Selama mengikuti kegiatan lkmm di Cuban Talun ini, kita semua pasti memiliki pesan
dan kesan tersendiri. Apapun yang kita lakukan kita kerjakan kita di suruh pasti semua ada
alasannya, tetapi kita tidak luput dari yang namanya omelan atau ocehan dari kakak kakak
senior.
Kesan :
Selama mengikuti lkmm ini menambah pengalaman bagi saya dan juga teman teman
pastinya, mulai dari awal kita datang di marah-marahin, mengikuti kegiatan dengan penuh
suka dan duka, dengan ketakutan amarah dari kakak kakak panitiahingga acara selesai,
tetapi pada akhirnya kita semua senang dengan aanya lkmm ini, kita di ajarkan
kepemimpinan, kekompakan dll.
Pesan :
Pesan saya semoga tahun depan lkmm tetap diadakan dan lebih seru daripada tahun
ini.
Prinsip perkembangan:
- Tradisional masyarakat agraris
- Pertumbuhan ekonomi masyarakat industri
- Penerapan pengetahuan dalam teknologi masyarakat informasi
B.Masyarakat Industri
2. Secara Khusus
Pertama
Mereka dalam menyambung kehidupan tidak melewati lahan pertanian seperti
masyarakat agraris atau mengandalkan hasil peternakan, seperti masyarakat padang pasir,
melainkan pada jalannya mesin-mesin pabrik, khususnya di daerah perkotaan, sedangkan
pertanian dikerjakan di daerah pedesaan dalam lokalisasi yang sangat kecil, karena dengan
hasil ilmu pengetahuan dan teknologi mampu menciptakan panen yang cukup besar, di
Amerika Serikat lokalisasi pertanian hanya 5% saja, sudah mampu memberikan kehidupan
pada masyarakat lain yang bekerja di luar sektor pertanian.
Ketergantungan masyarakat industri terhadap pabrik, sama halnya bergantung dengan
penguasa pabrik, tidak jarang dijumpai penguasa pabrik bersikap tidak etis atau tidak
manusiawi terhadap pekerja diantaranya melarang beribadah, membuka aurat, memaksa
ikut upacara agamanya, bila tidak bersedia akan dikeluarkan. Mereka yang tidak tahan
menghadapi kesulitan hidup mudah melepaskan kepercayaan agamanya. Berbeda dengan
masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan tanah pertanian, tanah tersebut tidak
mampu memaksakan orang berlaku dholim.
Kedua
Potensi-potensi kehidupan terdapat pada sarana-sarana yang dapat menunjang
perkembangan pabrik diantaranya ialah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
gedung misalnya pengetahuan arsitek atau sipil, yang berhubungan dengan pengaturan
personalnya terdapat pada pengetahuan personalia atau manajemen untuk pengembangan
produksi terdapat pada manajemen pemasaran, akuntansi untuk kegiatan administrasinya
dan masih banyak lagi pengetahuan untuk bekal hidup pada Masyarakat Industri.
Pengetahuan yang tidak berhubungan langsung untuk menunjang produksi kurang
mendapatkan perhatian, misalkan pengetahuan keguruan, lebih dijauhkan lagi apabila
bidangnya tidak berhubungan dengan produksi, misalkan bidang keagamaan, sejarah,
bahasa, atau filsafat. Secara alamiah akan terjadi klas ilmu pengetahuan, pengetahuan
teknik perusahaan lebih dominan daripada pengetahuan sosial. Akibatnya mereka akan
cepat mendapatkan kemajuan material akan tetapi sangat ketinggalan terhadap
permasalahan nilai-nilai kemanusiaan, kehidupan dan ketuhanan.
Ketiga
Kecintaan masyarakat industri terhadap kebahagiaan material sangat besar
dibandingkan dengan kebahagiaan immaterial, sebagaimana kebahagiaan masyarakat
agraris, yang lebih menekankan pada kerukunan, kasih sayang dan saling menghormati. Hal
itu dapat dimaklumi karena bentuk-bentuk kebahagiaan material pada masyarakat industri
kuantitas dan kualitasnya sangat banyak, variatif dan selalu mengalami perubahan, berkat
dukungan kemajuan pengetahuan teknologi. Mereka lebih baik mengorbankan kebahagiaan
immaterial yang ruang lingkupnya lebih kecil, demi kebahagiaan material. Sehingga
masyarakat industri banyak mengalami gangguan psikis, rasa ketegangan, persaingan,
ketakutan terhadap ketertinggalan dan konflik, perjudian, wanita dan minuman keras sering
dijadikan tempat hiburan untuk menghilangkan ketegangan.
para pengelola industri akan menciptakan aturan-aturan yang berlaku sesuai tuntutan dalam
dunia industri yang jauh berbeda dengan aturan masyarakat agraris.
aktivitas yang dilakukan masyarakat industri pun berbeda dengan masyarakat agraris. Mereka
cenderung lebih menghargai waktu, hidup serba cepat, jam kerja mereka lebih jelas, kerja
tersistematisasi, persaingan ketat di berbagai aspek, dan sebagainya.
mereka juga cenderung lebih menggunakan rasio dalam memutuskan sesuatu ataupun
bertindak.
Perubahan sosial sangat nampak dengan nyata, karena kota-kota biasanya terbuka dalam
menerima pengaruh dari luar.
Mata Pencaharian
Menurut Drs. Thayeb M. Gobel (pendiri Gobel Group) (Alm.) dan Mr. Konosuke
Matsushita (pendiri Matsushita Electric Industrial co.,ltd - jepang) (Alm.), kemajuan
masyarakat industri di Indonesia, tidak mungkin lepas dari daya kreativitas dan inovasi
pelaku industri masyarakat pengguna produk industri. Karena itu, daya kreativitas dan
inovasi yang menjadi sumber mata air kemajuan dan perkembangan masyarakat industri di
Indonesia.
Dalam masyarakat industri biasanya terdapat spesialisasi pekerjaan. Terbentuknya
spesialisasi pekerjaan tersebut disebabkan oleh semakin kompleks dan rumitnya bidang-
bidang pekerjaan dalam masyarakat industri. Proses perubahan yang terjadi dalam
diferensiasi pekerjaan ini mengakibatkan terjadinya hierarki prestise dan penghasilan yang
kemudian menimbulkan adanya stratifikasi dalam masyarakat yang biasanya berbentuk
piramida. Stratifikasi sosial inilah yang menentukan strata anggota masyarakat yang
ditentukan berdasarkan sikap dan karakteristik masing-masing anggota kelompok.
Di wilayah Industri sudah banyak tedapat industri. Ini menyebabkan mata
pencaharian masyarakat setempat sebagai karyawan atau buruh pabrik. Hal ini disebabkan
lahan pertanian sekitar desa industri telah menjadi lahan industri, menjadikan kebanyakan
warga menjadikan mata pencaharian utama adalah sebagai karyawan pabrik atau sebagai
buruh. Selain itu akibat wilayah mereka menjadi industri, menyebabkan dari masyarakat
menjadi pedagang, baik kecil maupun menengah.
Dalam masyarakat Industri, mata pencaharian masyarakatnya secara umum
dapat diklasifikasikan sebagai pengolah dan pembuat barang-barang industri. Bercocok
tanam tidak lagi menjadi pekerjaan tetap mereka,karena lahan- lahan pertanian telah
berubah fungsi menjadi home industri dan pabrik pabrik. Perlu digarisbawahi bahwa
perubahan mata pencaharian tadi, juga sangat berpengaruh pada kemajuan perdagangan.
Sehingga berdagang juga merupakan salah satu ciri mata pencaharian masyarakat industri.
C.Masyarakat Agraris
Sebagian besar penduduk Indonesia masih bekerja dalam sector pertanian termasuk
peternakan dan perikanan. Menurut statistic sensus pertanian 1963, Indonesia memiliki
41.000 komunitas desa, 21.000 di Jawa. Dari komunitas itu dapat dibagi kedalam dua
golongan berdasarkan teknologi usaha taninya. a) Desa- desa yang berdasarkan cocok
tanam di lading, dan b) Desa- desa yang berdasarkan cocok tanam di sawah.
Adapun desa-desa golonngan pertama dapat di temui di pulau Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian dengan perkecualian beberapa daerah di Minahasa.
Desa-desa yang termasuk golongan kedua terutama terletak di Jawa, Madura, Bali dan
Lombok.
Teknologi bercocok tanam di lading memerlukan tanah yang luas. Biasanya para
petani dahulu hidup berpindah-pindah, karena mencari lahan yang baru untuk di tanam,
namun sekarang petani menetap karena teknologi pertanian yang maju untuk menyuburkan
tanah seperti pupuk, adapun cara bercocok tanam dahulu juga berbeda dengan sekarang
misalnya dulu hanya mengandalkan hujan namun sekarang bias dibuat sumur atau
bendungan persediaan air.
Dengan alasan itulah penulis ingin mencoba memahami pengertian serta hal-hal
yang berkaitan tentang kebudayaan masyarakat agraris. Adapun isi dari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Maka dari itulah perlunya kritik dan saran yang bersifat membangun
demi menyempurnakan pembelajaran ini.
Berbicara tentang masalah primitif, maka kita akan berbicara tentang kehidupan
masyarakat desa. Begitu pula, kehidupan desa selalu dikaitkan dengan kehidupan agraris,
yaitu kelompok masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian di bidang pertanian. Desa
sebagai penghasil pangan utama, menjadi tumpuan bagi masyarakat kota.
Menurut Bintarto, desa mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, serta penggunaannya.
Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan persebaran dan mata
pencaharian penduduk setempat.
Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan.
Maju mundurnya sebuah desa bergantung dari tiga unsur ini yang dalam
kenyataannya ditentukan oleh faktor usaha manusia (human efforts) dan tata geografi
(geographical setting). Adapun menurut Paul H. Landis, desa adalah daerah yang
penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai pergaulan yang saling mengenal antara beberapa ribu jiwa.
b. Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan
terhadap adat kebiasaan.
c. Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris pada umumnya,
dan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, seperti : iklim, kekayaan alam,
sedangkan pekerjaan yang bukan agraris bersifat sambilan.
Jadi yang dimaksud masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami
suatu wilayah tertentu yang penghuninya mempunyai perasaan yang sama terhadap adat
kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluargaan di dalam kelompok mereka,
seperti gotong royong dan tolong-menolong.
CIRI-CIRI MASYARAKAT AGRARIS
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat
sesama anggota warga desa sehingga seseorang merasa dirinya merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat tempat ia hidup, serta rela berkorban demi
masyarakatnya, saling menghormati, serta mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama
di dalam masyarakat terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama. Adapun ciri-ciri
masyarakat pedesaan antara lain; Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih
mendalam dan erat bila dibandingkan dengan warga masyarakat di luar batas-batas
wilayahnya.
Sistem kehidupan pada umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Masyarakatnya homogen,
seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya. Masyarakat itu
sering disankut pautkan dengan petani biasanya mereka menggunakan alat-alat manual
misalnya, menggunakan tenaga hewan untuk membajak sawah, cangkul, sabit dan
sebagainya. Adapun mode produksi dalam bidang ekonomi biasanya berupa Pertanian,
pertambangan, perikanan, peternakan dengan cara tradisional. Sumber daya alamnya
berupa angin, air, tanah, manusia,yang pada akhirnya mereka membutuhkan bahan
mentah atau alam sebagai penunjang kehidupan.
1. Pengertian Masyarakat :
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti
“kawan”, sekumpulan kawan sepengetahuan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari
bahasa Arab yaitu Syirk, artinya “bergaul”, saling bergaul, saling berperan serta.
Pendapat para ahli :
- Linton :
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup bekerjasama
sehingga dapat mengorganisasi dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan
sosial dengan batas-batas tertentu.
- M.J. Herskovits
Sekelompok individu yang dikoordinasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
- JL. Gillin & JP. Gillin
Kelompok manusia yang tersebar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan
persatuan yang sama.
- Prof. Dr. Koentjaraningrat
Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang
berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Jadi dari beberapa pengertian diatas, maka syarat suatu masyarakat adalah :
1. Adanya interaksi antar anggota
2. Mempunyai adat-istiadat, norma-norma, hukum, serta aturan, yang
mengatur tingkah laku anggotanya.
3. Adanya suatu rasa identitas yang kuat dan mengikat semua warganya.
4. Adanya kesinambungan dalam waktu.
Masyarakat Indonesia dilihat dari lokasi tempat tinggal dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
1. Masyarakat pedesaan ( Rural)
2. Masyarakat kota (urban)
3. Masyarakat pinggiran kota ( sub urban)
2. Masyarakat Pedesaan
Desa adalah : Komunitas kecil yang menetap secara tetap disuatu tempat.
Menurut UU No. 5 1979 : Desa adalah :
Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat
termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masyarakat pedesaan mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1. Pandangan kebutuhan hidup diutamakan pada keperluan utama (pokok)
2. Kehidupan keagamaan, sangat religius ( Religius trend)
3. Hidup dalam kebersamaan lebih mementingkan kelompok dan keluarganya
4. Pembagian kerja didasarkan usia bukan keahlian, karena sistem kerja gotong
royong.
5. Lapangan pekerjaan umumnya kurang
6. Jalan pikiran orang desa umumnya lebih praktis lebih mementingkan pada
kekerabatan.
7. Perubahan – perubahan sosial cenderung lebih lambat karena masyarakatnya
tertutup terhadap pengaruh luar.
1. Pola Kebudayaan
Untuk melihat pola kebudayaan masyarakat pedesaan, dapat dilihat dari aspek :
a. Bahasa : Penggunaan bahasa daerah umumnya lebih banyak digunakan, sedangkan untuk
bahasa asing agak sulit diterima.
b. - Teknologi : Teknologi masih bersifat tradisional, dalam hal cara-cara memproduksi,
memakai dan memelihara peralatan hidup dalam kebudayaan suatu suku bangsa.
c. Sisitem relegi (kepercayaan) : Umumnya masih dipertahankan, seperti ulama/kyai sangat
dihormati. Disampin itu ada yang mempunyai kepercayaan dan keyakinan terhadap ilmu
gaib/dukun.
d. Kesenian : Masih mempertahankan nilai-nilai seni yang terkandung ada di wilayahnya atau
didesanya.
3. Masyarakat Perkotaan
3.1. Pengertian
Kota adalah :
Suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang
tinggi, diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang
materialistis.
UU No. 5 1979, Kota adalah :
- Ibu kota seluruh Indonesia ( Jakarta)
- Ibu kota propinsi
- Ibu kota kabupaten, ibu kotamadya dan kota administratif
- Ibu kota kecamatan yang mempunyai penduduk lebih dari 20.000 jiwa, secara teknis
untuk keperluan statistik dapat disebut kota.
Ciri-Ciri :
1. Pandangan penggunaan kebutuhan hidup sesuai dengan pandangan
masyarakat sekitarnya.
2. Kehidupan keagamaan berkurang hal ini karena cara berfikir yang rasional (
Secular trend)
3. Bersikap Individulis tanpa harus bergantung pada ornag lain.
4. Pembagian kerja diantara warga lebih tegas dan mempunyai batas-batas
nyata, sehingga gejala demikian dapat menimbulkan kelompok-kelompok kecil (small
group) yang didasarkan pada pekerjaan, keahlian yang sama.
5. Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak
6. Jalan pikiran lebih rasional sehingga pola interaksi yang terjadi lebih
didasarkan pada faktor kepentingan pribadi.
7. Pembagian waktu yang teliti akibat dari jalan kehidupan yang cepat guna
dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan hidup.
8. Perubahan – perubahan sosial lebih cepat di kota karena lebih terbuka dalam
menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
3.2. Pola Kebudayaan dan norma masyarakat kota
Seperti halnya dengan pola kebudayaan masyarakat pedesaan, pola masyarakat kota
ditinjau dari segi bahasa, teknologi, sistem relegi dan kesenian :
Bahasa :
Bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Indonesia, penggunaan bahasa daerah hanya
oleh masyarakat atau kelompok tertentu.
Teknologi :
Teknologi yang digunakan sudah lebih maju modern, karena pengaruh dari era globalisasi.
Sistem relegi :
Kehidupan beragama pada masyarakat perkotaan mulai berkurang, karena pola pikir
masyarakat sudah mengarah lebih percaya kepada hal-hal yang bersifat pasti dan nyata,
sehingga sukar untuk mempercayai hal-hal yang bersifat gaib.
Kesenian :
Kesenian yang dikembangkan umumnya yang bersifat modern dan merupakan kreasi dari
seniman-seniman kota. Pengembangan kreasi kesenian masyarakat kota biasanya mengikuti
perkembangan teknologi.
Nilai dan norma :
Nilai dan norma di masyarakat kota, umumnya sudah mengalami pergeseran. Peraturan-
peraturan yang berdasarkan adat-istiadat, sedikit sekali dipakai sebagai pedoman dalam
kehidupan sehari-hari.
Pola Interaksi :
Hubungan antar warga masyarakat kota, umumnya sudah bersifat individual, mereka akan
berhubungan dengan orang lain karena ada kepentingan dan urusan, persamaan-persamaan
pekerjaan, umur dan golongan.
Mata pencaharian :
Mata pencaharian sudah lebih bervariasi, sawah dan ladang bukan lagi merupakan
satu-satunya yang diharapkan. Banyak lapangan pekerjaan yang bisa dilakukan untuk biaya
hidup warga.
Sumber daya yang ada di Pedesaan dan Perkotaan dalam upaya kesehatan ibu dan anak :
Sumber daya ada seperti :
- Sumber daya manusia : Jumlah penduduk yang cukup tinggi dapat dipakai sebagai modal
dasar pembangunan, bila dibarengi dengan kwalitas yang cukup memadai. Bila sebaliknya
akan menjadi beban dalam upaya kesehatan ibu dan anak. Begitu pula dari segi tenaga
kesehatan baik yang bersumber dari swadaya masyarakat seperti kader kesehatan, dukun
terlatih akan mendukung upaya kesehatan ibu dan anak.
- Sumber daya sarana kesehatan : Kwantitas & kwalitas sarana pelayanan kesehatan
seperti Rumah sakit, Puskesmas, Puskemas Pembantu, Polindes, Posyandu dsb, yang ada
baik di perkotaan dan pedesaan akan mempunyai arti penting dalam upaya kesehatan ibu
dan anak. Begitu pula dalam kesediaan peralatan medis dan non medis, bahan medis dan
non medis serta obat-obatan.
- Sumber daya dana kesehatan : Kecukupan dalam pembiayaan kesehatan terutama untuk
pelayanan kesehatan ibu dan anak mempunyai arti penting yang sangat besar dalam
kelancaran program-program kesehatan yang ada.
- Teknologi dan pemilihan metode dalam upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak akan
membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pengertian seksualitas adalah sebuah bentuk perilaku yang didasari oleh faktor
fisiologis tubuh. Istilah seks dan seksualitas adalah suatu hal yang berbeda. Kata seks sering
digunakan dalam dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik
dari berhubungan, yaitu aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan untuk memberi label
jender, baik seseorang itu pria atau wanita (Zawid, 1994; Perry & Potter 2005).
Seksualitas adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi
dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran,
pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan
bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka
mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada lawan jenis melalui tindakan yang
dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan melalui
perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket, berpakaian, dan
perbendaharaan kata (Denny & Quadagno, 1992; Zawid, 1994; Perry & Potter, 2005).
Pada masa remaja pekembangan seksualitas diawali ketika terjalinnya interaksi antar
lawan jenis, baik itu interaksi antar teman atau interaksi ketika berkencan. Dalam berkencan
dengan pasangannya, remaja melibatkan aspek emosi yang diekspresikan dalam berbagai
cara, seperti memberikan bunga, tanda mata, mengirim surat, bergandengan tangan,
berciuman dan lain sebagainya. Atas dasar dorongan-dorongan seksual dan rasa
ketertarikan terhadap lawan jenisnya, perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik
perhatian lawan jenis. Dalam rangka mencari pengetahuan tentang seks, ada remaja yang
melakukan secara terbuka mengadakan percobaan dalam kehidupan seksual. Misalnya,
dalam berpacaran mereka mengekspesikan perasaannya dalam bentuk perilaku yang
menuntut keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berpelukan, berciuman
hingga melakukan hubungan seksual (Saifuddin, 1999).
Seksualitas dan aktivitas seksual merupakan suatu area yang harus dibicarakan
dengan setiap remaja secara rahasia. Insidensi aktivitas seksual pada remaja tinggi dan
meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Kebanyakan remaja di bawah usia 15 tahun
belum pernah melakukan hubungan seksual, 8 dari 10 remaja putri dan 7 dari 10 remaja
putra belum pernah melakukan hubungan seksual pada usia 15 tahun (Alan Guttmacher
Institute, 1998; Wong, 2008).
Remaja terlibat dalam seksualitas karena berbagai alasan, diantaranya yaitu: untuk
memperoleh sensasi menyenangkan, untuk memuaskan dorongan seksual, untuk
memuaskan rasa keingintahuan, sebagai tanda penaklukan, sebagai ekspresi rasa sayang,
atau mereka tidak mampu menahan tekanan untuk menyesuaikan diri. Keinginan yang
sangat mendesak untuk menjadi milik seseorang memicu meningkatnya serangkaian kontak
fisik yang intim dengan pasangan yang diidolakan. Masa remaja pertengahan adalah waktu
ketika remaja mulai mengembangkan hubungan romantis dan ketika kebanyakan remaja
ingin memulai percobaan seksual (Wong, 2008).
Faktor internal
Faktor internal, yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri individu yang berupa
bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi sehingga menimbulkan dorongan seksual pada
individu yang bersangkutan dan hal ini menuntut untuk segera dipuaskan.
Faktor eksternal
Faktor eksternal, yaitu stimulus yang berasal dari luar individu yang menimbulkan
dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual. Stimulus eksternal tersebut
dapat diperoleh melalui pengalaman kencan, informasi mengenai seksualitas, diskusi
dengan teman, pengalaman masturbasi, pengaruh orang dewasa serta pengaruh buku-buku
bacaan dan tontonan porno. Perubahan pola perilaku seksual di antara para remaja masa
kini tidak dianggap salah karena biasanya mereka hanya mempunyai satu pasangan seksual
yang dalam banyak kasus diharapkan akan dinikahi di masa mendatang. Meskipun
hubungan yang telah terjalin ditentang oleh para orang tua, namun banyak remaja tetap
melangsungkannya.
Ada banyak alasan untuk mengikuti pola perilaku seksual yang baru ini. Di antaranya
adalah keyakinan bahwa hal ini harus dilakukan karena semua orang melakukannya; bahwa
mereka harus tunduk pada tekanan kelompok sebaya bila ingin mempertahankan status
mereka di dalam kelompok; dan bahwa perilaku ini merupakan ungkapan dari hubungan
yang bermakna yang memenuhi kebutuhan semua remaja untuk mengadakan hubungan
yang intim dengan orang lain, terlebih bila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi dalam
hubungan keluarga (Hurlock, 1999).
Sebagai salah satu bentuk dari ungkapan kasih Sebagai salah satu bentuk dari ungkapan
sayang dan kemesraan kepada isteri kasih sayang dan kemesraan kepada suami
Untuk memperoleh keturunan dari isteri Untuk meperoleh keturunan dari suami
Mempunyai dorongan seks yang kuat, sehingga Sebagai ungkapan perasaan bahwa dirinya
Coitus merupakan cara memuakan dorongan seks adalah perempuan sejati, melengkapi fungsi
atau mendapat pemuasan seksual, sekaligus lainnya dan hanya dirinyalah partner seksual
memuaskan isterinya bagi suaminya
Sebagai ekspersi jati diri sebagi laki-laki sejati, Merupakan tanda kepastian bahwa dirinya
sehingga kegagalan coitus menandakan dikasihi suami. Bukti bahwa dirinya
kegagalan hidupnya mempunyai daya tarik erotis bagi suami
Mendorong suami untuk lebih mengasihi isteri. Memuaskan dorongan dan keinginan seks,
Keinginan/dorongan seks hanya dapat disalurkan sehingga berusaha sedapat mungkin
melalui ejakulasi/ orgasme mencapai orgasme
Memberikan pengalaman hidup yang paling Merupakan pengalaman yang paling indah
menyenangkan dalam hidupnya
Seks merupakan energi psikis yang menghantar manusia melakukan tindakan yang bersifat
seksual dalam bentuk persetubuhan/coitus, baik dengan tujuan reproduksi maupun tidak,
serta disertai dengan suatu penghayatan yang menyenangkan. Atas dasar itu, maka setiap
individu (manusia) laki-laki dan perempuan yang telah dewasa dan normal berusaha untuk
mendapat pengalaman yang menyenangkan tersebut melalui perkawinan atau pernikahan.
Sex pra-nikah, (di sini, perkawinan tak berfungsi dalam dunia sex ini)telah telah terjadi dan
merambah kesegenap lapisan usia; setiap laki-laki dan perempuan setelah akil balig, bisa
melakukannya. Ada banyak peluang (dan sangat gampang didapat) untuk itu. Akibatnya, tak
sedikit kehamilan pada usia remaja, kematian akibat gagal aborsi, dan tak terhitung anak
yang terlahir sebelum menikah.
Sex pra-nikah, bisa terjadi pada mereka (pasangan) yang masih pacaran, mereka (pasangan)
sudah bertunangan, atau pun laki-laki dan perempuan usia dewasa yang belum menikah
(namun butuhpenyaluran energi seksnya).
SPN (bukan sekolah polisi negara, tapi SEKS PRA-NIKAH), bisa dilakukan dengan pacar,
tunangan, ttm, atau pun dengan laki-laki dan perempuan yang berprofesi sebagai pekerja
sex komersial.
Sex di luar nikah, orang yang sudah menikah, namun ml dengan laki-laki atau pun
perempuan yang yang bukan isteri/suaminya. Sex di luar nikah, juga tidak membutuhkan
perkawinan; pada kegiatan ini, lembaga perkawinan tidak dibutuhkan - tidak berfungsi.
SDLN (bukan Sekolah Dasar Luar Negeri, tetapi seks di luar nikah), bisa dilakukan oleh
banyak orang yang berstatus suami dan isteri; bisa dengan teman kantor, kekasih,
selingkuhan, gigolo, perempuan psk, atasan, bawahan, atau bahkan dilakuka dalam arena
pesta seks yang berganti-ganti pasangan, dan seterusnya.
Agaknya SPN dan SDLN telah mulai diterima sebagai sesuatu yang normal; dan mungkin ini
juga akibat dekadensi moral atau sikon moral yang merosot [jatuh] atau sementara
mengalami [dalam keadaan/sikon] mundur atau pun kemunduran; kemunduran dan/atau
kemorosatan yang terus menerus [sengaja atapun tidak sengaja] terjadi serta sulit untuk
diangkat atau diarahkan menjadi seperti keadaan semula atau sebelumnnya.
Kini, tergantung kita, anda dan saya, SPN dan SDLN memang nikmat, namun tak sedikit
bencana yang mengikutinya; ada penyakit, ada kematian, dan ada nilai moral yang
terabaikan. Dan telah banyak korban akibat kedua hal tersebut; korban yang sulit
dipulihkan secara psikhologis.
Sehingga, ada baiknya, orang dewasa menikah-kawin, daripada hangus oleh hawa nafsu;
ada baiknya remaja mendapat didikan seks dari orang tua; didikan yang menyangkut norma,
etika, agama serta dampak jika melakukan hubungan SPN. Dan juga, ada baiknya, para
suam-isteri, yang masih atau suka SDLN, belajar untuk berhenti atau menyudahinya; karena
jangan sampai hal tersebut terulang kepada anak-anak mu. SDLN memang luar biasa karena
anda sudah terbiasa, tapi di situ, di tempat itu, ada suara hati dan mata hati yang sebetulnya
mau menyudahi.
Tidak ada hukum manusia - hukum sipil yang melarang seseorang melakukan SPN dan
SDLN; keduanya adalah urusan pribadi - private, sehingga tak perlu diributkan!? Betul dan
benar, tapi mungkin ada HUKUM HATI NURANI - HUKUM MORAL, yang tak tertulis namun
ada dalam/pada darah dan daging tiap insan. Dan dengan itu, para pelaku SPN dan SDLN,
langsung berhadapan dengan cermin dirinya sendiri; dan dalam cermin itu, sosok hati nurani
dan hukum moral menatapnya dengan tajam, sambil berkata, ‘Apakah yang kau lakukan itu
baik atau tidak!?’
JAPPY PELLOKILA
Seks dan seksualitas seringkali merupakan sesuatu yang mudah dan biasa, tetapi bagi
beberapa orang (ataupun kelompok masyarakat tertentu) adalah hal tabu dan terlarang.
Konsep dualistis ini menjadikan sikap dan pandangan terhadap perilaku seks dan
seksuaslitaspun menjadi berbeda.
Ada orang yang menganggap seks dan seksualitas tidak perlu dibahas, karena manusia akan
memahaminya berdasarkan dorongan naluri seksual dalam dirinya. Tetapi ada juga ingin
mengetahui seluk beluknya dengan baik dan benar sehingga mempunyai penilaian yang
tidak keliru tentang seks dan seksulitas.
Dengan demikian, seks menjadi sesuatu yang mudah, tetapi sekaligus sering merupakan
permasalahan mencolok serta cukup kompleks. Kompleksitas tersebut terjadi karena
menyangkut hubungan intim suami-istri, serta pemahaman dan penghayatan seks bagi
anak-anak dalam tumbuh kembangnya.
Seks merupakan energi psikis yang menghantar manusia melakukan tindakan yang bersifat
seksual dalam bentuk persetubuhan/coitus, baik dengan tujuan reproduksi maupun tidak,
serta disertai dengan suatu penghayatan yang menyenangkan.
Atas dasar itu, maka setiap individu (manusia) laki-laki dan perempuan yang telah dewasa
dan normal berusaha untuk mendapat pengalaman yang menyenangkan tersebut melalui
perkawinan atau pernikahan.
Oleh sebab itu, semakin tinggi kesadaran manusia melalui pendewasaan dan pendidikan,
mereka berusaha memperoleh dan mencapai kehidupan seks yang sehat. Kenyataan
tersebut menjadikan WHO, atau World Health Organization merumuskan bahwa kehidupan
seks yang sehat adalah suatu integritas dari kehidupan manusia sebagai manusia yang
berjenis kelamin, meliputi seluruh aspek kehidupan, fisik, psikis, dan sosial.
Dalam konteks kekinian, perkembangan masyarakat yang sejajar dengan perubahan global,
seks tidak lagi terbatas pada hubungan intim, persetubuhan (coitus) antara laki-laki dan
perempuan atau. Tetapi juga menyangkut seksualitas, dalam arti segala sesuatu yang
berhubungan dengan perbedaan dan persamaan gender (semua aspek kemanusiaan
manusia laki-laki dan perempuan) serta dipengaruhi oleh psiko-sosial, latar belakang
budaya, pendidikan, agama, dan kepribadian masing-masing individu, dan lain-lain.
Seks dan seksualitas juga menyangkut penggunaan alat-alat kontrasepsi, perceraian, seks
pra-nikah dan di luar nikah, aborsi, pornografi, hidup bersama tanpa nikah, penyimpangan
seksual, aspek-aspek dalam persetubuhan, dan lain-lain, termasuk di dalamnya
penyalahgunaan seks dan seksualitas, serta upaya pendidikan seks kepada anak-anak.
Pada suami-isteri, fungsi seks bukan hanya waktu untuk mengetahui dan memahami secara
biologis “cara kerja” dari organ reproduksi kedua belah pihak, melainkan “suasana” yang
terjadi sekitar atau seputar pra-selama-dan pasca hubungan seks antara suami-isteri. Hal ini
berarti penekanan utamanya pada aspek-aspek psikhologis di sekitar hubungan intim antara
suami-isteri yang hanya bisa dirasakan oleh keduanya. Seks dalam Perkawinan merupakan
anugerah Tuhan, wajar, indah, sakral, dan untuk dinikmati bersama hanya oleh dan bagi
suami istri; dan merupakan bagian dari keutuhan dan kesatuan suami-istri.
Keutuhan hidup dan kehidupan manusia laki-laki dan perempuan tersebut menyangkut
seluruh aspek psikis dan fisiknya, serta hidup dan kehidupannya. Salah satu aspek yang
terkandung dalam keutuhan manusia tersebut adalah nafsu (tepatnya naluri) seksual. Naluri
bukan untuk menyiksa laki-laki dan perempuan, tetapi agar mereka mendapatkan
kenikmatan dan kepuasaan. Manusia telah dirancang dengan begitu indah serta utuh
sehingga mempunyai daya tarik dan kenikmatan jasmaniah; dan juga, hubungan intim
mampu melepaskan ketegangan biologis; serta sekaligus yang menunjukkan bahwa suami
atau isteri secara total menerima pasangannya, dan menyatakan (dengan bahasa tubuh
yang romantis) kesediaannya untuk saling bergantung satu sama lain. Secara umum dan
ringkas fungsi seks dalam perkawinan -tanpa menurut urutan pentingnya- menyangkut
berbagai aspek, antara lain:
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan
seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan
obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti
pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Berikut ini macam-macam bentuk
penyimpangan seksual:
1.Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan seksualnya. Disebut gay bila
penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini adalah kaitan yang
erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS. Pernyataan ini dipertegas dalam jurnal kedokteran
Amerika (JAMA tahun 2000), kaum homoseksual yang “mencari” pasangannya melalui internet, terpapar risiko
penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak.
2.Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh bila mereka melakukan
hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme
seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau
disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual.
3.Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka
kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan
semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan
dengan masturbasi hingga ejakulasi.
4.Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip.
Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang
sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual. Setelah melakukan kegiatan mengintipnya,
penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat,
tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat
korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi
penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang jelas, para penderita perilaku seksual menyimpang sering
membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, disamping dukungan orang-orang terdekatnya agar dapat
membantu mengatasi keadaan mereka.
5.Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui
bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan
hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan.
Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian
melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut.
6. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan seks / kontak fisik yang merangsang dengan anak
di bawah umur.
7.Bestially
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi,
kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya.
8.Incest
Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri seperti antara ayah dan anak
perempuan dan ibu dengna anak cowok
9.Necrophilia/Necrofil
Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayat / orang mati.
10.Zoophilia
Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan hubungan seks dengan hewan.
11.Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis
(homo) maupun dengan pasangan perempuan.
12.Frotteurisme/Frotteuris
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki mendapatkan kepuasan seks dengan jalan
menggesek-gesek / menggosok-gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik / umum seperti di
kereta, pesawat, bis, dll.
13.Gerontopilia
adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual
kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk dalam salah
satu diagnosis gangguan seksual, dari sekian banyak gangguan seksual seperti voyurisme, exhibisionisme,
sadisme, masochisme, pedopilia, brestilia, homoseksual, fetisisme, frotteurisme, dan lain sebagainya. Keluhan
awalnya adalah merasa impoten bila menghadapi istri/suami sebagai pasangan hidupnya, karena merasa tidak
tertarik lagi. Semakin ia didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak berkutik, bahkan menjadi cemas.
Gairah seksualnya kepada pasangan yang sebenarnya justru bisa bangkit lagi jika ia telah bertemu dengan
idamannya (kakek/nenek).
Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk sempurna, sehingga mampu mencintai dirinya (autoerotik),
mencintai orang lain beda jenis (heteroseksual) namun juga yang sejenis (homoseksual) bahkan dapat jatuh
cinta makhluk lain ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi perilaku menyimpang dalam perilaku seksual
amat banyak. Manusia walaupun diciptakanNya sempurna namun ada keterbatasan, misalnya manusia itu satu-
satunya makhluk yang mulut dan hidungnya tidak mampu menyentuh genetalianya; seandainya dapat dilakukan
mungkin manusia sangat mencintai dirinya secara menyimpang pula. Hal itu sangat berbeda dengan hewan,
hampir semua hewan mampu mencium dan menjilat genetalianya, kecuali Barnobus (sejenis Gorilla) yang sulit
mencium genetalianya. Barnobus satu-satunya jenis apes (monyet) yang bila bercinta menatap muka
pasangannya, sama dengan manusia. Hewanpun juga banyak yang memiliki penyimpangan perilaku seksual
seperti pada manusia, hanya saja mungkin variasinya lebih sedikit, misalnya ada hewan yang homoseksual,
sadisme, dan sebagainya.
Kasus Gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat karena umumnya si pelaku malu untuk
berkonsultasi ke ahli, dan tidak jarang mereka adalah anggota masyarakat biasa yang juga memiliki keluarga
(anak & istri/suami) serta dapat menjalankan tugas-tugas hidupnya secara normal bahkan kadang-kadang
mereka dikenal sebagai orang-orang yang berhasil/sukses dalam karirnya. Meski jarang ditemukan, tidaklah
berarti bahwa kasus tersebut tidak ada dalam masyarakat Indonesia.