Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
dan mortalitas bayi baru lahir. Hipotermia pada bayi baru lahir disebabkan belum
sempurnanya pengaturan suhu tubuh bayi, maupun pengetahuan yang kurang tentang
pengelolaan bayi baru lahir yang benar. Pengaturan suhu tubuh bayi baru lahir sangat
pada bayi baru lahir mempengaruhi metabolisme tubuh dan dapat mengakibatkan
2010).
panas pada bayi baru lahir dapat melalui 4 cara yaitu evaporasi, konduksi, radiasi, dan
konveksi. Kesalahan penanganan sesudah lahir dapat menyebabkan bayi baru lahir
kehilangan panas akibat keempat cara tersebut, Mandi merupakan salah satu paparan
dingin pada bayi baru lahir, Alasan memandikan bayi baru lahir antara lain
atau cairan amnion, dan mengurangi kolonisasi mikroba. WHO menyarankan bahwa
waktu memandikan bayi baru lahir cukup bulan dan sehat dilakukan setelah bayi
berusia lebih dari 6 jam.1 Hasil pengamatan awal pada sebuah Puskesmas dan rumah
1
2
bersalin swasta mendapatkan insidens hipotermia pada kedua tempat tersebut adalah
persiapan mandi yang baik untuk mencegah hipotermia. Tujuan penelitian untuk
baru lahir cukup bulan yang dimandikan lebih dari 6 jam sesudah lahir, setelah
Hipotermi merupakan suatu keadaan suhu tubuh dibawah 36,5˚C suhu normal
bayi baru lahir berkisar 36,5˚C suhu ketiak. Gejala awal hipotermi apabila suhu <
36˚C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila bayi teraba dingin maka bayi
sudah mengalami hipotermi sedang suhu 32-36C suhu aksil dan hipotermi berat bila
suhu tubuh < 32˚C. Hipotermi yang dialami bayi baru lahir menyebabkan terjadinya
Angka kematian neonatorum cukup tinggi yaitu sekitar 13-15% dari angka
kematian bayi baru lahir. Kematian ini sering timbul sebagai komplikasi sepsis
Kurang baiknya penagan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan
terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan
3
baik karena neonatal merupakan priode yang paling kristis dalam fase pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Proses adaptasi fisiologis yang dilakukan bayi bru lahir
perlu diketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, yang selalu
Bayi prematur kulitnya sangat tipis, jaringan lemaknya belum terbentuk dan
pusat pengaturan suhu belum sempurna, maka bayi sangat mudaho kedinginan.
Akibatnya bayi dapat jatuh dalam keadaan cold injury, sianosis, dispane, kemudian
apnea. Untuk mencegah bayi kedingan, bayi harus dirawat dalam incubator yang
dapat mempertahankan suhu bayi 36,5-37˚C. ini berarti bahwa jumlah lampu harus
dapaat menghasilkan suhu tubuh tersebut. Jika terjadinya hipotermia misalnya suhu
tubuh bayi 35˚C, suhu harus dinaikan secara bertahap dengan menggati salah satu
lampunya. Misalnya lampu semuala 40 watt diganti dengan 60 watt. Setelah satu jam
kemudian suhu bayi dicek ulang, jika belum optimum lampu kedua diganti. tidak
dibenarkan menganti dengan lampu besar sekaligus misalnya 100 watt secara
Selain itu berikan bayi pada ibunya secepat mungkin, karena kontak antara ibu
dengan kulit bayi sangat penting untuk kehangatan mempertahankan panas tubuh
bayi, gantilah handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan
selimut dan jagan lupa memastikan kepala bayi telah terlindungin dengan baik untuk
mencegah kehilangan panas. Apabila suhu bayi kurang dari 36,5˚C, segera hangatkan
4
bayi dengan tehnik metode kangguru perawatan metode kangguru adalah perawatan
untuk bayi untuk bayi permatur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi
dengan kulit ibu. Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung
kesehatan dan keselamatan bayi yang lahir premature maupun yang aterm.
Kehangatan tubuh ibu merupakan sumber panas yang efektif (Yeyeh, 2010).
Hal ini terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi.
Sedangkan suhu tubuh rendah (hipotermia) dapat disebabkan oleh karena terpapar
dengan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin
atau basah) atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakian. Kenaikan suhu
tubuh (hipertemia) dapat disebakan karna terpapar sianar mata hari (Lia, 2010).
Secara umum WHO merekomdasikan bahwa, kesehatan bayi baru lahir sangat
ditentukan pelayanan kesehatan dengan prinsip sebagai berikut persalinan bersih dan
tubuh bayi sesudah mandi terjadi pada menit kelimabelas 0,15°C. Pada penelitian
Takayama dkk (2012), penurunan suhu tubuh bayi sesudah mandi terjadi pada menit
ketigapuluh sebesar 0,2°C. Pada penelitian ini, kelompok bayi yang persiapan
mandinya lebih baik (di rumah bersalin swasta) mengalami penurunan suhu aksila
segera sesudah mandi sebesar 0,2°C dan pada menit kesepuluh sebesar 0,4°C.
5
Sedangkan pada kelompok bayi di Puskesmas, penurunan suhu aksila segera sesudah
Menurut Mansjoer (2005), asfiksia neonatorum biasanya terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu dengan kelahiran kurang bulan dan kelahiran lewat waktu.
Gambaran ini menunjukan bahwa terdapat kecenderungan umur kehamilan saat bayi
Dari hasil survei awal di RSUD Deli Serdang terdapat 50 bayi yang mengalami
hipotermi sebanyak 36 % dan yang tidak mengalami hipotermi sebanyak 64%. Hal
tenaga kesehatan karena dapat berhubungan dengan penanganan pada ibu dan bayi
Dari latar belakang masalah diatas penelitian tertarik untuk meneliti faktor-
faktor yang berhubungn dengan hipotermi pada bayi baru lahir di RSUD deli serdang.
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor terlalu cepat memandikan bayi
dengan kejadian hipotermi pada bayi baru lahir di RSUD Deli Serdang.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor IMD dengan kejadian hipotermi
Hasil penelitin ini dapat diharapan dapat digunakan sebagai sumber data dasar
dan juga perbandingan bagi penelitian lainnya yang berkaitan dengan faktor-faktor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipotermi
2.1.1. Definisi
Hipotermi merupakan suhu normal bayi baru lahir 36,5-37,5˚C (suhu ketiak)
(Nur, 2010).
2.1.2. Etiologi
a. Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, terlalu cepat dimandikan, tidak
segera diberi pakaian, tutup kepala dan dibungkus, diletakkan pada ruangan yang
dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya, dipisahkan dari ibunya, tidak
b. Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg
atau bayi dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan tanda-
c. Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.
g. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada
8
9
2.1.3. Patofisiologi
Suhu normal bayi, baru lahir berkisar 36,5-37,50C (suhu ketiak). Gejala awal
hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila
seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang
(Suhu 320C -360C). Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Hipotermia
walau biasanya ciri-ciri ini tidak mudah terlihat pada bayi kecil, kulit anak kelihatan
belang belang, merah campur putih atau bercak bercak, anak kelihatan apatis atau
diam saja, gerakan bayi kurang dari normal, lebih parah lagi jika anak menjadi biru
yang bisa dilihat pada bibir dan ujung ujung jarinya, jika hal tersebut tetap saja
dibiarkan, maka anak tersebut bisa berhenti nafas, puncaknya anak bisa terkenak
1. Evaporasi
Merupakan jalan utama bayi kehilagan panas dapat terjadi penguapan cairan ke
tubuh pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir
2. Konduksi
Merupakan kehilangan pans tubuh melaluin kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
3. Konveksi
Merupakan kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar udara yang telah
dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin akan
cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi
konveksi aliran udara kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
4. Radiasi
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Bayi biasa kehilagan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walupun tidak bersentuhan secara langsung)
(Yulianti, 2010)
a. Aktivitas berkurang
b. Letergis
c. Tangisan lemah
b. Pernapsan lambat
f. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermi, Muka ujung kaki dan tangan berwarna
d. Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit bayi mengeras
Hipotermi pada neonatus anatara lain bisa menyebabkan gangguan pada sistem
mengedip).
12
a. Kurang pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya
f. Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan pernafasan,
a. Faktor lingkungan
b. Syok
c. Infeksi
f. Obat-obatan
1. Keringkan bayi dengan seksama, pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah
lahir untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan
3. Selimutin bagian kepala bayi pastikan kepala bayi ditutupin atau diselimutin
setiap saat.
5. Jagan segerah menimbang atau memandikan bayi baru lahir karena bayi
7. Tunda memandikan bayi bila suhu tubuh tetap stabil dalam waktu 1 jam
(Yulianti, 2010).
apne sehingga direkomedasikan penghangatan 0,5-1˚C tiap jam (pada bayi < 1000
gram penghangatan maksimal 0,6˚C). Alat incubator untuk bayi < 1000 gram
sebaiknya diletakan dalam incubator. Bayi tersebut dapat dikelurkan dari incubator
apabila suhu tubuhnya dapat tahan terhadap suhu kingkungan 30˚C (Yeyeh , 2010)
14
Temuan
Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
- Bayi terpapar - Suhu tubuh 32˚C (36,4˚C)
suhu lingkungan - Gangguan nafas Hipotermi
yang rendah. - Debyut jangtung kurang dari sedang
- Waktu timbulnya 10kali/menit
kurang dari 2 - Malas minum
hari. - Letergi
- Bayi terpaparnya - Suhu tubuh 32˚C
suhu lingkungan - Tanda lain hipotermi sedang Hipotermi
yang rendah - Kulit terba keras berat
- Waktu timbuln - Nafas pelan dan dalam
kurang
dari 2 hari.
- Tidak terpapar - Suhu tubuh berkulfultasi anatara 36˚- Suhu tuhu tidak
dengan digin dan 39˚C meskipun berada di suhu Setabil (Lihat
panas yang lingkungan yang stabil Dugaan sepsis)
berlebihan. - Fluktuasi terjadi sesudah periode suhu
stabil
- Bayi berada di Suhu tubuh 37,3˚C
lingkungan yang - Tanda dihidrasi (elastisitas kulit turun
sangat panas, mata dan umbun umbun besar dan Hipotermia
terpapar sinar cekung, lidah dan membrane mukosa
matahari, berada kering)
di incubator, atau - Malas minim
dibawah - Denyut
pemancar panas. jantung>160kali/menit
- Latergi
Sumber : (Ayeyeh, 2010)
15
2.2.1. Pengertian
Bayi baru lahir merupakan bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin kehidupan ekstra uterin (Lia,
2010).
Bayi baru lahir adalah masa sejak lahir sampai 4 minggu (28 hari) sesuai
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda antara lain:
reaksi rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras atau yang mengejutkan.
2. Keaktifan bayi melakukan gerakan tangan yang simetris pada waktu bagun.
Adanya termor pada bibir bayi, kaki dan tangan pada waktu menagis adalah
normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur kemungkinan gejala suatu
3. Bayi tanpak ekspresi mata,perhatikan kesimetrisan antara mata kanan dan mata
4. Mulut penampilanya harus simetris dan tidak mecucu seperti mulut ikan dan
6. Punggung adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan lekukan
7. Kulit dan kuku keadaan normal kulit berwarna kemerahan dan kadang-kadang
Refleks rooting bayi menoleh kea rah benda yang menyentuh pipi, reflex hisap
terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, dan disertai reflex menelan,
Segerah setelah lahir letakan bayi di atas kain bersi dan kering yang disiapkan
diatas perut ibu bila tidak memungkinkan letakan dekat ibu misalnya di antara kedua
kaki ibu atau sebelah ibu. Pastika area tersebut bersih dan kering keringkan bayi
terutama muka dan permukaan tubuh dengan kain yang kering, hangat dan bersih.
Skor 0 1 2
Appearance color Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas biru kekerah-
merahan
Pluse (heart rate) atau Tidak ada <100x/menit >100x/menit
frekuensi jantung
Grimace (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Menangis
terhadap rangsangan) mimik batuk /bersin
Activity (tonus otot) Lumpuh Ekstremitas gerak Gerakan Aktif
sedikit
Respiration (usaha Tidak Ada Lemah, tidak teratur Menangis kuat
nafas)
Memandiakan merupakan salah satu paparan dingin pada bayi baru lahir.
Alasan memandiakn bayi baru lahir antra lain berhubungan dengan budaya,
estetika, pencegahan penularan penyakit melaluin darah atau cairan amnion dan
tidak segera diberi pakaian, tutup kepala dan dibungkus, diletakkan pada ruangan
yang dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya, dipisahkan dari ibunya dan
pada bayi baru lahir cukups bulan yang dimandikan 10 menit setelah lahir adalah
sebesar 6,8%, sedangkan yang dimandikan 2-6 jam setelah lahir adalah 1,5%.
18
Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru
lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting
susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh
vitamin K dan obat tetes mata. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya
dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara
bayi dan ibu. Biarkan bayi didada ibu selama satu jam bahkan sampai dapat
menyusu sendiri.
Kulit ibu bersalin berfungsi sebagai incubator, karena lebih hangat dari
pada kulit ibu yang tidak bersalin. Secara otomatis dapat mempengaruhi suhu
bayi baru lahir yang rentan mengalami kehilangan panas. Ini berarti, dengan IMD
resiko kehilangan panas (hipotermi) pada bayi baru lahir yang akan
Menurut Roesli (2008), bayi yang dilakukan inisiasi menyusu dini berada
dalam suhu yang aman. Karena suhu payudara ibu meningkat 0,50C dalam 2
menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Hal ini terbukti bahwa bayi pada
kelompok intervensi memiliki suhu yang normal karena langsung kontak kulit
dengan dada ibunya. Sedangkan pada kelompok kontrol bayi tidak melakukan
kontak kulit langsung dengan dada ibunya, bayi langsung dibungkus dengan kain
3. Asfiksia
berkaitan dengan terjadinya Asfiksia yaitu faktor ibu, salah satu faktor ibu adalah
umur kehamilan saat bayi dilahirkan, Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan
dari ibu ke janin menurun, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar
4. Prematur
Khusus untuk BBLR,sampai saat ini masih banyak di temukan bayi lahir
dengan berat bandan rendah dengan berbagai penyebab.dimana bayi abru lahir
morbiditas dan morbilitas pada bayi. Untuk menurunkan angka morbiditas dan
morbilitas bayi BBLR tersebut menjadi tanggu jawab tenagga kesehata (Sijanti,
2011).
lebih besar daripada ibu yang tidak anemia, persalinan prematur pada ibu dengan
riwayat persalinan premature sebelumnya adalah 20,33 kali lebih besar daripada
pada kelompok umur ibu yang berisiko adalah 2,259 lebih besar daripada
Menurut Prawirohardjo (2007), bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram
pada waktu lahir merupakan bayi prematur. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai, atau
2. IMD
Hipotermi
3. Asfeksia
4. Prematur
1. Terlalu cepat dimandikn berhubungan dengan kejadian hipotermi pada Bayi Baru
2. Inisiasi meyusu dini berhubungan dengan kejadian hipotermi pada bayi baru
3. Asfeksia berhubungan dengan kejadian hipotermii pada bayi baru lahir di RSUD
4. Prematur berhubungan dengan kejadian hipotermi pada bayi baru lahir di RSU
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan pendekatan
penelitian di lakukan di RSUD Deli Serdang karna masih tingginya angka kejadian
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang baru lahir di RSUD
3.3.2. Sampel
Sampel data penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sample (total
sampling).
22
23
a. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari data yang ada di RSUD Deli
Serdang Januari-April Tahun 2014. Data tersebut berisi hasil menegenain jumlah bayi
1. Memandiakn merupakan salah satu paparan dingin pada bayi baru lahir.
1. tidak dimandikan
3. Asfeksia adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
1.Tidak Asfeksia
4. Prematur adalah suatu keadaan dimana berat badanya saat lahir kurang dari
1. Tidak prematur
24
1. Tidak Hipotermi
Merupkan kegiatan untuk pengecekan dan pebaikan isian formulir atau kuesioner.
Merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
Kegiatan masukan data yang telah dikumpulkan kedalam master table atau data
tabel contigensi.
atau koreksi
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam merupakan sebuah rumah
Provinsi Sumatera Utara terletak di lahan yang luas di pinggiran kota Lubuk Pakam
Deli Serdang, Jl. Thamrin, kecamatan Lubuk Pakam, kabupaten Deli Serdang.
Rumah Sakit Umum Deli Serdang mulai berfungsi sejak tanggal 03 Februari 1964
dengan pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap baru RSUD Deli
Visi RSUD Deli Serdang adalaah pelayanan yang unggul dalam mutu prima
dalam pelayanan dan menjadi pusat rujukan. Pelayanan kesehatan yang paripurna dan
jawab.
26
27
Lingkungan, Prematur, Infeksi dan lamanya pengeringan pada bayi baru lahir.
Untuk melihat kejadian hipotermi di RSUD Deli Serdang dapat dilihat ditabel
4.1.
No Hipotermi f %
1. Mengalami 18 36,0
2. Tidak Mengalami 32 64,0
Jumlah 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kejadian hipotermi pada bayi baru
lahi di RSU Deli serdang yang mengalami hipotermi sebanyak (36%) dan yang tidak
Untuk melihat kejadian terlalu cepat dimandikan di RSUD Deli Serdang dapat
No T.C.Memandikan f %
1 T.c.memandikan 25 50,0
2 Tidak t.c. memandikan 25 50,0
Jumlah 50 100,0
Berdassarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Terlalu cepat memandikan yang
mengalami hipotermi pada bayi baru lahi di RSU Deli serdang sebanyak 25 (50%).
Untuk melihat kejadian inisiasi menyusu dini di RSUD Deli Serdang dapat
No IMD f %
1 Di lakukan IMD 30 60,0
2 Tdk dilakukan IMD 20 40,0
Jumlah 50 100,0
Berdassarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa yang melakukan IMD pada bayi
baru lahir di RSU Deli serdang sebanyak 30 (60%) dan yang tidak melakukan IMD
sebanyak 20 (40%)
29
Untuk melihat kejadian asfiksia di RSUD Deli Serdang dapat dilihat ditabel
4.4.
No Asfeksia f %
1 Mengalami 24 48,0
2 Tidak Mengalami 26 52,0
Jumlah 50 100,0
Berdassarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa yang mengalami Asfiksia pada
bayi baru lahir di RSU Deli serdang sebanyak 24 (48%) dan yang tidak mengalami
sebanyak 26 (52%).
Untuk melihat kejadian prematur di RSUD Deli Serdang dapat dilihat ditabel
4.5.
No Prematur f %
1 Prematur 25 50,0
2 Tidak Prematur 25 50,0
Jumlah 50 100,0
Berdassarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Prematur pada bayi baru lahir
di RSU Deli serdang sebanyak 25 (50%) dan yang tidak prematur sebanyak 25
(50%).
30
antaraTerlalu Cepat Memandikan Prematur IMD dan asfeksia, maka dipakai analisis
Hipotermi
Tdk
Hipotermi Total
No T.C. Memandikan Hipotermi Prob
n % n % n %
1. T.c.memandikan 13 52,0 12 48,0 25 100,0
2. Tdk T.c.memandikan 5 20,0 20 80,0 25 100,0 0,039
Jumlah 18 36.0 32 64.0 50 100.0
Dari tabel di atas dapt dilihat bahwa dari 25 bayi yang terlalu cepat
dimandikan yang mengalami hipotermi sebanyak 13 (52,0%) bayi yang tidak terlalu
dimandikan sebanyak 5 (20,0%) dan yang tidak terlalu cepat dimandikan sebanyak 20
(80,0%) hasil chi-square di peroleh prob 0,039 < α 0,005 Ho ditolak, artinya terdapat
hubungan antara terlalu cepat memandikan dengan kejadian hipotermi pada bayi baru
Tabel 4.7. Hubungan IMD dengan Kejadian Hipotermi pada Bayi Baru Lahir
di RSU Deli Serdang
Hipotermi
Tdk
Hipotermi Total
No IMD hipotermi Prob
n % n % n %
1. Di lakukan IMD 6 20,0 24 80,0 30 100,0 0,010
2. Tdk dilakukan IMD 12 60,0 8 40,0 20 100,0
Jumlah 18 36,0 32 64,0 50 100,0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 30 bayi yang dilakukannya IMD
(60.0%) dan yang tidak dilakukannya IMD sebanyak 8 (40,0%) hasil chi-square di
peroleh prob 0,010 < α 0,005 Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara IMD
dengan kejadian hipotermi pada bayi baru lahir di RSUD Deli Serdang.
Tabel 4.8. Hubungan Asfiksia dengan Kejadian Hipotermi pada Bayi Baru
Lahir Di RSUD Deli Serdang
Hipotermi
No Asfiksia Mengalami Mengalami Total Prob
n % n % n %
1 Asfiksia 13 54,2 11 45,8 24 100,0
2 Tdk asfiksia 5 19,2 21 80,8 26 100,0 0,023
Jumlah 18 36,0 32 64,0 50 100,0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 24 bayi yang asfiksia sebanya 13
(54,2%) bayi yang mengalami asfeksia dan 11 (45,8%). Kemudian bayi tidak
mengalami asfiksia sebanyak 5 (19,2%) dan yang tidak mengalami asfiksia sebanyak
21 (80,8%) dari hasil chi-square di peroleh prob 0,023 < α 0,005 Ho ditolak, artinya
terdapat hubungan antara Asfiksia dengan kejadian hipotermi pada bayi baru lahir di
Tabel 4.9. Hubungan Prematur dengan Kejadian Hipotermi pada Baru Lahir
di RSUD Deli Serdang
Hipotermi
Tdk Total
No Prematur Mengalami Prob
Mengalami
n % n % n %
1 Prematur 13 52,0 12 48,0 25 100
2 tdk prematur 5 20,0 20 80,0 25 100 0,039
Jumlah 18 36,0 32 64,0 50 100
33
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 25 bayi yang prematur 13 (52,0%)
bayi yang mengalami hipotermi dan 12 (48,0%) bayi tidak mengalami hipotermi, dari
25 responden 5 (20,0%) bayi yang mengalami hipotermi dan 20 (80,0%) bayi tidak
mengalami hipotermi dan dari hasil schi-square di peroleh prob 0,039 < α 0,005 Ho
ditolak, artinya terdapat hubungan antara Prematur dengan kejadian hipotermi pada
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Faktor Terlalu Cepat Dimandikan dengan Kejadian Hipotermi pada Bayi
Baru Lahir
Hasil penelitian menunjukan dari 25 bayi yang terlalu cepat dimandikan yang
mengalami hipotermi sebesar 52%. Hasil chi-square diperoleh prob 0,039 < α 0,005
baru lahir dengan kejadian hipotermi di RSUD Deli Serdang. Mengacu pada uji
tersebut menunjukkan bahwa semakin cepat bayi baru lahir dimandikan maka akan
pada bayi baru lahir cukup bulan yang dimandikan 10 menit setelah lahir adalah
sebesar 6,8%, sedangkan yang dimandikan 2-6 jam setelah lahir adalah 1,5%.
Ketika seorang bayi tidak segera dibersihkan, terlalu cepat dimandikan, tidak
segera diberi pakaian, tutup kepala dan dibungkus, diletakkan pada ruangan yang
dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya, dipisahkan dari ibunya dan tidak segera
Memandiakn merupakan salah satu paparan dingin pada bayi baru lahir. Alasan
memandiakn bayi baru lahir antra lain berhubungan dengan budaya, estetika,
pencegahan penularan penyakit melaluin darah atau cairan amnion dan mengurangi
34
35
5.2. Hubungan Faktor IMD dengan Kejadian Hipotermi pada Bayi Baru Lahir
Hasil penelitian menunjukan dari 20 bayi tidak dilakukan IMD yang mengalami
hipotermi sebesar 60%. Hasil chi-square diperoleh prob 0,010 < α 0,005 Ho ditolak,
artinya terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir dengan
kejadian hipotermi di RSUD Deli Serdang. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan
bahwa bayi baru lahir yang tidak dilakukan IMD akan lebih mudah mengalami
hipotermi.
Menurut Roesli (2008), bayi yang dilakukan inisiasi menyusu dini berada
dalam suhu yang aman. Karena suhu payudara ibu meningkat 0,50C dalam 2 menit
jika bayi diletakkan di dada ibu. Hal ini terbukti bahwa bayi pada kelompok
intervensi memiliki suhu yang normal karena langsung kontak kulit dengan dada
ibunya. Sedangkan pada kelompok kontrol bayi tidak melakukan kontak kulit
langsung dengan dada ibunya, bayi langsung dibungkus dengan kain sehingga
Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di
dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu
untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda
obat tetes mata. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali
tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu. Biarkan bayi
didada ibu selama satu jam bahkan sampai dapat menyusu sendiri.
36
Kulit ibu bersalin berfungsi sebagai inkubator, karena lebih hangat dari pada
kulit ibu yang tidak bersalin. Secara otomatis dapat mempengaruhi suhu bayi baru
lahir yang rentan mengalami kehilangan panas. Ini berarti, dengan IMD resiko
kehilangan panas (hipotermi) pada bayi baru lahir yang akan menimbulkan kematian
mengakibatkan penyulit berat badan. Prematur ini meliputin hipotermi sehingga akan
5.3. Faktor Asfeksia dengan Kejadian Hipotermi pada Bayi Baru Lahir
45%. Hasil chi-square diperoleh prob 0,023 < α 0,005 Ho ditolak, Artinya terdapat
hubungan antara asfiksia bayi baru lahir dengan kejadian hipotermi di RSUD Deli
Serdang. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa kejadian asfiksia pada bayi
baru lahir maka akan semakin tinggi pula angka kejadian hipotermi.
dengan umur kehamilan melebihi 42 minggu kejadian asfiksia bisa disebabkan karena
penuaan plasenta sehingga pemasokan makanan dan oksigen dari ibu ke janin
menurun, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasental
janin.
berkaitan dengan terjadinya Asfiksia yaitu faktor ibu, salah satu faktor ibu adalah
37
umur kehamilan saat bayi dilahirkan, Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari
Menurut asumsi peneliti asfeksia adalah keadaan bayi yang tidak bernafas
sponta dan teratur akan megakibatkan kematian yang besar pada bayi asfeksia.
5.4. Faktor Prematur dengan Kejadian Hipotermi pada Bayi Baru Lahir
Hasil penelitian menunjukan dari 25 bayi tidak dilakukan IMD yang mengalami
hipotermi sebesar 80%. Hasil chi-square diperoleh prob 0,010 < α 0,005 Ho ditolak,
artinya terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir dengan
kejadian hipotermi di RSUD Deli Serdang. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan
bahwa bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah akan lebih mudah mengalami
hipotermi.
Prawirohardjo (2007), bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram pada waktu
lahir merupakan bayi prematur. Keadaan ini dapat disebabkan oleh masa kehamilan
kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai, atau bayi yang beratnya
kehamilan
dalam kehamilan yang mengalami persalinan prematur 3 kali lebih besar daripada ibu
yang tidak anemia, persalinan prematur pada ibu dengan riwayat persalinan
premature sebelumnya adalah 20,33 kali lebih besar daripada ibu tanpa riwayat
persalinan premature sebelumnya, dan persalinan prematur pada kelompok umur ibu
yang berisiko adalah 2,259 lebih besar daripada kelompok umur yang tidak berisiko.
38
Khusus untuk BBLR,sampai saat ini masih banyak di temukan bayi lahir
dengan berat bandan rendah dengan berbagai penyebab.dimana bayi abru lahir
morbiditas dan morbilitas pada bayi. Untuk menurunkan angka morbiditas dan
morbilitas bayi BBLR tersebut menjadi tanggu jawab tenagga kesehata. (Sijanti,
2011).
Menurut asumsi peneliti bahwa hipotermi pada bayi baru lahir akan
dipengaruhi oleh paparan lingkungan yang dingin. Oleh karena itu, bayi baru lahir
akan dikeringkan sedini mungkin agar tidak terjadi kematian pada bayi baru lahir
39
BAB VI
KESIMPULAN SARAN
6.1 Kesimpulan
2. Terdapat hubugan Inisiasi Menyusu Dini dengan kajadian hipotermi pada bayi
3. Terdapat hubungan asfiksia dengan kejadian hipotermi pada bayi baru lahir di
4. Terdapat hubungan prematur dengan kajadian hipotermi pada bayi baru lahir di
6.2. Saran
1. Diharapkan kepada ibu yang baru melahirkan agar lebih hati-hati lagi memilih
ataupun lainnya untuk lebih memeprhatiakan tentang penangan bayi baru lahir.
referensi dan sumber informasi terutama tentang tanda-tanda bahaya pada bayi
baru lahar.
39
40
DAFTAR PUSTAKA
Wafi Nur, M. 2010. Asuhan neonatus bayi dan balita, Fitramaya, Yogjakarta.
Ai Yeyeh R, 2010. Aauhan neonatus bayi baru lahir dan balita .Trans Info Media,
Jakarta.
Yulianti Lia, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Anak Balita,Trans Info Medika,
Jakarta
Surbandik dkk, 2004. Hubungan terlalu cepat memandikan bayi abru lahir dengan
kejadian hipotermi. httpscholar.google.co.idscholarstart. Update: 28
Agustus 2014 Pukul 19.00 WIB
Irma Rhocma, 2007. Insiden dan faktor-faktor resiko hipotermi akibat memandikan
bayi baru lahir.htt://pscholar.google.co. Update: 30 Agustus 2014 Pukul
23.19 WIB
Lia, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Anak Balita,Trans Info Medika, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Budiarti, Tri, 2011. Buku ajaran Neonaturus,Bayi dan Balita, Trans Info, Jakarta.
Dwi Maryanti, 2011. Buku ajaran Neonaturus, Bayi dan Balita, Trans Info, Jakarta.
41
Sujianti, 2011. Buku ajaran Neonaturus, Bayi dan Balita, Trans Info, Jakarta.
42
Lampiran 1.
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPOTERMI PADA
BAYI BARU LAHIR DI RSUD DELI SERDANG
JANUARI – APRIL 2014
I. Identitas Responden
1. No. Responden :
2. Nama Ibu :
3. Alamat :
4. Nama Bayi :
5. Umur Bayi :
B. Faktor Prematur
1. Apakah bayi bayi berat lahir rendah yang disebabkan sesak akan
mengalami bayi kediginan ?
a. Ya
b. Tidak
C. Faktor IMD
1. Apakah Bayi yang tidak dilakukan IMD dapat menurunkan suhu tubuhnya
?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah IMD dapat meningkatkan suhu tubuh bayi pada saat lahir?
a. Ya
b. Tidak
D. Faktor Asfeksia
1. Apakah bayi yang kedinginan dapat mempengaruhi pernapasan ?
a. Ya
b. Tidak
44
Lampiran 2.
Master Data
1. 1 1 0 1 1
2. 1 1 0 1 1
3. 1 0 0 1 1
4. 0 0 1 0 0
5. 1 1 0 1 1
6. 0 0 1 0 0
7. 1 1 0 1 1
8. 0 1 1 0 0
9. 0 1 1 0 0
10. 0 1 1 0 0
11. 0 1 1 1 1
12. 1 0 0 0 0
13. 1 0 0 0 0
14. 1 0 0 0 0
15. 1 0 0 0 0
16. 1 0 0 1 1
17. 1 0 0 1 1
18. 0 0 1 1 1
19. 0 0 0 1 1
20. 1 0 0 0 0
21. 0 0 0 1 1
22. 1 0 0 0 0
23. 0 0 0 1 1
24. 1 1 1 1 1
25. 1 1 1 1 1
26. 1 1 0 1 1
27. 1 1 1 1 1
28. 1 1 0 1 1
29. 1 1 1 1 1
30. 1 0 1 1 1
31. 0 0 1 0 0
32. 0 0 1 0 0
45
33. 1 0 0 0 0
34. 0 0 1 0 0
35. 1 1 1 0 0
36. 0 1 1 0 0
37. 1 1 0 0 0
38. 1 1 0 1 1
39. 1 1 0 1 1
40. 1 1 0 1 1
41. 1 1 0 1 1
42. 1 1 1 1 0
43. 1 1 0 1 1
44. 1 0 0 1 0
45. 0 0 0 0 0
46. 1 1 1 0 1
47. 0 0 0 0 0
48. 0 0 0 0 0
49. 1 1 0 0 0
50. 0 0 1 0 0
Keterangan :
Hipotermi
0 : hipotermi
1 : tidak hipotermi
0 : T.C.Memandikan
1 : tidak dilakukan
Asfeksia
0 : Mengalami
1 : tidak mengalami
Prematur
0 : mengalami
1 : tidak mengalami
47
Frequencies
Statistics
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Hipotermi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Terlalu Cepat Dimandikan 25 50.0 50.0 50.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dilakukan 30 60.0 60.0 60.0
Asfiksia
Prematur
Lampiran 4. Crosstabs
Crosstab
Hipotermi
Tidak
Hipotermi Hipotermi Total
Terlalu Cepat Terlalu Cepat Count 13 12 25
Memandikan Dimandikan
Expected Count 9.0 16.0 25.0
% within Terlalu Cepat
52.0% 48.0% 100.0%
Memandikan
Tidak Terlalu Cepat Count 5 20 25
Dimandikan
Expected Count 9.0 16.0 25.0
% within Terlalu Cepat
20.0% 80.0% 100.0%
Memandikan
Total Count 18 32 50
Expected Count 18.0 32.0 50.0
% within Terlalu Cepat
36.0% 64.0% 100.0%
Memandikan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 5.556a 1 .018
Continuity Correctionb 4.253 1 .039
Likelihood Ratio 5.704 1 .017
Fisher's Exact Test .038 .019
Linear-by-Linear Association 5.444 1 .020
N of Valid Casesb 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b. Computed only for a 2x2 table
50
Crosstab
Hipotermi
Tidak
Hipotermi Hipotermi Total
Inisiasi Menyusu Dini Dilakukan Count 6 24 30
Chi-Square Tests
Asfiksia * Hipotermi
Crosstab
Hipotermi
Expected Count
8.6 15.4 24.0
% within Asfiksia
54.2% 45.8% 100.0%
Expected Count
9.4 16.6 26.0
Total Count 18 32 50
Expected Count 18.0 32.0 50.0
% within Asfiksia 36.0% 64.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Prematur * Hipotermi
Crosstab
Hipotermi
Chi-Square Tests