Anda di halaman 1dari 6

1.

Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Menurut Waspada (2007) ada dua proses normal yang paling penting di dalam
kehidupan manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan
tetapi, karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah
adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua
keadaan ini. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan.
Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit mempertahankan tidur
(sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta tetap merasa badan tidak
segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).
Faktor psikologis memegang peranan utama terhadap kecenderungan
insomnia.Biasanya insomnia disebabkan oleh stres, perubahan hormon, dan kelainan-
kelainan kronis.Insomnia yang terjadi dalam tiga malam atau lebih dalam seminggu
dalam jangka waktu sebulan termasuk insomnia kronis, salah satu penyebab insomnia
kronis adalah depresi (Waluyo, 2010).
Menurut data dari WHO (World Health Organization) pada tahun 1993, kurang lebih
18% penduduk dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur, dengan keluhan yang
sedemikian hebatnya sehingga menyebabkan tekanan jiwa bagi penderitanya
(Lanywati, 2001). Gejala depresi ini bisa mengakibatkan dapat memperpendek harapan
hidup dengan mencetuskan atau memperburuk kemunduran fisik.Dampak terbesarnya
sering terjadi penurunan kualitas hidup dan menghambat pemenuhan tugas-tugas
perkembangan lansia. Depresi merupakan masalah mental yang paling banyak ditemui
pada pada manusia dewasa. Prevalensi depresi pada usia dewasa di dunia sekitar 8 –
15 %. Hasil survey dari berbagai negara di dunia diperoleh prevalensi rata-rata depresi
pada usia dewasa adalah 13,5% dengan perbandingan pria dan wanita 14,1 : 8,5.
Berdasarkan survei awal pada bulan November 2017 di wilayah X didapatkan 4 dari
10 warga dewasanya mengatakan kesulitan jika akan tidur dan sering terbangun pada
malam hari. Mereka juga mengatakan jika sudah terbangun mereka sulit untuk tidur
lagi dan dipagi harinya sering merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur.
Berdasarkan survei awal tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan tidur beberapa
warga dewasa di wilayah X adalah terganggu, hal itu kemungkinan disebabkan oleh
adanya rasa cemas dan tingkat depresi yang sering mereka alami.
Gangguan tidur disebabkan oleh beberapa faktor yaitu psikologis dan biologis,
penggunaan kebiasaan merokok, alkohol, latihan fisik dan kebiasaan minum kafein
serta lingkungan yang mengganggu serta kebiasaan buruk, juga dapat menyebabkan
gangguan tidur. Faktor psikologis memegang peranan utama terhadap kecenderungan
insomnia. Biasanya insomnia disebabkan oleh stres, perubahan hormon, dan kelainan-
kelainan kronis. Insomnia yang terjadi dalam tiga malam atau lebih dalam seminggu
dalam jangka waktu sebulan termasuk insomnia kronis, salah satu penyebab insomnia
kronis adalah depresi (Carpenito, 2000). Menurut Nugroho (2000), stres psikososial
yang dialami orang dewasa dapat mengakibatkat kegelisahan yang mendalam,
penurunan kondisi fisik, kemarahan yang tak terkendali, bahkan dapat mengakibatkan
perasaan depresi.
Dampak serius gangguan tidur pada dewasa misalnya mengantuk berlebihan di siang
hari, gangguan , mood, depresi, sering terjatuh,dan penurunan kualitas hidup. Dari
uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Tingkat Depresi Dengan
gangguan tidur (insomnia) pada Warga Dewasa di Wilayah X 2018”.

1.2 Rumusan Masalah


Gangguan tidur disebabkan oleh beberapa faktor yaitu psikologis dan biologis,
penggunaan kebiasaan merokok, alkohol, latihan fisik dan kebiasaan minum kafein
serta lingkungan yang mengganggu serta kebiasaan buruk, juga dapat menyebabkan
gangguan tidur. Faktor psikologis memegang peranan utama terhadap kecenderungan
insomnia. Biasanya insomnia disebabkan oleh stres, perubahan hormon, dan kelainan-
kelainan kronis. Insomnia yang terjadi dalam tiga malam atau lebih dalam seminggu
dalam jangka waktu sebulan termasuk insomnia kronis, salah satu penyebab insomnia
kronis adalah depresi (Carpenito, 2000).
Berdasarkan survei awal pada bulan November 2017 di wilayah X didapatkan 4 dari
10 warga dewasanya mengatakan kesulitan jika akan tidur dan sering terbangun pada
malam hari. Mereka juga mengatakan jika sudah terbangun mereka sulit untuk tidur
lagi dan dipagi harinya sering merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur.
Dampak serius gangguan tidur pada dewasa misalnya mengantuk berlebihan di siang
hari, gangguan , mood, depresi, sering terjatuh,dan penurunan kualitas hidup. Dari
uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Tingkat Depresi Dengan
gangguan tidur (insomnia) pada Warga Dewasa di Wilayah X 2018”.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1.3.1 Bagaimana gambaran karakteristik responden (Usia, Jenis Kelamin, Status
Pernikahan, dan pendidikan responden?
1.3.2 Bagaimana gambaran gaya hidup (Latihan Fisik /fhysical Fitness, merokok,
alcohol dan caffeine) responden?
1.3.3 Bagaimana gambaran depresi dan kualitas tidur dari responden?
1.3.4 Bagaimana hubungan antara karekterikstik responden dengan depresi
responden?
1.3.5 Bagaimana hubungan antara gaya hidup dengan depresi?
1.3.6 Bagaimana karakteristik responden dengan kualitas tidur?
1.3.7 Bagaimana hubungan antara gaya hidup dengan kualitas tidur?
1.3.8 Bagaimana hubungan antara depresi dengan kualtas tidur?

2. Hasil dan Pembahasan


2.1 Hasil Analisa Univariat
a. Gambaran Jenis Kelamin Responden
Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan jenis kelamin di Wilayah X tahun
2018 (n=271)
Jenis Kelamin Jumlah Presentase
Laki-laki 121 44,6
Perempuan 150 55,4
Total 271 100
Tabel 1 menjelaskan responden terbanyak berjenis kelamin perempuan dengan
jumlah 150 orang (55.4%) dari 271 responden.

b. Gambaran Usia Responden


Tabel 2 Distribusi Usia Responden di Wilayah X tahun 2018 (n=271)
Variabel Mean SD Minimal-
Median Maksimal
Umur (tahun) 43,68 12.62 18-84
44,00

Tabel 2 menjelaskan umur rata-rata responden adalah 43,68 tahun dengan standar
deviasi 12.62

c. Gambaran Status Perkawinan Responden


Tabel 3 Menjelaskan Status Perkawinan Responden Di Wilayah X Tahun 2018
(N=271)
Status Perkawinan Jumlah Presentase
Belum Menikah 58 19,9
Menikah 188 69,4
Bercerai 21 7,7
Janda/Duda Meninggal 8 3,0
Total 271 100

Tabel 3 menjelaskan status perkawinan responden terbanyak adalah Menikah


dengan jumlah 188 (69,4%) dari 271 responden.

d. Gambaran Tingkat Pendidikan Responden


Tabel 4 Menjelaskan Tingkat Pendidikan Responden di Wilayah X Tahun 2018
(n=271)
Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase
SD 3 1,1
SMP 33 12,2
SMA 31 11, 4
D3 72 26,6
S1/S2 132 48,7
Total 271 100

Tabel 4 Menjelaskan tingkat pendidikan responden terbanyak adalah S1/S2 dengan


jumlah 132 (48,7%) dari 271 responden.

e. Gambaran Depresi Responden


Tabel 4 Menjelaskan Depresi Responden di Wilayah X Tahun 2018 (n=271)

f. Gambaran Kualitas Tidur Responden


Tabel 4 Menjelaskan Kualitas Tidur Responden di Wilayah X Tahun 2018 (n=271)

g. Gambaran Latihan Fisik Responden


Tabel 4 Menjelaskan Latihan Fisik Responden di Wilayah X Tahun 2018 (n=271)

h. Gambaran Merokok Responden


Tabel 4 Menjelaskan Merokok Responden di Wilayah X Tahun 2018 (n=271)

i. Gambaran Alkohol Responden


Tabel 4 Menjelaskan Alkohol Responden di Wilayah X Tahun 2018 (n=271)

j. Gambaran Kafein Responden


Tabel 4 Menjelaskan Kafein Responden di Wilayah X Tahun 2018 (n=271)

Anda mungkin juga menyukai