Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan

oleh protozoa genus Plasmodium ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles

dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan pembesaran limpa.

Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut

maupun kronik yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit

dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala

demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.1,14

B. Epidemiologi

Malaria merupakan salah satu indikator target Pembangunan Milenium

(MDGs), dalam MDGs menargetkan penghentian penyebaran dan mengurangi

insidensi malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari indikator menurunnya angka

kesakitan dan kematian akibat malaria.2

WHO berkomitmen untuk meluncurkan gerakan intensifikasi pengendalian

malaria dengan kemitraan global, Roll Back Malaria Initiative (RBMI) pada

Oktober 1998. Sebagai bentuk operasional dari RBMI, di Indonesia upaya

pemberantasan malaria melalui kemitraan dengan seluruh komponen masyarakat

ini dikenal sebagai Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria),

dicanangkan oleh Menteri Kesehatan pada 8 April 2000 di Kupang, Nusa

Tenggara Timur. Lebih lanjut, Indonesia bertekad untuk melakukan eliminasi

3
malaria pada 2030, sesuai dengan Keputusan Menkes

No.293/Menkes/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi malaria di

Indonesia. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam upaya penanggulangan malaria,

diantaranya diagnosis malaria harus dikonfirmasi secara mikroskopis atau dengan

Uji Reaksi Cepat yang disebut Rapid Diagnostic Test (RDT); pengobatan

menggunakan Artemisinin Combination Therapy (ACT); pelatihan petugas

kesehatan dalam manajemen program malaria, tatalaksana kasus terkini, dan

pemeriksaan parasit malaria; penemuan aktif penderita; penatalaksanaan kasus

dan pengobatan; pengendalian vektor; Pos Malaria Desa (Posmaldes); serta

penyediaan sarana seperti mikroskop, RDT, bahan laboratorium, dan obat-obatan

(ACT).4

Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia dipantau dengan

menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API). API merupakan jumlah

kasus positif malaria per 1000 penduduk dalam satu tahun, Sejak tahun 2011 -

2015 API di Indonesia terus mengalami penurunan, hal ini menunjukkan

pengobatan kasus malaria di Indonesia sudah cukup baik. Berdasarkan API,

dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia bagian Timur masuk dalam

stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah di Kalimantan,

Sulawesi dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam stratifikasi rendah,

meskipun masih terdapat desa/fokus malaria tinggi.2,15

4
Gambar 2.2 API Malaria di Indonesia 2011-2015

Gambar 2.3 Annual Parasite Incidence (API) tahun 2015 menurut Provinsi.15

Berdasarkan data API tahun 2015 menyatakan bahwa terdapat 3 daerah provinsi

yang memiliki insidensi malaria tertinggi yaitu : Papua, Papua Barat, NTT. Sedangkan

Kalimantan selatan merupakan provinsi ke sembilan tertinggi setelah Sulawesi Utara

dengan presentasi 0.68 %.15

C. Etiologi

Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus

Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada

manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum,

Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan

5
oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusi

darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya. 16,17

Keempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit malaria

yang berbeda, yaitu:

1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika), merupakan jenis

penyakit malaria yang terberat atau paling ganas, kadar parasitemia paling tinggi.

Satu-satunya parasit malaria yang menimbulkan penyakit mikrovaskular., karena

dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria

otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll.1,15

2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana. Gejala demam berulang dengan interval bebas

demam 2 hari. Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 – 3 bulan. Relaps 50% dalam

beberapa minggu – 5 tahun setelah penyakit awal.1,15

3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria quartana, bersifat asimtomatis dalam waktu lama. Bila

terdapat demam, maka gejala demam berulang dengan interval bebas demam 3

hari1,15

4.Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya menifestasi klinis ringan,pola demam

seperti malaria vivaks. banyak di Afrika dan Pasifik Barat. Lebih ringan.

Seringkali sembuh tanpa pengobatan.1,15

6
5. Plasmodium Knowlesi

Penyebab penyakit malaria knowlesi. Gejala demam menyerupai plasmodium

falsiparum.1

Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium.

Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya campuran

P.Falciparum dengan P.Vivax atau P.Malariae. Infeksi campuran tiga jenis

sekaligus jarang sekali terjadi. Infeksi jenis ini biasanya terjadi di daerah yang

tinggi angka penularannya. Malaria yang disebabkan oleh P.Vivax dan P.Malariae

dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik. Malaria yang disebabkan oleh

spesies selain P.Falciparum jarang berakibat fatal, namun menurunkan kondisi

tubuh; lemah, menggigil dan demam yang biasanya berlangsung 10-14 hari.15,16

D. Siklus Hidup Plasmodium

Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidup, yaitu manusia dan

nyamuk anopheles betina.117

1. Siklus Pada Manusia


Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit

yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah

selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati

dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang

terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus

eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Pada P. vivax dan

P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon,

7
tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit

tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-

tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga

dapat menimbulkan relaps (kambuh).17,18

Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam

peredaran darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah,

parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30

merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya

eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi

sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer.

Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah

merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.17,18

2. Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina


Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung

gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan

pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian

menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding lambung nyamuk ookinet

akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan

bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.17,18

Tabel 2.1 Masa inkubasi Penyakit Malaria18


Plasmodium Masa Inkubasi (hari)
P. Palciparum 9-14 hari
P. Vivax 12-17 hari
P. Ovale 16-18 hari
P. Malariae 18-40 hari

8
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit

masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan

demam bervariasi, tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten

atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi

dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.17,18

9
Gambar 2.5 Siklus Hidup Plasmodium

E. Patofisiologi

Skizon darah yang pecah mengeluarkan bermacam-macam antigen, antigen

akan merangsang sel-sel macrofag, monosit dan limfosit yang mengeluarkan

berbagai macam sitokin, antara lain TNF(tumor necrosis factor). TNF akan

dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh

dan terjadi demam. Proses skizogoni pada ke empat plasmodium memerlukan

waktu berbeda-beda berdasarkan masa inkubasi masing-masing plasmodium.16,18

Pada keadaan akut maupun kronik P.Falciparum akan menginfeksi sel-sel

darah merah, sehingga sel darah yang terinfeksi maupun tidak terinfeksi akan

pecah yang akan bermenifestasi menjadi anemia. P.Vivax dan P.Ovale hanya

menginfeksi 2% sel darah merah muda dari seluruh sel darah merah. P. malariae

menginfeksi 1% sel darah merah tua dari seluruh jumlah sel darah merah.

Sehingga P.vivax, P.ovale, P.malariae hanya menyebabkan anemia dalam keadaan

kronis.Limpa merupakan organ retikuloendotelial dimana Plasmodium

dihancurkan oleh sel-sel magrofag dan limfosit. Penambahan sel-sel radang ini

akan menyebabkan limpa besar.18

Plasmodium falsiparum memiliki patogenesis yang khusus. Eritrosit yang

terinfeksi P.Falsiparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu tersebarnya

eritrosit yang berparasit ke pembuluh darah khususnya kapiler. Selain itu

permukaan pembuluh darah yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi

berbagai antigen Plasmodium falsiparum. Pada saat terjadi sitoadherensi, knob

tersebut akan berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler. Akibat dari proses ini

10
terjadilah obstruksi (penyumbatan) di pembuluh kapiler sehingga terjadi iskemia.

Terjadinya sumbatan ini juga didukung oleh proses terbentuknya ‘rosette’ yaitu

gerombolan sel darah merah yang berparasit dengan sel darah lainnya.16,17,18

F. Menifestasi Klinis

Gejala utama yang muncul yaitu demam. Demam yang terjadi diduga

berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon),

terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak

terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia

tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodik, anemia

dan splenomegali.5,14,19,20

Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:


1. Masa inkubasi
Masa inkubasi tergantung dari spesies parasit (terpendek untuk P.

falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada

pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara

infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya

transfuse darah yang mengandung stadium aseksual)5,14

2. Gejala prodromal

Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam,

berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan

otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin

di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale,

sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas.5,14

11
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym)

secara berurutan:

 Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, seluruh badan gemetar,

pucat sampai sianosis. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam

diikuti dengan meningkatnya temperatur.5,14,20

 Periode panas
Wajah terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap

tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi

meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah dan dapat terjadi

syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau

lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat5,14,20

 Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita

merasa capek dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan merasa sehat dan

dapat melakukan pekerjaan biasa.5,14,20

Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax,

sedangkan pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat

atau malah tidak ada. Diantara 2 periode demam terdapat periode tidak demam

yang berlangsung selama 12 jam pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria

vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria malariae. Perbedaan kurva suhu tubuh

12
penderita malaria fasciparum, malaria vivax, dan malaria malariae dapat dilihat

pada grafik gambar di bawah ini.5

Grafik 2.1 Kurva temperatur pada penderita malaria. 5

Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan

lebih sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi

setelah 3 hari dari serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan

hiperemis.5,14

13
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. pada

infeksi P. falciparum dapat meimbulkan malaria berat dengan komplikasi

umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO 2015

didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau

lebih komplikasi sebagai berikut:1

1. Perubahan Kesadaran GCS <11, Blantyre <3

2. Kelemahan Otot (tidak bisa duduk atau berjalan)

3. Kejang berulang lebih dari 2 episode dalam 24 jam

4. Distress pernafasan

5. Gagal sirkulasi atau syok, pengisian kapiler >3 detik , tekanan sistolik <80

mmHg (pada anak <70 mmHg

6. Jaundice (bilirubin>3mg/dl dan kepadatan parasit >100.000)

7. Hemoglobinuria

8. Perdarahan spontan abnormal

9. Edema paru(radiologi, saturasi O2 <92%)

Gambaran Laboratorium :

1. Hipoglikemia (gula darah>40 mg%)

2. Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L)

3. Anemia Berat (Hb<5gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis sedang-
rendah)

14
4. Hiperparasitemia (parasit >2% eritrosit atau 100.000 parasit/uL di daerah
endemis rendah atau >5% eritrosit atau 100.000 parasit/uL didaerah endemis
tinggi)

5. Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)

6. Hemoglobinuria

7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%).1

G. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pasti malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah

secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat (RDT-Rapid Diagnostik Test).18

1. Pemeriksaan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris pada penderita malaria adalah

mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi. Pemeriksaan darah

tebal dan tipis untuk menentukan 8,18:

1. Ada/tidaknya parasit malaria.

2. Spesies dan stadium Plasmodium

3. Kepadatan parasit :

A. Semi kuantitatif:

(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB

(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB

(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB

(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB

(++++) : ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB.18

15
B. Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal atau

sediaan darah tipis. Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan

hal-hal berikut :

1. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap

enam jam selama 3 hari berturut-turut

2. Bila hasil pemeriksaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak ditemukan

parasit maka diagnosa malaria disingkirkan.18

2. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan

menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik.Saat ini RDT

memiliki tingkat spesifitas dan sensitifitas hingga 95%.12,18

3. Tes serologi

Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria

atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat

sebagai alat diagnostic sebab antibodi baru terbentuk setelah beberapa hari

parasitemia. Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan tes >1:20 dinyatakan

positif.9,10,11,18

H. Diagnosis

Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti

16
infeksi malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik

atau tes diagnostic cepat.5,18

1. Anamnesis

 Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.

 Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu ke
daerah endemik malaria.

 Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.

 Riwayat sakit malaria.

 Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.

 Riwayat mendapat transfusi darah.1,5,16,18

Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat

ditemukan keadaan di bawah ini:

 Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.

 Keadaan umum yang lemah.

 Kejang-kejang.

 Panas sangat tinggi.

 Mata dan tubuh kuning.

 Perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna.

 Nafas cepat (sesak napas).

 Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.

17
 Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.

 Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.

 Telapak tangan sangat pucat.5,16,18

2. Pemeriksaan Fisik

 Demam (≥37,5oC)

 Kunjunctiva atau telapak tangan pucat

 Pembesaran limpa

 Pembesaran hati.1,5,16,18

Pada penderita tersangaka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis


sebagai berikut:

 Temperatur rektal ≥40oC.

 Nadi capat dan lemah.

 Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg pada
anak-anak.

 Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa atau >40 kali permenit
pada balita, dan >50 kali permenit pada anak dibawah 1 tahun.

 Penurunan kesadaran.

 Manifestasi perdarahan: ptekie, purpura, hematom.

 Tanda-tanda dehidrasi.

 Tanda-tanda anemia berat.

 Sklera mata kuning.

 Pembesaran limpa dan atau hepar.

18
 Gagal ginjal ditandai dengan oligouria sampai anuria.

 Gejala neurologik: kaku kuduk, refleks patologis positif.5,16,18

3. Pemeriksaan Laboratorium

a. Mikroskopik

b. Rapid Diagnostic Test)

c. Tes serologi.1,18

Pemeriksaan Penunjang untuk malaria berat :

a. Hemoglobin dan Hematokrit

b. Hitung jumlah leukosit dan trombosit

c. Kimia Darah

d. EKG

e. Thoraks Foto

f. Analisis cairan serebrospinal

g. Biakan darah dan uji serologi

h. Urinalisa18

19
Gambar 2.6 Alogaritma Penemuan Penderita Malaria 2017.1

I. Diagnosis Banding

Malaria tanpa komplikasi harus dapat dibedakan dengan penyakit infeksi

lain :

a. Demam Tifoid

b. Demam Dengue

c. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

d. Leptospirosis ringan

e. Infeksi Virus lainnya

Malaria berat atau malaria dengan komplikasi dapat di bedakan dengan :

20
a. Radang otak (meningitis/ensefalitis)

b. Stroke (gangguan serebrovasculer)

c. Tifoid enselopati

d. Hepatitis

e. Leptospirosis berat

f. Glomerulonefritis acute atau kronik

g. Sepsis

h. Demam berdarah dengue/Dengue shock syndrome.18

J. Tatalaksana

Pengobatan yang diberikan bersifat radikal untuk membunuh semua stadium

parasit yang ada didalam tubuh manusia. Obat anti malaria yang tersedia di

Indonesia antara lain klorokuin, sulfadoksin-pirimetamin, kina, primakuin, serta

derivate artemisin. Klorokuin merupakan obat antimalaria standar untuk

profilaksis, pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal malaria tanpa

komplikasi dalam program pemberantasan malaria, sulfadoksin-pirimetamin

digunakan untuk pengobatan radikal penderita malaria falciparum tanpa

komplikasi. Kina merupakan obat anti malaria pilihan untuk pengobatan radikal

malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu kina juga digunakan untuk

pengobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi. Primakuin digunakan

sebagai obat antimalaria pelengkap pada malaria klinis, pengobatan radikal dan

pengobatan malaria berat. Artemisin digunakan untuk pengobatan malaria tanpa

atau dengan komplikasi yang resisten multidrugs.21

21
Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria. Khusus di

Rumah Sakit, obat tersebut dapat digunakan dengan kombinasi obat antimalaria

lain, untuk mengobati penderita resisten multidrugs. Obat antibiotika yang sudah

diujicoba sebagai profilaksis dan pengobatan malaria diantaranya adalah derivate

tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksazol-trimetoprim dan

siprofloksasin. Obat-obat tersebut digunakan bersama obat anti malaria yang

bekerja cepat dan menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina.21

Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian ACT.

Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah

resistensi.1

22
Gambar 2.7 Alogaritma Tatalaksana Penderita Malaria 2017. 1

1. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi

a) Pengobatan malaria falciparum dan Vivax

Pengobatan malaria falsiparum dan vivax saat ini dengan ACT ditambah

dengan Primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria

vivax primaquin pada malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja

dengan dosis 0.25 mg/kgbb, dan untuk malaria vivaks diberikan selama 14 hari

23
dengan dosis 0.25 mg/kgbb . Primaquin tidak boleh diberikan pada bayi usia <6

bulan.1

Pengobatan : Dehidroartemisin-Piperaquin(DHP) +Primaquin 1

Apabila pemberian dosis tidak memungkinkan berdasarkan berat badan

penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur. Dosis

makasimal penderita dewasa yan dapat diberikan untuk artesunat dan amodiakuin

masing-masing 4 tablet, 3 tablet untuk primakuin.1,18

Tabel 2.2 Pengobatan Malaria Falciparum.1

Hari Jenis Obat Jumlah Tablet perhari menurut Berat Badan

<4 4-6 >6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 ≥60


kg

0-1 2-5 <6-11 1-4th 5-9th 10-14th ≥15th ≥15th


bln

1-3 DHP 1/2 1/2 1/2 1 1 1/2 2 3 4

1 Primaquin - - 1/4 1/4 1/2 2/4 1 1


Apabila terdapat ketidaksesuaian antara umur dan berat badan pada tabel pengobatan.
Maka dosis yang dipakai berdasarkan berat badan

24
Tabel 2.3 Pengobatan Malaria Vivax.1

Hari Jenis Obat Jumlah Tablet perhari menurut Berat Badan

<4 4-6 >6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 ≥60


kg

0-1 2-5 <6-11 1-4th 5-9th 10-14th ≥15th ≥15th


bln

1-3 DHP 1/2 1/2 1/2 1 1 1/2 2 3 4

1- Primaquin - - 1/4 1/4 1/2 2/4 1 1


14
Apabila terdapat ketidaksesuaian antara umur dan berat badan pada tabel pengobatan.
Maka dosis yang dipakai berdasarkan berat badan

b) Pengobatan malaria Vivax yang relaps

Pengobatan kasus malaria vivax relaps (kambuh) diberikan dengan


regimen ACT yang sama tetapi dosis primaquin ditingkatkan menjadi 0.5
mg/kgbb/hari.1

b) Pengobatan malaria Ovale

Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP +


Regimen primaquin selama 14hari. Dosis sesuai dengan malaria vivaks.1

d) Pengobatan malaria Malaria Malariae

Pengobatan P.Malariae cukup diberikan ACT 1kali perhari selama 3 hari


dengan dosis sesuai dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan
primaquin.1

e) Pengobatan infeksi campuran P.falsiparum + P.Vivax/P.ovale

Pada penderita dengan infeksi campuran diberikan ACT selama 3 hari


serta primaquin dengan dosis 0.25mg/kgbb/hari selama 14hari.1

25
Tabel 2.4 Pengobatan Malaria Campuran.1

Hari Jenis Obat Jumlah Tablet perhari menurut Berat Badan

<4 4-6 >6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 ≥60


kg

0-1 2-5 <6-11 1-4th 5-9th 10-14th ≥15th ≥15th


bln

1-3 DHP 1/2 1/2 1/2 1 1 1/2 2 3 4

1- Primaquin - - 1/4 1/4 1/2 2/4 1 1


14
Apabila terdapat ketidaksesuaian antara umur dan berat badan pada tabel pengobatan.
Maka dosis yang dipakai berdasarkan berat badan

f) Pengobatan malaria pada Ibu Hamil

Pada Prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil, sama dengan


pengobatan pada orang dewasa lainnya. Pada ibu hamil tidak diberikan
primaquin.1

Tabel 2.5 Pengobatan Malaria Falsiparum dan Malaria Vivax Pada Ibu Hamil.1

Umur Kehamilan Pengobatan

Trimester I-III (0-9bulan) ACT Tablet selama 3 hari

2. Pengobatan Malaria Berat

Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit atau


Puskesmas Perawatan.

26
Gambar 2.7 Penatalaksanaan Malaria Berat di Pelayanan Primer dan Sekunder. 1

A. Pengobatan Malaria Berat di Puskesmas atau Klinik non Perawatan

Jika tidak ada fasilitas rawat inap, pasien harus dirujuk ke fasilitas lebih
lengkap. Sebelum dirujuk diberikan Artesunat im (dosis 2.4 mg/kgbb).1

B. Pengobatan Malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan atau Rumah


sakit

Artesunat intravena merupakan pilihan utama, jika tidak tersedia dapat


diberikan Kina Drip.1

Cara Pemberian Artesunate

Artesunat diberikan loading dose secara bolus 2.4mg/kgbb per intravena sebanyak

3 kali pada jam ke-0,12,24. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgbb setiap 24 jam

sampai penderita mampu minum obat.1,18

27
Cara Pemberian Kina drip

1. Loading dose : 20mg/kgbb dilarutkan dalam 500 ml dextrose 5% atau Nacl

0.9% diberikan 4 jam pertama

2. 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau Nacl 0.9%

3. 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10mg/kgbb dalam larutan

500 cc D5 atau Nacl

4. 4 jam selanjutnya hanya diberikan D5 atau Nacl 0.9%

5. Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti diatas, sampai penderita mampu

minum obat peroral.

6. Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan kina tablet

peroral dengan dosis 10mg/kgbb perkali setiap 8 jam.1

28
Gambar 2.8 Penatalaksanaan Malaria Berat di RS Rujukan

C. Pengobatan Malaria berat pada ibu hamil

Pengobatan malaria berat pada ibu hamil dilakukan dengan memberikan

artesunate injeksi atau kina HCL drip intravena.1

3. Kemoprofilaksis

Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi risiko malaria sehingga jika

terinfeksi malaria maka gejala klinis yang muncul tidak terlalu berat.

29
Kemoprofilaksis ini ditujukkan untuk orang yang berpergian ke daerah endemis

malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama. Untuk kelompok atau individu yang

akan berpergian ke daerah endemis malaria dalam waktu lama dalam waktu lama

sebaiknya penggunakan personal protection seperti pemakaian kelambu, kawat

kasa, dll. Oleh karena Plasmodium Falsiparum merupakan spesies yang

virulensinya paling tinggi maka kemoprofilaksis terutama ditujukkan pada infeksi

spesies ini. Doksisiklin merupakan pilihan untuk kemoprofilaksis malaria.

Doksisiklin diminum satu hari sebelum keberangkatan dengan dosis 2ml/kgbb

setiap hari selama tidak lebih dari 12 minggu. Doksisiklin tidak boleh diberikan

pada anak-anak atau ibu hamil.22

K. Prognosis

1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis

serta pengobatan.

2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan

pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan meningkat sampai

50%.

3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik

daripada gangguan 2 atau lebih fungsi organ.

 Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%.

 Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah 75%.

 Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:

30
 Kepadatan parasit <100.000/µL, maka mortalitas <1%.

 Kepadatan parasit >100.000/µL, maka mortalitas >1%.

 Kepadatan parasit >500.000/µL, maka mortalitas >5%.18

31

Anda mungkin juga menyukai