Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS 1

Blok Eliminasi
Semester V

TITIN KURNINGSIH
I1B015078

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS NEGERI JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2017
Eliminasi merupakan pembuangan sisa metabolisme dalam tubuh, yang berupa
urin atau bowel (feses), sistem tubuh yang berperan dalam proses metabolisme yaitu,
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini dapat terjadi dengan dua langkah
yaitu pertama kandung kemih terisi secara progresif dan akan terasa regangan pada
dinding. Kemudian langkah kedua yaitu reflek miksi ( reflek berkemih), dimana
kantung kemih ini berusaha mengosongkan isi kandung kemih. Adapun beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi proses eliminasi seseorang sehingga terjadi gangguan pada
saluran kemih tresebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin menurut Tarwoto & Wartonah
(2006) antara lain
1. Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dapat mempengaruhi proses miksi seseorang. Usia dan berat badan juga
dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. Pada usia lanjut volume kandung
kemih akan berkurang, biasnya terjadi pada usia 50.
2. Sosiokultural
Budaya masyarakat yang hanya bisa berkemih di tempat tertutup atau terbuka.
3. Psikologis
Seseorang keadaan cemas dan stres dapat meningkatkan stimulasi berkemih.
4. Gaya hidup Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet sehingga ia tidak dapat berkemih
menggunakan menggunakan pispot atau lainnya.
5.Tonus otot
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot abdomen, dan
pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus otot, dorongan untuk
berkemih juga akan berkurang. Salah satu peristiwa awal adalah relaksasi otot-otot
dasar panggul, hal ini mungkin menimbulkan tarikan yang cukup besar pada
otot detrusor untuk merangsang kontraksi. Kontraksi otot-otot perineum dan
sfingter eksterna dapat dilakukan secara volunter sehingga mampu mencegah urin
mengalir melewati uretra atau menghentikan aliran urin saat sedang berkemih
(Guyton, 2006).
6. Intake cairan dan makanan
Seseorang yang mengkomsumsi Alkohol dapat menghambat anti diuretik hormon.
sedangkan kopi, teh, coklat, dan cola (mengandung kafein) sehingga meningkatkan
pembuangan dan ekskresi urin.
7. Kondisi penyakit
Pasien yang mengalami demam akan terjadi penurunan produksi urin karena
banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih
menyebabkan retensi urin.
8. Pembedahan
Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urin akan
menurun.
9. Pengobatan
Penggunaan diuretik meningkatkan output urin, anti kolinergik dan antihipertensi
menimbulkan retensi urin.
10. Pemeriksaan diagnostik
Proses berkemih pada seseorang dapat mengalami gangguan sehingga tidak dapat
berjalan dengan normal. Kondisi umum yang terjadi sebagian besar adalah
ketidakmampuan individu untuk berkemih karena adanya obstruksi uretra.
Pada kondisi ini perlu dilakukan intervensi untuk mengosongkan kandung kemih
yaitu dengan pemasangan kateter.
Berikut adalah tabel intake dan output dalam tubuh saya selama 3 hari
(minggu – selasa).

a. Minggu 24 September 2017

No waktu Fluid Intake Volume Fluid Output Volume

1. Pagi Air putih 200 ml 2 x BAK ( 400 200 ml


ml )

2. Siang Air Putih 300 ml 1 x BAK ( 200 100 ml


ml )

3. Sore Air putih 150 ml 1 x BAK (250 250 ml


ml)

4. Malem Susu ultra 150 ml 3 BAK ( 300 200 ml


ml)
Air putih 200 ml

Total 1000 ml Total 750


KET :

Intake :

Minum = 1000

Air Metabolisme = (AM)

AM = 5 ml / BB kg

= 5ml x 50

=250

OUTPUT:

BAK = 750 ml

Insensible Water Lost (IWL)

IWL = 15 ml / kg BB / hari

= 15 ml. 50 kg /hari

= 750

Total Intake = 1000 + AM

= 1000 + 250

= 1250 ML / Hari

Total Output = 750 + IWL

= 750 + 750

= 1500

Balance Cairan = Intake – Output

= 1250 – 1500

= -250
b. Senin 25 september 2017

No Waktu Intake volume Output Volume

1. Pagi Air putih 200 ml 1 x BAK 250 ml

2. Siang Air putih 250 ml 2 X BAK 200 ml

Coca - cola 50 ml

3. Sore Air putih 300 ml 1 x BAK 200 ml

4. Malam Air putih 350 ml 4 x BAK 150 ml

Total 1150 Total 800

KET :

Intake :

Minum = 1150

Air Metabolisme = (AM)

AM = 5 ml / BB kg

= 5ml x 50

=250

OUTPUT

BAK = 800 ml

Insensible Water Lost (IWL)

Iwl = 15 ml / kg BB / hari

= 15 ml. 50 kg /hari

= 750

Total Intake = 1150 + AM

= 1150 + 250

= 1400 ML / Hari

Total Output = 800+ IWL

= 800 + 750

= 1550

Balance Cairan = Intake – Output


= 1400 – 1550

= - 150

c. Selasa 26 September 2017

No Waktu Intake Volume Output Volume

1. Pagi Air Putih 400 ml 1 x BAK 200 ml

2. Siang Air Putih 350 ml 2 x BAK 300 ml

3. Sore Air putih 250 ml 2 x BAK 250 ml

4. Malam Air putih 200 ml 1 x BAK 150 ml

Total 1200 Total 900

KET :

Intake :

Minum = 1200

Air Metabolisme = (AM)

AM = 5 ml / BB kg

= 5ml x 50

=250

OUTPUT

BAK = 900 ml

Insensible Water Lost (IWL)

Iwl = 15 ml / kg BB / hari

= 15 ml. 50 kg /hari

= 750

Total Intake = 1200 + AM

= 1200 + 250

= 1450 ML / Hari

Total Output = 900+ IWL

= 900 + 750
= 1650

Balance Cairan = Intake – Output

= 1450 – 1650

= - 200

Berdasarkan ketiga tabel intake dan output selama tiga hari dapat
disimpulkan bahwa pemasukan dan pengeluaran hari pertama menunjukkan
Balance cairan (-250), hari kedua sebesar (-150) serta hari ketiga (- 200) hal ini
menunjukkan, saya kekurangan cairan. Adapun faktor – faktor yang
mempengaruhi proses eliminasi urin yang saya alami, bisa saja di pengaruhi oleh
faktor gaya hidup dan kebiasaan, (kebiasaan menahan BAK), diet dan input
cairan,(meminum coca – cola mengandung kafein), kondisi, (kondisi ini
berkaitan dengan cuaca, beberapa hari ini di purwokerto sering hujan
menyebakan cuaca dingin, sehingga saya jarang minum air), serta juga fakto
psikologis, dalam beberapa minggu terakhir ini kecemasan saya meningkat
sehingga saya lebih sering BAK. Yang perlu dilakukan yaitu lebih meningkatkan
lagi asupan cairan untuk setiap harinya untuk menjaga keseimbangan tubuh serta
menghindari adanya penyakit pada sistem urinary.
DAFTAR PUSTAKA
Wartonah, Tarwoto. ( 2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Medika.
Guyton AC, Hall JE. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai