Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik resusitasi bayi baru lahir mengalami perkembangan yang pesat dalam
40tahun terakhir. Secara teoritis, fasilitas dan tenaga ahli resusitasi harus tersedia
di tempat kelahiran bayi, baik di rumah sakit maupun di rumah. Resusitasi bayi
baru lahir harus mengikuti pendekatan yang sistematis. Resusitasi dasar dilakukan
dan diteruskan dengan resusitasi lanjutan hanya apabila bayi tidak membaik.
Waktu adalah hal yang paling penting. Keterlambatan resusitasi akan
membahayakan bayi. Bertindaklah dengan cepat, akurat dan lembut. Tindakan
dianjurkan untuk setiap situasi spesifik. Setelah tindakan dilakukan, evaluasi ulang
harus dilakukan dan tindakan selanjutnya dikerjakan sampai situasi stabil tercapai.
Hal ini merupakan prinsip resusitasi yang sederhana dan sering diabaikan.
Tiga parameter kunci yang perlu dievaluasi adalah frekuensi jantung, aktifitas
pernapasan dan warna kulit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas dan sesuai dengan judul makalah
resusitasi, maka dalam hal ini rumusan masalah
1. Apa pengertian dari resusitasi ?
2. Apa tujuan dari resusitasi ?
3. Apa faktor faktor yang mempengaruhi resusitasi ?
4. Pada saat kapan tanda tanda resusitasi perlu dilakukan ?
5. Bagaimana rumus resusitasi ?
6. Bagaimana resusitasi jantung pada ibu hamil ?
7. Bagaimana tindakan resusitasi setelah persalinan ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Resusitasi
B. Tujuan Resusitasi
3
Tujuan Resusitasi:
1. Memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
2. Untuk oksigenasi darurat
3. Mempertahankan jalan nafas yang bersih
4. Membantu pernapasan
5. Membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasi spontan
6. Untuk melindungi otak secara manual dari kekurangan O2
4
pentingnya kemampuan tata laksana karena peningkatan hasil akhir pasca henti
pernafasan dihubungkan dengan kecepatan dilakukannya resusitasi jantung paru.
Resusitasi akan berhasil apabila dilakukan segera setelah kejadian henti jantung
atau henti nafas pada saat kerusakan otak yang menetap (irreversible) belum
terjadi. Kerusakan otak yang menetap akan terjadi apabila kekurangan O2 dalam
darah tidak segera dikoreksi atau apabila sirkulasi terhenti lebih dari 3 – 5 menit
(Tjokronegoro, 1998).
Keberhasilan resusitasi tergantung kepada :
1. Keadaan miokardium
2. Penyebab terjadinya henti jantung
3. Kecepatan dan ketepatan tindakan
4. Mempertahankan penderita di perjalanan ke rumah sakit
5. Perawatan khusus di rumah sakit
6. Umur (tetapi tidak terlalu menentukan)
1. Pernafasan
5
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi
tidak teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang
termudah dan cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali
pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi
denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan
10 =frekuensi denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian:
c. Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau
bisa sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya
kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan.
Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena
peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang
dingin.
3. sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah
yang jatuh
ke posterior.
6
E. Rumus ABC Resusitasi
Pada Keadaan normal, oksigen diperoleh dengan bernapas dan diedarkan dalam
aliran darah ke seluruh tubuh. Bila proses pernapasan dan peredaran darah gagal,
diperlukan tindakan resusitasi untuk memberikan oksigen ke tubuh. Tindakan ini
didasarkan pada 3 pemeriksaan yang disebut langkah-langkah ABC resusitasi:
Airway (saluran napas), Breathing (bernafas), dan Circulation (peredaran darah).
Untuk orang yang tidak sadar, ikuti urutan ABC sebelum memberikan pertolongan
lain Buka saluran napas, usahakan agar si pasien bernafas, dan periksa kelancaran
peredaran darahnya dari denyut nadi atau petunjuk lain seperti kewajaran warna
kulitnya. Bila pasien tidak bernafas, segera berikan pernapasan bantuan untuk
meniupkan oksigen ke tubuhnya. Bila tidak ada denyut atau tanda peredaran darah
lalin, segeralah lakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation; resusitasi jantung-
paru)
1. Airways
Untuk membuka saluran napas, letakkan satu tangan di dahi pasien, dan dua jari
tangan di bawah dagunya. Dengan lembut dongakkan kepalanya dengan menekan
dahi sambil sedikit mendorong dagu pasien.
2. Breathing
Memeriksa ada tidaknya napas, dengarkan bunyi napasnya atau rasai dengan pipi
anda sampai 10 detik. Bila tak ada tanda bernafas, mulailah pernapasan buatan.
3. Circulation
Untuk memeriksa peredaran darah, raba denyut nadi dengan dua jari selama 10
detik. Untuk bayi rabalah denyut brakhial di bagian dalam lengan. Untuk orang
dewasa atau anak-anak, raba denyut karotid di leher di rongga antara
trakhea(saluran udara)dengan otot besar leher. Periksa tanda-tanda lain peredaran
7
darah, misalnya kewajaran warna kulitnya. Bila tak ada tanda-tanda peredaran
darah, segera lakukan CPR. Pada Asuhan Kebidanan ada resusitasi jantung paru
pada ibu hamil , Bayi Baru Lahir (BBL),serta anak yang membutuhkan
pertolongan
c. Khusus untuk ibu dengan usia kehamilan >20 minggu (uterus di atas
umbilikus), miringkan ibu dalam posisi berbaring ke sisi kiri dengan sudut
15-30° atau bila tidak memungkinkan, dorong uterus ke sisi kiri (lihat
gambar berikut).
8
d. Bebaskan jalan napas. Tengadahkan kepala ibu ke belakang (head
tilt) dan angkat dagu (chin lift). Bersihkan benda asing di jalan napas.
e. Bila ada sumbatan benda padat di jalan napas, sapu keluar dengan
jari atau lakukan dorongan pada dada di bagian tengah sternum (chest thrust).
Hindari menekan prosesus xifoideus!
Chest thrust
g. Jika ibu tidak bernapas atau bernapas tidak normal, periksa pulsasi arteri
karotis dengan cepat (tidak lebih dari 10 detik).
h. Bila nadi teraba namun ibu tidak bernapas atau megap-megap (gasping),
berikan bantuan napas (ventilasi) menggunakan balon-sungkup atau melalui
mulut ke mulut dengan menggunakan alas (seperti kain, kasa) sebanyak satu
kali setiap 5-6 detik. Pastikan volume napas buatan cukup sehingga
pengembangan dada terlihat. Cek nadi arteri karotis tiap 2 menit.
9
Bantuan Napas dengan Balon dan Masker
Kompresi Dada
1) Tim yang lebih terlatih untuk menangani henti nafas dan henti jantung
telah datang dan mengambil alih tindakan, ATAU
10
a) Ibu menunjukkan tanda-tanda kembalinya kesadaran, misalnya batuk,
membuka mata, berbicara atau bergerak secara sadar DAN mulai bernapas normal.
Pada keadaan tersebut, lanjutkan tatalaksana dengan Berikan oksigen
k. Setelah masalah jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi teratasi, pikirkan dan
evaluasi kemungkinan penyebab hilangnya kesadaran ibu, di antaranya:
2) penyakit tromboemboli
3) penyakit jantung
4) sepsis
6) eklampsia
7) perdarahan intrakranial
8) anafilaktik
Resusitasi pada bayi baru lahir ( BBL ) bertujuan untuk memulihkan fungsi
pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya
tanpa gejala sisa di kemudian hari. Kondisi ini merupakan dilema bagi penolong
tunggal persalinan karena disamping menangani ibu bersalin, ia juga harus
menyelamatkan bayi yang mengalami asfiksia.
a. Definisi Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan
b. Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut
menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada
bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
12
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
c. Faktor Bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
c. Kejang
13
d. Penurunan kesadaran
c. Pemeriksaan Fisik
Untuk menilai bayi segera setelah lahir, dapat dinyatakan sehat atau tidak, maka
dilakukan pemeriksaan nilai APGAR. Nilai APGAR akan membantu dalam
menentukan tingkat keseriusan dari depresi bayi baru lahir yang terjadi serta
langkah segera yang harus diambil. Jumlah nilai seluruhnya didapat dengan jalan
mengevaluasi kelima tanda, yaitu:
14
stimulasi
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan
dapat diulangi jika skor masih rendah.
15
d. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir (BBL)
a. Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemunginan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayinya dan persiapan
persalinan.
1) 2 helai kain/handuk
16
2) Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan
untuk mengatur posisi kepala bayi.
3) Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet
4) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal
5) Kotak alat resusitasi.
6) Jam atau pencatat waktu
a. Tahap Awal
1) Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk
memulai bernapas.
2) Minta keluarga mendampingi ibu (memberi dukungan moral, menjaga
dan melaporkan kepada penolong apabila terjadi perdarahan).
Lakukan langkah awal bila bayi tidak cukup bulan dan atau bayi tidak
bernafas atau bernafas megap-megap, dan atau tonus otot tidak baik.
Langkah awal perlu dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik). langkah
awal yang perlu dilakukan dalam waktu 30 detik adalah :
a) Jaga bayi tetap hangat:
(1) Letakkan bayi diatas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum
(2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
(3) Pindah bayi keatas kain ditempat resusitasi
(4) Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas
b) Atur posisi bayi
(1) Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong
(2) Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi
c) Hisap lendir
17
Gunakan alat penghisap lendir delee dengan cara sebagai berikut :
(1) Hisap lendir mulai dari mulut dulu kemudian dari hidung
(2) Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar. Tidak pada waktu
memasukkan
(3) Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm ke
dalam mulut atau lebih dari 3 cm kedalam hidung) hal itu akan
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba
berhenti nafas.
d) Keringkan dan rangsang bayi
(1) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit bantuan. Rangsangan ini dapat membantu bayi baru lahir mulai
bernafas atau tetap bernafas.
(2) Lakukan rangsangan taktil dengan cara : menepuk atau menyentuh telapak
kaki kemudian menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan
telapak tangan penolong.
e) Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
(1) Ganti kain yang telah basah dengan kain dibawahnya
(2) Bungkus bayi dengan kain tersebut jangan menutupi muka dan dada agar
bisa memantau pernafasan bayi.
(3) Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi
f) Lakukan penilaian bayi
(1) Bila bayi bernafas normal, berikan bayi kepada ibunya kemudian letakkan
bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya untuk penghangatan dengan cara
kontak kulit bayi ke kulit ibu lalu anjurkan ibu untuk menyusui bayi sambil
membelai.
(2) Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap mulai lakukan ventilasi bayi.
18
b. Tahap ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan untuk memasukkan sejumlah volume
udara kedalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru
agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur. Langkah-langkah ventilasi :
1) Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung bayi
sehingga tidak ada kemungkinan udara bocor.
2) Ventilasi 2 kali
a) Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa
mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.
b) Lihat apakah dada bayi mengembang
Bila tidak mengembang periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah ekstensi
kemudian periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
Setelah itu periksa cairan atau lendir dimulut bila ada lendir atau cairan
lakukan penghisapan. Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm
air(ulangan), bila dada mengembang, lakukan tahapan berikutnya.
3) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
a) Lakukan tiupan 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
b) Pastikan dada mengembang, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang
nafas
4) Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian
a) Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi
dengan seksama.
b) Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap, teruskan ventilasi 20 kali
dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian setiap 30 detik.
19
c) Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas spontan setelah 2 menit
diventilasi.
d) Bila bayi tidak bisa dirujuk, hentikan tindakan resusitasi jika setelah 20
menit upayah ventilasi yidak berhasil.
a. Definisi Mekonium
Mekonium merupakan tinja pertama dari BBL. Mekonium kental pekat dan
berwarna hijau tua atau kehitaman. Biasanya BBL mengeluarkan mekonium
pertama kali pada 12-24 jam pertama. Kira-kira pada 15% kasus, mekonium
dikeluarkan bersamaan dengan cairan ketuban beberapa saat sebelum
persalinan. Hal ini menyebabkan warna kehijauan pada cairan ketuban.
Mekonium jarang dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan. Bila
mekonium terlihat sebelum persalinan bayi dengan presentasi kepala,
lakukan pemantauan ketat karena hal ini merupakan tanda bahaya.
b. Penyebab Janin Mengeluarkan Mekonium Sebelum Persalinan
Tidak selalu jelas mengapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan.
Kadang-kadang hal ini terkait dengan kurangnya pasokan oksigen
(hipoksia). Hipoksia kan meningkatkan peristaltik usus dan relaksasi sfingter
ani sehingga isi rektum (mekoneum) diekskresikan. Bayi-bayi dengan risiko
tinggi gawat janin (misal; Kecil untuk Masa Kehamilan/KMK atau Hamil
Lewat Waktu) ternyata air ketubannya lebih banyak tercampur oleh
mekonium (warna kehijauan) dibandingkan dengan air ketuban pada
kehamilan normal.
c. Risiko Air Ketuban Bercampur Mekonium
Hipoksia dapat menimbulkan refleks respirasi bayi di dalam rahim sehingga
mekonium yang tercampur dalam air ketuban dapat terdeposit di jaringan
20
paru bayi. Mekonium dapat juga masuk ke paru jika bayi tersedak saat lahir.
Masuknya mekonium ke jaringan paru bayi dapat menyebabkan pneumonia
dan mungkin kematian.
g. Asuhan Pascaresusitasi
21
a) Anjurkan ibu menyusui sambil memperhatikan dan membelai bayinya
b) Beri vitamin K antibiotik salep mata imunisasi hepatitis B
3) Lakuakan pemantauan terhadap bayi
a) Tanda-tanda kesulitan bernafaspada bayi, seperti nafas megap-megap
frekuensi nafas < 30 kali per menit atau > 60 kali per menit, bayi kebiruan
atau pucat, bayi lemas.
4) Jagalah bayi agar tetap hangat dan kering.
22
c) Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang kondisi
bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga ibu baru melahirkan bayi
yang sedang dirujuk.
d) Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama
perjalan ke tempat rujukan.
2) Asuhan bayi baru lahir yang dirujuk
a) Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu
tubuh) dan catatan medik.
b) Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup kepala bayi dan bayi
dalam posisi “Metode Kangguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi
dalam satu selimut.
c) Lindungi bayi dari sinar matahari.
d) Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera kepada
bayinya, kecuali pada keadaan gangguan napas, dan kontraindikasi lainnya
3) Asuhan lanjutan
Merencanakan asuhan lanjutan sesudah bayi pulang dari tempat rujukkan
akan sangat membantu pelaksanaan asuhan yang diperlukan oleh ibu dan
bayinya sehingga apabila kemudian timbul masalah maka hal tersebut dapat
dikenali sejak dini dan kesehatan bayi tetap terjaga.
c. Resusitasi tidak berhasil
Bila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan resusitasi dilakukan
maka hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan
yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan
keluarga memerlukan dukungan moral yang adekuat Secara hati-hati dan
bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan musibah
yang terjadi serta berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.
1) Dukungan moral
23
Bicaralah dengan ibu dan keluarganya bahwa tindakan resusitasi dan
rencana rujukan yang telah didiskusikan sebelumnya ternyata belum
memberi hasil seperti yang diharapkan. Minta mereka untuk tidak larut
dalam kesedihan, seluruh kemampuan dan upaya dari penolong (dan fasilitas
rujukan) telah diberikan dan hasil yang buruk juga sangat disesalkan
bersama, minta agar ibu dan keluarga untuk tabah dan memikirkan
pemulihan kondisi ibu. Berikan jawaban yang memuaskan terhadap setiap
pertanyaan yang diajukan ibu dan keluarganya. Minta keluarga ikut
membantu pemberian asuhan lanjutan bagi ibu dengan memperhatikan nilai
budaya dan kebiasaan setempat. Tunjukkan kepedulian atas kebutuhan
mereka. Bicarakan apa yang selanjutnya dapat dilakukan terhadap bayi yang
telah meninggal.
Ibu mungkin merasa sedih atau bahkan menangis. Perubahan hormon saat
pascapersalinan dapat menyebabkan perasaan ibu menjadi sangat sensitif,
terutama jika bayinya meninggal. Bila ibu ingin mengungkapkan
perasaannya, minta ia berbicara dengan orang paling dekat atau penolong.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya bahwa ibu perlu beristirahat, dukungan
moral dan makanan bergizi. Sebaiknya ibu tidak mulai bekerja kembali
dalam waktu dekat.
2) Asuhan lanjutan bagi ibu
Payudara ibu akan mengalami pembengkakan dalam 2-3 hari. Mungkin juga
timbul rasa demam selama 1 atau 2 hari. Ibu dapat mengatasi pembengkakan
payudara dengan cara sebagai berikut:
a) Gunakan BH yang ketat atau balut payudara dengan sedikit tekanan
menggunakan selendang /kemben/kain sehingga ASI tidak keluar.
b) Jangan memerah ASI atau merangsang payudara.
3) Asuhan tindak lanjut: kunjungan ibu nifas.
24
Anjurkan ibu untuk kontrol nifas dan ikut KB secepatnya (dalam waktu 2
minggu). Ovulasi bisa cepat kembali terjadi karena ibu tidak menyusukan
bayi. Banyak ibu yang tidak menyusui akan mengalami ovulasi kembali
setelah 3 minggu pasca persalinan. Bila mungkin, lakukan asuhan
pascapersalinan di rumah ibu.
4) Asuhan tindak lanjut pascaresusitasi
Sesudah resusitasi, bayi masih perlu asuhan lanjut yang diberikan melalui
kunjungan rumah. Tujuan asuhan lanjut adalah untuk memantau kondisi
kesehatan bayi setelah tindakan resusitasi.
Kunjungan rumah (kunjungan neonatus 0 – 7 hari) dilakukan sehari setelah
bayi lahir. Gunakan algoritma Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
untuk melakukan penilaian, membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan
pengobatan serta tindak lanjut. Catat seluruh langkah ke dalam formulir tata
laksana bayi muda 1 hari – 2 bulan.
a) Bila pada kunjungan rumah (hari ke 1) ternyata bayi termasuk dalam
klasifikasi merah maka bayi harus segera dirujuk.
b) Bila termasuk klasifikasi kuning, bayi harus dikunjungi kembali pada
hari ke 2.
c) Bila termasuk klasifikasi hijau, berikan nasihat untuk perawatan bayi
baru lahir di rumah.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
26