Anda di halaman 1dari 16

PENURUNAN KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA

LIMBAH CAIR KARET DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR


BIOSAND FILTER YANG DILANJUTKAN DENGAN
REAKTOR ACTIVATED CARBON

Bonifasia Tripina Suligundi1)

Abstrak
Limbah cair industri karet yang tidak diolah secara optimal dapat menjadi salah satu penyebab dari
kerusakan lingkungan. Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan maupun
perawatan alat pengolahan limbah karet serta keberadaan lahan yang besar kadang membuat para
pengelola pabrik karet tidak mengolah limbah yang ada, sehingga air yang dibuang ke lingkungan
melebihi baku mutu limbah cair industri karet menurut KEP-51/MENLH 10/1995. Oleh karena itu,
diperlukan suatu metode pengolahan limbah yang relatif murah dan cukup efisien, yaitu dengan
menggunakan reaktor biosand filter dan reaktor activated carbon. Pengolahan yang dilakukan
adalah untuk menurunkan kandungan COD (Chemical Oxygen Demand) yang ada pada limbah
cair karet dengan perbedaan variasi ketinggian media pasir halus, pasir kasar, kerikil dan karbon
aktif pada kedua reaktor sehingga diperoleh efisiensi dan efektivitas dari reaktor. Pengambilan
sampel dilakukan pada ketujuh titik setiap 2 hari sekali selama 8 hari. Setelah dilakukan
pengolahan menggunakan reaktor biosand filter-activated carbon dengan proses seeding selama
±6 minggu, penurunan konsentrasi tertinggi terdapat pada reaktor biosand filter dengan variasi
ketinggian media 45 : 10 : 15 dengan efisiensi rata-rata sebesar 98,33%. Sedangkan untuk reaktor
activated carbon, efisiensi penurunan konsentrasi COD berkisar antara -323,75% sampai dengan
64,58%. Penurunan konsentrasi COD terjadi dikarenakan adanya proses biokimia, filtrasi, aerasi
dan adsorpsi pada reaktor biosand filter dan reaktor activated carbon.
Kata-kata kunci: limbah cair karet, COD (Chemical Oxygen Demand), biosand filter-activated
carbon, filtrasi, adsorpsi, aerasi

1. PENDAHULUAN yang disebabkan limbah yang belum


diolah secara maksimal.
Pabrik karet merupakan salah satu
industri yang sangat berkembang pada Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan
saat ini. Seiring dengan pertumbuhannya untuk pembuatan maupun perawatan alat
maka pabrik karet tersebut akan pengolahan limbah karet serta
menghasilkan dampak yaitu dampak keberadaan lahan yang besar kadang
positif berupa produk-produk serta dapat membuat para pengelola pabrik karet
mengurangi jumlah pengangguran dan tidak mengolah limbah yang ada,
dapat meningkatkan taraf hidup manusia. sehingga banyak pabrik karet yang
Sedangkan dampak negatif dari pabrik langsung membuang limbah hasil
karet berupa pencemaran lingkungan pengolahan ke badan air tanpa

1) Alumnus Prodi Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

29
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

memikirkan dampak yang akan cair karet menggunakan reaktor biosand


ditimbulkan pada lingkungan. filter diikuti dengan reaktor aktivated
carbon dengan menggunakan media
Salah satu alat pengolahan yang relatif antara lain pasir halus, pasir kasar,
murah adalah dengan menggunakan kerikil dan activated carbon. Dengan
reaktor biosand filter yang dilanjutkan pengolahan ini diharapkan dapat
dengan reaktor activated carbon. Selain menurunkan kadar zat pencemar yang
itu, alat ini tidak memerlukan bahan ada pada limbah cair karet sehingga
kimia untuk mengolah limbah. Biosand dapat meminimalisir pencemaran yang
filter ini memanfaatkan air limbah terjadi di lingkungan.
sebagai makanan mikroba yang akan
digunakan untuk pengolahan limbah.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Biosand filter merupakan suatu proses
Limbah cair industri pada umumnya
penyaringan atau penjernihan air limbah
bersifat fluktuatif, yaitu volume maupun
di mana limbah yang akan diolah
konsentrasi bahan limbah selalu berubah-
dilewatkan pada suatu media proses
ubah setiap waktu. Alasannya karena
dengan kecepatan rendah yang
industri ada yang merupakan industri
dipengaruhi oleh diameter media dan
besar dan ada yang merupakan industri
keberadaan lapisan biofilm yang terdapat
kecil dengan tingkat produksi yang
di atasnya. Biosand filter adalah sebuah
berbeda pula setiap harinya.
reaktor yang terbukti dapat diadaptasikan
dan dapat bertahan di negara-negara 2.1 Limbah Industri
berkembang, serta dapat mereduksi
bakteri, virus, bahan pencemar organik Industri mempunyai potensi pembuat
dan anorganik sekitar 50–90%. pencemaran lingkungan baik dalam
Keuntungan teknologi ini, selain murah, bentuk padat, gas maupun cair yang
membutuhkan sedikit pemeliharaan dan mengandung senyawa organik dan
beroperasi secara gravitasi (Yung, 2003). anorganik dengan jumlah melebihi batas
yang ditentukan.
Setelah diolah menggunakan biosand
filter, kemudian dilanjutkan dengan Menurut Tjokrokusumo (1998), air
pengolahan menggunakan aktivated limbah atau air buangan dapat diartikan
carbon. Activated carbon sering sebagai kejadian masuknya atau
digunakan untuk mengurangi dimasukkannya benda padat, cair dan gas
kontaminan organik, partikel kimia ke air yang besifat endapan atau padatan,
organik (SOCs), serta kontaminan yang padat tersuspensi, terlarut koloid dan
berupa merkuri, dan logam beracun emulsi yang menyebabkan air tersebut
lainnya. harus dibuang atau dipisahkan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dipilih Air limbah banyak mengandung nutrien
pengaplikasian untuk pengolahan limbah yang dapat merangsang pertumbuhan

30
Penurunan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada Limbah Cair Karet dengan
Menggunakan Reaktor Biosand Filter yang Dilanjutkan dengan Reaktor Activated Carbon
(Bonifasia Tripina Suligundi)
mikroorganisme dengan komposisi air Menurut Djajadiningrat dan
limbah pada umumnya 99,9% air dan Wisjnuprapto dalam Winardi (2001),
0,1% padatan. Padatan yang terdapat pengolahan air buangan secara biologi
dalam limbah cair terdiri dari 70% merupakan suatu cara pengolahan yang
padatan organik dan 30% padatan non- diarahkan untuk menurunkan substrat
organik. Padatan organik dari limbah tertentu yang terkandung dalam air
cair dapat berupa protein (65%), buangan dengan memanfaatkan aktivitas
karbohidrat (25%) dan lemak (10%), mikroorganisme yang menggunakan zat
sedangkan padatan anorganik berupa pencemar sebagai substrat (sumber
butiran garam dan logam (Sugiharto, energi dan karbon) untuk pertumbuhan
1987). dan sintesa sel. Transformasi bahan-
bahan organik yang terkandung dalam air
Limbah industri bersumber dari kegiatan menjadi gas-gas seperti CO2, CH4, dan
industri baik karena proses secara H2S merupakan contoh yang jelas
langsung maupun proses secara tidak mengenai proses yang melibatkan
langsung. Limbah yang bersumber kegiatan mikroorganisme tersebut.
langsung dari kegiatan industri yaitu
limbah yang terproduksi bersamaan Pengolahan air limbah secara biologi
dengan proses produksi sedang merupakan proses mengubah bahan-
berlangsung, di mana produk dan limbah bahan pencemar yang terlarut dalam air
hadir pada saat yang sama, sedangkan limbah dalam bentuk gas maupun
limbah tidak langsung terproduksi padatan yang dapat dipisahkan dengan
sebelum proses maupun sesudah proses proses fisik seperti pada proses
produksi. Contohnya proses pencucian pengendapan. Mikroorganisme yang
bahan mentah suatu produk. digunakan pada proses pengolahan
limbah dapat tumbuh dan berkembang
2.2 Pengolahan Air Limbah dalam kondisi tersuspensi atau melekat
Limbah membutuhkan pengolahan pada suatu media pendukung. Operasi
apabila ternyata mengandung senyawa biosand filter pada penelitian ini
pencemaran yang berakibat menciptakan menggunakan pertumbuhan media lekat
kerusakan terhadap lingkungan atau (attached growth reactor) dalam
paling tidak potensial menciptakan pengolahan air limbahnya.
pencemaran. Suatu perkiraan harus
2.3 Proses Pengolahan Aerob
dibuat lebih dahulu dengan meng-
identifikasikan sumber pencemaran, Menurut Droste (1997), umumnya
sistem pengolahan, banyaknya buangan bakteri merupakan mikroorganisme
dan jenisnya, serta kegunaan bahan utama dalam proses pengolahan biologi.
beracun dan berbahaya yang terdapat Karakteristik mereka beragam dan
dalam pabrik (Ginting, 2007). kebutuhan lingkungan yang sederhana
membuat mereka dapat bertahan pada
lingkungan air limbah. Perlu diperhati-

31
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

kan bahwa mikroorganisme lain juga Bahan pencemar ini akan bertubrukan
dapat ditemukan pada lingkungan dan menyerap ke dalam partikel-partikel
pengolahan air limbah namun pasir. Bakteri dan zat padat yang
peranannya dalam oksidasi materi terapung mulai meningkat dalam
organik relatif kecil. kepadatan yang tinggi di lapisan pasir
paling atas menuju biofilm. Biosand filter
Teknik aerasi pada proses aerob didesain 5 cm di bagian atas air yang
dilakukan untuk penambahan penyediaan dilapisi pasir halus. Ketinggian 5 cm
udara di mana bakteri aerob akan menjadi ketinggian optimum dari
memakan bahan organik di dalam air perpindahan patogen. Jika tingkatan air
limbah dengan bantuan O2. Penyediaan terlalu dangkal, lapisan biofilm dapat
ini bertujuan untuk meningkatkan lebih mudah terganggu karena rusak oleh
kenyamanan kondisi lingkungan kecepatan datangnya air. Di sisi lain, jika
sehingga bakteri pemakan bahan organik tingkatan air terlalu dalam, jumlahnya
dapat tumbuh dan berkembangbiak tidak cukup pada difusi O2 pada biofilm,
dengan baik sehingga kelangsungan mengakibatkan kematian dari
hidupnya terjamin. Penyediaan udara mikroorganisme pada lapisan biofilm.
yang lancar dapat mencegah terjadinya Ketika air yang terkontaminasi
pengendapan (Sugiharto, 1987). mikroorganisme dimurnikan dengan
biosand filter, organisme pemangsa
Menurut Marsono (1999), keuntungan (predator) yang berada di lapisan biofilm
utama yang diperoleh dari pengolahan akan memakan patogen-patogen yang
yang dilakukan secara aerob adalah ada (Ngai dan Walewijk, 2003).
kebutuhan akan waktu proses penyisihan
yang relatif lebih singkat dibandingkan Penanaman bakteri (seeding) dapat
proses anaerob. Hal ini terjadi karena dilakukan dengan menginokulasi
dalam proses aerob tidak terdapat bakteri mikroba ke dalam instalasi pengolahan
metan yang pertumbuhannya berjalan air limbah. Mikroba yang digunakan
lambat sehingga tidak membutuhkan dapat asli berasal dari lokasi tercemar
waktu yang lama terutama dalam (indigenous) atau dari luar lokasi yang
pengoperasian awal. Pertumbuhan tercemar (non-indigenous). Pada
bakteri metan membutuhkan waktu penelitian ini, seeding bakteri dilakukan
pengoperasian awal sekitar 8–12 minggu. secara indigenous. Bakteri tersebut
berasal dari air limbah yang dimasukkan
2.4 Biosand Filter ke alat biosand filter. Karena di dalam air
Biosand filter merupakan pengembangan limbah terdapat nutrisi maka bakteri
dari slow sand filter di mana biosand tersebut dapat tumbuh. Bakteri tersebut
filter juga dapat menghilangkan bakteri tumbuh di lapisan pasir paling atas (pasir
patogen melalui proses yang sama halus). Keuntungan teknologi ini, selain
dengan saringan pasir lambat, yaitu murah, membutuhkan sedikit pemeli-
dengan cara melewati pasir dalam filter. haraan dan beroperasi secara gravitasi.

32
Penurunan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada Limbah Cair Karet dengan
Menggunakan Reaktor Biosand Filter yang Dilanjutkan dengan Reaktor Activated Carbon
(Bonifasia Tripina Suligundi)
Seeding dan aklimatisasi dilakukan tinggi, sehingga merupakan adsorben
secara bersamaan karena pembenihan yang baik untuk adorpsi gas, cairan,
bakteri langsung dari dalam reaktor. maupun larutan. Sifat activated carbon
Parameter untuk mengetahui adanya yang paling penting adalah daya jerap.
pertumbuhan bakteri dapat dihitung Penyerapan secara umum adalah proses
dengan F/M rasio. F/M rasio adalah mengumpulkan benda-benda terlarut
perbandingan antara substrat (food) yang terdapat di dalam larutan antara dua
terhadap mikroorganisme (M). Rasio permukaan (Sugiharto, 1987).
perbandingan F/M harus menghasilkan
angka 0,2–0,3 (Sugiharto, 1987). Mekanisme peristiwa adsorpsi dapat
Makanan mikroorganisme dapat berasal diterangkan sebagai berikut. Molekul
dari kandungan limbah itu sendiri, adsorbat berdifusi melalui suatu lapisan
misalnya berupa BOD dan COD. batas ke permukaan luar adsorben,
disebut difusi eksternal. Sebagian ada
Menurut Marsono (1999) dalam bukunya yang teradsorpsi di permukaan luar,
yang berjudul teknik pengolahan air tetapi sebagian besar berdifusi lebih
limbah secara biologis, pertumbuhan lanjut ke dalam pori-pori adsorben
bakteri tidak dapat terus menerus (difusi internal). Jika kapasitas adsorpsi
berlangsung, disebabkan keterbatasan masih sangat besar, sebagian besar
substrat, nutrient dan ukuran volume adsorbat akan teradsorpsi dan terikat
reaktor. Secara umum pertumbuhan pada permukaan. Namun, jika
bakteri dalam biakan secara batch permukaan sudah jenuh atau mendekati
mengacu pada Gambar 1. jenuh oleh adsorbat, dapat terjadi dua
hal, yaitu terbentuk lapisan adsorpsi
2.5 Activated Carbon kedua dan seterusnya di atas adsorbat
Activated carbon merupakan karbon yang telah terikat di permukaan. Gejala
amorf yang memiliki porositas internal ini disebut adsorpsi multilapisan.
Sedangkan gejala yang kedua tidak
terbentuk lapisan sehingga adsorbat
yang belum teradsorpsi berdifusi keluar
pori dan kembali pada arus fluida.
Proses adsorpsi pada activated carbon
terjadi melalui tiga tahap dasar.
Pertama-tama, zat terjerap pada
activated carbon bagian luar, lalu
bergerak menuju pori-pori activated
carbon, selanjutnya terjerap ke dinding
bagian dalam dari activated carbon
(Sihombing, 2007).

Pada activated carbon terjadi proses


Gambar 1. Kurva pertumbuhan bakteri adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat

33
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

yang akan dihilangkan oleh permukaan diameter 6,3 mm. Kemudian, semua
activated carbon. Apabila seluruh media dimasukkan ke oven dengan
permukaan activated carbon sudah suhu pemanasan 120C.
jenuh, atau sudah tidak mampu lagi
menjerap maka kualitas air yang b) Persiapan alat
disaring sudah tidak baik lagi, sehingga
Media yang sudah dikeringkan
activated carbon harus diganti dengan
kemudian dimasukkan ke reaktor.
activated carbon yang baru.
Air sampel dimasukkan ke reaktor
biosand filter dengan ketinggian 75
3. METODE PENELITIAN cm, kemudian dibiarkan hingga
lapisan biofilm terbentuk.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian
eksperimen yang dilaksanakan di Untuk mengetahui apakah telah
Laboratorium Teknik Lingkungan terbentuk lapisan biofilm pada
Fakultas Teknik Universitas reaktor maka dilakukan pengujian
Tanjungpura. awal COD. Jika terjadi penurunan
konsentrasi COD sebesar 50% maka
Variabel yang digunakan merupakan lapisan biofilm sudah terbentuk dan
variabel bebas berupa ketebalan media reaktor siap untuk digunakan. Selain
yang disajikan pada Tabel 1. Ketinggian itu, dilakukan uji bakteri. Jika rasio
media activated carbon untuk unit pertumbuhan mikroorganisme
biosand filter 1 dan biosand filter 2 berkisar antara 0,2 sampai 0,3 maka
adalah 30 cm dan 60 cm. Parameter reaktor biosand filter sudah siap
terikat dari penelitian ini adalah untuk digunakan.
parameter COD dari limbah karet.
c) Pengambilan sampel awal
Pelaksanaan penelitian ini meliputi:
Dilakukan pemeriksaan awal
a) Persiapan media terhadap parameter COD dari limbah
Media yang digunakan terdiri dari karet. Sampel dialirkan secara
pasir halus dengan diameter 0,25 kontinu. Proses sampling dilakukan 2
mm, pasir kasar dengan diameter hari sekali sebanyak empat kali
0,85 mm, serta kerikil dengan berturut-turut. Pada saat sampling
berlangsung, ditambahkan 46% urea
ke dalam reaktor biosand filter setiap
2 hari sekali. Penambahan urea
Tabel 1. Ketinggian media biosand filter dilakukan setelah pengambilan
Media (cm) BSF 1 BSF 2 effluent yang akan dianalisis. Sampel
untuk pengujian diambil 7 titik. Titik
Pasir halus 45 30
1 pada outlet limbah karet. Titik 2
Pasir kasar 10 20 pada outlet unit biosand filter 1. Titik
Kerikil 15 20 3 dan titik 4 pada outlet unit

34
Penurunan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada Limbah Cair Karet dengan
Menggunakan Reaktor Biosand Filter yang Dilanjutkan dengan Reaktor Activated Carbon
(Bonifasia Tripina Suligundi)
activated carbon dari biosand filter Setelah limbah cair karet didiamkan
1. Titik 5 pada outlet unit biosand selama ±3 minggu pada biosand filter 1
filter 2, sedangkan titik 6 dan titik 7 dan biosand filter 2, kemudian diambil
pada outlet unit activated carbon dari output dari ke-2 biosand filter. Hasil
biosand filter 2. Effluent dari reaktor keluaran COD yang diperoleh pada
biosand filter dan reaktor activated biosand filter 1 sebesar 55,43 mg/l,
carbon dianalisis di laboratorium dengan persentase removal sebesar
Pertanian Universitas Tanjungpura 96,56%, sedangkan pada biosand filter 2
Pontianak. Analisis parameter ini diperoleh output COD sebesar 56,19
menggunakan metode closed reflux, dengan persentase removal sebesar
spectrophotometer. 96,52%.

Untuk mengetahui efisiensi penurunan Pada reaktor biosand filter 1 dan reaktor
konsentrasi zat pencemar pada air limbah biosand filter 2 sudah mencapai
karet maka dilakukan analisis data penurunan di atas 50%. Hal ini berarti
menggunakan persamaan overall sudah terdapat lapisan biofilm pada
efficiency, yaitu: reaktor, sehingga reaktor sudah siap
untuk dijalankan. Untuk lebih meyakin-
C0  C1 kan adanya lapisan biofilm pada reaktor
E 100% (1) maka dilakukan uji pertumbuhan bakteri.
C0
Agar proses pengolahan limbah dapat
di mana berjalan secara maksimal maka
E : efisiensi (%) mikroorganime yang diperlukan dalam
C0 : konsentrasi awal (mg/l) reaktor biosand filter harus berkisar
C1 : konsentrasi akhir (mg/l). 5365,067 mg/l sampai dengan 8047,60
mg/l. Hasil perhitungan mikroorganisme
4. Hasil Penelitian dan pada reaktor biosand filter 1 dan reaktor
Pembahasan biosand filter 2 disajikan pada Tabel 2.

4.1 Proses Seeding Pada pengujian pertama, baik pada


reaktor biosand filter 1 maupun pada
Proses seeding (penumbuhan bakteri)
reaktor biosand filter 2, bakteri sudah
dilakukan secara biakan tertutup (batch
mulai berkembang. Mikroorganisme
culture) dan berlangsung ±6 minggu di
yang dihasilkan sudah melebihi
mana semua media yang terdapat pada
mikroorganisme yang seharusnya berada
reaktor biosand filter direndam dengan
dalam tangki reaktor, yaitu sebesar
limbah cair yang berasal dari proses
5365,067 mg/l dengan nutrient COD
pengolaha karet. Selama proses seeding,
sebesar 1609,52 mg/l.
ketinggian air di dalam reaktor harus
terus dipantau. Pada hari ke 8 jumlah mikroorganisme
pada reaktor biosand filter 1 sebanyak

35
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

Tabel 2. Rasio mikroorganisme BSF

5667,324 mg/l dengan rasio 0,284. dapat dipertahankan dan pengolahan air
Sedangkan pada reaktor biosand filter 2, limbah dapat terus berlangsung.
jumlah mikroorganisme lebih sedikit
dibandingkan jumlah mikroorganisme 4.2 Pengujian Konsentrasi COD
yang ada pada reaktor biosand filter 1, Menggunakan Reaktor BSF
yaitu sebanyak 5550,069 mg/l dengan
rasio pertumbuhan bakteri mencapai Konsentrasi COD pada limbah karet
0,29. Hal ini menunjukkan bahwa nutrien mengalami penurunan setelah melalui
yang berasal dari limbah karet sudah reaktor biosand filter. Hasil dari
hampir habis, tetapi masih mencukupi pengujian dan efisiensi reaktor biosand
dalam pemenuhan makanan bakteri filter 1 (45 : 10 : 15) dan biosand filter 2
karena masih dalam rentang rasio 0,2 (30 : 20 : 20) dapat dilihat pada Tabel 3.
sampai 0,3. Pada saat ini sudah dapat
dilakukan running untuk menambah Penurunan kadar COD pada saat running
makanan bakteri yang terdapat di dalam terlihat cukup baik walaupun tampak
reaktor, sehingga pertumbuhan bakteri sedikit mengalami fluktuasi. Kurangnya

Tabel 3. Konsentrasi COD pada inlet dan outlet biosand filter

36
Penurunan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada Limbah Cair Karet dengan
Menggunakan Reaktor Biosand Filter yang Dilanjutkan dengan Reaktor Activated Carbon
(Bonifasia Tripina Suligundi)
daya tampung reservoar dapat optimum, sehingga mengakibatkan lebih
menyebabkan limbah mengalami banyak mikroalga yang mati daripada
pencampuran pada saat pengisian, yang diproduksi. Efisiensi penurunan
sehingga terjadi perbedaan konsentrasi konsentrasi COD pada limbah karet dapat
limbah cair yang masuk ke bak dilihat pada Gambar 2.
penampung. Adanya penurunan kadar
COD pada limbah masih dalam tahap Pada reaktor biosand filter terjadi proses
wajar. Kenaikan dan penurunan tersebut biologi dan fisika. Proses biologis
tidak menyimpang sangat jauh dan dapat dimulai dengan penumbuhan bakteri
dikatakan bahwa reaktor biosand filter ini (seeding). Proses seeding air limbah karet
cukup stabil dalam menurunkan dialirkan dengan sistem tertutup (batch),
parameter COD limbah karet. di mana makanan bakteri juga diperoleh
dari air limbah itu sendiri. Secara
Menurut Yonas, dkk (2012), semakin biologis, zat-zat organik akan
banyak urea ditambahkan maka terdegradasi oleh mikroorganisme
pertumbuhan sel dari mikroalgae akan sehingga dapat menurunkan konsentrasi
semakin lambat. Hal ini dikarenakan jika COD secara optimal. Secara fisika, zat-
rasio karbon terhadap nitrogen terlalu zat organik yang berasal dari air limbah
kecil maka akan terjadi kelebihan NH3 akan melewati media pasir dan kerikil
yang terbentuk, yang akhirnya dapat sehingga terjadi proses penyaringan.
menyebabkan proses pengasaman. Proses
pengasaman ini akan membuat Penurunan konsentrasi COD reaktor
pertumbuhan mikrooalgae terganggu biosand filter 1 pada hari ke-2, ke-6 dan
karena dapat mengganggu kestabilan pH ke-8 lebih tinggi dibandingakn dengan
reaktor biosand filter 2. Penurunan
kinerja reaktor biosand filter 1 terjadi
pada hari ke-4 di mana efisiensi reaktor
hanya mencapai 97,92%, sedangkan
efisiensi reaktor biosand filter 2
mencapai 98,88%. Hal ini disebabkan
meningkatnya populasi bakteri pada
reaktor biosand filter 1. Oleh sebab itu,
bakteri yang tidak mendapatkan makanan
akan mati sehingga terjadi penurunan
kinerja bakteri di dalam reaktor.

Efisiensi penurunan biosand filter dalam


menurunkan bahan-bahan organik berkisar
antara 97,03% sampai dengan 99,46%.
Konsentrasi COD pada air limbah karet
Gambar 2. Efisiensi penurunan berkisar antara 634,29 mg/l sampai 2800
konsentrasi COD pada BSF 1 dan BSF 2 mg/l dan setelah diolah menggunakan

37
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

dibandingkan dengan reaktor biosand


filter 2 dengan variasi ketinggian media
30 : 20 : 20.

4.3 Pengujian Konsentrasi COD


Menggunakan Reaktor
Activated Carbon
Setelah keluar dari unit biosand filter, air
limbah karet kemudian dialirkan ke
Gambar 3. Outlet limbah karet dari BSF dalam unit activated carbon dengan
1 dan BSF 2 ketinggi 30 cm dan 60 cm. Hasil pengujian
dari inlet reaktor biosand filter dan outlet
reaktor activated carbon 30 cm dan 60
unit biosand filter, konsentrasi COD cm dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
mengalami penurunan yang cukup efektif
berkisar antara 4 mg/l sampai 34,09 mg/l. Pada Tabel 4 dan Tabel 5 ini dapat dilihat
penurunan konsentrasi COD ada yang
Baku mutu limbah cair untuk industri melebihi inlet dari activated carbon. Hal
karet menurut KEP-51/MENLH 10/1995, ini dapat disebabkan pada awal
tanggal 23 Oktober 1995, menyebutkan pengoperasiaan, activated carbon tidak
bahwa nilai COD maksimum yang layak dilakukan pengaktifan kembali. Karena
dibuang agar tidak mencemari pada saat running pertama, setelah air
lingkungan adalah 300 mg/l. Hal ini dialirkan pada reaktor activated carbon,
menunjukkan bahwa reaktor biosand terjadi kerusakan alat. Pada saat ini
filter sudah cukup efektif untuk mencapai proses adsorpsi telah berlangsung dan air
standar baku mutu yang diizinkan. limbah sudah berkontak dengan activated
Sampel hasil pengolahan limbah karet carbon, sehingga proses adsorpsi COD
dari outlet biosand filter dapat dilihat menjadi berkurang. Menurut Kasam
pada Gambar 3. (2005), berkurangnya kemampuan dari
activated carbon disebabkan pori-pori
Variasi media yang digunakan pada unit pada permukaan karbon tertutup oleh
biosand filter tidak terlalu berpengaruh. molekul yang telah diserap. Hal ini juga
Efisiensi rata-rata yang terlihat pada terjadi pada reaktor biosand filter 2
kedua reaktor biosand filter yaitu untuk activated carbon 30 dan 60. Penurunan
biosand filter 1 sebesar 98,98%, konsentrasi masih dapat terjadi karena
sedangkan untuk reaktor biosand filter 2 masih ada sedikit pori activated carbon
sebesar 98,33%. Dapat ditarik yang terbuka, seperti yang terjadi pada
kesimpulan bahwa reaktor biosand filter biosand filter 1 activated carbon 30
1 dengan variasi ketinggian media 45 : 10 dengan efisiensi penurunan hanya
: 15 lebih efisien dalam menurunkan sebesar 8,44%.
kadar COD pada limbah cair karet

38
Penurunan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada Limbah Cair Karet dengan
Menggunakan Reaktor Biosand Filter yang Dilanjutkan dengan Reaktor Activated Carbon
(Bonifasia Tripina Suligundi)
Tabel 4. Hasil pengujian limbah karet pada reaktor BSF (45:10:15 cm) dan reaktor
activated carbon 30 cm

Tabel 5. Hasil pengujian limbah karet pada reaktor BSF (45:10:15 cm) dan reaktor
activated carbon 60 cm

Selain itu, masuknya urea dari biosand semakin banyak. Urea yang tidak
filter ke reaktor activated carbon juga dimakan oleh bakteri akan ikut mengalir
dapat menyebabkan tingginya outlet ke dalam reaktor activated carbon,
activated carbon. Pada saat seeding, rasio sehingga unsur C yang terdapat pada urea
bakteri berkisar antara 0,282 sampai akan bercampur dengan konsentrasi COD
dengan 0,291 dengan makanan berupa dalam reaktor activated carbon, sehingga
COD sebesar 1609,52 mg/l. Hal ini mengakibatkan naiknya kandungan COD
berarti bahwa persediaan makanan untuk pada outlet reaktor activated carbon.
bakteri dalam reaktor sudah mencukupi,
karena rasio yang baik bagi pertumbuhan Menurut Yonas (2012), pemberian urea
bakteri berkisar antara 0,2 sampai 0,3. yang berlebihan dapat membuat
Setelah dilakukan penambahan 46% urea terjadinya proses pengasaman yang
sebanyak 10 ml, maka mengakibatkan mengakibatkan kematian mikroalga.
nutrien dalam reaktor biosand filter Mikroalga yang mati kemudian ikut

39
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

mengalir ke dalam reaktor activated


carbon sehingga menyebabkan kenaikan
konsentrasi COD.

Pada activated carbon, proses penjerapan


akan selalu terjadi. Tetapi karena inlet
yang dikeluarkan dari reaktor biosand
filter relatif kecil, sedangkan urea yang
ditambahkan untuk makanan bakteri
terlalu banyak, sehingga proses
penjerapan pada reaktor activated carbon
tidak terlihat karena urea yang mengalir
ke dalam reaktor activated carbon lebih
Gambar 4. Efisiensi penurunan COD
banyak dibandingkan dengan proses pada biosand filter-activated carbon 30
penyerapan yang terjadi pada activated cm
carbon.

Pada Gambar 4 dan Gambar 5 dapat


dilihat perbandingan efisiensi penurunan
kadar COD di mana pada kedua unit
activated carbon dengan variasi
ketinggian 30 cm dan 60 cm juga
menunjukkan kondisi yang tidak stabil.
Pada biosand filter 1 activated carbon 30
diperoleh efisiensi antara -297,75 sampai
52,51. Sedangkan pada variasi activated
carbon dengan tinggi 60 cm diperoleh
nilai tertinggi pada pengambilan sampel
hari ke-4, dengan efisiensi 48,05%.
Sedangkan efisiensi terendah mencapai
Gambar 5. Efisiensi penurunan COD
-323,75% pada pengambilan sampel hari
pada biosand filter-activated carbon 60
ke-6. cm

Pada pengolahan biosand filter 2 dengan


ativated carbon 30 didapat hasil sebesar 18,47 setelah melewati proses
penurunan yang negatif pada adsorpsi pada activated carbon menjadi
pengambilan sampel hari ke-2 sampai 67,61 mg/l. Dari keempat unit activated
hari ke-6. Efisiensi tertinggi mencapai carbon, efisiensi penurunan konsentrasi
29,27% pada pengambilan sampel hari tertinggi terdapat pada pengolahan unit
ke-8. Untuk variasi activated carbon 60 biosand filter 1 activated carbon 30 yaitu
terjadi kenaikan konsentrasi COD yang sebesar -50,87% dan penurunan terendah
melebihi inlet, di mana inlet yang semula terjadi pada unit biosand filter 2

40
Penurunan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada Limbah Cair Karet dengan
Menggunakan Reaktor Biosand Filter yang Dilanjutkan dengan Reaktor Activated Carbon
(Bonifasia Tripina Suligundi)
Tabel 6. Penurunan konsentrasi COD dengan penggabungan reaktor BSF 1 dan
activated carbon

Tabel 7. Penurunan konsentrasi COD dengan penggabungan reaktor BSF 2 dan


activated carbon

activated carbon 30 dengan rata-rata activated carbon 60 terjadi pada hari ke-
efisiensi mencapai -135,81%. 8, di mana efisiensi penurunan mencapai
99,64% dan 99,50% dengan inlet sebesar
Limbah karet hasil pengolahan dengan 2800 mg/l. Penurunan konsentrasi COD
biosand filter sudah efektif menurunkan terendah pada kedua reaktor activated
kadar COD tetapi air yang dihasilkan carbon terjadi pada hari ke-6. Efisiensi
masih sedikit berwarna dan berbau, yang diperoleh pada hari tersebut adalah
sehingga digunakan activated carbon 97,51% untuk reaktor activated carbon
untuk menghilangkan warna dan bau 30 dan 97,33% untuk reaktor activated
tersebut. Hasil konsentrasi COD dari carbon 60, dengan inlet dalam reservoar
penggabungan reaktor biosand filter dan sebesar 634,29 mg/l. Efisiensi rata-rata
reaktor activated carbon dapat dilihat kedua reaktor adalah 98,85% dan
pada Tabel 6 dan Tabel 7. 98,36%, di mana hasil dari outlet activate
carbon 30 lebih rendah dibandingkan
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa outlet dengan outlet dari reaktor activated
konsentrasi COD terendah baik pada carbon 60.
activated carbon 30 maupun pada reaktor

41
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

Pada unit biosand filter 2, efisiensi 5. KESIMPULAN


penurunan tertinggi terjadi pada saat
pengambilan sampel hari ke-3 untuk Berdasarkan penelitian yang telah
reaktor activated carbon 30 dan hari ke-4 dilakukan maka dapat ditarik beberapa
untuk reaktor activated carbon 60, yaitu kesimpulan sebagai berikut:
sebesar 98,96% dan 98,95%. Pada Tabel a) Kinerja sistem pengolahan limbah
6 dan Tabel 7 juga dapat dilihat bahwa cair karet menggunakan reaktor
rata-rata efisiensi penurunan konsentrasi biosand filter dalam menurunkan
COD (Chemical Oxygen Deman) masih kandungan COD sudah efektif,
berkisar antara 97,75 sampai 98,85%. dengan rata-rata efisiensi biosand
Efisiensi tertinggi terdapat pada reaktor filter 1 (45 : 10 : 15) mencapai
biosand filter 1 activated carbon 30 yang 98,98%, sedangkan untuk reaktor
terjadi pada hari ke-8 dengan kandungan biosand filter 2 (30 : 20 : 20) adalah
inlet sebesar 2800 mg/l. Konsentrasi 98,33%.
COD tertinggi setelah pengolahan adalah
sebesar 68,76 mg/l, yang terjadi pada b) Pada reaktor activated carbon
reaktor BSF 2-activated carbon 1. diperoleh efisiensi rata-rata yang
negatif, tetapi masih di bawah baku
Pada penelitian ini digunakan variasi mutu limbah cair industri karet
ketinggian media activated carbon, yaitu menurut KEP-51/MENLH 10/1995.
30 cm dan 60 cm. Penurunan kadar COD Hasil yang diperoleh yaitu pada BSF
menggunakan reaktor activated carbon 1 AC 1 = -50,870, BSF 1 AC 2 = -
juga tidak terlalu berpengaruh. Pada 112,44, BSF 2 AC 1 = -135,81, BSF
beberapa sampel juga terjadi kenaikan 2 AC 2 = -77,74.
kandungan COD. c) Pengujian konsentrasi COD dengan
menggabungkan reaktor biosand
Limbah karet yang telah melewati reaktor
filter dan reaktor activated carbon
biosand filter telah mengalami penurunan
diperoleh hasil pengujian rata-rata
yang signifikan, di mana outlet dari
efisiensi pada outlet dari biosand
biosand filter lebih kecil dari kadar
filter 1 activated carbon 30 sebesar
maksimum limbah cair industri karet
98,85%. Sebesar 98,36% untuk
menurut KEP-51/MENLH 10/1995.
activated carbon 60. Sedangkan
Sehingga dapat dikatakan bahwa reaktor
untuk reaktor biosand filter 2,
biosand filter lebih efektif dalam
activated carbon 60 diperoleh rata-
menurunkan konsentrasi COD limbah
rata efisiensi sebesar 97,75%, dan
karet dibandingkan dengan reaktor
untuk activated carbon 30 diperoleh
activated carbon. Oleh sebab itu, limbah
rata-rata efisiensi sebesar 95,59%.
sudah aman dibuang ke badan penerima
walaupun tanpa menggunakan d) Faktor-faktor seperti tingkat
pengolahan dari reaktor activated carbon. kejenuhan akibat kerusakan alat,
kesalahan sampling yang dilakukan,
tidak homogennya kandungan COD

42
Penurunan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada Limbah Cair Karet dengan
Menggunakan Reaktor Biosand Filter yang Dilanjutkan dengan Reaktor Activated Carbon
(Bonifasia Tripina Suligundi)
yang mengalir ke dalam reaktor Desaign of An Appropriate
activated carbon, serta penambahan Household Drinking Water Filter
urea sebagai makanan bakteri dapat For Rural Nepal. Nepal.
menyebabkan penjerapan pada
Sihombing, J. B. F. 2007. Penggunaan
activated carbon 30 lebih besar
Media Filtran Dalam Upaya
daripada activated carbon 60. Oleh
Mengurangi Beban Cemaran
karena itu, belum dapat dikatakan
Limbah Cair Industri Kecil
bahwa activated carbon 30 lebih
Tapioka. Bogor: Departemen
efektif daripada activated carbon 60.
Teknologi Industri Pertanian
e) Penggunaan variasi ketinggian media Fakultas Teknologi Pertanian
tidak terlalu berpengaruh untuk Institut Pertanian.
menurunkan konsentrasi kandungan
Sugiharto, 1987. Dasar-dasar
COD, karena efisiensi penurunan
Pengolahan Air Limbah. Jakarta:
pada setiap reaktor tidak begitu
UI Press.
mengalami perbedaan.
Tjokrokusumo. 1998. Pengantar Teknik
Lingkungan.Yogyakarta: STTL.
Daftar Pustaka Winardi. 2001. Studi Kinerja Penyisihan
Droste, R. L. 1997. Theory and Practice Organik Pada Sequencing Batch
of Water and Wastewater Reaktor Aerob dengan Parameter
Treatment. John Wiley and Sons, Rasio Waktu Pengisian Terhadap
Inc. Waktu Reaksi. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan
Lingkungan dan Limbah Industri. Yonas, R.; Irzandi, U.; dan Satriadi, H.
Bandung: Yrama Widya. 2012. "Pengolahan Limbah POME
(Palm Oil Mill Effluent) dengan
Kasam; Yulianto, Andik; dan Sukma, Menggunakan microalgae". Jurnal
Titin. 2005. "Penurunan Chemical Teknologi Kimia dan Industri. Vol.
Oxygen Demand dalam Limbah 1 (1), hlm. 7-13.
Cair Laboratorium Menggunakan
Filter Karbon Aktif Arang Yung, K. 2003. Biosand Filtration :
Tempurung Kelapa". Jurnal Application In The Developing
Logika. Vol. 2(2), hlm. 3-17. Word. Canada: University of
Waterloo.
Marsono. 1999. Teknik Pengolahan Air
Limbah Secara Biologis. Media
Informasi Alumni Teknik
Lingkungan ITS.
Ngai, T. dan Walewijk, T. 2003. The
Arsenic Biosand Filter (ABF)

43
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

44

Anda mungkin juga menyukai