Anda di halaman 1dari 44

Modul 1

Struktur Bunga, Alat Reproduksi,


serta Proses Reproduksi Jantan dan
Betina pada Tumbuhan Angiospermae

Dr. Iriawati
Dr. Tatang Suradinata

PE N D AHU LU AN

P ada tumbuhan Angiospermae, bunga merupakan bagian yang sangat


penting dalam daur hidupnya. Bunga merupakan organ reproduktif pada
tumbuhan Magnoliophyta atau Angiospermae yang berperan sebagai
perantara penggabungan sperma dengan sel telur untuk menghasilkan
embrio. Proses penggabungan ini diawali dengan adanya polinasi, diikuti
oleh fertilisasi yang kemudian akan mengarah pada pembentukan biji. Pada
tumbuhan tinggi, biji merupakan generasi penerus dan berfungsi sebagai alat
penyebaran.
Proses reproduksi yang akhirnya menghasilkan biji terjadi pada dua
bagian sporofit yang amat penting pada tumbuhan, yakni kepala sari
(anthera) dan bakal biji (ovulum). Sel sporogen yang terbentuk dalam kedua
organ tersebut akan mengalami meiosis (pembelahan reduksi) sehingga
terbentuk spora yang tersusun tetrad. Spora yang terjadi akan melakukan
beberapa kali pembelahan sel menghasilkan gametofit. Proses pembentukan
spora disebut sporogenesis. Pada anthera (kepala sari) akan terjadi proses
pembentukan mikrospora secara meiosis atau dinamakan
mikrosporogenesis. Proses ini kemudian akan diikuti dengan pembelahan
mitosis (mikrogametogenesis) untuk pembentukan gametofit jantan atau
polen. Gametofit jantan akan menghasilkan gamet jantan atau sperma.
Pembentukan gamet betina berlangsung di dalam bakal biji. Proses
pembentukan gamet ini diawali dengan terjadinya megasporogenesis
(melalui pembelahan meiosis) untuk menghasilkan megaspora, yang diikuti
pula dengan beberapa kali pembelahan mitosis (megagametogenesis) untuk
membentuk gametofit betina atau kantung embrio.
1.2 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

Polen yang sudah dewasa dan matang akan terpencar dan menempel
pada permukaan stigma melalui proses polinasi. Pada permukaan stigma
polen akan berkecambah membentuk tabung polen, yang akan membawa
sperma menuju sel telur di dalam kantung embrio. Segera setelah terjadinya
persatuan gamet jantan dan betina melalui proses fertilisasi (pembuahan),
sehingga akan terbentuk zigot yang kemudian berkembang menjadi embrio
melalui proses yang dinamakan embriogenesis.
 BIOL4448/MODUL 1 1.3

Kegiatan Praktikum 1

Struktur Bunga

B unga merupakan organ reproduktif pada tumbuhan Magnoliophyta, yang


sangat penting untuk identifikasi tumbuhan karena bunga umumnya
memiliki karakter yang konsisten sehingga dapat digunakan untuk
menunjukkan tingkatan takson tertentu dari tumbuhan (suku, marga atau
jenis). Hal ini disebabkan karakter bunga sangat dipengaruhi atau
dikendalikan secara genetik dan umumnya tidak terpengaruh oleh perubahan
lingkungan. Beberapa karakter pada bunga mungkin akan dipertahankan
sama dalam satu suku atau marga, sedangkan karakter lainnya lebih
bervariasi dan digunakan untuk membedakan jenis atau spesies tumbuhan.
Simetri pada bunga, posisi bakal buah, tipe plasentasi dan jenis buah
biasanya digunakan sebagai karakter untuk membedakan suku atau marga,
sedangkan warna petal, bentuk, dan ukuran bunga seringa digunakan sebagai
karakter umum untuk membandingkan jenis atau spesies.
Bunga dianggap sebagai hasil modifikasi batang dengan ruas yang
pendek dan pada bagian bukunya memegang struktur daun yang mungkin
sangat termodifikasi. Dengan kata lain, bunga terbentuk pada pucuk yang
sangat termodifikasi dengan bagian meristem apeks yang pertumbuhannya
terbatas atau bahkan tidak tumbuh lagi (‘determinate’). Bunga tumbuh dari
bagian apeks batang, yaitu pada suatu tempat yang dinamakan reseptakel
atau dasar bunga. Suatu bunga mungkin tumbuh secara langsung dari sumbu
batang atau rakhis (dinamakan bunga sesil), atau bunga tumbuh di ujung
tangkai bunga. Jika hanya satu bunga dihasilkan maka tangkai pemegangnya
dinamakan pedunkulus, sedangkan apabila pada pedunkulus terdapat lebih
dari satu bunga, maka masing-masing cabang yang membawa bunga
dinamakan pediselus.
Bunga umumnya terdiri atas bagian-bagian bunga yang tumbuh dalam
empat seri lingkaran, yakni kaliks, korola, andresium dan ginesium yang
tumbuh dari bagian reseptakel. Masing-masing dari keempat bagian bunga
tersebut memiliki struktur dan fungsi yang berbeda, yaitu :
1. Kaliks, merupakan bagian yang tersusun atas beberapa sepal. Bagian ini
umumnya berwarna hijau, akan tetapi pada beberapa jenis tumbuhan
adakalanya kaliks memiliki warna yang menyerupai korola.
1.4 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

2. Korola, merupakan sekumpulan petal yang umumnya berupa struktur


serupa daun yang tipis, permukaannya halus, berwarna mencolok agar
dapat menarik polinator dan membantu terjadinya proses polinasi.
3. Andresium, tersusun atas satu atau lebih stamen. Setiap stamen
umumnya terbagi menjadi bagian tangkai, yang dinamakan filamen, dan
bagian ujung yang dinamakan kepala sari atau anthera. Pada anthera
akan dihasilkan banyak polen (serbuk sari) yang membawa gamet jantan.
4. Ginesium, yang terdiri dari satu atau lebih pistilum. Setiap pistilum akan
terbagi menjadi
a. ovarium (bakal buah), yang di dalamnya mengandung bakal biji
pembawa gamet betina;
b. stilus, berupa suatu struktur memanjang yang berfungsi sebagai
jalan untuk pertumbuhan tabung polen; dan
c. stigma di bagian ujung apeks stilus yang berfungsi sebagai tempat
menempelnya polen ketika terjadi polinasi.
Setiap pistilum mungkin tersusun atas satu atau lebih karpel. Apabila
dalam satu bunga terdapat pistilum yang tersusun atas lebih dari dua
karpel yang bersatu, maka pistil tersebut dinamakan pistil yang sinkarp.
Sebaliknya apabila pada bunga terdapat lebih dari pistilum yang masing-
masing tersusun atas satu karpel dan berdiri sendiri, maka pistil atau
bunganya dinamakan bunga yang apokarp.

Suatu bunga dinamakan bunga lengkap apabila keempat seri bagian


bunga ada dalam satu bunga, sedang bunga dikatakan tidak lengkap apabila
salah satu bagian tidak ada. Bunga dapat pula dibedakan menjadi bunga
sempurna (biseksual atau hermafrodit), jika dalam satu bunga ditemukan
adanya stamen dan pistilum, sedangkan apabila dalam satu bunga hanya
ditemukan stamen atau pistilum saja, maka bunga demikian dinamakan
bunga tidak sempurna (uniseksual). Bunga sempurna belum tentu
merupakan bunga lengkap.
Spesialisasi bunga melibatkan adanya perubahan struktural adaptif untuk
mengakomodasi vektor polen yang spesifik. Hal ini dapat dilihat dari segi
simetri atau bidang bagi dari bunga. Bunga aktinomorf merupakan bunga
yang memiliki banyak bidang bagi (radial simetri), sedangkan bunga
zigomorf merupakan bunga yang hanya memiliki satu bidang bagi (bilateral
simetri) (Gambar 1.1). Berdasarkan posisi relatif ovarium terhadap perhiasan
bunganya, maka bunga dapat dibagi menjadi tiga tipe (Gambar 1.2). Jenis
pertama adalah bunga hipoginus di mana bagian kaliks, korola, dan
 BIOL4448/MODUL 1 1.5

stamennya tumbuh dari reseptakel di bawah gynoecium, ovarium umumnya


superus (berada pada posisi yang lebih tinggi dibandingkan perhiasan bunga).
Bunga periginus memiliki perhiasan bunga dan stamen sejajar dengan
ovarium atau ginesium. Pada bunga tipe ini, bagian dasar bunga akan tumbuh
memanjang membentuk suatu struktur yang dinamakan hipantium yang
berbentuk cawan mengelilingi ovarium. Ovarium mungkin superus atau semi
inferus. Tipe bunga ketiga adalah bunga epiginus, yang posisi perhiasan
bunga serta stamennya lebih tinggi dari ovarium. Pada bunga ini pun
terbentuk hipantium yang menyelimuti ovarium, sehingga ovariumnya berada
di bawah perhiasan bunga atau inferus.

Sumber: Bell & Hemsley, 2000.


Gambar 1.1.
Pembagian tipe bunga berdasarkan simetri bunga.
A. Aktinomorf, B. Zigomorf

Sumber: Judd, et.al., 2008.


Gambar 1.2.
Pembagian tipe bunga berdasarkan posisi ovarium relatif terhadap perhiasan
bunga. A. Bunga hipoginus, B. Bunga periginus, C. Bunga epiginus
1.6 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

Keragaman struktur bunga yang ada di permukaan bumi ini disebabkan


oleh adanya berbagai macam variasi pola bunga yang dihasilkan dari
perubahan simetri bunga, jumlah bagian-bagian bunga, dan adanya peleburan
bagian-bagian bunga. Apabila bagian-bagian bunga yang sama bersatu,
misalnya petal-petal atau stamen-stamen, maka penyatuan ini dinamakan
konatus/kohesi, sedangkan apabila yang melebur berasal dari dua bagian
bunga yang berbeda maka penyatuan ini dinamakan adnatus/adnasi,
misalnya antara stamen dan petal atau stamen dengan pistilum. Istilah gamo-,
sim-, dan sin-, umumnya digunakan untuk menunjukkan adanya peleburan
bagian bunga yang sama, misalnya gamosepalus (ditujukan untuk
menggambarkan adanya penyatuan sepal), simpetal (menunjukkan adanya
penyatuan bagian petal) atau sinkarpus (menunjukkan penyatuan bagian
pistilum). Istilah epi- di awal kata biasanya digunakan untuk menunjukkan
adanya adnasi, misalnya stamen epipetalus artinya stamen yang bersatu
dengan petal. Pada morfologi bunga sering pula kita mengenal istilah poly
atau apo- untuk menunjukkan bagian-bagian yang tidak menyatu atau
terpisah satu sama lainnya, misalnya polypetalus (menunjukkan petal yang
terpisah) dan apokarpus (menunjukkan karpel yang terpisah). Pada
andresium mungkin kita dapat menemukan adanya peleburan stamen.
Peleburan stamen dapat terjadi di bagian filamen (tangkai sari), misalnya
stamen monadelfus (keseluruhan bagian filamen menyatu), diadelfus
(terdapat dua kelompok stamen) atau poliadelfus (stamen membentuk
beberapa kelompok, misalnya pada Citrus). Pada beberapa tumbuhan dapat
pula ditemukan adanya peleburan stamen di bagian anther, yang dinamakan
singenesis, misalnya pada tumbuhan dari suku Solanaceae.
Pada beberapa tumbuhan, modifikasi yang lain mungkin saja terjadi pada
bunga. Adanya mutasi atau perubahan genetik akan menghasilkan bunga
dengan perhiasan bunga yang menumpuk dan sering diikuti pula dengan
kegagalan dalam pembentukan organ seksual (stamen atau pistilum) yang
normal. Keberadaan bunga demikian seringkali dicermati oleh para ahli
hortikultura, kemudian dijadikan tanaman komersial apabila tumbuhan
seperti ini berhasil diperbanyak. Modifikasi dapat pula terjadi pada struktur
yang lainnya, dan seringkali digunakan oleh para ahli botani untuk
mempelajari kekerabatan serta evolusi yang ada pada tumbuhan.
 BIOL4448/MODUL 1 1.7

1. Modifikasi Struktur Bunga


Beberapa modifikasi pada bunga yang khas akan dipelajari pada kegiatan
praktikum ini, yakni bunga dari suku Asteraceae, Poaceae, Euphorbiaceae,
dan Orchidaceae. Tumbuhan Asteraceae atau Compositae memiliki karakter
bunga yang sangat khas, yang disebut ‘head’ atau sering pula disebut
kapitulum. Suku Poaceae memiliki perbungaan khusus yang dinamakan
spikelet. Tumbuhan Euphorbiaceae, terutama dari marga Euphorbia memiliki
perbungaan yang dinamakan cyathium, sedangkan pada tumbuhan anggrek-
anggrekan (Orchidaceae) terdapat kekhasan pada struktur bunganya, yaitu
terdapat modifikasi pada stamen dan pistilum yang jarang ditemukan pada
tumbuhan lainnya.

a. Bunga Asteraceae
Asteraceae atau Compositae merupakan suku tumbuhan dari bunga
matahari (Helianthus annuus), krisan (Chrysanthemum sp.), dan lain-lain.
Tumbuhan Asteraceae ini memiliki karakter bunga yang khas, yakni
penampilan bunga yang menyerupai bunga tunggal walaupun sebenarnya
merupakan perbungaan. Oleh sebab itu, bunga Asteraceae sering pula disebut
sebagai pseudantium (pseudo-palsu; anthium-bunga tunggal). Berdasarkan
letak atau posisinya dalam perbungaan, maka perbungaan Asteraceae terbagi
menjadi bunga tepi dan bunga tengah. Selain itu jenis bunga yang
membentuk perbungaan pada tumbuhan inipun dapat dibedakan menjadi
bunga tabung, yang mahkota bunganya (petal) bersatu membentuk tabung,
dan bunga pita yang menunjukkan struktur mahkota bunga yang menyerupai
hanya satu petal (Gambar 1.3). Selain itu terdapat bunga berbibir dua atau
‘bilabiate’. Berdasarkan kedua karakter tersebut, maka pada Asteraceae dapat
ditemukan empat variasi tipe perbungaan, yakni:
1) Bunga tepi berbentuk bunga pita dan bunga tengah berbentuk tabung,
misalnya pada H. annuus, Tithonia diversifolia, dan Aster novi-belgi.
2) Bunga tepi dan bunga tengah hanya tersusun atas bunga tabung,
misalnya pada Ageratum conyzoides, dan Crassocephalum crepidioides.
3) Bunga tepi dan bunga tengah berupa bunga tabung, misalnya pada
tempuyung (Sonchus arvensis) dan Taraxacum officinale.
4) Bunga tepi dan bunga tengah berupa bunga berbibir dua (‘bilabiate’),
misalnya pada Gerbera.
1.8 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

Sumber: Judd, et.al., 2008.


Gambar 1.3.
Perbungaan pada tumbuhan Asteraceae

b. Bunga Poaceae (Rumput-rumputan)


Tumbuhan rumput-rumputan (Poaceae) memiliki bunga yang sangat
termodifikasi dibandingkan dengan bunga-bunga lainnya. Satu bunga pada
perbungaan Poaceae ini dinamakan floret, yang dilindungi oleh sepasang
braktea yang dinamakan lemma dan palea (Gambar 1.4). Sekelompok floret
akan membentuk spikelet (Gambar 1.5). Pada bagian basal/dasar dari
spikelet biasanya akan ditemukan sepasang gluma. Sekelompok spikelet
kemudian akan membentuk perbungaan yang tipenya sangat bervariasi
tergantung dari jenis tumbuhannya.

Sumber: Judd, et.al., 2008.


Gambar 1.4.
Floret pada tumbuhan Poaceae.
 BIOL4448/MODUL 1 1.9

Sumber: Judd, et.al., 2008.


Gambar 1.5.
Spikelet pada Tumbuhan Poaceae

c. Bunga Euphorbiaceae
Tumbuhan Euphorbiaceae terutama dari marga/genus Euphorbia
memiliki pseudanthium, seperti halnya pada tumbuhan Asteraceae. Akan
tetapi, pseudanthium pada Euphorbiaceae dinamakan cyathium. Cyathium
merupakan suatu perbungaan yang tersusun sebuah bunga betina yang
dikeliling oleh sejumlah bunga jantan (Gambar 1.6). Bunga betina hanya
terdiri atas satu ovarium yang berada di ujung pediselus. Perbungaan ini
dilingkupi dengan sekelompok braktea berbentuk cawan yang dinamakan
involukrum. Pada perbungaan ini kita pun akan menemukan kelenjar nektar
yang berwarna cukup mencolok di bagian luar perbungaannya.

Sumber: Judd, et.al., 2008.


Gambar 1.6.
Perbungaan cyathium pada Euphorbia
1.10 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

d. Bunga anggrek (Orchidaceae)


Anggrek dan tumbuhan sekerabatnya dengan mudah dibedakan dari
bunga lainnya karena memiliki karakter bunga yang sangat khas untuk suku
tumbuhan ini. Bunga anggrek umumnya dalam bentuk perbungaan. Selama
perkembangan bunga, tangkai bunga biasanya akan terputar 180 o, sehingga
bunga anggrek dewasa akan menghadap ke bawah dan bakal buah atau
ovariumnya resupinat (terputar).
Perhiasan bunga terdiri atas tiga sepal (pada lingkaran luar) dan tiga
petal (pada lingkaran dalam). Keseluruhan sepal dan dua petal pada posisi
lateral biasanya memiliki struktur dan warna yang mirip. Satu petal
membentuk struktur yang sangat berbeda dari kedua petal lainnya, memiliki
warna yang lain, dan berukuran lebih besar yang dinamakan labelum
(Gambar 1.7A). Labelum seringkali digunakan sebagai landasan bagi
polinator, atau berfungsi sebagai penarik polinator yang datang pada bunga
karena warna bunga yang mencolok atau karena bentuknya yang menyerupai
hewan pasangannya. Adakalanya petal memiliki bentuk seperti antena atau
sayap atau bunga mengeluarkan bau seperti bau bunga betina. Bunga anggrek
memiliki stamen dan pistilum yang bersatu dinamakan kolumna atau
ginandria (Gambar 1.7 B), yang terletak berseberangan dengan labelum.
Polen pada tumbuhan ini pun bersatu membentuk polinia (Gambar 1.7 C).

Sumber: Bell & Hemsley, 2000; Glimn-Lacy & Kaufman, 2006.

Gambar 1.7.
Bunga Orchidaceae. A. Morfologi bunga; B. Kolumna atau ginandria;
C. polinia
 BIOL4448/MODUL 1 1.11

L ATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan bagian-bagian bunga yang terlibat secara langsung dengan


proses reproduksi seksual yang terjadi pada tumbuhan berbunga!
2) Jelaskan karakter khas yang dimiliki oleh bunga Oryza sativa!
3) Jelaskan perbedaan pseudanthium pada tipe cyathium tumbuhan Ficus
dengan kapitulum pada bunga Asteraceae?
4) Buatlah gambar bagan keempat tipe perbungaan pada Asteraceae!

Petunjuk Jawaban Latihan

Jika Anda mengalami kesulitan untuk mengerjakan latihan di atas,


cobalah untuk menggambar materi Kegiatan Praktikum 1 dan menjelaskan
bagian-bagiannya.

R AN GKUMAN

Bunga merupakan organ reproduktif pada tumbuhan


Magnoliophyta, yang sangat penting untuk identifikasi tumbuhan. Bunga
tumbuh dari bagian apeks batang, yaitu pada reseptakel atau dasar
bunga. Suatu bunga mungkin tumbuh secara langsung dari sumbu batang
atau rakhis (dinamakan bunga sesil), atau bunga tumbuh di ujung
tangkai bunga. Jika satu bunga dihasilkan maka tangkai pemegangnya
dinamakan pedunkulus, sedangkan bila pada pedunkulus terdapat lebih
dari satu bunga, maka masing-masing cabang yang membawa bunga
dinamakan pediselus.
Bunga umumnya terdiri atas bagian-bagian bunga yang tumbuh
dalam empat seri lingkaran, yakni kaliks, korola, andresium dan
ginesium yang tumbuh dari bagian reseptakel, ovarium (bakal buah),
yang di dalamnya mengandung bakal biji pembawa gamet betina. Suatu
bunga dinamakan bunga lengkap apabila keempat seri bagian bunga ada
dalam satu bunga, bunga dikatakan tidak lengkap apabila salah satu
bagian tidak ada. Bunga dapat pula dibedakan menjadi bunga sempurna
(biseksual atau hermafrodit), jika dalam satu bunga ditemukan adanya
1.12 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

stamen dan pistilum, sedangkan bila dalam satu bunga hanya ditemukan
stamen atau pistilum saja, maka bunga demikian dinamakan bunga tidak
sempurna (uniseksual). Bila dilihat dari segi simetri bunga, maka bunga
dapat dibedakan menjadi bunga aktinomorf, yang memiliki banyak
bidang bagi (radial simetri), dan bunga zigomorf yang hanya memiliki
satu bidang bagi (bilateral simetri). Berdasarkan posisi relatif ovarium
terhadap perhiasan bunganya, maka bunga dapat dibagi bunga
hipoginus, periginus, dan epiginus.
Beberapa modifikasi yang khas dapat terjadi pada bunga. Tumbuhan
Asteraceae atau Compositae memiliki karakter bunga yang disebut
kapitulum. Suku Poaceae memiliki perbungaan khusus yang dinamakan
spikelet. Tumbuhan Euphorbiaceae, terutama dari marga Euphorbia
memiliki perbungaan yang dinamakan cyathium, sedangkan pada
tumbuhan anggrek-anggrekan (Orchidaceae) terdapat kekhasan pada
struktur bunganya juga terdapat modifikasi pada stamen dan pistilum
yang jarang ditemukan pada tumbuhan lainnya.

TE S FOR MATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Tumbuhan yang memiliki bunga uniseksual dan masing-masing bunga


terdapat pada individu tumbuhan berbeda disebut sebagai tumbuhan ....
A. sempurna
B. lengkap
C. monoecious
D. dioecious

2) Pada bunga matahari, bunga tengah tersusun atas bunga ....


A. tunggal
B. tabung
C. pita
D. berbibir dua
 BIOL4448/MODUL 1 1.13

3) Struktur X pada bunga A adalah ....


A. ovarium
B. lemma
C. labelum
D. discus viscidus

4) Bagian yang terputar pada Y adalah ….


A. pollinia
B. ovarium
C. labelum
D. ginandria

5) Struktur yang ditunjukkan oleh ‘Z’ adalah ….


A. ovarium
B. pollinium
C. labellum
D. lemma

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Praktikum 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
1.14 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan materi Kegiatan Praktikum 2. Bagus! Jika masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Praktikum 1, terutama
bagian yang belum dikuasai.
 BIOL4448/MODUL 1 1.15

Pelaksanaan Praktikum

A. TUJUAN

Mengamati dan membandingkan bunga dari tumbuhan Asteraceae,


Poaceae, Euphorbiaceae, dan Orchidaceae.

B. PROSEDUR KERJA

1. Alat dan bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah :
a. Beberapa macam bunga dari suku Euphorbiaceae, Orchidaceae,
Asteraceae, dan Poaceae.
b. Mikroskop bedah atau kaca pembesar.
c. Silet atau cutter.
d. Pinset.
e. Jarum jara.

2. Tahapan kerja
a. Ambil dan amati perbungaan pada tumbuhan Euphorbiaceae.
Gambarkan morofologi perbungaannya.
b. Buat dan gambarkan penampang memanjang bunga tersebut dan
amati bunga jantan dan bunga betinanya.
c. Bandingkan pseudanthium yang ada pada bunga ini dengan bunga
Asteraceae.
d. Amati bunga Phalaenopsis atau Dendrobium dari suku Orchidaceae.
Kemudian gambarkan struktur morfologi bunganya.
e. Buat dan gambarkan penampang memanjang bunga dan perhatikan
bagian-bagian bunganya, termasuk ginandria dan polinianya.
f. Cari dan ambil satu atau dua perbungaan dari tumbuhan Asteraceae
atau spesies lain yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar Anda.
Bagilah bunga tersebut menjadi dua bagian secara memanjang.
Dengan menggunakan pinset, ambilah beberapa bunga dari
perbungaan tersebut dan amati dengan menggunakan mikroskop
bedah atau kaca pembesar.
g. Dengan mengacu pada gambar yang ada pada modul praktikum 1
ini, identifikasi spikelet dan floretnya. Bukalah satu floret dengan
1.16 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

menggunakan pinset atau jarum jara dan amati di bawah mikroskop


bedah atau Anda dapat pula mengamatinya hanya dengan
menggunakan kaca pembesar.

C. PETUNJUK PENYERAHAN LAPORAN

1. Anda harus menyerahkan laporan praktikum ini sesuai dengan jadwal


yang telah ditentukan oleh instruktur.
2. Laporan praktikum harus memuat hal-hal berikut.
a. Nama dan NIM.
b. Judul praktikum.
c. Pendahuluan (latar belakang dan tujuan).
d. Bahan dan metode (tempat dan waktu pelaksanaan, bahan dan alat,
serta metode pelaksanaan).
e. Hasil dan Pembahasan.
f. Kesimpulan.
g. Daftar Pustaka.
h. Laporan ditulis di atas kertas kuarto dengan jarak 1,5 spasi.
3. Penilaian
Penilaian laporan ditentukan oleh kejelasan kelengkapan isi laporan.
 BIOL4448/MODUL 1 1.17

Kegiatan Praktikum 2

Anther, Mikrosporogenesis, dan


Mikrogametogenesis

T ujuan dilakukan praktikum ini adalah agar Anda dapat mengamati


struktur dan bagian-bagian dari anther (kepala sari); teka (theca), sel
mikrosporofit (sel induk mikrospora), tapetum, dan endotesium pada
Angiospermae.
Pembentukan polen terjadi di dalam anther (kepala sari, Gambar 1.8 A,
B). Anther biasanya mengandung empat buah kantung polen yang
berpasangan pada dua teka. Kedua teka tersebut dihubungkan oleh
konektivum (penghubung kepala sari), yakni jaringan steril yang dilalui oleh
berkas pembuluh benang sari (stamen) (Gambar 1.9). Jaringan sporogen
dibentuk oleh lapisan sel hipodermis pada empat bagian dari keempat sudut
anther yang sedang berkembang. Sel yang dihasilkan ke arah luar oleh sel
hipodermis, dinamakan lapisan parietal yang berkembang menjadi dinding
kantung polen dan tapetum, yakni lapisan sel yang membatasi jaringan
sporogen di sebelah luar. Jaringan sporogen sendiri adalah hasil pembelahan
lapisan sel hipodermis ke arah dalam. Tapetum berfungsi sebagai sumber
nutrisi bagi polen yang sedang berkembang. Pada tapetum akan terjadi
pembelahan inti tanpa diikuti sitokinesis, sehingga diperoleh sel-sel berinti
banyak. Sel tapetum dalam melaksanakan peranannya akan berdesintegrasi
secara bertahap. Lapisan terluar dari sel-sel parietal berkembang menjadi
endotesium. Sel-sel endotesium membentuk penebalan berupa U yang
berperan dalam mekanisme pembentukan celah teka pada waktu
membebaskan polen.
Sel sporogen membelah-belah menghasilkan sekelompok sel induk
mikrospora (Gambar 1.8, B). Setiap sel induk mikrospora tersebut
memisahkan diri dari rekannya dan mengalami meiosis, sehingga
menghasilkan empat mikrospora, masing-masing dengan jumlah kromosom
yang tersusun dalam tetrad tetrahedral atau quadrilateral. Pada periode
pematangan, masing-masing butir mikrospora membentuk dinding sel
berlapis dua yang terdiri atas eksin di bagian luar dan intin sebelah dalam.
Eksin biasanya memiliki pola dinding yang amat khas bagi spesies yang
1.18 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

bersangkutan. Pada saat dewasa, seluruh anther dipenuhi oleh


mikrospora/polen, sehingga kedua rongga pada setiap teka kemudian bersatu
menjadi kantung polen yang besar (Gambar 1.9 & 1.10). Polen ke luar dari
anther melewati celah atau pori ujung anther atau dengan adanya celah pada
dinding lateral anthera. Mekanisme pembukaan tersebut melibatkan
perubahan turgor pada sel endotesium yang memiliki penebalan khusus.

Gambar 1.8.
Perkembangan polen dari mikrosporosit sampai menjadi butir polen. A,
stamen. B, penampang melintang anther. C, perkembangan tetrad sel-sel
dari mikrosporosit dengan cara pembelahan meiosis. D, empat mikrospora.
E, butir polen. F, perkecambahan butir polen.

Dalam polen, inti membelah secara mitosis menghasilkan dua buah anak
inti. Sebuah di antaranya, yang sedikit lebih besar, menjadi inti vegetatif (inti
tabung) dan yang lain menjadi sel generatif (Gambar 1.8, E). Sel generatif
biasanya berbentuk lonjong atau bentuk kumparan serta bersitoplasma pekat.
Pada stadium ini polen dapat meninggalkan anther meskipun pada banyak
tumbuhan ditemukan bahwa sebelumnya sel generatif membelah sekali lagi
menghasilkan dua gamet jantan (sel sperma). Pada tumbuhan lainnya sel
 BIOL4448/MODUL 1 1.19

generatif membelah hanya setelah berada dalam tabung polen yang sedang
berkembang.
Tabung polen dibentuk setelah polen menempel pada medium yang
cocok seperti misalnya pada permukaan stigma yang dipenuhi oleh sekret,
yang dihasilkan oleh sel-sel papila stigma. Setelah kedua gamet jantan
dibentuk, seluruh isi sel bergerak masuk ke dalam tabung polen. Inti tabung
dapat berada di muka atau di belakang kedua gamet jantan (Gambar 1.8, F).

Gambar 1.9.
Penampang melintang anther melalui satu kantung polen.
A, sebelum memecah. B, sesudah memecah.
1.20 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

Gambar 1.10.
Penampang melintang anther Lilium sp.
A, sebelum memecah. B, sesudah memecah.
 BIOL4448/MODUL 1 1.21

Gambar 1.11.
Pembentukan polen. A, penampang melintang kuncup bunga Lilium sp., tiga
karpel di tengah dikelilingi oleh enam anther. B, penampang melintang dua
lokulus dari satu anther yang berisi mikrosporosit. C, mikrosporosit
mengalami meiosis. D, anther pada stadium yang sama dengan C, tetapi
diperbesar. E, mikrospora stadium tetrad. F, mikrospora membelah mitosis
membentuk butir polen. Dinding anther (sebelah kanan) membentuk celah
melepaskan butir-butir polen.

L ATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Perhatikan dan pelajari bagan penampang melintang anther (Gambar 1.1


dan 1.2A dan 1.2B). Pelajari pula detail satu sektor (Gambar 1.3 dan
Gambar 1.4) sehingga dapat ditunjukkan bagian-bagian yang tercantum
pada Gambar 1.2A dan 1.2B.
1.22 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

2) Perhatikan beberapa sel mikrosporosit (sel induk mikrospora) dan


hubungan antara beberapa sel yang berdekatan. Perhatikan pula bagian-
bagian dinding teka (Gambar 1.2A).
3) Pelajari beberapa stadium meiosis yang dapat Anda lihat pada Gambar
1.4D.
4) Perhatikan beberapa stadium tetrad dalam teka (Gambar 1.4E) beserta
keadaan dinding teka, terutama tapetum, dan endotesium.

Sebelum melaksanakan kegiatan praktikum, terlebih dahulu silakan


Anda kerjakan soal di bawah ini!
1) Jelaskan sel-sel manakah yang menjadi gametofit jantan!
2) Bagaimana hubungannya dengan sporofit?
3) Buatlah gambar bagan perkembangan sel induk mikrospora pada Lilium
sampai menghasilkan polen. Peristiwa apa yang terjadi selama
pembentukan polen tersebut?

Petunjuk Jawaban Latihan

Jika Anda mengalami kesulitan untuk mengerjakan latihan di atas,


cobalah untuk menggambar materi Kegiatan Praktikum 2 dan menjelaskan
bagian-bagiannya.

R AN GKUMAN

Proses reproduksi pada bunga terjadi pada dua bagian sporofit yang
amat penting pada tumbuhan yakni kepala sari (anther) dan bakal biji
(ovulum). Pada anthera (kepala sari) akan terjadi proses pembentukan
mikrospora secara meiosis atau dinamakan mikrosporogenesis. Proses
ini kemudian akan diikuti dengan pembelahan mitosis
(mikrogametogenesis) untuk pembentukan gametofit jantan atau polen.
Gametofit jantan akan menghasilkan gamet jantan atau sperma. Anther
biasanya mengandung empat buah kantung polen berpasangan pada dua
teka yang dihubungkan oleh konektivum.
Dinding anthera tersusun atas beberapa lapisan sel. Tapetum
merupakan lapisan terdalam yang berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi
polen yang sedang berkembang. Lapisan endotesium berupa lapisan sel
dengan struktur khas membentuk penebalan dinding yang khas berperan
 BIOL4448/MODUL 1 1.23

dalam mekanisme pembentukan celah teka pada waktu membebaskan


polen. Di antara endotesium dan tapetum terdapat lapisan tengah.
Lapisan terluar dari dinding polen adalah epidermis.
Pada anthera terdapat sekelompok sel induk mikrospora yang akan
mengalami meiosis, masing-masing menghasilkan empat mikrospora.
Pada periode pematangan, masing-masing butir mikrospora akan
berkembang menjadi butir polen yang memiliki dinding sel berlapis dua,
terdiri atas eksin di bagian luar dan intin sebelah dalam. Eksin biasanya
memiliki pola dinding yang amat khas bagi spesies yang bersangkutan.
Pada saat dewasa, seluruh anther dipenuhi oleh mikrospora/polen,
sehingga kedua rongga pada setiap teka kemudian bersatu menjadi
kantung polen yang besar. Polen ke luar dari anther melewati celah atau
pori ujung anther atau dengan adanya celah pada dinding lateral anthera.

TE S FOR MATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Pada anther terjadi peristiwa ....


A. pembentukan sel telur
B. pembentukan polen (serbuk sari)
C. fertilisasi (pembuahan)
D. polinasi (penyerbukan)

2) Mikrosporogenesis terjadi di dalam ....


A. anther
B. bakal biji (ovulum)
C. bakal buah (ovarium)
D. nuselus

3) Fungsi tapetum, antara lain ....


A. penghubung antara dua teka
B. penyokong anther
C. mempercepat pembelahan sel sporogen
D. sumber nutrisi bagi polen yang sedang berkembang

4) Ke arah luar, sel hipodermis pada bakal ather akan menghasilkan ....
A. epidermis
B. lapisan parietal
C. sel berisi pati
D. tapetum
1.24 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

5) Pembentukan mikrospora dari mikrosporosit terjadi ....


A. di dalam tabung polen
B. peristiwa meiosis
C. di dalam bakal biji (ovulum)
D. pada akhir pembentukan polen

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Praktikum 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Materi Kegiatan Praktikum 3. Bagus! Jika masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Praktikum 2, terutama
bagian yang belum dikuasai.
 BIOL4448/MODUL 1 1.25

Pelaksanaan Praktiku m

A. TUJUAN

Mengamati struktur anther dan perkembangan polen pada tumbuhan


Lilium.

B. PROSEDUR KERJA

1. Alat dan bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah:
a. Preparat anthera dari tumbuhan Lilium.
b. Mikroskop.

2. Tahapan kerja
a. Perhatikan dan pelajari bagan penampang melintang anthera Lilium
(Gambar 1.10A dan 1.10B) dan gambarkan detail satu sektor
(Gambar 1.9A), kemudian pelajari bagian-bagiannya.
b. Selanjutnya, pelajari perkembangan sel induk mikrospora sampai
terjadinya pembentukan sel generatif (Gambar 1.8E).
c. Setelah Anda mempelajari dan memahami gambar bagan
perkembangan sel induk mikrospora sampai menghasilkan sel
generatif yang disebut mikrogametogenesis, cari dan pahami bagian-
bagiannya dari gambar-gambar selanjutnya:
1) stadium sel induk mikrospora;
2) stadium pembelahan meiosis;
3) stadium mikrospora;
4) stadium mikrogametofit.
d. Perhatikan gambar bagan sebelum Anda mempelajari bagian-
bagiannya, kemudian cari bagian-bagian tersebut pada gambar
foto/slide ('preparat').

C. PETUNJUK PENYERAHAN LAPORAN

1. Anda harus menyerahkan laporan praktikum ini sesuai dengan jadwal


yang telah ditentukan oleh instruktur.
1.26 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

2. Laporan praktikum harus memuat hal-hal berikut.


a. Nama dan NIM.
b. Judul praktikum.
c. Pendahuluan (latar belakang dan tujuan).
d. Bahan dan metode (tempat dan waktu pelaksanaan, bahan dan alat,
serta metode pelaksanaan).
e. Hasil dan Pembahasan.
f. Kesimpulan.
g. Daftar Pustaka.
h. Laporan ditulis di atas kertas kuarto dengan jarak 1,5 spasi.
3. Penilaian
Penilaian laporan ditentukan oleh kejelasan kelengkapan isi laporan.
 BIOL4448/MODUL 1 1.27

Kegiatan Praktikum 3

Ovulum (Bakal Biji), Megasporogenesis ,


dan Megagametogenesis

P raktikum ini dilakukan dengan tujuan agar Anda dapat mengamati


struktur dan bagian-bagian bakal biji (ovulum), serta perkembangannya
mulai dari sel induk megaspora sampai terjadi pembentukan sel telur yang
siap dibuahi.
Bakal biji terdiri atas nuselus yang dikelilingi oleh satu atau dua buah
integumen (Gambar 1.12 A). Selain itu, pada biji terdapat pula tangkai bakal
biji atau funikulus yang menghubungkan bakal biji dengan plasenta, yakni
tempat bakal biji melekat pada bakal buah. Di bagian distal, bakal integumen
melekuk ke dalam sedemikian rupa sehingga membentuk pori kecil yang
disebut mikropil. Tempat di mana integumen-integumen bersatu dengan
funikulus dinamakan kalaza. Sebuah sel nuselus, biasanya salah satu di
antara sel nuselus yang terdapat di bawah lapisan sel terluar pada ujung
mikropil, akan berdiferensiasi menjadi sel induk megaspora (Gambar 1.12
B). Oleh karena itu, nuselus seringkali dianggap sebagai megasporangium.

Sumber: Esau, 1977.


Gambar 1.12
(A) Bakal biji dewasa. (B) Bakal biji yang memiliki muda dengan sel induk
megaspora.
1.28 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

Posisi bakal biji (ovulum) dapat bermacam-macam (Ingat dan lihat


modul 3 teori tentang struktur dan perkembangan alat reproduksi betina).
Diantara berbagai tipe ovulum, yang paling umum adalah :
1. Ortotrop atau atrop, dengan ujung distal nuselus yang terletak pada
satu garis lurus dengan plasenta.
2. Anatrop, dengan ujung distal nuselus mengarah ke bagian dasar
funikulus dan terletak berdampingan (Gambar 1.13).

Sumber: Pandey, 2007.


Gambar 1.13.
Ovulum anatrop

Bakal biji terbentuk pada plasenta di dalam bakal buah. Primordium


bakal biji mulai dibentuk dengan adanya pembelahan periklinal pada sel-sel
di bawah lapisan luar plasenta. Mula-mula primordium tampak sebagai
tonjolan berupa kerucut dengan ujung yang membulat. Sel sporogen pertama
dapat dibedakan dalam bakal nuselus oleh karena berukuran lebih besar dari
sel lain dan memiliki inti lebih besar dengan sitoplasma lebih pekat.
Integumen bagian dalam mulai terbentuk pada jarak tertentu dari apeks
nuselus. Pembelahan periklinal pada protoderm mengawali pembentukan
tersebut. Integumen mula-mula tampak seperti alur berupa cincin yang
kemudian tumbuh ke arah apeks nuselus, dengan demikian meliputi nuselus,
kecuali pada mikropil di ujung distal ovulum. Pembentukan integumen luar,
jika ada, terdapat pada protoderm di tempat yang sedikit lebih rendah dari
integumen dalam. Perkembangan selanjutnya sama dengan integumen dalam.
 BIOL4448/MODUL 1 1.29

Sebagian besar tumbuhan, integumen luar tidak mencapai mikropil. Pada


ovulum anatrop atau ovulum melengkung lainnya, pertumbuhan integumen
adalah asimetris. Pada kalaza tidak ada diferensiasi antara jaringan integumen
dan funikulus.
Seluruh permukaan bagian ovulum diliputi kutikula. Dengan demikian
dapat dibedakan antara kutikula luar yang meliputi bagian luar funikulus dan
integumen luar, kutikula tengah yang bersifat ganda di antara kedua
integumen, dan kutikula dalam yang juga bersifat ganda di antara integumen
dalam dan nuselus.
Sementara perkembangan megaspora atau kantung embrio berlangsung,
jaringan vegetatif nuselus rusak sebagian atau seluruhnya. Isi sel terabsorpsi
oleh bagian-bagian lain dari ovulum. Pada tumbuhan tertentu, nuselus dapat
membentuk jaringan nutrisi yang disebut perisperm. Seiring dengan
pendewasaan ovulum, maka struktur histologis integumen dan bagian lainnya
akan berubah.
Pada umumnya hanya ada sebuah sel induk megaspora yang terbentuk
dalam setiap nuselus meskipun ada juga beberapa tumbuhan lain yang
membentuk lebih dari satu sel induk megaspora. Di bagian apeks dari
nuselus, sebuah sel hipodermis atau lebih, berdiferensiasi menjadi sel induk
megaspora (Gambar 1.14C). Sel induk megaspora mengalami meiosis yang
diikuti dengan pembentukan dinding di sekeliling masing-masing inti dari
keempat megaspora haploid yang terjadi. Umumnya keempat megaspora
tersebut tersusun dalam tetrad yang linier (dalam satu deretan; Gambar
1.14D). Ketiga megaspora yang berdekatan dengan mikropil umumnya akan
berdegenerasi, sementara megaspora yang berdekatan dengan kalaza tetap
bertahan (Gambar 1.14D) dan melanjutkan perkembangannya menjadi
gametofit betina. Megagametofit akan mengalami pendewasaan melalui tiga
kali pembelahan mitosis tanpa diikuti sitokinesis sehingga dihasilkan
gametofit betina yang mengandung 8 inti bebas (Gambar 1.14F, 1.14G,
1.14H). Pada masing-masing ujung sel gametofit (khalaza dan mikropil) akan
terdapat empat buah inti. Selanjutnya, terjadi pemindahan masing-masing
satu inti dari kedua kelompok tersebut di atas ke pusat gametofit dan
dinamakan inti polar (inti kutub; Gambar 1.14I). Ketiga inti yang masih
berada di kutub kalaza, masing-masing akan membentuk selaput sel dan
terjadi penambahan sitoplasmanya, dinamakan sel antipoda (Gambar 1.14I).
Pada kutub mikropil ketiga inti akan membentuk aparatus telur, yang
terdiri atas sel telur dan kedua inti di sebelahnya masing-masing menjadi
1.30 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

sinergid (Gambar 1.14J). Sebelum pembuahan ganda berlangsung, maka


kedua inti kutub di tengah akan bersatu menjadi inti polar yang diploid.
Gametofit betina dewasa akan memiliki 7 buah inti. Cara sporogenesis dan
pembentukan gametofit tersebut di atas digolongkan kedalam tipe
Polygonum.
Salah satu pengecualian pada pola pembentukan gametofit betina
terdapat pada Lilium yang mengikuti tipe Fritillaria (Gambar 1.16 – 1.20).
Lilium adalah suatu tumbuhan yang sering kali digunakan dalam mempelajari
megasporogenesis, oleh karena ukuran inti serta gametofit cukup besar dan
tumbuhan tersebut mudah diperoleh. Pada Lilium, keempat inti megaspora
haploid yang merupakan hasil meiosis sel induk megaspora, akan tetap
berada dalam satu sel yang dinamakan sel kantung embrio, dan tidak terjadi
degenerasi. Tiga di antaranya berpindah ke kutub kalaza dan satu berada di
dekat mikropil. Inti dekat mikropil membelah secara mitosis dua kali,
menghasilkan 4 inti haploid. Dari 4 inti tersebut, sebuah inti menjadi sel telur
bersama dengan dua sintergid yang tersusun lateral. Inti keempat berpindah
kebagian tengah kantung embrio dan merupakan bagian dari inti polar yang
ada di tengah kantung embrio. Perbedaan yang mencolok terjadi pada
perilaku megaspora yang berkelompok dekat kalaza. Setelah berpindah ke
kutub tersebut, akan terjadi pembelahan secara serentak, namun pada
metafase ketiga, kumparan yang terbentuk menjadi kusut dan kemudian
menyatu. Oleh karena masing-masing inti telah mengalami duplikasi
kromosom maka terdapat 3 perangkat kromosom yang telah membelah dalam
satu kumparan besar. Pada akhir telofase terbentuk 2 anak inti masing-
masing mengandung 3n kromosom. Kedua inti triploid tersebut masing-
masing membelah lagi menghasilkan 4 inti triploid dekat kalaza. Tiga di
antaranya berlaku sebagai antipoda dan akhirnya akan berdegenerasi,
sedangkan inti keempat berpindah ke tengah sebagai inti polar yang kedua.
Dengan demikian, pada gametofit Lilium ditemukan 2 inti polar masing-
masing dengan jumlah kromosom 1n dan 3n. Pada megagametofit dewasa,
akan terdapat inti dengan jumlah kromosom 4n. Pada keadaan ini
megagametofit telah siap berperan dalam pembuahan ganda.
 BIOL4448/MODUL 1 1.31

Gambar 1.14.
Perkembangan kantung embrio. A, penampang melintang kuncup bunga
lengkap yang menunjukkan keempat bagian bunga, di bagian tengah
terdapat bakal buah (ovarium) dengan empat daun buah (karpel). B, bakal
buah diperbesar menunjukkan empat karpel dan bakal biji (ovulum). C, satu
bakal biji, sel induk mengaspora (mengasporosit) pada stadium profase dari
meiosis. D, telofase akhir dari pembelahan meiosis kedua. E, empat
megaspora, tiga berdegenerasi. F, kantung embrio berinti dua. G, kantung
embrio berinti empat. H, kantung embrio berinti delapan. I, kantung embrio
matang. J, fertilisasi, sinergid berdegenerasi.
1.32 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

Gambar 1.15.
Perkembangan kantung embrio. A, penampang melintang ovarium Lilium,
menunjukkan lokasi ovulum. B, ovulum dengan megasporosit (sel induk
megaspora) yang besar. C, stadium berikutnya, integumen dan satu lapisan
nuselus mengelilingi megasporosit. D, stadium 4 megaspora. E, stadium 4-
inti kedua. F, kantung embrio dewasa atau matang.
 BIOL4448/MODUL 1 1.33

Gambar 1.16.
Perkembangan kantung embrio Lilium. A, stadium sel induk megaspora. B,
pembelahan pertama.

Gambar 1.17.
Perkembangan kantung embrio Lilium. A, stadium dua inti pertama; B,
pembelahan kedua.
1.34 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

Gambar 1.18.
Perkembangan kantung embrio Lilium.
A, stadium empat inti pertama. B migrasi tiga inti.

Gambar 1.19.
Perkembangan kantung embrio Lilium. A dan C, pembelahan ketiga. B dan
D, stadium empat inti kedua. Perbesaran Gambar C dan D 550 X.
 BIOL4448/MODUL 1 1.35

Gambar 1.20.
Perkembangan kantung embrio Lilium. A dan C, pembelahan keempat. C
dan D, stadium gametofit betina muda (stadium delapan inti, di mana dua
inti melebur menjadi satu inti polar triploid, sehingga jumlah inti menjadi
tujuh).

L ATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Buatlah bagan perkembangan gametofit tipe Polygonum!


2) Buatlah bagan dari kelakuan perkembangan sel induk megaspora pada
Lilium (tipe Fritillaria)!
3) Jelaskan hubungan gametofit betina dengan sporofit dari segi
ketergantungan akan nutrisi!

Petunjuk Jawaban Latihan

Jika Anda mengalami kesulitan dalam menjawab latihan, silakan


membaca kembali materi Kegiatan Praktikum 3, dengan mencoba
menggambar materi yang ditanyakan pada latihan.
1.36 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

R AN GKUMAN

Pembentukan gamet betina berlangsung di dalam bakal biji, yang


diawali dengan terjadinya megasporogenesis (melalui pembelahan
meiosis) untuk menghasilkan megaspora dan diikuti dengan beberapa
kali pembelahan mitosis (megagametogenesis) untuk membentuk
gametofit betina atau kantung embrio.
Bakal biji terdiri atas nuselus yang dikelilingi oleh satu atau dua
buah integumen dan terdapat pula tangkai bakal biji atau funikulus yang
menghubungkan bakal biji dengan plasenta. Integumen akan membentuk
pori kecil yang disebut mikropil. Tempat integumen bersatu dengan
funikulus dinamakan kalaza.
Pada nuselus, salah satu sel hipodermis di bawah lapisan sel terluar
di bagian apeks dari nuselus akan berdiferensiasi menjadi sel induk
megaspora. Pada umumnya hanya ada sebuah sel induk megaspora yang
terbentuk dalam setiap nuselus. Sel induk megaspora mengalami meiosis
yang diikuti dengan pembentukan dinding di sekeliling masing-masing
inti dari keempat megaspora haploid yang terjadi. Umumnya keempat
megaspora tersebut tersusun dalam tetrad yang linier, ketiga megaspora
yang berdekatan dengan mikropil umumnya akan berdegenerasi,
sementara megaspora yang berdekatan dengan kalaza tetap bertahan
membentuk megagametofit. Megagametofit akan mengalami tiga kali
pembelahan mitosis tanpa diikuti sitokinesis sehingga dihasilkan
gametofit betina yang mengandung 8 inti bebas, dua inti polar di bagian
tengah, tiga inti kutub kalaza akan berkembang menjadi sel antipodal
dan tiga inti di bagian mikropil akan membentuk aparatus telur, yang
terdiri atas sel telur dan dua sel sinergid.

TE S FOR M ATIF 3

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Dari proses megasporogenesis dihasilkan ....


A. sel telur
B. megaspora
C. bakal biji
D. kantung embrio
 BIOL4448/MODUL 1 1.37

2) Dari proses megagametogenesis dihasilkan ....


A. kantung embrio berinti delapan
B. megaspora
C. sel sperma
D. sel telur

3) Pada waktu pembentukan megaspora terjadi pembelahan ....


A. mitosis
B. meiosis
C. kariokinesis
D. sitokinesis

4) Tipe ovulum yang ujung distal nuselusnya mengarah ke dasar funikulus


disebut dengan ....
A. ortotrop
B. anatrop
C. atrop
D. hemianatrop

5) Sel telur di dalam kantung embrio terdapat di daerah ....


A. kutub kalaza
B. kutub mikropil
C. tengah
D. di dekat sel-sel antipodal

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Praktikum 3.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
1.38 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Praktikum 3, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 BIOL4448/MODUL 1 1.39

Pelaksanaan Praktikum

A. TUJUAN

Melihat struktur bakal biji (ovulum).


Perhatikan gambar bagan sebelum Anda mempelajari bagian-bagiannya,
kemudian cari bagian-bagian tersebut pada gambar foto/slide ('preparat').

B. PROSEDUR KERJA

1. Alat dan bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah:
a. Preparat anthera dari tumbuhan Lilium.
b. Mikroskop.
c. Silet.
d. Pinset.
e. Jarum jara.

2. Tahapan kerja
a. Perhatikan dan pelajari bagan penampang melintang ovarium Lilium
(Gambar 1.5A dan 1.5B) dan gambarkan detail satu sektor (Gambar
1.5C), kemudian pelajari bagan-bagannya. Selanjutnya, pelajari
perkembangan sel induk megaspora sampai terjadi pembentukan sel
telur yang siap dibuahi (Gambar 1.5C sampai dengan Gambar 1.5l).
b. Setelah Anda mempelajari dan memahami gambar bagan
perkembangan sel induk megaspora sampai menghasilkan sel telur
yang disebut megagametogenesis, kemudian cari dan pahami
bagian-bagiannya dari gambar-gambar selanjutnya:
1) stadium sel induk megaspora;
2) stadium kantung embrio berinti dua;
3) stadium empat inti pertama;
4) stadium gametofit berinti delapan (stadium tujuh inti, apabila
inti polar telah bersatu).

Perhatikan gambar bagan sebelum Anda mempelajari bagian-bagiannya,


kemudian cari bagian-bagian tersebut pada gambar/foto/slide (preparat).
1.40 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

C. PETUNJUK PENYERAHAN LAPORAN

1. Anda harus menyerahkan laporan praktikum ini sesuai dengan jadwal


yang telah ditentukan oleh instruktur.
2. Laporan praktikum harus memuat hal-hal berikut.
a. Nama dan NIM.
b. Judul praktikum.
c. Pendahuluan (latar belakang dan tujuan).
d. Bahan dan metode (tempat dan waktu pelaksanaan, bahan dan alat,
serta metode pelaksanaan).
e. Hasil dan Pembahasan.
f. Kesimpulan.
g. Daftar Pustaka.
h. Laporan ditulis di atas kertas kuarto dengan jarak 1,5 spasi.
3. Penilaian
Penilaian laporan ditentukan oleh kejelasan kelengkapan isi laporan.
 BIOL4448/MODUL 1 1.41

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) A. Salah, bunga sempurna adalah bunga yang memiliki kedua alat
perkembangbiakan.
B. Salah, bunga lengkap pasti akan berada pada satu individu sama.
C. Salah, monoecious artinya bunga jantan dan betina terdapat pada
satu individu tumbuhan yang sama.
D. Jawaban benar.
2) A. Salah, bunga matahari termasuk perbungaan.
B. Jawaban benar.
C. Salah, bunga pita terletak di bagian tepi.
D. Salah, bunga berbibir dua terdapat pada bunga Gerbera.
3) A. Salah, ovarium pada anggrek berada di bawah perhiasan bunga.
B. Salah, lemma adalah salah satu braktea pada bunga Poaceae.
C. Jawaban benar.
D. Salah, discus viscidus terdapat di bagian stamen yang memegang
polinia.
4) A. Salah, polinia adalah kumpulan polen di bagian ujung ginandria.
B. Jawaban benar.
C. Salah, labelum adalah bagian dari petal.
D. Salah, ginandria adalah gabungan dari stamen dan pistilum.
5) A. Salah, ovarium ditunjukkan oleh huruf Y.
B. Jawaban benar.
C. Salah, labelum ditunjukkan dengan huruf X.
D. Salah, pada Orchidaceae tidak terdapat lemma.

Tes Formatif 2
1) A. Salah, pembentukan sel telur berlangsung dalam kantung embrio.
B. Jawaban benar.
C. Salah, fertilisasi berlangsung pada kantung embrio di dalam bakal
biji.
D. Salah, polinasi berlangsung pada stigma.
2) A. Jawaban benar.
B. Salah, pada bakal biji (ovulum) terjadi megasporogenesis.
C. Salah, bakal buah (ovarium) merupakan tempat tumbuhnya bakal
1.42 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

biji.
D. Salah, nuselus adalah jaringan sporofit betina.
3) A. Salah, penghubung dua teka adalah konektivum.
B. Salah, penyokong anther adalah filamen.
C. Salah, pembelahan sel sporogen tidak dipercepat oleh tapetum.
D. Jawaban benar.
4) A. Salah, epidermis merupakan bagian terluar dari dinding anthera.
B. Jawaban benar.
C. Salah.
D. Salah, tapetum berada pada lapisan terdalam dan merupakan
turunan dari sel parietal.
5) A. Salah, pada tabung polen akan terjadi pembentukan 2 sperma.
B. Jawaban benar.
C. Salah, di dalam bakal biji (ovulum) terjadi megasporogenesis.
D. Salah, polen merupakan struktur hasil diferensiasi mikrospora.

Tes Formatif 3
1) A. Salah, sel telur dihasilkan dari proses megagametogenesis.
B. Jawaban benar.
C. Salah, bakal biji terbentuk dari hasil perkembangan primordia
ovulum.
D. Salah, kantung embrio terbentuk dari megagametogenesis.
2) A. Jawaban benar.
B. Salah, megaspora merupakan hasil akhir megasporogenesis.
C. Salah, sel sperma merupakan hasil dari megagametogenesis.
D. Sel telur merupakan bagian dari kantung embrio.
3) A. Salah, mitosis terjasi ketika pembentukan kantung embrio.
B. Jawaban benar.
C. Kurang tepat, kariokinesis hanya merupakan pembelahan inti.
D. Kurang tepat, sitokinesis hanya menunjukkan pembelahan sel.
4) A. Salah, pada tipe ortotrop bagian apeks nuselus berada pada ujung
yang berlawanan dengan funikulus.
B. Salah, bagian apeks nuselus pada biji hemianatrop berada pada
posis tegak lurus tangkai bakal biji.
C. Salah, bakal biji atrop = ortotrop.
D. Jawaban benar.
 BIOL4448/MODUL 1 1.43

5) A. Salah, sel telur terdapat di dekat mikropil.


B. Jawaban benar.
C. Salah, bagian tengah merupakan tempat inti polar.
D. Salah, sel-sel antipodal berada di khalaza.
1.44 Praktikum Embriologi Tumbuhan 

Daftar Pustaka

Bhojwani, S.S. and S.P. Bhatnagar. (1978). The Embriology of Angiosperm.


New Delhi: Vikas Publishing House Ltd.

Bracegirdle, B. and P. H. Miles. (1971). An Atlas of Plant Structure. Vol. 1.


London: Heinemann Educational Books.

Fahn, A. (1990). Plant Anatomy. 4th edition. Oxford: Pergamon Press.

Johri, B. M (ed). (1984). Embriology of Angiosperm. New York: Mc. Graw


Hill Books Company.

Anda mungkin juga menyukai