Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sel darah merah atau eritrosit adalah cakram bionkaf tidak berinti yang
kira-kira berdiameter 8 mikrometer. Storma bagian luar membran sel mengandung
antigen golongan A dan B serta Rh yang menentukan golongan darah.komponen
utama sel darah merah adalah hemoglobin,yang mengangkut sebagian besar
oksigen dan sebagian kecil karbondioksida dan mempertahankan pH normal.
Jumlah sel darah merah normal dalam darah berpariasi,dan lebih tinggi pada laki-
laki dari pada perempuan bayi baru lahir memiliki jumlah sel darah merah yang
lebih tinggi dari pada orang dewasa. Jika jumlah sel darah merah lebih tinggi
dalam sirkulasi dari biasanya maka seseorang dikatakan telah erythrocytosis atau
polisitemia. Situasi sebaliknya, jika sel darah merah lebih rendah dari pada
biasanya , dan kondisi ini disebut sebagai anemia.jumlah sel darah merah yang
berlebih biasanya tidak terdapat tanda gejala, pada awal polisitemia.
Polisitemia adalah salah satu jenis gangguan pada sumsum
tulang.penyakit ini termasuk langkah dan lebih sering dialami oleh pria
dibandingkan dengan wanita.kondisi normal tubuh mengatur dan menentukan
jumlah sel-sel darah yang akan diproduksi sesuai yang dibutuhkan.gen JAK2
mengalami mutasi ,sehingga sel sumsum tulang akan memproduksi sel darah
merah secara berlebihan .penyebab mutasi tersebut belum diketahui secara
pasti,namun resiko polisitemia akan meningkat seiring bertambahnya
usia,khususnya pada usia 60 tahun (supandiman,2003).
Polisitemia mengenai semua umur,sering pada pasien berumur 40 sampai
60 tahun,rasio perbandingan pria dan wanita antara 2:1 dan dilaporkan insidennya
adalah 2,3 per 100.000 populasi dalam setahun (Darwin,2006). Hemoglobin tinggi
dapat meningkatankan kekentalan darah dan akhirnya terjadi infark di
otak,jantung,dan lain-lain (djoenaidi,2004).

1
1.2 Tujuan
 Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan
diagnose medis polisitemia.
 Melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan penyakit polisitemia.
 Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah.
 Mampu melaksanakan rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata
sesuai dengan masalah yang telah diprioritaskan
 Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan
masalah yang diprioritaskan .
 Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah
dilaksanakan pada pasien dengan penyakit anemia.

2
BAB II
PENDAHULUAN

2.1 Defenisi
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel
darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh
sumsum tulang.Ada dua jenis utama polisitemia: polisitemia vera( primer)
dan polisitemia sekunder.

Polisitemia adalah peningkatan jumlah dan volume sel darah merah salah
satu tandanya adalah hemoglobin meningkat (Gyton dan Hall,2007).
a. Polisitemia vera (Primer): Dalam polisitemia primer peningkatan sel
darah merah adalah karena masalah yang melekat.Polisitemia primer
dikarenakan sel benih hematopoietik mengalami proliferasi berlebihan
tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan kadar
eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi
karena rangsangan eritropoietin yang adekuat. Polisitemia vera adalah
contoh polisitemia primer. Jumlah sel darah merah atau eritrosit manusia
umumnya berkisar antara 4 hingga 6 juta per mikroliter darah. Jumlah ini
yang terbanyak dibandingkan dengan sel darah lainnya. Namun, jumlah
sel darah merah bisa melebihi batas normal. Kondisi ini dikenal dengan
sebutan polisitemia vera.
b. Polisitemia sekunder: Jenis ini, proliferasi eritrosit disertai peningkatan
kadar eritropoietin. Jadi, berbanding terbalik dengan polisitemia primer.
Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan akan mencapai
keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin kembali ke batas normal.
Contoh polisitemia sekunder fisiologis adalah hipoksia. Polisitemia
sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-faktor lain atau
kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti tumor hati, tumor ginjal
atau sindroma Cushing.

3
Penyebab, gejala, dan perawatan dari dua kondisi yang berbeda-
beda. Polisitemia Vera lebih serius dan dapat mengakibatkan komplikasi
kritis lebih dari polisitemia sekunder. Sel darah tubuh diproduksi di
sumsum tulang ditemukan di beberapa tulang,seperti tulang paha.
Biasanya produksi sel darah diatur oleh tubuh sehingga jumlah sel darah
baru dibuat untuk menggantikan sel-sel darah yang lama karena mereka
mati. Dalam polisitemia, proses ini tidak normal karena berbagai penyebab
dan menghasilkan terlalu banyak sel darah merah dan kadang-kadang sel-
sel darah lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.

2.2 Anatomi dan fisiologi

4
1. Anatomi Darah
- Air : 91%
- Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinigen)
- Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,
magnesium, kalsium dan zat besi.
- Bahan Organik : 0.1% (glukosa, lemakasam urat, keratinin, kolesterol, dan
asam amino)

Darah di bagi menjadi 2 :

a. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu :


- Eritrosit (sel darah merah)
- Eritrosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter 8 mikron,
tebalnya 2 mikron dan ditengah tebalnya 1 mikron. Eritrosit mengandung
hemoglobin, yang memberinya warna merah.
- Leukosit (sel darah putih) Leukosit dibagi menjadi 2, yaitu :
 Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya
memiliki butir-butir kasar (granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil,
dan netrofil.
 Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki
granula, jenisnya adalah limfosit (sel T dan sel B) dan monosit.
- Trombosit/platelet (sel pembeku darah)
b. Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen.
Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah.

2. Fisiologi darah
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh.
Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat
sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun

5
yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-
hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada
darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory
protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan
tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem
peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh
darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung
menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa
karbondioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh darah aorta.
Darah mengedarkan oksigen melalui pembuluh darah pulmonalis, lalu
dibawa lagi ke jantung melalui vena pulmonalis. Darah juga mengangkut
bahan-bahan sisa metabolisme obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati
untuk dibuang sebagai urine.
Komponen darah manusia terdiri dari dua komponen :
a. Korpuskular adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah eritrosit,
leukosit, dan trombosit.
- Eritrosit (sel darah merah)
Sel ini berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel,
berdiameter 7-8 mikrometer. Eritrosit mengandung hemoglobin,
yang memberinya warna merah. Hemoglobin (Hb) adalah protein
kompleks terdiri atas protein, globin, dan pigmen hem (besi). Jadi
besi penting untuk Hb. Besi ditimbun di jaringan sebagai ferritin
dan hemosiderin. Eritrosit dibentuk di sumsum tulang merah, dari
proeritroblas, kemudian normoblas. Keduanya masih memiliki inti.
Normoblas kehilangan intinya dan masuk peredaran darah sebagai
eritrosit dewasa (Tambayong, 2001).
Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mentransfer
hemoglobin, yang selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan. Sel darah merah merupakan cakram biconkav yang

6
mempunyai garis tengah rata-rata sekitar 8 mikron, tebalnya 2
mikron dan di tengahnya mempunyai tebal 1 mikron atau kurang,
bentuk sel normal adalah suatu ”kantong” yang dapat berubah
menjadi hampir semua bentuk karena sel normal mempunyai
membran, dan akibatnya tidak merobek sel seperti yang akan
terjadi pada sel-sel lainnya. Pada laki-laki normal, jumlah rata-rata
sel darah merah permili liter kubik adalah 5.200.000 dan wanita
normal 4.700.000. Jumlah hemoglobin dalam sel dan
transforoksigen, bila hematokrit (prosentase darah yang berupa sel
darah merah norma) darah mengandung rata-rata 15 gram
hemoglobin. Tiap gram hemoglobin mampu mengikat kira-kira
1.39 ml oksigen.
Oleh karena itu, pada orang normal lebih dari 20 ml
oksigen dapat diangkut dalam ikatan dengan hemoglobin dalam
tiap-tiap 100 ml darah. Faktor utama yang dapat merangsang
produksi sel-sel darah merah adalah hormon di dalam sirkulasi
yang disebut sebagai eritropoetin, yang merupakan suatu
glikoprotein. Pada orang normal 90 sampai 95 persen dari seluruh
eritropoietin di bentuk di dalam ginjal. Namun sampai sekarang
belum pasti di bagian ginjal yang mana. Jumlah yang dapat
diekstraksikan dari bagian korteks ginjal ternyata jauh lebih banyak
dari pada yang bagian medula (Guyton, 1997).
b. Leukosit (sel darah putih)
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc
darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk fagosit (pemakan)
bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Peningkatan jumlah
leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi misalnya radang paru-
paru. Leukopenia berkurangnya jumlah leukosit sampai dibawah 6000
sel/cc darah. Leukositosis bertambahnya jumlah leukosit melebihi
normal (di atas 9000 sel/cc darah).

7
Faktor fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda
asing atau kuman jauh di luar pembuluh darah. Kemampuan leukosit
untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk mencapai
daerah tertentu disebut diapedesis. Gerakan leukosit mirip dengan
amoeba disebut gerak amuboid. Granulosit adalah leukosit yang
didalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula). Jenisnya
adalah eosinofil, basofil, dan netrofil. Agranulosit adalah leukosit yang
sitoplasmanya tidak memiliki granula, jenisnya adalah limfosit dan
monosit.
- Eosinofil mengandung granula berwarna merah (warna eosin)
disebut juga asidofil berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi
cacing).
- Basofil mengandung granula berwarna biru (warna basa) berfungsi
pada reaksi alergi.
- Netrofil ada 2 jenis sel yaitu netrofil batang dan netrofil segmen
disebut juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear) berfungsi
sebagai fagosit.
- Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B) keduanya
berfungsi untuk menyelenggarakan imunitas (kekebalan tubuh).
Sel T adalah imunitas seluler dan sel B adalah imunitas humoral.
- Monosit merupakan leukosit dengan ukuran paling besar.
c. Trombosit (keping darah)
Disebut juga sel darah pembeku, jumlah sel pada orang dewasa
sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc. Didalam trombosit terdapat banyak
sekali faktor pembeku (hemostasis) antara lain adalah faktor VIII (anti
haemophilic factor), jika seseorang secara genetis trombositnya tidak
mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita hemofili.
Proses pembekuan darah yaitu jika trombosit menyentuh
permukaan yang kasar akan pecah dan mengeluarkan enzim
trombokinase (tromboplastin). Pada masa embrio sel-sel darah dibuat

8
di limpa dan hati (extra medullarry haemopoesis) setelah embrio sudah
cukup usia , fungsi itu diambil alih oleh sumsung tulang.
d. Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan
fibrinogen, cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut
serum darah. Protein dalam serum inilah yang berfungsi sebagai
antibodi terhadap adanya benda asing (antigen).
Zat antibodi adalah senyawa gama yang disebut globulin. Tiap
antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksimya bermacam-
macam.
- Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen disebut
presipitin.
- Antibodi yang dapat menguraikan antigen adalah lisin. Antibodi
yang dapat menawarkan racun adalah antitoksi
2.3 Etiologi
Etiologi yang sering muncul secara umum:
a. Berkurangnya foume plasma dehidrasi akut tanpa penngkatan masa sel
darah merah merupakan penjelasan yang lazim.
b. Hipoksia, sejauh ini merupakan etiologi polisitemia sekunder yang paling
lazim. Pemeriksaan fungsi paru dan desaturasi oksige pada penentuan gas
darah mungkin di diagnostic.
c. “sindrom gaibock” biasanya kelihatan peningkatan hematokrit pada pria
setengah baya yang merokok berlebihan dan hipertensi. Masa sel darah
merah biasanya norma(normal tinggi dan volume plasma menurun)
1) Polisitemia Primer
Polisitemia primer penyebab nya tidak diketahui. Namun,
polisitemia ini hadir saat lahir, biasanya disebabkan oleh kelainan
genentik warisan yang abnormal menyebabkan peningkatan se darah
merah
2) Polisitemia sekunder

9
Polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap
faktor-faktor lain atau kondisi yang mendasari nya atau gangguan,
seperti:
a) Tumor hati
b) Tumor ginjal atau sydroma cushing
c) Peningkatan eritrosit(EPO) produksi, baik dalam respon
terhadap hipoksia kronis (kadar oksigen rendah)
d) Perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di tempat yang
tinggi, penyakit paru-paru parah, dan penyakit jantung
e) Peingkatan produksi eritropoietin
f) Keadaan yanga menyebabkan hipoksia jaringan yang lama,
seperti syok atau kompresi pembuluh darah besar
3.4 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang biasa ditimbulakn pada pasien polisitemia adalah :


a. kemerahan pada wajah dan splenomegiali,
b. peningkatan volume darah(sakit kepala, pusing, tinnitus, keletihan,
parestesia, dan pandangan kabur)
c. peningkatan piskositas darah( angina, kloudikasi, dispenea, dan
trombofleditis).
d. Tekanan darah dan asam urat seringkali meningkat,
e. pruritus merupakan komplikasi yang umum dan menganggu.
f. Pasien dapat mengeluhkan eritromelagia (sensasi terbakar di jari
tangan dan jari kaki).
g. Hepatomegali (pembesaran hati).
Hepatomegali juga sering terjadi pada penderita polisitemia.
Namun lebih jarang terjadi dan cenderung timbul belakangan dalam
perjalanan penyakit tersebut.
h. gejala awal (early symptoms)
gejala awal dari polisitemia vera sangat minimal dan tidak selalu
ada kelainan walaupun telah diketahui melalui tes laboratorium.
Gejala awal biasanya sakit kepala (48%),telinga

10
berdenging(43%),mudah lelah(47%),gangguan daya ingat,susah
bernafas(26%),hipertensi(72%),gangguan penglihatan(31%),rasa
panas pada tangan atau kaki(29%),pruritus (43%),pendarahan
hidung,lambung(24%),sakit tulang(26%).
i. gejala akhir (later symptoms) dan komplikasi
sebagai penyakit progesif,pasien polisitemia vera mengalami
pendarahan/thrombosis peningkatan asam urat(10%),berkembang
menjadi gout dan peningkatan resiko ulkus petikum
j. Fase stlenomegali(spent faseh)
sekitar 30% gejala akhir berkembang menjadi fase
plenomegali.pada fase ini terjadi kegagalan sumsum tulang dan pasien
menjadi anemia berat,kebutuhan tranfusi meningkat,hati dan limfa
membesar.

11
4 Patoflow

Dehidrasi berat, Mutasi Gangguan penyakit seperti


luka bakar, alergi tumor, hati, sydrom crushing,
JAK2V6175 dll serta kebiasaan tidak sehat

Eritrositosis, granulasitosis, trombositosis

POLISITEMIA

penurunan plasama darah peningkatan volume sel darah

Polisitemia relatif Polisitemia absolute

Faktor fisiologis dan nonfisiologis

Polisitemia vera Eritrosit meningkat

Polisitemia sekunder

Peningkatan jumlah volume dan sel darah


kurangnya paparan
informasi
Viskositas darah

Gangguan fungsi Defisiensi pengetahuan


Sheare rate
hemostatis primer

eristrotasis
Agregasi
trombosit pada Pendarahan GI
Penurunan
endotel
transport oksigen
ke saraf perifer Mual

Muntah
Perubahan perfusi
jaringan perifer Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

12
3.6 Pemeriksaan diagnostik
a. Eritrosit
Peningkatan >6 juta ml, dan sediaan apus eritrosit biasanya
normokrom, normositik, kecuali jika terdapat transisi kearah metaplasia
myeloid (batas normal pria: 4,5-5,5 juta/ul batasnormal wanita: 4.,0-5,0
juta/ul)
b. Granulosit
Meningkat pada 2/3 kasus polisitemia vera berkisar antara 12-
25.000/ml tetapi dapat sampai 60.000/mL.
c. Trombosit
Berkisar antara 450-800 ribu/mL, bahkan dapat > 1 juta/mL sering
didapatkan dengan morfologi trombosit yang upnormal (batas normal pria:
150.000-400.000/ul).
d. B12 serum
B12 serum dapat meningkatkan pada 35% kasus, tetapi dapat pula
menurun, pada ±30% kasus, dan UBBC meningkat pada >75% kasus
polistemia vera (normal : 200 – 800 pg/Ml)
e. Pemeriksaan Sumsum tulang (SST)
Pemeriksaan ini tidak di perlukan untuk diagnostic, kecuali bila ada
kecurigaan penyakit mieloproliferatif. Sitologi SST menunjukan
peningkatan selularitas seritrosit, megakariosit dan mielosit.
f. Peningkatan hemoglobin berkisar 18-24 gr/dl (batas norma pria : 13-15
g/LL batas normal wanita : 12-14 g/dll).
g. Peningkatan hematokrit dapat mencapai > 60 % (batas normal pria : 40-48
vol% batas normal wanita : 37-43 vol%).
h. Viskositas darah meningkat 5-8 x normal
i. UBBC (unsaturated B12 binding capacity) meningkat 75% penderita .
j. Pemeriksaan sitogenetik, dapat dijumpai kariotik 20q, 13q, 11q, 7q, 6q,
5q, trisomi 8 dan trisomi 9.
k. Serum eritopoitin

13
Pada polisitemia vera serum eritopoitin menurun atau normal
sedangkan pada polisitemia sekunder serum eritopoitin meningkat.
Pemeriksaan JAK2V617F ditemukan 90% pasien polisitemia vera dan
50% pasien trombositosis esensial dan mielofibrosis ideopatik.
3.7 Penatalaksanaan
a) Penalaksaan medis
Sasaran penatalaksaan adalah untuk mengurangi massa sel darah merah
yang tinggi.
 Flebotomi dilakukan secara berulang untuk mempertahankan
hemoglobin daam kisaran normal ; suplemen zat besi dihindari.
 Agens kemoteraupetik digunakan untuk menekan fungsi sumsum
tulang (dapat meningkatkan risiko leukemia).
 Anagrelida (Agrylin) dapat diguunakan untuk menghambat agregasi
tombosit dan mengontrol trombositosis yang berkaitan dengan
polisitemia.
 Interferonalfa -2b (Intron-A) adalah terapi yang paling efektif untuk
penanganan pruritus yang berkaitan dengan polisitemia vera.
 Anthihistamin dapat diberikan untuk mengendalikan pruritus (Tidak
begitu efektif).
 Allopurinol digunakan untuk mencegah serangan gout ketika kadar
asam urat meningkat.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
 Kaji faktor resiko untuk komplikasi trombotik dan ajarkan pasien
untuk mengenali tanda dan gejala thrombosis.
 Cegah perilaku hidup kurang gerak(sedenter),menyilangkan
kaki,menggunakan pakaian ketat atau restriktif (terutama stocking)
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya thrombosis vena dalam .
 Anjurkan pasien untuk tidak mengonsumsi aspirin dan obat lain yang
mengandung aspirin (jika pasien memiliki riwayat pendarahan).
 Anjurkan pasien untuk meminimalkan asupan alkoho dan
menghindari zat besi dan vitamin yag mangandung zat besi.

14
 Anjurkan mandi air dingin atau air hangat untuk pruritus,dan juga
menggunakan losion berbahan dasar cocoa butter dan produk mandi
lain untuk mengurangi gatal.
3.8 Pengkajian
1. Riwayat adanya penyakit yang berhubungan dengan hipoksia (penyakit paru
obstruksi kronis atau PPOK, penyakit jantung kronis, atau hemaglobinopati).
2. Pemeiksaan fisik
Dalam pemeriksaan menunjukan gejala-gejala sebagai berikut
 Peningkatan warna kulit (sering kemerah-merahan) disebabkan oleh
peningkatan kadar hemoglobin.
 Gejala-gejala kelebihan beban sirkulasi (dispenea, batuk kronis,
penngkatan tekanan darah, takikardi, sakit kepala dan pusing)
disebabkan oleh peningkatan volume darah.
 Gejala-gejala trombosit (angina, klaudikasi intermiten, tromboplebitin)
disebabkan oleh peningkatan viskositas darah.
 Splenomegali dan hepatomegali
 Gatal, khususnya setelah mandi air hangat yang diakibatkan oleh
hemolisis sel darah merah yang tidak matang
 Riwayat pendarahan hidung ,ekimosis atau pendarahan saluran
pencernaan dari disfungsi trombosit.
3. Pemeriksaan diagnostik
 Pada pemeriksaan darah lengkap menunjukan peningkatan sel darah
merah, hemoglobin, hemotokrit, sel darah putih dan trombosit tetap
normal
 Alkalin fosfat leukosit meningkat
 Kadar B12 serum meningkat
 Kadar asam urat serum meningkat
4. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan rencana tindakan
5. Kaji klien tentang perasaannya mengalami kondisi kronis.

15
3.9 Diagnosa keperawatan

Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosis keperawatan yang


muncul pada klien adalah sebagai berikut.

a. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kelebihan sel darah


merah dan volume darah
b. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer yang berhubungan
dengan pembentukan thrombus sekunder
c. Resiko tinggi perubahan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah yang
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana
tindakan, kesulitan penyesuaian terhadap kondisi kronis.
3.10 Intervensi
 Diagnosa Keperawatan 1
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau
ketidakmampuan pasien dalam mencerna makanan.
 Batasan karakteristik
Batasan karakteristik pada klien yang mengalami kelebihan
volume cairan adalah sebagai berikut.
a. Melaporkan mudah lelah pada pengarahan tenaga minimal
disertai dengan takikardia dan takitnea
b. SDM, hemoglobin, dan hematokrit diatas batasan normal
c. Rales pada auskultasi.
d. Tekanan darah diatas rentang normal
e. Nutrium serum dibawah rentang normal.
 Kriteria evaluasi
Kriteria evaluasi pada klien yang kelebihan volume cairan
adalah sebagai berikut:
a. Berpatisipasi dalam aktivitas tanpa mengalami
takipnea,takikardi,dan kelelahan.

16
b. Hasil laboratorium darah lengkap dan natrium serum dalam batas
normal .
c. Bunyi nafas bersih.
d. Penurunan berat badan
e. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
 Tujuan
Klien mampu mendemonstrasikan hilangnya kelebihan
volume cairan.
 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada klien ini bertujuan agar volume
cairan pada tubuh klien berada dalam batas normal.
Intervensi Rasional

1. Batasi masukan cairan bila 1. Untuk mencegah kelebihan


gejala-gejala kelebihan lebih lanjut .
cairan terjadi seperti rales,
hipertensi, nadi kuat dan
peningkatan frekuensi
pernafasan.
Atur terhadap flebotomi sesuai Normalnya nilai – nilai pasca
ketentuan, konsultasikan flebotomi harus menurunkan
kedokter bila tanda – tanda nilai – nilai praflebotomi
vital, hemoglobin, hemotokrit,
dan natrium serum tetap tinggi
setelah jumlah darah yang
ditentukan telah dikeluarkan

Sebelum dan sesudah Untuk mengevaluasi ke efektifan


flebotomi,pantau adanya terapi.
tanda-tanda berikut ini.

 TD, nadi dan

17
pernapasan.
 Hsil pemeriksaan
elektrolit serum
 Hasil pemeriksaan
darah lengkap
 Berat badan

Berikan obat – obatan yang farmakoterapi sepanjang hidup


diberikan untuk mengontrol di perlukan secara efektif untuk
proliferasi dari sel – sel darah mengontrol polisitemia vera.
dan evaluasi ke efektifannya.

 Diagnosa Keperawatan 2
Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer yang berhubungan
dengan pembentukan thrombus.
 Batasan karakteristik
Karakteristik khas yang biasanya muncul pada klien ini adalah
sebagai berikut.
1. Peningkatan hematokrit
2. Riwayat perdarahan berlebihan tak biasanya
3. Melaporkan adanya mudah memar
4. Melaporkan riwayat tromboflebitis.
 Kriteria evaluasi
Kriteria evaluasi pada klien ini adalah jika tidak ada
perubahan berlebihan dan tanda-tanda trombotlebitis .
Hasil yang diharapkan dari klien adalah klien menunjukkan
perkusi jaringan perifer tetap adekuat.

18
 Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada klien ini adalah agar perfusi
jaringan klien berada dalam keadaan normal
Intervensi Rasional

1. Anjurkan klien melakukan


1. Imobilisasi mempredis
latihan rentang gerak aktif posisikan klien pada
pembentukan thrombus.
2. Anjurkan masukan cairan bila
3. Cairan membantu
tidak ada gejala-gejala kelebihan menurunkan viskositas darah.
beban cairan
4. Pantau : 1. Untuk mendeteksi komplikasi
 Hasil pemeriksaan laboratorium dini .
darah lengkap ,khususnya
hematokrit
 Status vaskular perifer setiap 8
jam.
5. Beritahu dokter bila terjadi
6. Obstruksi pembuluh darah
pembentukan thrombus berupa : oleh thrombus memengaruhi
 Angina pectoris ; aliran darah disekitar jaringan
 Klaudikasi intermiten; sehingga terjadi iskemia.
 Tromboflebitis.

 Diagnosa keperawatan 3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berkaitan dengan
kesulitan mencerna makanan
 Batasan karakteristik
Karakteristik khas ada klien dengan perubahan
penatalaksanaan pemeliharaan dirumah adalah sebagai berikut.
1. Tidak bisa menelan makanan dengan baik
2. Kesulitan untuk mecerna makanan

19
3. Rasa sakit pada bagian abdomen akibat tidak mendapat asupan
makanan
 Kriteria evaluasi
Kriteria evaluasi untuk klien dengan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh adalah sebagai berikut
1. Berat badan kembali normal
2. Tidak terjadi mal nutrisi
Hasil yang diharapkan dari klien adalah menunjukan kenaikan
pada berat badan, dan tidak terjadi mal nutrisi
 Intervensi Keperawatan
Rencana intervensi keperawatan ini bertujuan agar pasien
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya dan tidak merasa
lemas akibat kekurangan nutrisi .
Intervensi Rasional

 1. Mengidentifikasi
Kaji riwayat nutrisi termasuk defisiensi
makanan yang disukai. menduga kemungkinan intervensi
2. Observasi dan catat masukan Mengawasi masukan kalori atau
makanan kualitas kekurangan konsumsi
makanan

Timbang BB pasien setiap Mengawasi penurunan BB atau


hari efektifitas intervensi nutrisi

Observasi dan mencatat Gejala GI dapat menyebabkan


kejadian mual/muntah mual muntah

Konsul pada ahli Gizi Meningkatkan nafsu makan dan


pemasukan oral, menurunkan
pertumbuhan bakteri
meminimalkan kemungkinan
infeksi

20
DAFTAR PUSATAKA

Jitowiyono, Sugeng. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan


Sistem Hemotologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem. Jakarta: Salemba Medika

Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal – Bedah. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC

https://www.slidshare.net/mobile/Sifatmasari/bab-1-polisitemia-fix-una

http://pdfrepository.poltekkes-kdi.ac.id/

21
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 pengkajian

A. Biodata pasien
1. Identitas Pasien
Nama: Ny. H
Jenis kelamin: perempuan
Status perkawinan: kawin
Agama: islam
Pekerjaan: ibu rumah tangga
Diagnose medis: polisitemia
Tanggal masuk rumah sakit: senin, 12 desember 2018
Tanggal pengkajian: selasa, 13 desember 2018
Alamat: jl. Jend sudirman no. 17 jakarta timur

2. Keluhan utama: pasien mengatakan lemas dan sakit pada bagian


abdomen

3. Riwayat kesehatan sekarang


Pada tanggal 13 desember 2018, selasa pukul 08.30 wib, pasien
mengeluh lemas,kesulitan bernafas, gatal, nyeri pada bagian perut,
pusing pada malam hari, pusing di rasakan pada saaat pasien terlalu
banyak berbaring . skala nyeri: 7

4. Riwayat penyakit
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit,
pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: kelesuan, sakit
kepala, dan hipertensi
5. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak mengalami penyakit apapun

22
B. Pemeriksaan fisik
1. Kedaan umum: tangan pasien mengalami pembengkakakan akibat
kadar asam urat pasien meningkat

2. Tingkat kesadaran: COMPOS MENTIS

3. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah: 150/100 mmHg


b) Nadi: 80x/menit
c) Pernafasan: 21 x / menit
d) Suhu: 36.9℃

4. Berat badan dan tinggi badan


 BB dari 65 kg menjadi 62 kg
 TB 160 cm
5. Pemeriksaan head to toe
 Kepala/ rambut
Bentuk kepala norma cepalo, warna rambut hitam, terlihat rapi,
penyebaaran rambut merata, rambut tidak rontok, pasien
mengalami pusing berputar, tidak ada nyeri tekan.
 Wajah
Wajah tampak kemerahan
 Mata
Simetris, penglihatan tidak tajam, mata terasa panas,
konjungtiva normal,
 Telinga
Simetris, tampak bersih, tidak ada pendarahan, pendengaran
kurang jelas atau berdengung
 Hidung

23
Simetris, tampak bersih, tidak ada benjolan, penciuman normal,
tidak ada kotoran, tidak ada luka, ada bulu hidung, tidak ada
pendarahan
 Mulut
Simetris, gigi lengkap, tidak bau mulut, tidak kotor, uvula letak
di tengah, tidak ada efloresensi yang bermakna
 Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tampak bersih,
tidak jaringan parut, tidak ada lesi
 Dada (paru-paru dan jantung)
Bentuk dda simetris, bunyi jantung regular, nafas cepat
 Perut/ abdomen
Simetris, tidak ada busung, terdapat nyeri tekan epigastrium,
terdapat nyeri perut, pasien mengalami mual, bising usus 3 x/
menit
 Genetlia
Tidak ada nyeri BAK
 Ekstermitas atas
Simetris, terdapat pembengkakan pada tangan pasien, agak
lemah
 Ekstermitas bawah
Simetris, tidak ada nyeri tekan tampak bersih
C. Aktivitas sehari-hari
No. Aktivitas Sebelum sakit Selama sakit

1 Nutrisi
a. Makan
1) Jenis Nasi
2) Frekuensi 3x sehari D5

3) Porsi 1 porsi Belum makan


4) Keluhan Tidak ada

24
b. Minuman Tidak ada
1) Jenis Air putih
Ada
2) Frekuensi 6 x sehari
3) Keluhan Tidak ada

Air putih

2 x sehari

Tidak ada

2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi 4 x sehari 2 x sehari
2) Warna Kuning/putih Kuning
3) Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. BAB
1) Frekuensi 1x sehari Belum
2) Warna Kuning Tidak ada
3) Konsisten Lembek Tidak ada
4) keluhan Tidak ada Tidak ada

3. Personal hygiene
a. mandi 2 x sehari 1 x sehari
b. gosok gigi 2 x sehari Belum
c. keramas 4 x seminggu Belum

4. Istirahat dan tidur


a. malam
1) frekuensi 8 jam 4 jam
2) keluhan Tidak ada Ada

b. siang
1) frekuensi 2 jam Belum

25
keluhan Tidak ada Ada

5. Mobilisasi aktivitas
a. jenis aktivitas Mengajar Istirahat
b. keluhan Tidak ada Ada

D. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
 Hb 16,8 gr/Dl
 WBC 3 L
 HCT 56,1%
 PLT 695 x 103 L
2. Terapi
Infus D5
E. ANALISA DATA
NO. Data Etiologi Masalah Kep

1. Ds: pasien mengatakan Disebabkan Perubahan


kesulitan untuk bernafas karena limpa perfusi jaringan
membesar, dan
Do: Klien tampak mengalami hipoksia
sesak nafas
2. Ds: pasien mengatakan rasa - disebabkan Gangguan rasa
nyeri padabagian abdomen oleh pembesaran nyaman dan
limpa yang nyeri
Do: pasien meringis kesakitan, mengisi hampir
mengeluh, tampak tidak nyaman ke seluruh ruang
dengan sakit pada bagian abdomen
abdomen nya, skala nyeri: 7 - gangguan rasa
nyaman
3. Ds: pasien mengatakan lelah, - keterbatasan Intoleransi

26
dan lesu dalam aktivitas
melakukan
Do: Pasien tidak bisa aktivitas
beraktivitas dengan leluasa
karena badan nya lemah

3.2 Diagnosa
a. Perubahan perfusi jaringan
b. Gangguan rasa nyaman dan nyeri
c. Intoleransi aktivitas\

3.3intervensi
No. Diagnosa Intervensi Rasional
keperawatan
1. Perubahan perfusi - kaji kulit - kondisi kulit
jaringan perifer yang dan dipengaruhi oleh
berhubungan dengan membrane sirkulasi, nutrisi dan
darah aliran darah ke mukosa imobilitas
seluruh tubuh.
- auskultasi - jaringan dapat
Ds: Ds: pasien dada untuk menjadi rapuh
mengatakan kesulitan mengetahui cenderung menjadi
untuk bernafas pernapasan rusak. Pertahanan
dan bunyi posisi nyaman dan
Do: Klien tampak jantung pernafasan maksimal
mengalami sesak
nafas - beri - meminimalkan

27
dorongan adanya perasaan
untuk ketidaknyamanan
berkomunik
asi dengan - berikan informasi
orang tentang kondisi dan
terdekat kemajuan, dengan
melakukan Tanya
- tingkatkan jawab.
aktivitas
reduksi - meningkatkan secara
stress bertahap aktifitas
lainnya sampai normal untuk
memperbaiki tonus
- intruksikan otot atau stamina
pasien tanpa kelemahan
untuk
duduk
selama 10
sampai 15
menit
kemudian
berdiri
selama 3
sampai 5
menit
2. Nyeri yang - observasi - mengobservasi
berhubungan dengan tanda-tanda tanda-tanda vital
penyakit kronis vital pasien pasien dapat
dibuktikan oleh nyeri membantu dalam
abdomen dan sakit - anjurkan menegakan diagnose
kepala pasien keperawatan dan

28
untuk dapat memberikan
Ds: pasien melakukan tindakan
mengatakan rasa relaksasi keperawatan dengan
nyeri padabagian tepat
abdomen - berikan
lingkungan
Do: pasien meringis yang - relaksasi dapat
kesakitan, mengeluh, tenang, mengurangi rasa
tampak tidak nyaman batasi nyeri pada perut dan
dengan sakit pada pengunjung mengurangi rasa
bagian abdomen nya, dan kurangi nyeri.
skala nyeri: 6 suara bising - memberikan
lingkungan yang
- anjurkan tenang, batasi
pasien pengunjung dan
untuk kurangi suara bising
istirahat dapar mengurangi
rasa pusing pada
kepala

- menganjurkan pasien
istirahat afgar pasien
tidak terfokus pada
rasa sakit di perutnya.
3. Intoleransi aktivitas - kaji - mengkaji
berhubungan dengan pergerakan kemampuan pasien
rasa lelah dan lemah untuk bergerak
yang dialami oleh - bantu
pasien pasien - Membantu pasien
untuk untuk memenuhi
Ds: pasien memenuhi kebutuhan nya agar

29
mengatakan lelah, kebutuhan mengurangi
dan lesu keterbatasan gerak
- anjurkan
Do: Pasien tidak bisa keluarga - Mengajarkan
beraktivitas dengan untuk keluarga untuk
leluasa karena badan menemani memenuhi kebutuhan
nya lemah dan pasien agar dapat
memenuhi membantu pasien
kebutuhan memenuhi kebutuhan
pasien nya

- anjurkan
- Menghindari
pasien
terjadinya kekakuan
untuk
pda eksterminasi atas
elakukan
dan bawah
gerakan
- Menganjurkan pasien
ringan pada
isitirahat untuk bisa
ekstermitas
merefleksiskan saraf-
atas dan
saraf agar tidak
bawah
terjadinya kekakuan
bagian tubuh

3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


NO. Diagnosa Implementasi Evaluasi
keperawatan
1. Perubahan perfusi - Anjurkan pasien S : Pasien
jaringan perifer untuk selalu mengatakan
yang berhubungan melakukan relaksasi bahwa pasien
dengan darah aliran pernafasan masih suka
darah ke seluruh - Observasi mengalami sesak

30
tubuh. perkembangan nafas
pasien terutama pada
Ds: Ds: pasien frekuensi pernafasan O : pasien terlihat
mengatakan pasien susah pada saat
kesulitan untuk - Memberitahu pasien melakukan
bernafas untuk istirahat yang inspirasi dan
cukup, tidak ekspirasi
Do: Klien tampak melakukan aktivitas pernafasan
mengalami sesak yang terlalu berat
nafas dan membeban kan A : masalah tidak
si pasien teratasi

P : lanjutkan
intervensi untuk 8
jam kedepan

2. Nyeri yang - Mengobservasi S : normal tanda-


berhubungan tanda-tanda vital tanda vital:
dengan penyakit pasien dengan hasil: Tekanan darah:
kronis dibuktikan Tekanan darah: Sistol 100-140
oleh nyeri abdomen 150/100 mmHg Diastol 60-90
dan sakit kepala Nadi 60-100
Nadi : 80 x/menit x/menitpernafasan
Ds: pasien 16-24 x/menit
mengatakan rasa Pernafasan : 21 Suhu 36-37,5℃
nyeri padabagian x/menit
abdomen O : pasien tampak
Suhu : 36.9℃ memegang pada
Do: pasien meringis daerah peut yang
kesakitan, - Menganjurkan pasien sakit, dan tampak
mengeluh, tampak untuk menarik nafas kesakitan

31
tidak nyaman secara perlahan,
dengan sakit pada memotivasi pasien A : masalah tidak
bagian abdomen untuk kembali teratasi
nya, skala nyeri: 6 sembuh
P : lanjutkan
- Menganjurkan pasien intervensi untuk 8
untuk beristirahat jam kedepan
dengan tenang

- Memberitahu
keluarga pasien
untuk tidak membuat
kebisingan didalam
ruangan
3. Intoleransi aktivitas - Perhatikan gerak S : pasien
berhubungan pasien apakah mengatakan
dengan rasa lelah geraknya aktif atau badan masih
dan lemah yang lemas terasa lemah dan
dialami oleh pasien belum bisa
- Bantu pasien untuk melakukan
Ds: pasien melakukan aktivitas aktivitas dengan
mengatakan lelah, seperti membantunya leluasa
dan lesu bila ingin ke kamar
mandi O : pasien tampak
Do: Pasien tidak lemah, dan hanya
bisa beraktivitas - Mengajarkan bisa melakukan
dengan leluasa keluarga untuk gerakan dengan
karena badan nya membantu pasien terbatas, belum
lemah melakukan segala bisa melakukan
aktivitasnya personal hygiene
dengan sendiri

32
- Menganjurkan
pasien untuk A : masalah tidak
melakukan gerkan teratasi
ringan pada
ekstermitas atas da P : lanjutkan
bawah agar tidak intervensi untuk 8
terjadi kekakuan jam kedepan
pada bagian
ekstermitas

- Memberitahu pasien
untuk istirahat yang
cukup dan tidak
memikirkan hal
yang berat

33
BAB IV

PENUTUP

Keimpulan

Polisitemia merupakan suatu penyakit yang menganggu pada sistem hematolgi


manusia, Polisitemia merupakan kenaikan pada sel darah merah atau eritrosit .
polisitemia terdapat dua jenis yaitu polisitemia vera(primer) dan polisitemia
sekunder, Polisitemia Vera lebih serius dan dapat mengakibatkan komplikasi
kritis lebih dari polisitemia sekunder. Polisitemia biasanya penyakit ini dialami
oleh kebanyakan pria yang berumur kisaran 40-60 tahun. Polisitemia dapat
disembuhkan melalui pengobatan medis

34

Anda mungkin juga menyukai