BY AN DI M U H IQBAL AK BAR AS FAR , S .T., M .T PENDAHULUAN 2
TIK : Setelah anda mempelajari seluruh isi bab ini,
maka anda dapat : 1. Mengetahui definisi dan tujuan pengeringan 2. Menjelaskan air bebas, air terikat secara fisik, dan air terikat secara kimia 3. Menjelaskan perbedaan kandungan air basah dan basis kering 4. Menghitung kecepatan pengeringan 5. Menghitung waktu pengeringan PENGERINGAN 3
Pengeringan merupakan cara untuk menghilangkan
sebagian besar air dari suatu bahan dengan bantuan energi panas dari sumber alam (sinar matahari) atau buatan (alat pengering). Biasanya kandungan air tersebut dikurangi sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi. Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima, menggunakan panas. PENDAHULUAN 4
Di dalam operasi teknik kimia
pengeringan biasanya didefinisikan sebagai pengambilan air yang relatif kecil dari suatu zat padat.
Contoh : suatu bahan padat yang
basah seperti kayu, kain atau kertas dapat dikeringkan dengan cara menguapkan airnya baik dengan aliran gas panas maupun tidak PENDAHULUAN 5
Dasar pengeringan adalah terjadinya
penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan.
Dalam hal ini, kandungan uap air udara
lebih sedikit atau udara mempunyai kelembaban nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan
Kemampuan udara membawa uap air
bertambah besar jika perbedaan antara kelembaban nisbi udara pengering dengan udara sekitar bahan semakin besar PENDAHULUAN 6
Operasi pengeringan bisa diklasifikasikan batch atau kontinyu.
Klasifikasi didasarkan pada bahan yang dikeringkan.
Pengeringan batch (dalam kenyataannya semi batch): sebanyak
bahan tertentu dikeringkan pada aliran udara yang mengalir.
Pengeringan kontinyu : baik bahan maupun udara pengering
dialirkan secara kontinyu. KLASIFIKASI PENGERING 7
Banyak metoda digunakan untuk mengelompokan
alat pengering. Ada jenis pengering yang beroperasi secara kontinu, ada pula pengering yang beroperasi secara batch. Ada pengering yang menerapkan proses pengadukan adapula yang tidak. Untuk menurunkan temperatur proses pengeringan, beberapa pengering beroperasi secara vakum. KLASIFIKASI PERALATAN PENGERINGAN 8
1. Metode operasi : batch atau kontinyu.
2. Metode pemberian panas : -Direct drier : gas panas dikontakkan langsung dengan bahan. -Indirect drier : misalnya melalui konduksi lewat dinding logam 3. Sifat bahan yang dikeringkan : padatan, butiran. KELOMPOK PENGERING (1) 9
Pengering-pengering dimana zat padat bersentuhan
langsung dengan gas panas (umumnya berupa udara panas). Jenis pengering ini disebut pengering adiabatik (adiabatic dryer) atau pengering langsung (direct dryer). KELOMPOK PENGERING (2) 10
Pengering-pengering dimana kalor berpindah ke zat
padat dari suatu medium luar, seperti uap yang terkondensasi, biasanya melalui permukaan logam yang bersentuhan dengan zat padat tersebut. Pengering jenis ini sering disebut pengering nonadiabatik (nonadiabatic dryer) atau pengering tak-langsung (indirect dryer). Contoh pengering nonadiabatik adalah pengering yang pemanasannya dilakukan dengan energi elektrik, radiasi, atau gelombang mikro. KELOMPOK PENGERING (3) 11
Pada beberapa unit terdapat gabungan pengeringan
adiabatik dan nonadiabatik yang disebut pengering langsung-tak-langsung. PEMROSESAN ZAT PADAT DALAM PENGERING 12
Kebanyakan pengering di industri mengangani zat
padat butiran. Pada bagian ini diuraikan berbagai pola pergerakan partikel zat padat dalam peralaan pengering. Dalam pengering adiabatik, zat padat bersentuhan dengan gas menurut salah satu cara berikut: 1 13
Gas ditiupkan melintasi permukaan hamparan atau
lembaran zat padat, atau melintas satu atau dua sisi lembaran atau film sinambung. Proses ini disebut pengeringan dengan sirkulasi silang (cross circulation drying). 2 14
Gas ditiupkan melalui hamparan zat padat butiran
kasar yang ditempatkan di atas ayakan pendukung. Cara ini disebut pengeringan sirkulasi silang. Di sini kecepatan gas harus rendah untuk mencegah terjadinya halangan aliran terhadap partikel zat padat. 3 15
Zat padat disiramkan ke bawah melalui suatu arus
gas yang bergerak perlahanlahan ke atas. Terkadang pada proses ini terjadi pengahalangan aliran partikel halus oleh gas yang tidak dikehendaki. 4 16
Gas dialirkan melalui zat padat dengan kecepatan
yang cukup untuk memfluidisasikan hamparan. 5 17
Zat padat seluruhnya dibawa ikut dengan arus gas
kecepatan tinggi dan diangkut secara pneumatik dari piranti pencampuran ke pemisahan mekanik. PENGERING NONADIABATIK 18
Dalam pengering nonadiabtik, satu-satunya gas yang
harus dikeluarkan adalah uap air ataupun pelarut. Pengering nonadiabtik dibedakan terutama menurut caranya zat padat itu berkontak dengan permukaan panas atau sumber kalor lainnya, seperti berikut: 1 19
Zat padat dihamparkan di atas suatu permukaan
horisontal yang stasioner atau bergerak lambat dan dipanaskan hingga kering. Pemanasan permukaan itu dapat dilakukan dengan listrik atau dengan fluida perpindahan kalor seperti uap atau air panas. Atau, pemberian kalor itu dapat pula dilakukan dengan pemanas radiasi yang ditempatkan di atas zat padat itu. 2&3 20
Zat padat itu bergerak di atas permukaan panas,
yang biasanya berbentuk silinder, dengan bantuan pengaduk atau screw conveyor ataupun paddle conveyor. Zat padat penggelincir dengan gaya gravitasi di atas permukaan panas yang miring atau dibawa naik bersama permukaan itu selama suatu waktu tertentu dan kemudian dihancurkan lagi. Kandungan air yang terdapat di dalam suatu bahan terdiri atas tiga jenis, 21
Air Bebas (Free Water)
Air Terikat secara Fisik
Air Terikat secara Kimia
1. AIR BEBAS (FREE WATER) 22
Bagian air tersebut terdapat pada permukaan bahan
Air bebas dapat dengan mudah diuapi pada proses
pengeringan.
Untuk menguapkan air bebas diperlukan energi yang lebih
sedikit dibandingkan dengan menguapkan air terikat.
Air yang dapat diuapkan disebut vaporable water
2. AIR TERIKAT SECARA FISIK 23
Merupakan bagian air bahan yang terdapat dalam
jaringan matriks bahan (tenunan bahan) karena adanya ikatan-ikatan fisik.
Bagian air tersebut terdiri atas
• Air terikat menurut sistem kapiler • Air absorbsi, Air tersebut terdapat pada tenunan bahan karena adanya tenaga penyerapan dari dalam bahan. Air itu akan menyebabkan pengembangan volume bahan. Akan tetapi, air tersebut tidak menjadi komponen penyusun bahan tersebut 2. AIR TERIKAT SECARA FISIK 24
3. Air yang terkurung diantara tenunan bahan karena
adanya hambatan mekanis. ✓ Biasanya terdapat pada bahan yang berserat. Air tersebut sangat sukar diuapkan pada proses pengeringan. ✓ Untuk menguapkannya harus dibantu dengan jalan merusak struktur jaringan penyusun bahan tersebut, misalnya dengan penghancuran. AIR TERIKAT SECARA KIMIA 25
Untuk menguapkan air tersebut dalam proses
pengeringan, dibutuhkan energi yang besar
Air bahan yang terikat secara kimia adalah
• Air yang terikat sebagai air kristal, atau kristal yang mengikat molekul air. • Air yang terikat dalam sistem dispersi koloidal, terdiri atas partikel-partikel dengan bentuk dan ukuran beragam MENURUT DERAJAT KETERIKATAN AIR, AIR TERIKAT DAPAT DIBAGI ATAS EMPAT TIPE.
Tipe I adalah molekul air yang terikat pada molekul-
molekul lain melalui suatu ikatan hidrogen yang berenergi besar. Air tipe ini tidak dapat membeku pada proses pembekuan, tetapi sebagian air ini dapat dihilangkan dengan cara pengeringan biasa. Air tipe ini terikat kuat dan sering kali disebut air terikat dalam arti sebenarnya. 27
Tipe II, yaitu molekul-molekul air membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul air lain, terdapat dalam mikrokapiler dan sifatnya agak berbeda dengan air minum. Air ini lebih sukar dihilangkan dan penghilangan air tipe II akan mengakibatkan penurunan Aw (water activity). Jika air tipe II dihilangkan seluruhnya, kadar air bahan akan berkisar 3-7 % dan kestabilan optimum bahan makanan akan tercapai, kecuali pada produk-produk yang dapat mengalami oksidasi akibat adanya kandungan lemak tidak jenuh. 28
Tipe III, yaitu molekul air yang terikat secara fisik
dalam jaringan – jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler, serat, dan lain – lain. Air tipe ini mudah dikeluarkan dari bahan, dan bila diuapkan seluruhnya, kadar air bahan mencapai 12 – 25%. Air ini dimanfaatkan untuk pertumbuhan jasad renik dan merupakan media bagi reaksi kimiaw 29
TIPE IV ADALAH AIR YANG TIDAK TERIKAT DALAM
JARINGAN SUATU BAHAN ATAU AIR MURNI DENGAN SIFAT-SIFAT AIR BIASA DAN KEAKTIFAN PENUH. 30
SELAIN TIPE-TIPE AIR TERSEBUT DI ATAS, BEBERAPA
PENULIS MEMBEDAKAN PULA AIR IMBIBISI DAN AIR KRISTAL. Air imbibisi merupakan air yang masuk kedalam bahan pangan dan akan menyebabkan pengembangan volume, tetapi air ini tidak merupakan komponen penyusun bahan tersebut. Misalnya air dengan beras bila dipanaskan akan membentuk nasi, atau pembentukan gel dari bahan pati. Air Kristal adalah air terikat dalam semua bahan, baik pangan maupun non pangan yang berbentuk kristal, seperti gula, garam, CuSO4, dan lain-ain (Winarno,1992). KADAR AIR BAHAN 31
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan
air per satuan bobot bahan. Ada dua metode untuk menentukan kadar air bahan, yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet basis) KADAR AIR BAHAN (LANJUTAN) 32
Bahan yang dinyatakan mempunyai kadar air 20%
berdasarkan bobot basah, artinya 100 gram bahan tersebut terdapat air sebanyak 20 gram dan bahan kering air sebanyak 80 gram. Jika dinyatakan dalam sistem bobot kering maka kadar airnya adalah (20/80) X 100%, atau sama dengan 25% LATIHAN 33
1. Sebanyak 100 kg kacang tanah dengan kadar air
awal 25 persen (BB), dikeringkan sampai kadar air 14 persen (BB). Hitung jumlah air yang diuapkan dan bobot bahan keringnya 2. Sebuah padatan basah dikeringkan dari kandungan air 80% menjadi 5%, basis basah. Hitung air yang diuapkan/1000 kg produk kering JAWAB NO. 2 35
Kandungan air mula2 = 0,8/(1-0,8) = 4 kg air/kg
padatan kering Kandungan air akhir = 0.05/(1-0.05)=0,0527 kg air/kg padat kering