Anda di halaman 1dari 10

TEORI AKUNTANSI

PSAK 10 DAN PSAK 55


SAP 10

KELOMPOK 9

 Ni Kadek Dwi Aryandari (1607532086)


 Alif Noer Wahyuni (1607532092)
 Putu Eka Mas Pratiwi (1607532094)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
2018
PSAK 10 DAN PSAK 55

10.1 PSAK 10 : PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING


PSAK 10 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing telah disahkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan pada tanggal 23 Maret 2010. PSAK 10 ini merevisi PSAK 10 tentang Transaksi
dalam Mata Uang Asing yang telah dikeluarkan pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak
wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material.

10.1.1 Tujuan
Tujuan dari dibentuknya PSAK 10 ini adalah untuk menjelaskan bagaimana memasukkan transaksi
dalam valuta asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan entitas dan bagaimana
menjabarkan laporan keuangan ke dalam mata uang penyajian.

10.1.2 Ruang Lingkup


a. Akuntansi transaksi dan saldo dalam valuta asing, kecuali transaksi dan saldo derivatif yang
termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
b. Penjabaran hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang termasuk dalam
laporan keuangan entitas dengan cara konsolidasi atau metode ekuitas; dan
c. Penjabaran hasil dan posisi keuangan suatu entitas ke dalam mata uang penyajian.

10.1.3 Definisi
Berikut adalah beberapa istilah yang digunakan pada PSAK 10 terkait Pengaruh Perubahan Nilai
Tukar Valuta Asing :
a. Investasi neto dalam suatu kegiatan usaha luar negeri adalah jumlah dari kepentingan entitas
pelapor di dalam aset neto dari kegiatan usaha itu.
b. Kegiatan usaha luar negeri adalah suatu entitas yang merupakan entitas anak, perusahaan asosiasi,
ventura bersama atau cabang dari entitas pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara
atau menggunakan mata uang selain dari mata uang entitas pelapor.
c. Kurs penutup adalah nilai tukar spot pada akhir periode pelaporan.
d. Mata uang asing adalah suatu mata uang selain mata uang fungsional suatu entitas.
e. Mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama dimana suatu entitas
beroperasi.

10.1.4 Penguraian Definisi


a. Mata Uang Fungsional
Mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama dimana entitas
beroperasi, sedangkan mata uang penyajian adalah mata uang yang digunakan dalam penyajian
laporan keuangan.

1
b. Investasi Neto di dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri
Entitas mungkin memiliki suatu pos moneter yang merupakan tagihan dari atau utang kepada
suatu kegiatan usaha luar negeri. Suatu pos yang penyelesaiannya tidak direncanakan ataupun
mungkin tidak akan terjadi dimasa mendatang, pada hakekatnya adalah bagian dari investasi neto
entitas tersebut di dalam kegiatan usaha luar negeri. Pos-pos moneter ini mungkin mencakup
piutang atau utang jangka panjang. Pos-pos moneter ini tidak mencakup piutang usaha atau utang
usaha.
c. Pos Moneter
Fitur utama dari suatu pos moneter adalah hak untuk menerima (atau kewajiban untuk
menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan. Contoh yang
termasuk didalamnya: pensiun dan imbalan kerja lainnya harus dibayar dalam kas, kewajiban
diestimasi yang harus diselesaikan secara kas, dan dividen kas yang diakui sebagai kewajiban.
Demikian juga, suatu kontrak untuk menerima (atau menyerahkan) suatu jumlah variabel dari
instrumen ekuitas yang dimiliki oleh entitas atau suatu jumlah variabel dari suatu aset yang nilai
wajarnya harus diterima (atau diserahkan) setara dengan suatu jumlah unit mata uang yang tetap
atau dapat ditentukan, adalah merupakan suatu pos moneter. Fitur utama dari dari suatu pos
nonmoneter adalah tidak adanya hak untuk menerima (atau kewajiban untuk menyerahkan) suatu
jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan.

10.1.5 Ringkasan Pendekatan yang Disyaratkan Pernyataan ini


Dalam menyiapkan laporan keuangan, setiap entitas, baik entitas yang berdiri sendiri, entitas dengan
kegiatan usaha luar negeri (seperti sebuah entitas induk) ataupun suatu kegiatan usaha luar negeri
(seperti sebuah entitas anak atau cabang) menentukan mata uang fungsionalnya.

10.1.6 Pelaporan Transaksi Mata Uang Asing ke dalam Mata Uang Fungsional
a. Pengakuan Awal
Transaski mata uang asing harus dicatat dalam mata uang fungsional serta jumlah mata uang asing
dihitung ke dalam mata uang fungsional dengan kurs spot antara mata uang fungsional dan mata
uang asing.
b. Pelaporan pada Akhir Periode Pelaporan Berikutnya
1. Pos moneter mata uang asing harus dijabarkan menggunakan kurs penutup;
2. Pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, dalam suatu mata uang asing harus
dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi;
3. Pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing harus dijabarkan
menggunakan nilai tukar pada tanggal ketika nilai wajar diukur.

2
c. Pengakuan Selisih Nilai Tukar
Selisih kurs yang timbul pada pos moneter yang membentuk bagian dari investasi neto entitas
pelapor dalam suatu kegiatan usaha luar negeri, diakui dalam laba atau rugi dalam laporan
keuangan tersendiri dari entitas pelapor atau laporan keuangan individual dari kegiatan usaha luar
negeri, yang mana yang tepat
d. Perubahan dalam Mata Uang Fungsional
Ketika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional suatu entitas, entitas menerapkan prosedur
penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara prospektif sejak tanggal perubahan itu.

10.1.7 Penggunaan Mata Uang Penyajian Selain Mata Uang Fungsional


a. Penjabaran Dalam Mata Uang Penyajian
Hasil dan posisi keuangan entitas yang mata uang fungsionalnya bukan mata uang dari suatu
ekonomi hiperinflasi dijabarkan ke dalam mata uang pelaporan yang berbeda menggunakan
prosedur:
1. Aset dan liabilitas untuk setiap laporan dari posisi keuangan yang disajikan harus dijabarkan
menggunakan kurs penutup;
2. Pendapatan dan beban untuk setiap laporan laba rugi komprehensif yang disajikan harus
dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi;
3. Semua hasil dari selisih nilai tukar harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain.
b. Penjabaran Kegiatan Usaha Luar Negeri
Setiap goodwill yang timbul dari akuisisi kegiatan usaha luar negeri dan setiap penyesuaian nilai
wajar jumlah tercatat suatu aset dan kewajiban yang timbul pada akuisisi kegiatan usaha luar
negeri tersebut diperlakukan sebagai aset dan kewajiban dari kegiatan usaha luar negeri itu.
c. Pelepasan atau Pelepasan Sebagian Kegiatan Usaha Luar Negeri
Dalam pelepasan pada suatu kegiatan usaha luar negeri, jumlah kumulatif dari selisih nilai tukar
yang terkait dengan kegiatan usaha luar negeri, yang diakui di dalam pendapatan komprehensif
lain dan diakumulasi ke dalam komponen terpisah dari ekuitas, direklasifikasi dari ekuitas ke laba
atau rugi ketika keuntungan atau kerugian dari pelepasan suatu kegiatan usaha di luar negeri
diakui.

10.1.8 Pengaruh Pajak atas Seluruh Selisih Nilai Tukar


Keuntungan atau kerugian pada transaksi mata uang asing dan selisih nilai tukar yang timbul pada
penjabaran hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas (termasuk suatu kegiatan usaha luar negeri)
ke dalam suatu mata uang yang berbeda mungkin memiliki pengaruh pajak. PSAK 46 diterapkan ke
pengaruh pajak ini.

3
10.1.9 Pengungkapan
Jika entitas menyajikan laporan keuangan atau informasi keuangan lainnya di dalam suatu mata uang
yang berbeda baik dari mata uang fungsionalnya maupun dari mata uang penyajian, entitas harus:
a. mengidentifikasikan secara jelas informasi sebagai informasi tambahan untuk membedakannya
dari informasi yang tunduk dengan PSAK;
b. mengungkapkan mata uang di mana informasi tambahan tersebut disajikan; dan
c. mengungkapkan mata uang fungsional entitas dan metode penjabaran yang digunakan untuk
menentukan informasi tambahan.

10.2 PSAK 55 : INSTRUMEN KEUANGAN


10.2.1 Tujuan
Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset
keuangan, liabilitas keuangan, dan kontrak pembelian atau penjualan item nonkeuangan.

10.2.2 Ruang Lingkup


Pernyataan ini diterapkan oleh semua entitas untuk seluruh jenis instrumen keuangan, kecuali untuk:
a. Penyertaan pada entitas anak, entitas asosiasi, dan ventura bersama
b. Hak dan kewajiban dalam sewa
c. Hak dan kewajiban pemberi kerja
d. Instrumen keuangan terbitan entitas
e. Hak dan kewajiban yang timbul dalam kontrak asuransi
f. Kontrak antara pengakuisisi dan penjual dalam kombinasi bisnis
g. Komitmen pinjaman yang diberikan selain dari yang dijabarkan

10.2.3 Definisi
a. Definisi Derivatif
Derivatif adalah suatu instrumen keuangan atau kontrak lain yang memiliki tiga karakteristik
berikut :
1. Nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan variabel yang telah ditentukan (yang
mendasari/underlying), antara lain : suku bunga, harga instrument keuangan, harga
komoditas, nilai tukar mata uang asing, indeks harga atau indeks suku bunga, peringkat kredit
atau indeks kredit, atau variabel lainnya. Untuk variabel non-keuangan, variabel tersebut tidak
berkaitan dengan pihak-pihak dalam kontrak.
2. Tidak memerlukan investasi awal neto atau memerlukan investasi awal neto dalam jumlah
yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang diperlukan untuk kontrak serupa lainnya
yang diharapkan akan menghasilkan dampak yang serupa akibat perubahan faktor pasar.
3. Diselesaikan pada tanggal tertentu di masa depan.

4
b. Definisi Empat Kategori Instrumen Keuangan
1. Aset Keuangan
 Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
Aset keuangan baik yang dimiliki untuk diperdagangkan (misalnya untuk dijual dalam
waktu dekat pada masa mendatang) atau pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh
entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
Contoh : Aset derivatif dan investasi dalam instrumen utang dan ekuitas yang dimiliki
dalam portofolio diperdagangkan.
 Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo
Aset keuangan dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah
ditetapkan serta entitas mempunyai intensif positif dan kemampuan untuk memiliki aset
keuangan tersebut hingga jatuh tempo.
Contoh: Investasi dalam instrumen utang yang mempunyai kuotasi harga di mana entitas
memiliki niat dan mampu memiliki hingga jatuh tempo.
 Pinjaman yang diberikan dan piutang
Aset keuangan dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai
kuotasi harga di pasar aktif.
Contoh: Piutang usaha, pinjaman yang diberikan, dan piutang wesel.
 Aset keuangan tersedia untuk dijual
Aset keuangan yang dirancang sebagai tersedia untuk dijual atau yang tidak
diklasifikasikan dalam ketiga kategori di atas.
Contoh: Investasi dalam instrumen utang dan ekuitas yang tidak termasuk dalam kategori
lain.
2. Liabilitas Keuangan
 Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Liabilitas keuangan baik yang dimiliki untuk diperdagangkan (misalnya dibeli kembali
dalam waktu dekat pada masa mendatang) atau ditetapkan pada saat pengakuan awal telah
ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
Contoh: Liabilitas derivatif dan liabilitas diperdagangkan lainnya.
 Liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi.
Semua liabilitas lainnya selain daripada liabilitas yang dinillai pada nilai wajar melalui
laba rugi.
Contoh: Utang usaha, utang wesel, dan efek utang yang diterbitkan.

5
 Tainting
Entitas tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan sebagai investasi yang dimiliki
hingga jatuh tempo, jika dalam tahun berjalan atau dalam kurun waktu dua tahun
sebelumnya, telah menjual atau mereklasifikasi investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo
dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan (more than insignificant)
sebelum jatuh tempo.
Terdapat pengecualian atas Tainting Rule tersebut jika penjualan atau reklasifikasi
tersebut:
o Dilakukan ketika aset keuangan sudah mendekati jatuh tempo atau tanggal pembelian
kembali (contohnya, kurang dari tiga bulan sebelum jatuh tempo).
o Terjadi setelah entitas telah memperoleh secara substansial seluruh jumlah pokok aset
keuangan tersebut sesuai jadwal pembayaran atau entitas telah memperoleh pelunasan
dipercepat.
o Terkait dengan kejadian tertentu yang berada di luar kendali entitas, tidak berulang,
dan tidak dapat diantisipasi secara wajar oleh entitas

10.2.4 Pengukuran Instrumen Keuangan


a. Pengukuran Awal
Pada saat pengakuan awal, entitas pada umumnya mengukur aset keuangan menggunakan
akuntansi tanggal transaksi pada nilai wajar ditambah biaya transaksi (fair value plus transaction
costs), kecuali aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Aset keuangan yang
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi pada awalnya hanya diakui pada nilai wajar (fair value).
Biaya transaksi (transaction costs) adalah biaya-biaya tambahan, seperti biaya
pendaftaran dan komisi lain yang ditetapkan, biaya yang dibayarkan kepada penasehat hukum,
akuntan, dan penasehat profesional lain, biaya percetakan dan meterai.
Biaya transaksi meliputi fee dan komisi yang dibayarkan pada para agen (termasuk
karyawan yang berperan sebagai agen penjual/selling agent), konsultan, perantara efek dan
pedagang efek; pungutan wajib yang dilakukan oleh pihak regulator dan bursa efek, serta pajak
dan bea yang dikenakan atas transfer yang dilakukan. Biaya-biaya transaksi tidak termasuk
premium atau diskonto utang, biaya pendanaan (financing costs), biaya administrasi internal, atau
biaya penyimpanan (holding costs).
Jurnal untuk mencatat biaya transaksi yang dibayar tunai dan berkaitan dengan instrumen
keuangan yang diukur pada nilai wajar (fair value) adalah:
Biaya Transaksi xxx
Kas xxx

6
b. Pengukuran Berikutnya
Setelah pengakuan awal, aset keuangan dan liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar, biaya
perolehan diamortisasi atau biaya perolehan tergantung klasifikasi apakah nilai wajar dapat
ditentukan dengan andal. Pengukuran awal (initial measurement) dan pengukuran berikutnya
(subsequent measurement) atas instrumen keuangan dan perlakuan akuntansi atas perubahan nilai
wajar (keuntungan atau kerugian kepemilikan yang belum direalisasi–unrealized holding gain or
loss) diklasifikasikan sebagai berikut:
Catatan:
1. *Nilai pada awal juga disesuaikan dengan biaya transaksi, kecuali aset atau liabilitas pada
nilai wajar melalui laba rugi.
2. Investasi dalam instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan nilai
wajarnya tidak dapat diukur secara andal, serta derivatif yang terkait dengan dan diselesaikan
melalui penyerahan instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif
tersebut, diukur pada biaya perolehan.
c. Biaya Perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah aset yang diperoleh atau liabilitas yang diselesaikan, termasuk
biaya transaksi (misalnya komisi atau fee yang dibayar).
Setelah perolehan awal, hanya satu tipe instrumen keuangan yang diukur pada biaya
perolehan yaitu investasi dalam instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif
dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, serta derivatif yang terkait dengan dan
diselesaikan melalui penyerahan instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar
aktif tersebut, diukur pada biaya perolehan.
d. Biaya Perolehan Diamortisasi
Setelah pengukuran awal, kategori aset keuangan dan liabilitas keuangan ini diukur pada biaya
perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif di laporan posisi
keuangan:
1. Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo;
2. Pinjaman yang diberikan dan piutang; dan
3. Liabilitas keuangan lainnya.
Biaya perolehan diamortisasi (amortized cost) adalah biaya perolehan dari aset atau
liabilitas setelah disesuaikan, jika layak, untuk mencapai suatu suku bunga efektif yang konstan
selama umur aset atau liabilitas (misalnya, pendapatan bunga yang konstan atau beban bunga
yang konstan sebagai suatu persentase jumlah tercatat dari aset keuangan atau liabilitas
keuangan). Dengan kata lain, biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas
keuangan adalah jumlah pada pengakuan awal aset keuangan atau liabilitas keuangan dikurangi

7
pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan akumulasi amortisasi berdasarkan metode
suku bunga efektif dan dikurangi penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih.
e. Nilai Wajar
Nilai wajar (fair value) adalah nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.
Kategori aset keuangan dan liabilitas keuangan pada umumnya diukur pada nilai wajar di
laporan posisi keuangan:
1. Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi;
2. Aset keuangan tersedia untuk dijual; dan
3. Liabilitas keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi.

10.3 Pengakuan dan Penghentian


a. Penghentian Pengakuan Aset Keuangan
Entitas menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika:
1. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir.
2. Entitas mentransfer aset keuangan yang memenuhi kriteria penghentian pengakuan.
b. Penghentian Pengakuan Kewajiban Keuangan
Entitas mengeluarkan kewajiban keuangan (atau bagian dari kewjaiban keuangan) dari neracanya,
jika dan hanya jika kewajiban keuangan tersebut berakhir, yaitu ketika kewajiban yang ditetapkan
dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluarsa.

10.4 Lindung Nilai


Akuntansi lindung nilai menurut Epstein & Jermakowicz (2008) adalah penggunaan instrumen
derivatif atau instrumen keuangan lainnya untuk melindungi perusahaan dari risiko terkait perubahan
nilai wajar (fair value).
Perlakuan akuntansi khusus bagi transaksi hedging yang mencakup instrumen hedging dan
hedge item, yang bertujuan untuk memastikan keuntungan atau kerugian atas instrumen hedging dan
hedge item diakui dalam laporan laba rugi periode yang sama.
a. Jenis Lindung Nilai
1. Lindung Nilai Atas Nilai Wajar
Suatu lindung nilai terhadap eksposur perubahan nilai wajar atas aset atau kewajiban yang
telah diakui, atau komitmen pasti yang belum diakui, atau bagian yang telah diidentifikasi dari
aset, kewajiban, atau komitmen pasti tersebut, yang dapat diatribusikan pada resiko tertentu
dan dapat mempengaruhi laporan laba rugi.

8
2. Lindung Nilai Atas Arus Kas
Suatu lindung nilai terhadap eksposur variabilitas arus kas yang dapat diatribusikan pada
resiko tertentu yang terkait dengan aset atau kewajiban yang telah diakui (misalnya seluruh
atau sebagian pembayaran bunga masa depan atas utang dengan suku bunga variabel) atau
yang dapat diatribusikan pada resiko tertentu yang terkait dengan prakiraan transaksi yang
kemungkinan besar terjadi.dan dapat mempengaruhi laporan laba rugi.
3. Lindung Nilai Atas Investasi Neto pada Operasi Di Luar Negeri
Sama seperti lindung nilai arus kas.
b. Kriteria Lindung Nilai
1. Pada saat dimulainya lindung nilai terdapat penetapan dan pendokumentasian formal atas
hubungan lindung nilai dan tujuan manajemen resiko entitas serta strategi pelaksanaan
lindung nilai.
2. Lindung nilai diharapkan akan sangat efektif dalam rangka saling hapus atas perubahan nilai
wajar atau perubahan arus kas.
3. Untuk lindung nilai atas arus kas, suatu prakiraan transaksi yang merupakan subjek dari suatu
lindung nilai harus bersifat kemungkinan besar terjadi dan terdapat eksposur perubahan arus
kas yang dapat memengaruhi laporan laba rugi.
4. Efektivitas lindung nilai dapat diukur secara andal.
5. Lindung nilai dinilai secara berkesinambungan dan ditentukan bahwa efektivitasnya sangat
tinggi sepanjang periode pelaporan keuangan dimana lindung nilai tersebut ditetapkan.
c. Instrumen Lindung Nilai
1. Lindung nilai terhadap eksposur nilai wajar dari obligasi dalam mata uang asing.
2. Lindung nilai menggunakan aset atau liabilitas keuangan nonderivatif
3. Akuntansi lindung nilai: penggunaan opsi yang diterbitkan dalam instrumen lindung nilai
yang digabungkan
4. Lindung nilai Internal
5. Kontrak derivatif internal yang saling hapus digunakan untuk mengelola risiko suku bunga
d. Item yang dilindung nilai
1. Derivatif
2. Penerbitan utang dengan suku bunga tetap yang telah diantisipasi
3. Deposito inti tak berwujud
4. Aliran pendapatan dalam mata uang asing di masa datang

Anda mungkin juga menyukai