Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. D DI BANJAR AMBENGAN


KELURAHAN PEDUNGAN DENPASAR SELATAN

Hari : Senin
Tanggal : 7 Oktober 2013
Waktu/ durasi : 30 menit
Tempat : Rumah Keluarga Tn. D di Banjar Ambengan Kelurahan Pedungan
Topik Kegiatan : Hipertensi

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini tekanan darah tinggi begitu umum dibicarakan, sehingga kebanyakan
orang sekurang-kurangnya pernah mendengarnya dan terlalu banyak orang yang
mengalaminya sendiri. Penyakit tekanan darah tinggi (Hipertensi) semakin
merebak dan dikenal dengan sebutan “penyakit trend abad globalisasi”.
Berdasarkan penelitian, penduduk yang terserang hipertensi cenderung meningkat
sejalan dengan perubahan gaya hidup (Way of Life) masyarakat yang cenderung
mengarah ke pola hidup negara industri.

WHO menyatakan hipertensi merupakan silent killer, karena banyak masyarakat


tak menaruh perhatian terhadap penaykit yang kadang dianggap sepele oleh
mereka, tanpa meyadari jika penyakit ini menjadi berbahaya dari berbagai
kelainan yang lebih fatal misalnya kelainan pembuluh darah, jantung
(kardiovaskuler) dan gangguan ginjal, bahkan pecahnya pembuluh darah kapiler
di otak atau yang lebih disebut dengan nama stroke.

Hipertensi sering tidak dapat dikenali dan lansia juga jarang memeriksakan
kesehatannya ke pelayanan kesehatan. Dengan pertambahan usia, jantung dan
pembuluh darah mengalami perubahan struktural dan fungsional.

Hipertensi memerlukan pengawasan dan pengobatan yang terus menerus dan


berkesinambungan. Keberhasilan pengobatan tergantung sepenuhnya pada
kesadaran pasien yang harus selalu mawas diri dan memonitor tekanan darahnya
secara teratur. Berdasarkan hal tersebut maka maka usaha pengendalian penyakit
berupa pencegahan dan pengobatan perlu dilaksanakan seintensif mungkin.
Melalui penyuluhan ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada
masyarakat sehingga masyarakat bisa melakukan tindakan preventif agar tidak
terjadi komplikasi yang lebih lanjut.

B. TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan dalam waktu 30 menit, diharapkan
peserta penyuluhan dapat lebih memahami tentang hipertensi

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan, sasaran diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian hipertensi
b. Menyebutkan 2 dari 3 penyebab hipertensi
c. Menyebutkan 1 dari 2 penanganan hipertensi
d. Menyebutkan 5 dari 9 tanda dan gejala hipertensi
e. Menyebutkan 4 dari 5 pencegahan hipertensi

C. GARIS BESAR MATERI


a. Pengertian penyakit hipertensi
b. Penyebab penyakit hipertensi
c. Tanda dan gejala penyakit hipertensi
d. Penanganan penyakit hipertensi
e. Pencegahan hipertensi

D. PELAKSANAAN KEGIATAN
 Acara

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


1 5 menit Pembukaan
a. Penyampaian salam a. Membalas salam
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Menjelaskan topik penyuluhan c. Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan d. Memperhatikan
e. Apersepsi e. Memperhatikan dan
f. Kontrak waktu memberi respon
f. Memperhatikan
2 15 menit Pelaksanaan
a. Penyampaian materi mengenai: a. Memperhatikan
1. Pengertian penyakit hipertensi penjelasan dan
2. Penyebab penyakit hipertensi mencermati materi
3. Tanda dan gejala penyakit b. Kooperatif dalam
hipertensi mengikuti demonstrasi
4. Penanganan penyakit hipertensi dan tanya jawab
5. Pencegahan hipertensi dirumah
b. Sesi Tanya jawab
3 5 menit Evaluasi
Memberikan pertanyaan lisan Partisipasi aktif
(menanyakan kembali)
4 5 menit Terminasi
a. Menyimpulkan hasil penyuluhan a. Memperhatikan
b. Mengakhiri dengan salam b. Menjawab salam

 Setting Tempat

Audien Audien

Audien

 Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
 Media
Leaflet

E. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
Penyaji : Putu Yunita Octaviani
Peserta : Keluarga Tn. D

F. RENCANA EVALUASI (Evaluasi Struktur, Proses, dan Hasil)


1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan lengkap dan dapat digunakan
dalam penyuluhan.
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk makalah kemudian dibuatkan leaflet yang
ringkas, menarik, lengkap, mudah di mengerti oleh peserta penyuluhan/
keluarga.
c. Peserta
Kontrak waktu pertemuan telah disepakati sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan keluarga
memahami materi penyuluhan yang diberikan.
b. Peserta penyuluhan/ keluarga memperhatikan materi yang diberikan.
c. Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh
dengan sasaran.
d. Kehadiran keluarga sebagai peserta penyuluhan diharapkan minimal 3
orang dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan selama
kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mengerti dan mampu menjelaskan pengertian hipertensi
b. Peserta mengerti dan mampu menyebutkan 2 dari 3 penyebab hipertensi
c. Peserta mengerti dan mampu menyebutkan 1 dari 2 penanganan hipertensi
d. Peserta mengerti dan mampu menyebutkan 5 dari 9 tanda dan gejala
hipertensi
e. Peserta mengerti dan mampu menyebutkan 4 dari 5 pencegahan hipertensi

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi . Yogyakarta: Penerbit


Kanisius.

Smetlzer, Sussane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
MATERI PENYULUHAN

A. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Smeltzer, 2001).

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation


and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan darah yang lebih
tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,
mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus)
atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali,
seringkali dapat diperbaiki (Doengoes, 2000).

Klasifikasi

JNC VI membuat klasifikasi hipertensi sebagai berikut:

Category Systole (mmHg) Diastole (mmHg)

Optimal < 120 dan < 80

Normal < 130 dan < 85

Normal Tinggi 130 – 139 atau 85 – 89

Hipertensi Derajat 1 140 – 159 atau 90 – 99

Hipertensi Derajat 2 160 – 179 atau 100 – 109

Hipertensi Derajat 3 ≥ 180 atau ≥ 110

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah tinggi pada orang dewasa 18 tahun ke atas
(JNC VI).

Hipertensi sistolik terisolasi (Isolated Systolic Hypertension) didefinisikan sebagai


tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg.

Sedangkan JNC VII mengklasifikasikan hipertensi pada orang berusia 18 tahun ke atas
sebagai berikut (tabel 2).
BP Classification Systolic BP (mmHg ) Diastolic BP (mmHg)

Normal ≤ 120 and < 80

Prehypertention 120 – 139 or 80 – 89

Stage 1 Hypertension 140 – 159 or 90 – 99

Stage 2 Hypertension ≥ 160 or ≥ 100

Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah tinggi pada orang dewasa 18 tahun ke atas
(JNC VII).

B. PENYEBAB HIPERTENSI
Menurut Lany Gunawan (2001) Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak


diketahui penyebabnya.

2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang penyebabnya diketahui,


menunjukkan gejala dan keluhan yang jelas,di sebabkan oleh penyakit lain
antara lain ;

2.1 Penyakit jantung : koartasi aorta.

2.2 Penyakit endokrin : peokhromositoma, tumor katekolamin.

2.3 Penyakit ginjal : glomerulonefritis, penyempitan arteri renalis.

2.4 Kehamilan : toksemia gravidarum.

2.5 Otak : trauma, peningkatan TIK.

2.6 Pengaruh sekunder obat – obatan tertentu seperti kontrasepsi oral.

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan


10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer
belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih
tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih).
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan
berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol,
minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

C. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi


nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan klien yang mencari pertolongan medis.

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

 Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg


 Sakit kepala
 Epistaksis
 Pusing / migrain
 Rasa berat ditengkuk
 Sukar tidur
 Mata berkunang kunang
 Lemah dan lelah
 Muka pucat
 Suhu tubuh rendah

D. PENANGANAN HIPERTENSI
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Penanggulangan hipertensi secara garis besar dapat ditempuh dengan cara sebagai
berikut.

1. Pengendalian Faktor Risiko


Pengendalian faktor risiko penyakit jantung koroner yang dapat saling
berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko
yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut :
a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan.
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi
pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi
pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang
yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight). Dengan
demikian obesitas harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan.

b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh.


Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan
penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dilaksanakan.
Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram ( 1 sendok teh ) per hari pada
saat memasak.

c. Ciptakan keadaan rileks


Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

d. Melakukan olahraga teratur


Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 34 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah
kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang ujungnya dapat
mengontrol tekanan darah.

e. Berhenti merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat
memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan
karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam
aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan
mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada
studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke
otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri. Tidak ada
cara yang benar-benar efektif untuk memberhentikan kebiasaan merokok.

2. Terapi Farmakologis

Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka


kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal
mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita.

Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang panjang
sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat ditarnbahkan
selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat atau
kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan respon
penderita terhadap obat anti hipertensi.

Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai berikut :


1. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab
hipertensi.

2. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah


dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya
komplikasi.

3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti


hipertensi.

4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan


pengobatan seumur hidup.

Jenis-jenis obat antihipertensi :

1. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh


(Iewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan
daya pompa jantung menjadi ringan dan berefek turunnya tekanan darah.
Digunakan sebagai obat pilihan pertama pada hipertensi tanpa adanya
penyakit lainnya.

2. Penghambat Simpatis

Golongan obat ini bekerja denqan menghambat aktifitas syaraf simpatis


(syaraf yang bekerja pada saat kita beraktifitas). Contoh obat yang
termasuk dalam golongan penghambat simpatetik adalah : metildopa,
klonodin dan reserpin. Efek samping yang dijumpai adalah: anemia
hemolitik (kekurangan sel darah merah kerena pecahnya sel darah
merah), gangguan fungsi ahati dan kadang-kadang dapat menyebabkan
penyakit hati kronis. Saat ini golongan ini jarang digunakan.

3. Betabloker

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya


pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronkhial. Contoh
obat golongan betabloker adalah metoprolol, propanolol, atenolol dan
bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes harus hati-hati, karena
dapat menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun
menjadi sangat rendah sehingga dapat membahayakan penderitanya).
Pada orang dengan penderita bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.

4. Vasodilatator

Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah
prazosin dan hidralazin. Efek samping yang sering terjadi pada
pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kepala.

5. Penghambat enzim konversi angiotensin

Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat


angiotensin II (zat yang dapat meningkatakan tekanan darah). Contoh
obat yang termasuk golongan ini adalah kaptopril. Efek samping yang
sering timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

6. Antagonis kalsium

Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan


menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini adalah : nifedipin, diltizem dan verapamil. Efek
samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan
muntah.

7. Penghambat reseptor angiotensin II

Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II


pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Obat-obatan yang termasuk .golongan ini adalah valsartan. Efek samping
yang mungkin timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

Tatalaksana hipertensi dengan obat anti hipertensi yang dianjurkan:

Diuretik: hidroclorotiazid dengan dosis 12,5 -50 mg/hari


Penghambat ACE/penghambat reseptor angiotensin II : Captopril 25 -100
mmHg

Penghambat kalsium yang bekerja panjang : nifedipin 30 -60 mg/hari

Penghambat reseptor beta: propanolol 40 -160 mg/hari

Agonis reseptor alpha central (penghambat simpatis): reserpin 0,05 -0,25


mg/hari

Terapi kombinasi antara lain:

i. Penghambat ACE dengan diuretik

ii. Penghambat ACE dengan penghambat kalsium

iii. Penghambat reseptor beta dengan diuretik


iv. Agonis reseptor alpha dengan diuretic

E. PENGATURAN POLA MAKAN PASIEN DENGAN HIPERTENSI


Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg, selain
pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi diuretik dan merubah gaya
hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan
tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu,
diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang
berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus
diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti
jantung, ginjal dan diabetes mellitus.

Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :

- Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.


- Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.
- Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan

Penatalaksanaan Pasien Dengan Hipertensi adalah :


1. Penatalaksaan Diet
Tujuan penatalaksanaa diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan
darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Prinsip diet pada
penderita hipertensi adalah sebagai berikut:
a Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
b Jenis dan komposisi makanan yang disukai dengan kondisi penderita
c Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis
makanan dalam daftar diet. Yang dimaksud garam disini adalah garam
natrium yang terdapat dalam hamper semua bahan makanan yang berasal
dari hewan dan tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah
garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak
lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar
natrium.

Menurut Anie kurniawan (2002) diet pada pasien Hipertensi dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu:
1.1 Mengatur menu makanan
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi
untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan
kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga
penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah :
a Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, minyak
kelapa, gajih.)
b Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biksuit,
craker, keripik, dan makanan kering yang asin)
c Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran
serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink)
d Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan
asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang)
e Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam.
f Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,
tauco, serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung
garam natrium.
g Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan
tape.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah memperbaiki rasa
tawar dengan menambahkan gula merah/putih, bawang (merah/putih),
jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit
garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa.
Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk
menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu
menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari
1 sendok the per hari.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120-175 mEq/hari)
dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu,
pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium
akibat dan rendahnya natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran
sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), kentang panggang (503 mg
kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg kalium).
Kecukupan kalsium penting untuk memcegah dan mengobati hipertensi :
2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat
memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan
kalsium perhari rata-rata 808 mg.

1.2 Suplementasi anti oksidan :


a Vitamin dan penurunan homosistein:
Asam folat, vitamin B6, vitamin B12 dan riboflavin merupakan ko-
faktor enzim yang esensial untuk metabolism homosistein.
Peningkatan kadar homosistein dalam darah akan meningkatkan risiko
penyakit arteri koroner. Kadar asam folat yang rendah berkaitan
dengan peningkatan risiko aterosklerosis, walaupun risiko
aterosklerosis yang berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin B6
tidak berhubungan dengan konsentrasi homosistein yang tinggi.
Sedangkan vitamin B12 tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler.
b Kacang kedelai dan isoflavon
Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang
memiliki aktivitas estrogen lemah. Isoflavon dari protein kedelai lebih
bermakna menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan
trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Dianjurkan
mengonsumsi protein kedelai 20-50 gram/hari, dengan modifikasi diet
pada penderita kadar kolesterol yang tinggi.
c Tempe
Tempe adalah hasil pengolahan kedelai melalui proses fermentasi
dengan kandungan gizi lebih baik dari kedelai. Tempe mengandung
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin.
d Asam lemak omega 3
Satu porsi ikan yang tinggi lemak atau minyak ikan mengandung
omega 3 (EPA dan DHA) sekitar 900 mg/dl.
e Serat
Walaupun berbagai studi menunjukan adanya hubungan antara
beberapa jenis serat dengan penurunan kolesterol IDDL dan kolesterol
total, namun belum ada bukti langsung yang menunjukan hubungan
antara suplemen serat dengan penurunan penyakit kardiovaskular.

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas


akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Petunjuk Penggunaan Garam untuk Penderita hipertensi

Untuk penderita hipertensi terdapat 3 diet:

1. Diet rendah garam 1 : untuk penderita hipertensi berat dianjurkan untuk tidak
menambahkan garam dapur dalam makanan.
2. Diet rendah garam II: Ditujukan untuk penderita hipertensi sedang (100-114
mmHg). Garam dianjurkan ¼ sendok the garam dapur.
3. Diet rendah garam III: Ditujukan untuk penderita hipertensi ringan (diastole
kurang dari 100 mmHg), garam dapur dianjurkan ½ sendok teh.

MENU MAKANAN UNTUK PENDERITA HIPERTENSI

PAGI SIANG MALAM

Bubur rendah garam Nasi putih Singkong rebus rendah


garam

Sayur terong rendah garam Sayur bayam rendah garam Macaroni

Susu low fat 200gr/hari Ikan air tawar 100gr/hari Labu siam

Air putih Air putih Air putih

Kacang-kacangan rendah
garam

Semangka 1 slices

Anda mungkin juga menyukai