakukan IMD kecuali terjadi komplikasi pada ibu dan
bayi setengah sampai 1 jam setelah lahir
e. Meningkatkan pengetahuan petugas dengan mengikuti pelatihan “ Konselor Menyusi “
dan “ Manajemen Laktasi”
f. Membantu dan mengajarkan ibu melakukan teknik menyusi yang bener
g. Memberikan peyuluhan pentingnya inisiasi menyusu dini dan asi ekslusif mulai dari
masa kehamilan
h. Melakukan rawat gabung sesegera mungkin setelah kelahiran bayi
i. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi (on demand).

12. Pelaksanaan Rawat Gabung RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan th.
2018
Tabel 1.9 Rawat Gabung Ibu dan Bayi Tahun 2018
TIDAK RAWAT
NO BULAN PERSALINAN RAWAT GABUNG GABUNG
99
1 JAN 97 2
65
2 FEB 60 5
134
3 MAR 127 7
112
4 APR 99 13
133
5 MEI 128 5
130
6 JUN 114 16
124
7 JULI 120 4
107
8 AGUSTUS 99 8
171
9 SEPTEMBER 154 17
96
10 OKTOBER 81 15
1171
JUMLAH 1079 92

Grafik 1.9 Pelaksanaan Rawat Gabung RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
th.2018
Analisa : pencapaian pelayanan rawat gabung adalah 1079 (92,14%) dari semua persalinan
hal ini sudah mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 80% dari total persalinan
hal ini dikarenakan :
- Bayi lahir secara SC sesegera mungkin dilakukan rawat gabung setelah ibu
sadar penuh yaitu sekitar 6 jam post SC
- Hanya sebagian kecil 92 (7,86%) bayi yang tidak dilakukan rawat gabung yaitu
bayi yang lahir dengan tindakan dan komplikasi seringkali mengalami asfiksia/
gangguan nafas, bayi BBLR/ prematur masih membutuhkan penanganan yang
lebih intensif, dan bayi yang mengalami cacat bawaan berat (labiopalatoshisis )
- Bayi yang dirawat gabung tidak dilakukan pemantauan secara optimal sehingga
sering terjadi masalah pada bayi yang kurang terpantau. Hal ini di karena dokter
anak tidak menvisite bayi yang sudah rawat gabung

Rencana Tindak Lanjut


1. Melakukan rawat gabung sesegera mungkin setelahbayi lahir dan tidak terjadi
komplikasi pada ibu dan bayi
2. Melakukan rawat gabung paling lama 6 jam setelah bayi lahir pada ibu yang
melahirkan secara sc walaupun ibu masih terpasang infus
3. Melakukan rawat gabung dengan cara Perawatan Metode Kannguru pada bayi yang
lahir prematur/ BBLR dengan syarat bayi dalam keadaan stabil tanpa membutuhkan
alat bantu nafas
4. Visite dokter anak setiap hari walaupun bayi telah dilakukan rawat gabung

13. Pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru pada BBLR


Tabel 1.10 % Pencapain Pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru tahun 2018
% TARGET
BULAN BBLR PMK % PENCAPAIAN PMK PMK
JAN 29 23 79,31 80
FEB 30 25 83,33 80
MARET 33 29 87,88 80
APRIL 52 41 78,84 80
MEI 46 41 89,13 80
JUNI 43 38 88,37 80
JULI 46 35 76,09 80
AGUSTUS 49 41 83,69 80
SEPTEMBER 33 28 84,84 80
OKTOBER 28 23 82,14 80
328 273 83,23 80

Grafik 1.10 Pencapain Pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru tahun 2018

Analisa : Rata- rata pencapain Pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru adalah 82,23 %
dari seluruh BBLR, hal ini sudah memenuhi target BBLR memenuhi target
pelakasanaan PMK yaitu sebesar 80 % , tetapi masih ada beberapa bulan dimana
pencapaian PMK <80% dari seluruh jumlah BBLR yang dirawat hal ini
dikarenakan :
a. Sebagian BBLR masih belum stabil kondisinya bayi belum bernafas spontan,
menggunakan bantuan infus atau menggunakan oksigen, memiiki masalah kesehatan
serius, kelainan/penyakit yang menyertai) yang membutuhkan alat bantu pernafasan
dan alat bantu lainnya.
b. Kurangnya pemahaman dan kesadaran orang tua tentang pentingnya Perawatan
Metode Kangguru ( PMK)
c. Sebagian ibu juga merasa takut untuk melakukan PMK karena bayinya sangat kecil.
d. Ibu masih dalam keadaan belum stabil
Rencana Tindak Lanjut :
a. Konseling dan Penyuluhan tentang Pentingnya Perawatan Metode Kangguru
b. Demontrasi cara melakukan perawatan Metode Kamguru
c. Memberi kesempatan ibu bayi untuk memperagakan kembali perawatan metode
kanguru yang telah didemonstrasikan
d. Menggantikan posisi ibu dengan ayah bayi atau nenek bayi untuk melakukan PMK
jika keadaan ibu bayi belum stabil

14. Rujukan Neonatal


Tabel 1.11 Rujukan Neonatal
NO Tahun Bayi yang dirawat Jumlah Rujukan
1 2017 1064 6 (0,56%)
2 2018 1001 7 (0,69%)

Analisa : Dari tabel diatas menunjukkan peningkatan jumlah rujukan bayi ke RS


Rujukan Surabaya yaitu dari 0,56 % menjadi 0,69% rujukan bayi dari
keseluruhan bayi yang dirawat. Hal ini dikarenakan semakin tingginya angka
kejadian BBLR di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan dan
kurangnya peralatan yang memadai untuk perawatan bayi BBLR (ventilator
dan inkubator penuh), bayi BBLR yang dirujuk ke surabaya sebagian besar
adalah bayi yang asfiksia dan bayi yang memerlukan pemuhan nutrisi TPN
(Total Parenteral Nutrition) )yang masih belum optimal di RSUD Syarifah
Ambami Rato Ebu Bangkalan
Rencana Tindak Lanjut :
a. Menambah sarana perawatan ruang bayi, terutama ventilator , alat bantu gawat
nafas dan perawatan BBLR ruang bayi
b. Dokter Spesialis anak/ PPDS anak standby selama 24 jam
c. Mengikutsertakan petugas pelatihan kegawatdarutan Neonatal
d. Menyiapkan TPN (Total Parenteral Nutrition) secara optimal untuk kebutuhan
nutrisi bayi BBLR sehinggga BBLR tidal perlu lagi dirujuk untuk memperoleh
TPN
Tabel 1.11 Rujukan Neonatal bulan Januari – Oktober 2018
BAYI YANG BAYI YANG
NO BULAN DIRAWAT DIRUJUK
1 JAN 78 0
2 FEB 62 1
3 MAR 109 0
4 APR 112 1
5 MEI 114 1
6 JUN 99 2
7 JUL 113 0
8 AGUS 103 0
9 SEPT 120 1
10 OKT 91 1
JUMLAH 1001 7

Tabel 1.12 Kasus Rujukan Neonatal Bulan Januari s/d Agustus 2018

KASUS RUJUKAN
NO NEONATAL JUMLAH
1 BBLSR + Perforasi Gaster 2
2 Asfiksia + HIE 1
3 Sepsis + anemia 1
4 Aspirasi + konvulsi 1
5 Konvulsi 1
6 Ileus Hisprung 1
JUMLAH 7
Grafik 1.12 Kasus Rujukan Neonatal Bulan Januari s/d Agustus 2018

Analisa : dari tabel diatas kasus rujukan neonatal adalah pasien BBLSR dengan perforasi
gaster, Asfiksi, Sepsis, aspirasi dan konvulsi. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya
sarana dan prasarana yang kurang memadai dan dokter spesialis bedah anak yang tidak
stanby
Rencana Tindak Lanjut :
a. Meningkatkan sarana dan prasarana di ruang bayi RSUD syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan.
b. Dokter bedah anak yang stanby dan terjadwal

1.15 Laporan Rujukan Maternal


Tabel 1.13 Rujukan Maternal 2018
Ibu
hamil/bersalin/nifa
NO BULAN s Rujuk
1 JANUARI 99 0
2 FEBRUARI 65 0
3 MARET 134 0
4 APRIL 112 2
5 MEI 133 0
6 JUNI 130 0
7 JULI 124 0
8 AGUSTUS 107 1
9 SEPTEMBER 90 3
10 OKTOBER 171 1

JUMLAH 1171 7

Grafik 1.13 Rujukan Maternal 2018

Analisa : kasus rujukan maternal tahun 2018 yaitu 6 kasus rujukan (0,60%) dari semua ibu
hamil/bersalin/nifas , halini meningkat dibanding tahun 2017 yaitu hanya 3
kasus(0,33%) dari semua ibu hamil/ ibu bersalin/ibu nifas. Hal ini dikarenakan
semakin meluasnya jangkauan pelayanan maternal untuk kasus gawat darurat obstetri .
Rencana Tindak Lanjut
a. Meningkatkan sarana dan prasarana untuk penanganan kasus kegawatdaruratan ibu
b. Meningkatkan kualitas dan keterampilan dokter obgyn, perawat, bidan dengan
mengikuti pelatihan penanganan kasus kegawatdaruratan Maternal (PPGDON
Advance)
c. Ruang Operasi Emergency untuk kasus kegawatdaruratan maternal dengan respon
time kurang dari 30 menit dengan tim OK dan anastesi standbye selama 24 jam
d. Dokter anastesi standbye 24 jam terutama untuk kegawtdaruratan dengan kelainan
jantung yang membutuhkan tindakan operasi emergency
e. Respon time bank darah untuk kasus kegawatdaruratan maternal < 1 jam.

1.12 Kasus Rujukan Maternal


Tabel 1.14 Kasus Rujukan Maternal 2018
BULAN KASUS RUJUKAN JUMLAH
JANUARI - 0
FEBRUARI - 0
MARET - 0
1. Joundice
APRIL 2. Plasenta anterior +BSC 2
MEI - 0
JUNI - 0
JULI - 0
AGUSTUS APB + Kelainan Jantung 1
1. PEB +Oedema Paru +HELLP Syndrome
2. IUFD + GBS
3. PEB + HELLP Syndrome
SEPTEMBER 4. PEB + AFLP 4
JUMLAH 7

Tabel 1.15% Data Kasus Rujukan Maternal Tahun 2018


NO KASUS JUMLAH
1 PEB DENGAN KOMPLIKASI 3
2 APB + KELAINAN JANTUNG 1
3 JAUNDICE 1
4 PLASENTA ANTERIOR + BSC 1
5 IUFD +GBS 1
JUMLAH 7
Grafik 1.15 Kasus Rujukan Maternal tahun 2018

Analisa : sebagian besar kasus Rujukan Maternal adalah kasus PEB dengan komplikasi,
kelainan jantung , dan plasenta anterior hal ini dikarenakan :
1. Dokter anastesi tidak stanby 24 jam terutama untuk kasus kelainan jantung yang
membutuhkan tindakan citi SC
2. Kurangnya peralatan untuk penanganan kasus sc dengan kelainan jantung dan
penanganan plasenta anterior
RTL :
a. Memperbaiki sistem rujukan
b. Koordinasi dengan RS Rujukan sebelum melakukan rujukan
c. Peningkatkan kemampuan dokter, bidan dalam penanganan kegawatdaruratan
maternal dengan mengikutsertakan dalam pelatihan kegawatdaruratan maternal
d. Melengkapi sarana dan keterampilan penanganan pasien dengan kegawatdaruratan
terutama di ruang ICU
e. Dokter anastesi standby 24 jam

B. LAPORAN KEGIATAN PENANGGULANGAN TUBERKOLOSIS DENGAN


STRATEGI DOTS
1. Penemuan kasus TB Positif RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Th. 2018
Tabel 2.1 Penemuan Kasus TB

BULAN SUSPEK TB TB POSITIF ( BTA/ RO)


JAN 55 24
FEB 27 10
MAR 17 6
APRIL 48 22
MEI 34 15
JUN 26 6
JUL 43 23
AGUS 33 24
JUMLAH 283 130

Grafik 2.1 Penemuan Kasus TB


2. Epidemiologi TB di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan tahun 2018
2.1 Menurut Usia
No Usia Jumlah Presentase
1 0 - < 1 tahun ( bayi) 0 0
2. 1-4 tahun ( balita) 4 1,93
3. 5-14 tahun ( anak) 22 10,63
4. 15-19 tahun( remaja) 51 24,64
5. 20- 45 tahun(dewasa) 130 62,80
JUMLAH 207 100

Grafik 2.2 Epidemiologi TB berdasar Usia

2.2 Menurut Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Jumlah Presentase
1. Laki-laki 118 57
2. Perempuan 89 43
Jumlah 207 100

Grafik 2.3 Epidemiologi TB berdasar Jenis Kelamin

2.3 Menurut Waktu


No Waktu Jumlah
1 2017 383
2 2018 207
Grafik 2.4 Epidemiologi TB menurut Waktu

2.4 Menurut Wilayah yang Berobat di Poli TB DOTS


No Wilayah Jumlah Presentase
1. Tanah Merah 9 9,78
2. Bangkalan 29 31,52
3. Arosbaya 5 5,43
4. Sepuluh 7 7,60
5. Tanjung Bumi 9 9,78
6. Kamal 10 10,87
7. Blega 9 9,78
8. Kwanyar 14 15,22
9. Galis 15 16,30
10 Klampis 8 8,70
JUMLAH 92 100
3. Rujuk Pengobatan Pasien TB POSITIF tahun 2018
Tabel 2.2 Tempat Pengobatan Pasien TB
BULAN TB POSITF TEMPAT PENGOBATAN
(BTA/RONTGEN) RSUD SYAMRABU RUJUK KELUAR
(PKM/POSKESDES)
Januari 24 8 16
Februari 10 3 7
Maret 6 3 3
April 22 8 14
Mei 15 8 7
Juni 6 3 3
Juli 23 14 9
Agustus 24 12 12
JUMLAH 130 59 71

Grafik 2.5 Tempat Pengobatan Pasien TB


Analisa :
- Sebagian besar 71(54,62%) pasien TB BTA positif di rujuk ke puskesmas untuk
melanjutkan pengobatan TB lanjutan hal ini dikarenakan puskesmas lebih dekat
dengan tempat tinggal pasien untuk melakukan pengobatan TB
- Pasien TB yang diobati di RS semakin meningkat tiap bulannya hal ini
dikarenakan dibukanya Poli TB DOTS yang terpisah dari poli yang lain, sehingga
pelayanan pasien TB sampai pada pemberian OAT menjadi lebih mudah
Rencana Tindak Lanjut
1. Meningkatkan pelayanan pasien Poli TB DOTS dengan menganjurkan pasien yang
rumahnya dekat dengan RS untuk melakukan pengobatan di RS
2. Mensosialisakan alur pelayanan poli TB DOTS sehingga pasien TB mengetahui
kemudahan melakukan pengobatan TB di RS
3. Koordinasi dengan koordinator TB Puskesmas untuk melakukan pemantauan
kepatuhan pasien berobat
4. Meminta nomer telpon keluarga sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) untuk
pengawasan kepatuhan pasien minum obat TB
5. Meminta umpan balik dari puskesmas pasien TB RS yang melanjutkan
pengobatan di puskesmas
6. Melakukan koordinasi dan jejaring eksterna rumah sakit ( jejaring dengan
puskesmas) terutama untuk kasus pasien TB mangkir pengobatan.

4. Angka Konversi ( Kesembuhan pasien TB positif )


TAHUN TB POSITIF TB % ANGKA TARGET %
YANG KONVERSI KONVERSI KONVERSI ( 85 %
DIOBATI dari semua pasien
TB BTA positif)
2017 57 37 64,9 % 85 %
2018 92 68 82,61 % 85 %
Analisa : pencapaian persen angka konversi (pasien BTA positif menjadi BTA negatif setelah
2 bulan pengobatan OAT) adalah 82,61 % dari semua penderita TB BT positif
yang diobati .
1. Angka konversi tahun 2017 (64,9%) masih dibawah target angka konversi minimal
yaitu 85 %, hal ini dikarenakan ada 4 pasien yang meninggal sebelum pengobatan
selesai
2. Sedangkan angka konversi 2018 meningkat menjadi (82,61%) tetapi masih dibawah
target angka konversi minimal hal ini karena sebagian besar pasien TB masih dalam
seri pengobatannya dan belum selesai paket pengobatan 2 bulan, dan ada beberapa
pasien TB mangkir pengobatan.
3. Sebagian pasien TB dikirim untuk melanjutkan pengobatan di puskesmas tidak
melakukan pemeriksaan dahak ulang di RS setelah 2 bulan pengobatan
4. Angka putus berobat dan ketidakefektifan pengawasan menelan obat mempengaruhi
angka kesembuhan

Rencana Tindak Lanjut


1. Menggunakan pemeriksaan Gen –X.pert untuk pemeriksaan pasien TB resisten
pengobatan untuk pengobatan yang lebih spesifik.
2. Bekerja sama dengan puskesmas jejaring untuk melakukan pendampingan untuk
melakukan periksa dahak ulang setelah 2 bulan pengobatan dan pelacakan pasien
TB mangkir pengobatan sehingga tidak ada pasien TB yang putus berobat

5. Proporsi Pasien TB BTA positif tahun 2018


Tabel 2.4 Proporsi pasien TB
BULAN TB PARU TERCATAT/ TB BTA POSITIF
DIOBATI
Januari 33 12
Februari 26 6
Maret 22 8
April 30 12
Mei 29 16
Juni 18 12
Juli 24 14
Agustus 25 12
JUMLAH 207 92
6. Pendeteksian pasien TB MDR dengan pemeriksaan TCM
Tabel 1.5 Pasien TB MDR RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Kab. Bangkalan tahun
2018
TB BTA POSITIF YANG
TB MDR
NO BULAN MENDAPAT OAT (TCM)
12
1 JAN 0
6
2 FEB 0
8
3 MARET 1
12
4 APRIL 0
16
5 MEI 2
12
6 JUNI 0
14
7 JULI 3
12
8 AGUSTUS 2
92
JUMLAH 8

Grafik 2.5 Pasien TB MDR

Analisa: ditemukan 8 pasien (8,69%) TB MDR melalui pemeriksaan TCM (Tes Cepat
Molekuler/ Gen X.Pert ) dari semua pasien TB yang diberi OAT hal ini
dikarenakan sebagian besar karena kegagalan dan ketidakpatuhan pengobatan
, modifikasi obat TB yang kurang tepat pada pengobatan sebelumnya.
Rencana Tindak Lanjut
1. Melaukukan pemeriksaan TCM pada semua pasien TB yang menunjukkan 1 saja
kriteria pasien TB MDR
2. Menawarkan pemeriksaan HIV pada pasien TB dengan hasil TCM positif
3. Bekerjasama dengan puskesmas setempat untuk pengirim dahak pasien TB yang
memenuhi kriteria TB MDR ke RS untuk dilakukan pemeriksaan TCM
4. Meningkatkan pengetahuan perawat dan dokter dengan mengikuti pelatihan TB
MDR
5. Sosialisasi dan penyuluhan kepatuhan minum obat dan resiko pengobatan yang
tidak lengkap
6. Melakukan pemantauan secara ketat terhadap kepatuhan minum obat dengan
adanya keluarga sebagai Pengawas Minum Obat (PMO)
7. Membuat jadwal pemanyauan pengobatanpasien TB MDR
8. Meningkatkan pengetahuan dokter dalam memberikan pemberian dan modifikasi
OAT dengan mengikutsertakan pelatihan Pengobatan pasien TB MDR
9. Penguatkan strategi DOTS RS
10. Kolaborasi dengan ahli gizi terkait nutrisi untuk pasien TB MDR
11. Menjamin ketersediaan obat-obatan jika terjadi efeksamping pemberian OAT
12. Melakukan pemantauan pasien TB MDR dengan melakukan pemeriksaaan tiap
bulan (tahap awal) dan setiap 2 bulan( tahap lanjutan)

7. Pelacakan pasien TB Mangkir


Tabel 2.6 Pelacakana pasien TB Mangkir
TB PARU YANG PELACAKAN TB
DIOBATI DI RS MANGKIR MANGKIR
83 8 8

Analisa : Pasien TB yang mangkir pengobatan sejumlah 8 orang ( 9,64 %) dari semua pasien
TB paru, Pelacakan pasien TB mangkir seluruhnya (100%) sudah dilakukan
pelacakan ke puskesmas/ dinas kesehtan tetapi sebagian besar belum
dikonfirmasi .
RTL :
a. Memperkuat jejaring puskesmas dengan rumah sakit terutama pelacakan pasien TB
Mangkir
b. Memperkuat koordinasi dengan puskesmas dan dinas kesehatan tentang mekanisme
pelacakan pasien TB mangkir
c. Membentuk grup Whatsapp untuk melakukan koordinasi pasien TB dengan anggota
seluruh penanggung jawab TB di RS, Puskesmas dan Dinas Kesehatan
d. Mencatat nomor telpon pasien/ PMO dan menghubungi pasien / PMO jika ada pasien
mangkir pengobatan TB

8. Kolaborasi TB-HIV
Tabel 1.7 Pelayanan Kolaborasi TB HIV
TB BTA POSITIF YANG DIPERIKSA HIV REAKTIF HIV
92 78 5

Grafik 2.7 Kolaborasi TB HIV Th. 2018

Analisa : sebagian besar 78(84,78%) pasin TB dengan resiko tinggi HIV dilakukan
pemeriksaan HIV. Hal ini sudah memenuhi target yaitu 80%. Hanya sebagian pasien
TB BTA positif yang tidak bersedia dilakukan pemeriksaan HIV
Sebagian besar pasien TB belum dilakukan pemeriksaan HIV hal ini dikarenakan
kurang efektifnya mekanisme kolaborasi TB HIV di poli TB DOTS dan ruang
perawatan pasien TB/HIV.

Rencana Tindak Lanjut


a. Mensosialisasikan kembali kepada dokter dan tenaga kesehatan tentang kebijakan dan
SPO mekanisme pelayanan kolaborasi TB HIV ( Semua pasien TB wajib di tes HIV dan
sebaliknya setiap pasien HIV wajib dilakukan pemeriksaan dahak)
b. Konseling tentang pentingnya pemeriksaan HIV terutama pada pasien TB dengan resiko
HIV
c. Melakukan pemeriksaan TB pada semua pasien HIV yang menunjukkan gejala dan
tanda TB
d. Menawarkan pemeriksaan HIV pada pasien TB yang beresiko terutama pasien TB
MDR dengan menggunakan formulir penialain resiko HIV
e. Koordinasi dengan Petugas Poli VCT untuk melakukan tes HIV dan memberikan
koseling pretest HIV
f. Koordinasi dengan dokter spesialis untuk pelayanan kolaborasi TB HIV

C. LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM HIV


1. Jumlah Kunjungan Poli VCT dan PDP RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan Th. 2018
Tabel 3.1 Kunjungan Poli VCT dan PDP RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
Th. 2018
PASIEN PASIEN
NO BULAN BARU LAMA
1 JAN 10 59
2 FEB 12 63
3 MAR 8 58
4 APRIL 7 52
5 MEI 9 55
6 JUN 7 7
7 JUL 8 55
8 AGUSTUS 11 48
JUMLAH 72 492

Grafik l 3.1 Kunjungan Poli VCT dan PDP RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan Th. 2018

Analisa : kunjungan poli VCT RSUD Syamrabu semakin meningkat dibanding tahun
2017, hal ini dikarenakan semakin luasnya jangkauan pelayanan HIV, dan sudah
tersedianya ARV sehingga kunjungan semakin meningkat, Temuan kasus HIV
posistif yang melakukan pengobatan di Poli PDP juga meningkat dibanding tahun
2017 baik dari pelayanan VCT maupun pelayanan PITC hal ini dikarenakan pasien
ODHA se pulau madura yang awalnya melakukan pengobatan di RSUD Soetomo
Sby pindah pengobatan ke RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.

Rencana Tindak Lanjut


a. Konseling tentang pentingnya pemeriksaan HIV terutama pada pasien TB dengan resiko
HIV
b. Membentuk Kelompok Dukungan Sebaya “ KDS Syamrabu “ sebagai sarana bertukar
informasi tentang peningkatan kualitas hidup ODHA dan menajemen alur pelayanan
pasien ODHA
c. Menawarkan pemeriksaan HIV pada semua pasien TB yang beresiko
d. Menawarkan pemeriksaan dan konseling HIV pada semua anggota keluarga ODHA.
e. Koordinasi dengan Petugas Poli VCT untuk melakukan tes HIV dan memberikan
koseling pretest HIV
f. Koordinasi dengan dokter spesialis untuk pelayanan kolaborasi TB HIV
g. Sosialisasi alur pelayanan dan akses pelayanan VCT dan PDP
h. Obat ARV disediakan secara gratis
i. Meengikutsertakan perawat dan dokter untuk mengikuti pelatihan CST/PDP
j. Bekerjasama dengan Puskesmas jejaring untuk menitipkan pemberian ARV di
Puskesmas agar pengobatan ARV semakin dekat
2. Pemeriksaan HIV pada setiap ibu hamil
Tabel 3.3 Pemeriksaan HIV pada ibu hamil

JUMLAH IBU RAPIT TEST


NO BULAN HAMIL DIPERIKSA HIV REAKTIF
99
1 JAN 84 0
65
2 FEB 50 1
134
3 MAR 105 0
112
4 APR 96 2
133
5 MEI 127 0
130
6 JUN 117 1
124
7 JULI 104 1
107
8 AGUSTUS 89 0
904
JUMLAH 772 5
Grafik1.4 Ibu hamil yang diperiksa HIV Th. 2018

Analisa : Hampir semua ibu hamil yang dilakukan tes HIV yaitu sebesar 772 (85,4 %)
dari semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di RSUD Syarifah Ambami
Rato Ebu Bangkalan. Hanya sebagian kecil ibu hamilyang tidak dilakukan
pemeriksaan HIV dikarenakan sudah dilakukan pemeriksaan HIV sebelumnya di
puskesmas (ANC terpadu) dan sebagian ibu hamil menolak untuk dilakukan
pemeriksaan HIV
Rencana Tindak Lanjut :
1. Sosialisasi tentang HIV dan Penularan HIV dari ibu ke bayi
2. Menawarkan tes HIV wajib bagi semua ibu hamil sejak pemeriksaan awal di poli
kandungan
3. Bekerja sama dengan Puskesmas jejaring untuk melakukan tes HIV di puskesmas
sejak pertama kunjunganibu hamil (ANC terpadu)
4. Bekerjasama dengan dinas kesehatan untuk penyediaan logistik regimen untuk
pemeriksaan rapid test sehingga pasien perlu membayar jika ingin melakukan tes HIV
LAPORAN MONITORING EVALUASI
MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS
(MDGS) TAHUN 2018
RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU
BANGKALAN

Anda mungkin juga menyukai