PENDAHULUAN
Tuberculosis merupakan penyakit serius terutama pada bayi dan anak. Anak
dengan malnutrisi dan gangguan Immunologis sebagian besar menderita tuberculosis
primer. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tuberculosis merupakan
masalah kesehatan masyarakat, di negara berkembang seperti di Indonesia dengan
penduduk lebih dari 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan ke-3 di dunia setelah
India dan China, dalam hal jumlah penderita Tuberculosis Paru sekitar 90 ribu anak
dengan perincian berdasarkan golongan umur yaitu, 25,9% menyerang anak usia 1-3
tahun, 42,4% menyerang usia anak 3-6 dan 31,5% menyerang anak dengan usia 6-12
tahun dan diperkirakan sekitar 30 ribu anak meninggal dunia tiap tahun akibat
Tuberculosis. (Iskandar, 2002)
Dari data tersebut penyusun tertarik untuk mengkaji mengenai Tuberculosis paru
pada anak dengan judul Asuhan keperawatan pada klien An. B dengan Tuberculosis
Paru di ruang Matahari Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang
Dalam penulisan Laporan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan siswa/siswi dapat
melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Tuberculosis Paru.
Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini agar siswa
mampu:
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan dua metode yaitu:
1. Objektif
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan metode secara objektif dimana
data-data yang diperoleh tidak berdasarkan keluhan pasien namun berdasarkan
2. Subjektif
Sedangkan data subjektif adalah perolehan data langsung dari pasien ataupun
dari keluarga pasien.
Selain dua metode tersebut, dalam penulisan Karya Tulis Karya Ilmiah ini ada
empat metode yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu:
a. Observasi
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan observasi yaitu dengan
melakukan pengkajian secara langsung ke lapangan yaitu Rumah Sakit Umum
Daerah Leuwiliang.
b. Wawancara
Metode wawancara dilakukan baik dengan metode Auto Anamnesa yaitu pencarian
data langsung kepada pasien dan Allo Anamnesa yaitu pencarian data pasien
melalui keluarga.
c. Studi Literatur
d. Media Online
Pembahasan Karya Tulis Ilmiah ini akan dibagi menjadi beberapa bab sebagai
berikut:
Berisi penjelasan mengenai Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan
Sistematika Penulisan yang akan digunakan dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Pada bab ini akan berisi tentang pembahasan kasus mengenai Asuhan Keperawatan
Kepada An. B dengan Tuberculosis Paru, yang berisi : Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Catatan Keperawatan.
BAB IV : PENUTUP
Berisi kesimpulan dari seluruh proses dari Karya Tulis Ilmiah ini dan saran untuk
beberapa pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini akan dipaparkan sumber- sumber literature dalam pembuatan Karya
Tulis Ilmiah ini.
LAMPIRAN
Pada bagian ini akan dipaparkan hal- hal yang dapat mendukung dan melengkapai isi
dari Karya Tulis Ilmiah ini.
2.1 Pengertian
Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi pada tubuh yang dapat menular
melalui droplet dari penderita dan disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosa.
Berikut pengertian tuberkulosis Paru menurut para ahli:
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit paru menular yang disebabkan oleh basil
tuberkel dan menyebar saat droplet yang mengandung bakteri aktif terhirup
oleh individu yang rentan
(Marrelli, 2008)
Jadi Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa yang menginfeksi paru. Sebagian besar kuman
Tuberculosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Sistem pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, sampai
dengan alveoli dan paru-paru
2.2.1 Hidung
Hidung merupakan seluran pernapasan yang pertama, nares anterior adalah
saluran-saluran didalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam
bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput
lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring
dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga
hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari
tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan
dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Tulang lengkung yang halus
dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : konka
superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membran mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontal dan os palatinus sedangkan atap
cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontal dan os sphenoidale.
Membran mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang
berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang
kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membran mukosa yang bersambungan
dengan cavum nasi.
3. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara konka superior dan media
dan diantara konka media dan inferior
2.2.2 Faring
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ- organ lain yaitu
keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama
koana, kedepan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama
ismus fausium, kebawah terdapat dua lubang kedepan lubang laring dan kebelakang
lubang esofagus. Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa
tempat terdapat folikel getah bening, disebelahnya terdapat dua tonsil kiri dan kanan
dari tekak, disebelah belakang terdapat epiglotis.
2.2.3 Trakea
Trakea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin
yang terdiri dari tulang rawan yang terbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah
dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia.
Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh
otot polos. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
2.2.4 Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea, terdiri dari dua buah yang terdapat
pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan di lapisi oleh jenis sel yang sama, bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping kearah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari
pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin dan mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri
lebih panjang dan lebih ramping dari pada bronkus kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan
mempunyai dua cabang. Bronkus ini bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil di
sebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung
bronkioli terdapat gelembung paru atau alveoli.
2.2.5 Paru-paru
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung–gelembung alveoli, banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan). Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu
paru-paru kanan, terdiri dari tiga lobus yaitu lobus pulmo dekstra superior, lobus
media, dan lobus inferior dan paru-paru kiri dua lobus yaitu lobus superior dan lobus
inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama segmen.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior dan 5
segmen pada inferior, paru-paru kanan mempunyai 10 segmen, 5 segmen pada lobus
superior, 2 buah segmen pada pada lobus medialis dan 3 buah segmen pada lobus
inferior.
Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah
rongga dada kavum mediastinum. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama
pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu pleura viseral (selaput dada pembungkus)
2.3 Etiologi
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam). Tempat masuk kuman Mycobacterium
Tuberkulosa adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada
kulit. Saluran pernafasan merupakan tempat infeksi pertama penderita Tuberculosis.
2.4 Patofisiologi
Terjadi Tuberculosis
Sesak nafas
Sesak terjadi karena infiltrasi sudah meliputi setengah bagian dari paru-paru
Nyeri dada.
Nyeri dada terjadi bila infiltrat radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan pleura sewaktu pasien menarik dan
melepaskan nafasnya.
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak
badan (malaise), berkeringat malam dan demam. Keringat malam disebabkan oleh
irama temperatur sirkadian norman yang berlebihan.
Pemeriksaan test tuberkulin ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi
Tuberculosis. Di Indonesia karena angka prevalensi (kasus) Tuberculosis paru yang
tinggi maka test tuberkulin sebagai alat bantu diagnosis.
Test dianggap positif bila terjadi pembengkakan atau kemerahan melebihi ukuran 5
mm sampai 10 mm.
2.7 Penatalaksanaan
3. Penderita kambuh.
2.8 Komplikasi
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada An. B
dengan diagnosa Tuberculosis Paru pada bagian penyakit Anak di ruang Matahari
Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang. Pengkajian data pasien di lakukan pada
tanggal 10 November 2011.
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : An. B.
Umur : 7 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda
Ruangan : Matahari
Nama : Tn. A
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pada tanggal 9 November 2011 klien datang ke IGD Rumah Sakit Umum
Daerah Leuwiliang dengan keluhan batuk-batuk disertai sesak nafas, febris, anorexia
dan malaise. Keluarga mengatakan gejala-gejala tersebut sudah berlangsung selama 1
minggu, dan sempat berobat ke Puskesmas, setelah dilakukan pemeriksaan pihak
Puskesmas memutuskan untuk merujuk pasien ke Rumah Sakit untuk perawatan yang
lebih memadai.
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki : Klien
e. Riwayat Spritual
Klien merupakan seorang anak yang masih dalam proses belajar untuk
mengetahui keagamaan, sehingga selama di Rumah Sakit klien tidak menjalani
ibadah, namun klien selalu berdoa agar cepat sembuh dan dapat kembali ke Rumah
dan bisa beraktifitas seperti biasa.
c. Tanda-tanda Vital
Nadi : 100x/menit
Respirasi : 28x/menit
Suhu : 37,30c
d. Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan : 14 kg
BB Ideal : (Umur x 2) + 8
= (7 x 2) + 8
= 14 + 8
= 22 kg
e. Pemeriksaan Persistem
Sistem Pernapasan
o Inspeksi
Pada saat di inspeksi tampak pergerakan dada simetris, dan terlihat Pectus
karinatum (tulang dada yang menonjol kedepan) pada saat bernafas.
o Palpasi
o Perkusi
Pada saat dilakukan perkusi pada daerah thorak, di hasilkan suara perkusi
normal resonan (sonor).
o Auskultasi
Sistem Kardiovaskuler
o Palpasi
Pada saat di palpasi dengan klien posisi terlentang teraba ictus cordis pada
ruang intercosta (ICS) IV.
o Perkusi
o Auskultasi
Sistem Pengindraan
o Inspeksi
Hidung simetris, tidak tampak adanya lesi, klien dapat mencium wewangian
dengan baik.
Posisi telinga simetris, tidak ada lesi, telinga tidak mengeluarkan pus
ataupun darah, dan klien dapat mendengar dengan baik.
o Palpasi
Sistem Integumen
o Inspeksi
Warna kulit klien sawo matang, turgor kulit normal, tidak terjadi sianosis,
dan tidak terdapat bekas operasi maupun dekubitus.
o Palpasi
Setelah dilakukan palpasi tidak terdapat nyeri tekan ataupun edema, dan
palpasi capillary refill time sekitar 2 detik.
Sistem pencernaan
o Inspeksi
o Palpasi
Palpasi dilakukan pada daerah abdomen baik pada kuadran kanan atas dan
bawah maupun pada kuadran kiri atas dan bawah, pada saat dilakukan
palpasi sekitar 1-3 cm tidak terdapat nyeri maupun penegangan yang
o Perkusi
o Auskultasi
Setelah dilakukan auskutasi pada daerah lambung terdengar suara masa yang
kosong, dan tidak terdengar suara yang abnormal di sekitar abdomen
lainnya.
Sistem Pengkemihan
o Inspeksi
o Palpasi
Palpasi dilakukan pada daerah ginjal kanan dan kiri, dan tidak terjadi nyeri
tekan pada ginjal kanan maupun ginjal kiri.
o Perkusi
o Inspeksi
o Palpasi
Pada saat di lakukan palpasi pada daerah otot tidak teraba adanya edema
atupun nyeri tekan, pada daerah sendi pun tidak ada ligament yang
tergelincir diantara tonjolan tulang dan disepanjang tendon membentuk
fungsi ekstensi pada sendi biasanya.
o Perkusi
Sistem Persyarafan
o Nervus Olfaktorius
o Nervus Optikus
o Nervus Okulomotoris
Pergerakan bola mata baik, pasien dapat menggerakan bola matanya sesuai
perintah dan dapat mengangkat kelopak mata dengan spontan
o Nervus Troklearis
o Nervus Trigeminus
- Nervus Oftalmikus
Kulit kepala normal (bersih) tidak tampak adanya luka, kelopak mata atas
dapat membuka dengan spontan bila di berikan rangsangan atau perintah
- Nervus Maksilaris
Rahang atas dapat bergerak dengan baik dan tidak ada nyeri tekan ataupun
benjolan
- Nervus Mandibularis
Rahang bawah dapat bergerak dengan baik dan tidak ada nyeri tekan ataupun
benjolan.
o Nervus Abdusen
Mata dapat melihat dengan baik dan klien dapat melirikan bola matanya ke
kiri dan ke kanan dengan baik.
o Nervus Fasialis
o Nervus Auditorius
o Nervus Glosofaringius
Lidah klien memiliki rangsangan cita rasa yang baik dan klien memilki
peradangan pada peritonsil
o Nervus Vagus
o Nervus Asesorius
o Nervus Hipoglosus
Lidah memiliki cita rasa yang normal dan otot lidah dapat bergerak dengan
baik.
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan
Jenis
10 Nov 11 Nov 12 Nov Nilai Normal
Pemeriksaan
2011 2011 2011
Hemoglobin 11,1 9,3 10,0 12-13,5 gr/dl
Hematokrit 34 29 31 32-35 %
Trombosit 226.000 276.000 280.000 150.000-300.000
sel/mm3
Leukosit 11.000 11.500 8.600 5.000- 8.500 gr/dl
Eritrosit 3,51 3,77 3,79 4,5-5,5 jt/mm3
LED 32 30 28 < 10 mm/jam
2. Hasil Rontgen
Berdasarkan hasil Rontgen foto Thorak AP/PA, terdapat kesan yang menyatakan
bahwa “Terdapak bercak (+) apex dextra”.
g. Therapi/ Pengobatan
- Cefotaxime 3 x 700 mg
Obat Oral
- Paracetamol 3 x 250 mg
- Rifampisin 1 x 175 mg
- Pyrazinamid 3 x 200 mg
batuk-batuk disertai ↓
keluarnya dahak, dan Mekanisme pertahanan
sesak nafas. tubuh terhadap adanya
Data Objektif: mikoorganisme yaitu
- Berat badan 14
kg
3 Data Subjektif: Peningkatan frekuensi Keterbatasan
Data Objektif: ↓
- Suhu tubuh di ↓
atas normal Energi banyak di gunakan
0
yaitu 37,3 C untuk metabolisme
Kelemahan
Kebebasan beraktifitas
No.
Tgl Waktu Kegiatan Evaluasi TTD
Diagnosa
10- 07.20-07.40 M 1 S: Keluarga
November elakukan operan mengatakan
2011 07.40-08.20 dinas pengeluaran dahak
pasien berkurang.
M
O: -keadaan umum
engambil
sedang
sampel
pemeriksaan - kesadaran compos
08.20-09.00 laboratorium mentis
M 90/60 mmHg
M
emberikan
terapi injek dan
oral
M
emberikan
terapi injek dan
oral
Obat Injek
Cefotaxime 3 x
700 mg
Obat Oral
12.20-13.20
- Paracetamol 3
x 250 mg
- Isoniasid
3x140 mg
- Pyrazinamid 3
x 200 mg
Mengisi status
pasien
sampel mentis
M
emberikan
terapi injek dan
oral
Obat Injek
Cefotaxime 3 x
700 mg
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
5. Selalu gunakan teknik steril baik itu pada alat kesehatan, perawat dan
tindakan.
Demikian saran dari penyusun, semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb