Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan adalah kata didik yang mendapat imbuhan ‘pe’ dan ‘an’. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, didik memiliki arti ‘memelihara dan memberi latihan mengenai
akhlak dan kecerdasan. Sedangkan definisi pendidikan sendiri adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Jadi dalam hal ini definisi pendidikan adalah proses atau
perbuatan mendidik. Belajar adalah suatu hal yang tak pernah dapat dipisahkan dari setiap
individu. Manusia diberi fasilitas berupa akal agar dimanfaatkan sebaik mungkin, yang salah
satu caranya adalah dengan belajar.
Ketika keinginan untuk belajar telah muncul sebagai suatu stimulus untuk mengetahui
suatu hal, maka seseorang dengan keinginan belajar tadi akan memperoleh suatu hazanah
keilmuwan. Disinilah peran motivasi berlangsung.Pada dasarnya motivasi adalah dorongan
dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang
yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya.
Oleh karena itu, perbuatan seseorang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema
sesuai dengan motivasi yang mendasarinya

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang

diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada

peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta

didik agar dapat belajar dengan baik.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Tujuan belajar adalah

perubahan tingkah laku meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dan berupa
kompetensi, ketrampilan dan sikap. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip

dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks

pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi

pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat

mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor)

seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak,

yaitu pekerjaan guru saja.

Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan

peserta didik. Dalam pembelajaran siswa sering mengalami kejenuhan, guru hendaknya

dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenanakan bagi

siswanya dengan menggunakan metode-metode yang bervariasi. Sekolah sebagai

tempat belajar bagi siswa juga harus dapat menciptakan suatu suasana yang baik

khususnya di dalam kelas.Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini

berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa belajar.

Namun adakalanya didalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sering

ditemukannya masalah-masalah yang berkenaan dengan belajar yang dialami siswa

tersebut. Masalah-masalah tersebut dipengaruhi oleh faktor internal (yang berasal dari

dalam diri siswa itu sendiri) dan juga oleh faktor eksternal (yang berasal dari luar siswa

itu sendiri). Salah satu faktor internal adalah kejenuhan yang dialami siswa saat belajar.

Seorang guru hendaknya bisa menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan

menyenangkan bagi peserta didiknya agar tercapainya tujuan pembelajaran.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalahnya adalah “ Apa yang

menjadi faktor pendorong pembelajaran?”


3. Tujuan

Tujuannya adalah “Untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor pendorong

pembelajaran”
BAB II

PEMBAHASAN

1. Menciptakan Suasana Belajar di Kelas yang Menyenangkan

Salah satu hal yang harus dikedepankan dalam menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan adalah menyertakan partisipasi siswa di dalam kelas. Selain

untuk membangun komunikasi dengan siswa, pengajar juga dapat mengetahui apa

yang menjadi kebutuhan bagi para siswa. Jika situasi ini tak terbangun, bisa jadi

siswa akan merasa canggung berbicara dengan guru dan komunikasi tidak akan

berjalan baik. Akibatnya, pengajar juga akan mengalami kesulitan untuk

mengetahui apa yang menjadi keinginan siswa. Beberapa tips yang dapat menjadi

panduan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan:

a. Ciptakan iklim yang nyaman buat anak didik Anda

Iklim yang nyaman akan menghilangkan kecanggungan siswa, baik

sesama guru maupun antar siswa sendiri. Hal ini juga bisa mendorong

siswa untuk mengajukan pertanyaan, sehingga komunikasi antara

pendidik dan anak didik dapat terbangun. Sebagai pengajar, Anda dapat

menjelaskan kepada siswa bahwa tidak akan ada siswa lain yang akan

mengejek ketika ia bertanya. Beri motivasi kepada siswa bahwa dengan

bertanya, akan memudahkannya untuk lebih mengetahui tentang sesuatu

hal daripada hanya diam mendengarkan.

b. Dengarkan dengan serius setiap komentar atau pertanyaan yang

diajukan oleh siswa Anda.

Jika siswa Anda mengajukan pertanyaan, sebisa mungkin fokus dan

memperhatikannya. Meski sederhana, hal ini akan menumbuhkan


kepercayaan diri siswa karena ia merasa diperhatikan. Seringkali siswa

merasa kurang percaya diri sehingga enggan untuk memberikan

kontribusi di dalam kelas. Nah, tugas Anda sebagai pengajar,

membangun kepercayaan diri siswa dengan menunjukkan perhatian-

perhatian saat siswa merasa sedang ingin didengarkan.

c. Jangan ragu memberikan pujian kepada siswa

Anda juga bisa mencoba dengan memuji setiap komentar yang diajukan

oleh anak didik Anda. Misalnya, "Oh, itu ide yang sangat bagus" ,atau

"Pertanyaan kamu bagus, itu tidak pernah saya pikirkan sebelumnya”.

d. Beri pertanyaan yang mudah dijawab

Jika hal di atas belum juga berhasil untuk mengajak siswa memberikan

komentar atau pertanyaan, giliran Anda untuk mengajukan pertanyaan

memancing yang bisa membuat anak didik Anda tidak lagi bungkam di

dalam kelas. Pastikan pertanyaan Anda mampu dijawab oleh siswa,

sehingga saat menjawab secara tidak langsung melatih siswa untuk

berbicara.Saat siswa sudah mulai merespon, beri senyum kepada siswa

yang sudah berkomentar. Hal ini akan mengurangi rasa canggung yang

biasa ia perlihatkan.

e. Biarkan siswa mengetahui pelajaran sebelum kelas dimulai

Minta agar para siswa mempelajari bahan yang nantinya akan Anda

tanyakan. Sehingga, ia akan mempersiapkannya terlebih dulu. Jika saat

anda bertanya dan para siswa tidak merespon, ubah format pertanyaan

anda yang hanya membutuhkan jawaban "ya" atau "tidak".


f. Controlling

Kontrol para siswa dengan alat kontrol yang Anda miiliki. Gunanya

adalah untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang biasanya

berpartisipasi dalam kelas. Jika Anda menemukan beberapa siswa yang

tingkat partisipasinya dalam kelas sangat kurang, maka ajak ia

berkomunikasi secaraa pribadi. Mungkin dengan begitu ia akan merasa

percaya diri. Selain itu, jika yang Anda temukan hanyalah permasalahan

kurang percaya yang menjadikannya diam selama kelas berlangsung,

maka tugas Anda selanjutnya adalah memberi ia tugas yang bisa

membantunya untuk berkomunikasi. Misalnya, tugas berpidato dalam

kelas.

Selain itu, keakraban antara guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan

belajar bagi siswa. Jika hal ini terjalin suasana belajar akan lebih santai dan siswa

akan lebih mudah menangkap pelajaran. Siswa tidak akan merasa sungkan

bertanya jika mereka tidak mengerti karena salah satu jalan membuat siswa cepat

mengerti adalah dengan cara bertanya. Mengajar kelompok kecil dan perorangan

merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan

perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab

antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik

yang lain. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan

kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan

bisa diserap dan diterima oleh peserta didik. Penguasaan terhadap semua

ketrampilan mengajar di atas harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan

latihan yang sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro.


Seluruh sekolah yang bertaraf nasional dan internasional, jumlah siswa dibatasi

dalam setiap kelas maksimal 32 siswa. Hal ini ditetapkan agar guru bisa lebih

mudah memberikan pelajaran dengan baik dan siswa juga akan mudah menangkap

yang nantinya akan mendapatkan hasil yang baik pula. Selain itu juga bagian sarana

dan prasarana disekolah akan lebih mudah menyediakan alat praktikum sesuai

dengan jumlah siswa seperti komputer, alat praktik IPA, peralatan olahraga, labor

bahasa dan lain-lain. Dan juga guru menyampaikan materi pembelajaran dikelas

dengan menggunakan alat multimedia. Bagi guru yang kreatif mereka membuat

animasi karikatur dalam pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh. Bagian

kurikulum juga harus memikirkan bagaimana agar siswa juga dapat menerima

pembelajaran dengan baik dengan cara menyusun jadwal pelajaran dengan rapi.

Dalam satu hari siswa jangan diberikan pelajaran yang berumus, harus diselingi

dengan mata pelajaran yang lainnya.

2. Faktor Pendorong Belajar

Biasanya faktor pendorong siswa belajar ada dua hal yaitu :

1. Faktor internsik

Yang mana faktor intern ini muncul dari dirinya sendiri berkat motivasi

dirinya dengan berkeinginan untuk belajar tanpa ada suruhan atau motivasi

dari orang lain, tetapi motivasi itu muncul sendiri dari diri pribadi sendiri.

Sebab-sebab faktor intern pendorong belajar ialah :

 Motivasi

 Minat

 Bakat

 Keninginan sendiri untuk lebih maju


Dengan sebab-sebab itulah faktor pendorong belajar muncul dari faktor

intern (dari dalam). Dengan faktor intern inilah siswa itu dalam belajarnya

aman dan cepat mengerti, karena sifat berkeinginan belajar itu muncul dari

diri sendiri tidak dari orang lain.

2. Faktor eksternsik

Faktor enkstren ini ialah yang mana faktor pendorong siswa dalam belajar

ini muncul dari bimbingan oang lain atau motivasi muncul dari orang lain,

tidak dai diri sendiri. Yang mana faktor pendorong siwa ekstern ini muncul

dari berbagai pihak yaitu :

 Keluarga

Yang mana faktor keluarga yang banyak memberi motivasi kedalam diri anak

tesebut selagi keluarga itu keluaga yang peduli kepada pendidikan dan segala

macam nya terhadap anak.

· Lingkungan masyarakat

Faktor lingkungan masyarakat ini juga bisa memberikan sifat yang buruk dan

baik, tetapi kalau lingkungan masyarakat yang baik, bisa mempengaruhi faktor

pendorong siswa iru untuk lebih giat lagi belajanya.

Kemunculan kejenuhan belajar bermula dari proses pengulangan kegiatan belajar

dalam waktu yang panjang dan tidak menghasilkan prestasi yang memuaskan.

Sehingga, muncul merasaan letih pada individu baik secara fisik maupun psikis.

kejenuhan belajar merupakan gejala psikologis yang menunjukkan keletihan emosi,

sinis atau depersonalisasi dan menurunnya keyakinan akademik siswa karena

keterlibatan yang intensif dengan tuntutan belajar yang berlangsung cukup lama.
 Teman sebaya

Teman sebaya bisa mempengaruhi siswa itu untuk menjadi lebih baik atau lebih

buruk dalam motivasi belajar, karena berkat teman di sekolah lah yang banyak

mempengaruhi siswa untuk lebih baik dan buruk. Apabila seseoang mendapat

teman sebaya yang baik, maka motivasi belajar anak itu akan lebih baik karena

motivasi teman yang baik, begitu pula sebaliknya.

3. Prinsip Belajar dan Pembelajaran


Ada banyak sekali teorti dan prinsip belajar yang dikemukakan olehh para ahli
yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai
prinsip belajar tersebut terdapat prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita
pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu
meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan cara
mengajarnya. Adapun prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran yaitu :
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian
teori belajr pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak
mungkin terjadi belajar (Gage dan Barliner, 1984 : 335). Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin
dan kemudi pada mobil (Gage dan Barliner, 1984 : 372).
“Motivation is the concept we use when describe the force action on or within
organism to initiate and direct behavior””. Demikian menurut H.L Petri (Petri,
Herbert L, 1983:3). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam
pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam
mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan
estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan
salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang
dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-
nilai dan keterampian.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga
bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman dan
sebaginya. Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik.
Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang
dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh
mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang
dipelajarinya. Sedangkan Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di
luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya, sebagai contoh,
siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki
pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau
mendapatkan ijazah. Naik kelas dan mendapatkan ijazah adalah penyerta dari
keberhasilan belajar.
2. Keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif,
konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari,
menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Dalam proses
belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari
dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “Law
of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-
latihan. Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan.
Keaktifan itu beraneka ragam, mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati
sampai pada kegiatan psikis yang susah untuk kita amati. Kegiatan fisik dapat
berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan
sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan maslaah yang dihadapi,
membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan,
dan kegiatan psikis yang lain.
3. Keterlibatan Langsung / Berpengalaman
Dalam Belajar yang menggunakan pengalaman langsung, siswa tidak sekedar
mengamati secara langsung tetapi ia juga harus menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh Jhon Dewey
dengan “Learning by doing”. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan
langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual
maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru
kapasitasnya hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan sebagai keterlibatan fisik
semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional,
keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan
pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan sikap dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam
pembentukan keterampilan.
4. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barang kali yang paling
tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini
belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
pengamat, menanggap, mengingat, menghayal, merasakan, berfikir dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka
daya-daya yang dilatih dengan mengadakan pengulangan-pengulangan akan
menjadi sempurna.
5. Tantangan
Dari teori Medan yang dikemukakan oleh Kurt Lwewin, bahwa siswa dalam
situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam
situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk
mengatasi hambatan tersebut dengan mempelajari bahan belajar
tersebut.apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai,
maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan yang baru pula, demikian
seterusnya.
Agar anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik,
maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi oleh siswa
dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan
belajar yang baru, yang banyak mengandung maslaah yang perlu dipecahkan
membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan
konsep-konsep dan generalisasi tersebut.
Penggunaan metode eksperimen, inquiry, discovery juga memberikan
tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh.
Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan
motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak
menyenangkan.
6. Umpan Balik dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan umpan bailk dan penguatan terutama
ditekankan oleh teori belajar Operant Conditionong dari B.F. Skinner. Kalau
pada teori Conditionong yang diberikan kondisi adalah stimulusnya, maka pada
Operant Conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Siswa akan belajar
lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil,
apalagi hasil yang baik, akan merupakan umpan balik yang menyenangkan dan
berpengaruh baik untuk usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu
menurut B.F. Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga
yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif ataupun
negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan Barliner, 1984:272).Sebagai
contoh siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai
yang baik dalam ulangan, maka nilai yang baik akan mendorong anak untuk
belajar lebih giat lagi. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada
waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Karena takut tidak naik kelas,
maka anak tersebut terdorong untuk belajar lebih giat lagi. Dalam hal ini nilai
buruk dan rasa takut akan mendorong anak tersebut untuk belajar lebih giat.
Inilah yang disebut dengan penguatan negatif dan di sini siswa mencoba untuk
menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan. Format sajian dapat
berupa tagnya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya
merupakan cara belajar terjadinya umpan balik dan penguatan.
7. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu
terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang
memperhatikan masalah perbedaan individu. Umumnya proses pembelajaran di
kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan yang rata-rata,
kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran yang klasikal yang mengabaikan perbedaan individu dapat
diperbaiki dengan berbagai cara. Antara lain dengan penggunaan metode atau
strategi belajar mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan kemampuan siswa
dapat terlayani. Juga penggunaan media instruksional akan membantu melayani
perbedaan-perbedaan siswa dalam cara belajar. Usaha lain untuk memperbaiki
pembelajaran klasikal adalah dengan memberikan tambahan pelajaran atau
pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai, dan memberikan bimbingan
belajar bagi anak-anak yang kurang. Disamping itu dalam memberikan tugas-
tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa, sehingga
bagi siswa yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan berhasil dalam
di dalam pembelajaran.

Setiap manusia adalah pribadi yang unik, dalam proses pembelajaran mereka
memiliki cara belajar, cara memproses informasi, intensitas belajar, hasil belajar dan
sebagainya yang berbeda dengan yang lainnya. Selain memiliki beberapa perbedaan
individual, individu yang satu dengan individu yang lain juga memiliki persamaan-
persamaan yang bersifat umum.
Muncul banyak teori yang bertolak dari hal-hal yang bersifat umum ini.Hal ini
mengarahkan pada prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip dalam belajar (Gagne
&Briggs, 1978; Davis, 1987; Dimyani & Mudjiono, 1994; Iskandar, dkk, 1995) sebagai
berikut :
a. Prinsip Sadar Tujuan
Pembelajaran hendaknya berusaha menyadari dan memperjelas tujuan belajarnya dan
guru penting untuk mengkomunikasikan tujuan pembelajaran. Tinggi kesadaran dan
kejelasan tujuan belajar, akan mengakibatkan tingginya efektifitas dan efisiensi proses
dalam hasil belajar.
b. Prinsip Perhatian, minat, dan motivasi
Perhatian dapat menimbulkan minat, begitu juga sebaliknya.Minat dan perhatian, juga
dapat menimbulkan motivasi, dan begitu juga sebaliknya.
c. Prinsip Kesiapan
Hukum kesiapan ( Law of Readiness ) oleh Thorndike menyatakan belajar akan lebih
berhasil jika siswa atau mahasiswa dalam keadaan siap, karena dalam keadaan
tersebut kegiatan belajar akan berjalan secara serius.
Aspek dari kesiapan antara lain kesiapan mental, kesiapan pengetahuan terkait(materi
persyaratan) kesiapan bahan, dan kesiapan instrument (alat dan bahan)

d. Prinsip Latihan
Hukum latihan (Law of Exercise) oleh Thorndike. Prinsip ini juga disebut prinsip
pengulangan (repetition) oleh Gagne ( Gagne dan Briggs, 1978). Prinsip pengulangan
menjelaskan semakin banyak frekuensi latihan semakin baik hasil belajar.Gagne dan
Briggs (1978) menyatakan situasi stimulus dan responnya perlu diulangi dalam belajar
untuk memperbaiki dan memahami pelajaran tertentu.

e. Prinsip Aktivitas
Contohnya CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif ), menghendaki pembelajaran yang
bergantung tingkat keaktifan siswa dimana keaktifan ini tidak terbatas pada keaktifan
secara fisik tetapi juga keaktifan mental emosional dan intelegensi sehingga dapat
dikatakan keaktifan siswa merupakan “primus motor” dalam kegiatan belajar maupun
pembelajaran.
f. Prinsip Keterlibatan Langsung
Keterlibatan langsung (mengalami yang sebenarnya) dalam proses pembelajaran
memberikan banyak manfaat bagi siswa. Dengan mengalami sendiri (pengamatan
langsung), mengamati sendiri, mencoba sendiri, mempraktekan sendiri akan membuat
belajar menjadi lebih bermakna dan pengetahuan yang diperoleh akan dapat bertahan
lebih lama dalam memori. Dalam belajar melalui pengalaman langsung, siswa tidak
sekedar mengamati secara langsung, tetapi ia juga menghayatinya dan bertanggung
jawabterhadap hasilnya.

g. Prinsip Tantangan
Menyatakan bahwa untuk memotivasi siswa dalam belajar maka bahan ajar haruslah
dirancang sedemikian rupa sehingga menantang siswa karena tantangan tersebut
membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.Dalam kegiatan belajar, siswa akan
menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Tantangan yang muncul ini akan membuat siswa semakin termotivasi dalam belajar.

h. Prinsip Balikan dan Penguatan


Kepastian mengenai hasil belajar merupakan penguat atau reinforer bagi dirinya
misalnya hasil yang baik merupakan balikan menyenangkan dan berpengaruh positif
terhadap kegiatan selanjutnya. Namun, tidak berarti hasil jelek berdampak negative
bagi usaha belajar

i. Prinsip Perbedaan Individual


Siswa merupakan individu yang unik karena memiliki perbedaan-perbedaan dalam
berbagai hal. Kesadaran akan perbedaan individu ini akan membuat siswa
menentukan cara belajar dan sasaran belajarnya sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas, kami dapat menarik kesimpulan antara lain :

1. Bahwa Belajar Merupakan Tindakan dan Perilaku siswa yang kompleks, sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

2. Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu tidak boleh
sembarangan.

3. Proses Mengajar harus dijalankan sesuai dengan prinsip yang ada sehingga dapat
menciptakan suasana kelas yang di nginkan bersama

B. SARAN

Dalam melaksanakan Proses Belajar dan Mengajar di kelas, sebaiknya sebagai


calon pendidik, kita harus bisa menjelaskan prinsip belajar, menerapkannya dalam
upaya meningkatkan kualitas kita sebagai calon pendidik dan juga menciptakan suasana
yang akan menjadikan siswa lebih nyaman dalam menerima bahan ajar yang akan kita
berikan nantinya.

Anda mungkin juga menyukai