Anda di halaman 1dari 17

Bab 1

1.1 Pendahuluan
Matematika adalah ilmu pasti, yang sampai kapanpun akan terus digunakan. Semakin lama,
rumus rumus matematika semakin bertambah. Ilmu ilmu turunan matematika, seperti Kalkulus,
Statistik, Aljabar, Geometri, dan lain lain, juga ikut bertambah. Tetapi, apakah kita telah tau
siapa yang telah berhasil menemukan rumus rumus itu, Kapankah mereka menemukan rumus
rumus itu? Kita hanya tahu segelintir penemunya, mungkin kita hanya tahu penemu Teorema
Phytagoras, yaitu Phytagoras. Selebihnya kita tak tahu lagi, siapa saja orang orang yang telah
berjasa menemukan rumus rumus itu. Sungguh ironis, bukan?

Dari Negara mana matematika berasal? Tokoh mana yang paling banyak memberikan
sumbangsih pemikirannya dalam ilmu matematika? Bagaimana Matematika pertama kali
muncul? Apakah konsep konsep matematika pada zaman sekarang sama dengan zaman dahulu?
Apakah disetiap Negara zaman dahulu menggunakan konsep matematika yang sama? Sangat
banyak pertanyaan yang susah untuk dijawab, Tetapi pertaanyaan itu mengarah ke satu pokok
permasalahan, yaitu bagaimana Sejarah Matematika itu?

1. 2 Latar Belakang Masalah


Untuk menjawab pertanyaan pertanyaan itu, maka saya, selaku penulis, mencoba
membuat sebuah karya tulis yang bisa menjawab rasa penasaran kita semua, dari berbagai
literature, dan internet. Berikut ini adalah pertanyaan pertanyaan yang akan saya ulas:

1. Sejarah matematika
2. Matematika pada zaman prasejarah seperti apa?
3. Tokoh tokoh matematika
4. Awal mula dan perkembangan matematika
5. Matematika pada Negara Negara lain
6. Bagaimena Perkembangan matematika

1
Bab 2
ISI

2.1 Sejarah matematika

1. Sejarah Matematika secara umum


Cabang pengkajian yang dikenal sebagai sejarah matematika adalah penyelidikan terhadap asal
mula penemuan di dalam matematika dan sedikit perluasannya, penyelidikan terhadap metode
dan notasi matematika pada masa silam.

Sebelum zaman modern dan penyebaran ilmu pengetahuan ke seluruh dunia, contoh-contoh
tertulis dari pengembangan matematika telah mengalami kemilau hanya di beberapa tempat.
Tulisan matematika terkuno yang telah ditemukan adalah Plimpton 322 (matematika Babilonia
sekitar 1900 SM),[1] Lembaran Matematika Rhind (Matematika Mesir sekitar 2000-1800 SM)[2]
dan Lembaran Matematika Moskwa (matematika Mesir sekitar 1890 SM). Semua tulisan itu
membahas teorema yang umum dikenal sebagai teorema Pythagoras, yang tampaknya menjadi
pengembangan matematika tertua dan paling tersebar luas setelah aritmetika dasar dan geometri.

Sumbangan matematikawan Yunani memurnikan metode-metode (khususnya melalui


pengenalan penalaran deduktif dan kekakuan matematika di dalam pembuktian matematika) dan
perluasan pokok bahasan matematika.[3] Kata "matematika" itu sendiri diturunkan dari kata
Yunani kuno, μάθημα (mathema), yang berarti "mata pelajaran".[4] Matematika Cina membuat
sumbangan dini, termasuk notasi posisional. Sistem bilangan Hindu-Arab dan aturan penggunaan
operasinya, digunakan hingga kini, mungkin dikembangakan melalui kuliah pada milenium
pertama Masehi di dalam matematika India dan telah diteruskan ke Barat melalui matematika
Islam.[5][6] Matematika Islam, pada gilirannya, mengembangkan dan memperluas pengetahuan
matematika ke peradaban ini.[7] Banyak naskah berbahasa Yunani dan Arab tentang matematika
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, yang mengarah pada pengembangan
matematika lebih jauh lagi di Zaman Pertengahan Eropa.

2
Dari zaman kuno melalui Zaman Pertengahan, ledakan kreativitas matematika seringkali diikuti
oleh abad-abad kemandekan. Bermula pada abad Renaisans Italia pada abad ke-16,
pengembangan matematika baru, berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru, dibuat pada
pertumbuhan eksponensial yang berlanjut hingga kini.

2. Sejarah matematika Secara Geografis:


1. Mesopotamia

 Menentukan system bilangan pertama kali


 Menemukan system berat dan ukur
 Tahun 2500 SM system desimal tidak lagi digunakan dan lidi diganti oleh notasi berbentuk baji.

2. Babilonia

 Menggunakan sitem desimal dan π=3,125


 Penemu kalkulator pertama kali
 Mengenal geometri sebagai basis perhitungan astronomi
 Menggunakan pendekatan untuk akar kuadrat
 Geometrinya bersifat aljabaris
 Aritmatika tumbuh dan berkembang baik menjadi aljabar retoris yang berkembang
 Sudah mengenal teorema Pythagoras

3. Mesir Kuno

 Sudah mengenal rumus untuk menghitung luas dan isi


 Mengenal system bilangan dan symbol pada tahun 3100 SM
 Mengenal tripel Pythagoras
 Sitem angka bercorak aditif dan aritmatika
 Tahun 300 SM menggunakan system bilangan berbasis 10

4. Yunani Kuno

 Pythagoras membuktikan teorema Pythagoras secara matematis (terbaik)


 Pencetus awal konsep nol adalah Al Khwarizmi
 Archimedes mencetuskan nama parabola, yang artinya bagian sudut kanan kerucut
 Hipassus penemu bilangan irrasional
 Diophantus penemu aritmatika (pembahasan teori-teori bilangan yang isinya merupakan
pengembangan aljabar yang dilakukan dengan membuat sebuah persamaan)
 Archimedes membuat geometri bidang datar
 Mengenal bilangan prima

3
5. India

 Brahmagyupta lahir pada 598-660 Ad


 Aryabtha (4018 SM) menemukan hubungan keliling sebuah lingkaran
 Memperkenalkan pemakaian nol dan desimal
 Brahmagyupta menemukan bilangan negatif
 Rumus telah ada pada “Sulbasutra”
 Geometrinya sudah mengenal tripel Pythagoras, teorema Pythagoras, transformasi dan segitiga
pascal

2. 2 Matematika prasejarah
Asal mula pemikiran matematika terletak di dalam konsep bilangan, besaran, dan
bangun.[8] Pengkajian modern terhadap fosil binatang menunjukkan bahwa konsep ini tidak
berlaku unik bagi manusia. Konsep ini mungkin juga menjadi bagian sehari-hari di dalam
kawanan pemburu. Bahwa konsep bilangan berkembang tahap demi tahap seiring waktu adalah
bukti di beberapa bahasa zaman kini mengawetkan perbedaan antara "satu", "dua", dan
"banyak", tetapi bilangan yang lebih dari dua tidaklah demikian.[8] Benda matematika tertua yang
sudah diketahui adalah tulang Lebombo, ditemukan di pegunungan Lebombo di Swaziland dan
mungkin berasal dari tahun 35000 SM.[9] Tulang ini berisi 29 torehan yang berbeda yang sengaja
digoreskan pada tulang fibula baboon.[10] Terdapat bukti bahwa kaum perempuan biasa
menghitung untuk mengingat siklus haid mereka; 28 sampai 30 goresan pada tulang atau batu,
diikuti dengan tanda yang berbeda.[11] Juga artefak prasejarah ditemukan di Afrika dan Perancis,
dari tahun 35.000 SM dan berumur 20.000 tahun,[12] menunjukkan upaya dini untuk menghitung
waktu.[13]

Tulang Ishango, ditemukan di dekat batang air Sungai Nil (timur laut Kongo), berisi
sederetan tanda lidi yang digoreskan di tiga lajur memanjang pada tulang itu. Tafsiran umum
adalah bahwa tulang Ishango menunjukkan peragaan terkuno yang sudah diketahui tentang
barisan bilangan prima[10] atau kalender lunar enam bulan.[14] Periode Predinastik Mesir dari
milenium ke-5 SM, secara grafis menampilkan rancangan-rancangan geometris. Telah diakui
bahwa bangunan megalit di Inggris dan Skotlandia, dari milenium ke-3 SM, menggabungkan
gagasan-gagasan geometri seperti lingkaran, elips, dan tripel Pythagoras di dalam rancangan
mereka.[15]

 Timur Dekat kuno

Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa
Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik.[16]
Dinamai "Matematika Babilonia" karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk
belajar. Pada zaman peradaban helenistik Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika

4
Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan
Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian
Matematika Islam.

Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika


Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an.[17]
Ditulis di dalam tulisan paku, lempengan ditulisi ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di
dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya
rumahan.

Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban
kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM.
Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan
tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini
sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.[18]

Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600
SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan
bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar.[19] Lempengan itu juga meliputi
tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan
Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat desimal.

Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari sinilah
diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360
(60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur
lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Kemajuan orang Babilonia di dalam matematika
didukung oleh fakta bahwa 60 memiliki banyak pembagi. Juga, tidak seperti orang Mesir,
Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-
angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam
sistem desimal. Bagaimanapun, mereka kekurangan kesetaraan koma desimal, dan sehingga nilai
tempat suatu simbol seringkali harus dikira-kira berdasarkan konteksnya.

 Mesir

Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak
peradaban helenistik, Yunani menggantikan bahasa Mesir sebagai bahasa tertulis bagi kaum
terpelajar Bangsa Mesir, dan sejak itulah matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani
dan Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir
berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab
menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.

5
Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang disebut
juga "Lembaran Ahmes" berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM
tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan Tengah
yaitu dari tahun 2000-1800 SM.[20] Lembaran itu adalah manual instruksi bagi pelajar aritmetika
dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara perkalian, perbagian, dan
pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi pengetahuan matematika lainnya,[21]
termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata aritmetika, geometri, dan harmonik; dan
pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6).[22]
Lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu [23] juga barisan
aritmetika dan geometri.[24]

Juga tiga unsur geometri yang tertulis di dalam lembaran Rhind menyiratkan bahasan paling
sederhana mengenai geometri analitik: (1) pertama, cara memperoleh hampiran yang akurat
kurang dari satu persen; (2) kedua, upaya kuno penguadratan lingkaran; dan (3) ketiga,
penggunaan terdini kotangen.

Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman Kerajaan
Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM.[25] Naskah ini berisikan soal kata atau soal cerita,
yang barangkali ditujukan sebagai hiburan. Satu soal dipandang memiliki kepentingan khusus
karena soal itu memberikan metoda untuk memperoleh volume limas terpenggal: "Jika Anda
dikatakan: Limas terpenggal setinggi 6 satuan panjang, yakni 4 satuan panjang di bawah dan 2
satuan panjang di atas. Anda menguadratkan 4, sama dengan 16. Anda menduakalilipatkan 4,
sama dengan 8. Anda menguadratkan 2, sama dengan 4. Anda menjumlahkan 16, 8, dan 4, sama
dengan 28. Anda ambil sepertiga dari 6, sama dengan 2. Anda ambil dua kali lipat dari 28 twice,
sama dengan 56. Maka lihatlah, hasilnya sama dengan 56. Anda memperoleh kebenaran."
[26]
Akhirnya, lembaran Berlin (kira-kira 1300 SM ) menunjukkan bahwa bangsa Mesir kuno
dapat menyelesaikan persamaan aljabar orde dua.

 Matematika Yunani

1. Pythagoras dari Samos


Matematika Yunani merujuk pada matematika yang ditulis di dalam
bahasa Yunani antara tahun 600 SM sampai 300 M.[28] Matematikawan
Yunani tinggal di kota-kota sepanjang Mediterania bagian timur, dari
Italia hingga ke Afrika Utara, tetapi mereka dibersatukan oleh budaya

6
dan bahasa yang sama. Matematikawan Yunani pada periode setelah Iskandar Agung kadang-
kadang disebut Matematika Helenistik.

2. Thales dari Miletus


Matematika Yunani lebih berbobot daripada matematika yang
dikembangkan oleh kebudayaan-kebudayaan pendahulunya. Semua
naskah matematika pra-Yunani yang masih terpelihara menunjukkan
penggunaan penalaran induktif, yakni pengamatan yang berulang-ulang
yang digunakan untuk mendirikan aturan praktis. Sebaliknya,
matematikawan Yunani menggunakan penalaran deduktif. Bangsa
Yunani menggunakan logika untuk menurunkan simpulan dari definisi
dan aksioma, dan menggunakan kekakuan matematika untuk
membuktikannya.[29]

Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624 sampai 546 SM)
dan Pythagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507 SM). Meskipun perluasan pengaruh
mereka dipersengketakan, mereka mungkin diilhami oleh Matematika Mesir dan Babilonia.
Menurut legenda, Pythagoras bersafari ke Mesir untuk mempelajari matematika, geometri, dan
astronomi dari pendeta Mesir.

Thales menggunakan geometri untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan ketinggian piramida


dan jarak perahu dari garis pantai. Dia dihargai sebagai orang pertama yang menggunakan
penalaran deduktif untuk diterapkan pada geometri, dengan menurunkan empat akibat wajar dari
teorema Thales. Hasilnya, dia dianggap sebagai matematikawan sejati pertama dan pribadi
pertama yang menghasilkan temuan matematika.[30] Pythagoras mendirikan Mazhab Pythagoras,
yang mendakwakan bahwa matematikalah yang menguasai semesta dan semboyannya adalah
"semua adalah bilangan".[31] Mazhab Pythagoraslah yang menggulirkan istilah "matematika",
dan merekalah yang memulakan pengkajian matematika. Mazhab Pythagoras dihargai sebagai
penemu bukti pertama teorema Pythagoras,[32] meskipun diketahui bahwa teorema itu memiliki
sejarah yang panjang, bahkan dengan bukti keujudan bilangan irasional.

Eudoxus (kira-kira 408 SM sampai 355 SM) mengembangkan metoda kelelahan, sebuah rintisan
dari Integral modern. Aristoteles (kira-kira 384 SM sampai 322 SM) mulai menulis hukum
logika. Euklides (kira-kira 300 SM) adalah contoh terdini dari format yang masih digunakan oleh
matematika saat ini, yaitu definisi, aksioma, teorema, dan bukti. Dia juga mengkaji kerucut.
Bukunya, Elemen, dikenal di segenap masyarakat terdidik di Barat hingga pertengahan abad ke-
20.[33] Selain teorema geometri yang terkenal, seperti teorem Pythagoras, Elemen menyertakan

7
bukti bahwa akar kuadrat dari dua adalah irasional dan terdapat tak-hingga banyaknya bilangan
prima. Saringan Eratosthenes (kira-kira 230 SM) digunakan untuk menemukan bilangan prima.

Archimedes (kira-kira 287 SM sampai 212 SM) dari Syracuse menggunakan metoda kelelahan
untuk menghitung luas di bawah busur parabola dengan penjumlahan barisan tak hingga, dan
memberikan hampiran yang cukup akurat terhadap Pi.[34] Dia juga mengkaji spiral yang
mengharumkan namanya, rumus-rumus volume benda putar, dan sistem rintisan untuk
menyatakan bilangan yang sangat besar.

3. Socrates (427-347 SM)


Ia merupakan seorang filosofi besar dari Yunani. Dia juga menjadi pencipta ajaran serba cita, karena itu
filosofinya dinamakan idealisme. Ajarannya lahir karena pergaulannya dengan kaum sofis. Plato
merupakan ahli piker pertama yang menerima paham adanya alam bukan benda.

4. Ecluides (325-265 SM)


Euklides disebut sebagai “Bapak Geometri” karena menemuka teori bilangan dan geometri. Subyek-
subyek yang dibahas adalah bentuk-bentuk, teorema Pythagoras, persamaan dalam aljabar, lingkaran,
tangen,geometri ruang, teori proporsi dan lain-lain. Alat-alat temuan Eukluides antara lain mistar dan
jangka.

5. Archimedes (287-212 SM)


Dia mengaplikasikan prinsip fisika dan matematika. Dan juga menemukan perhitungan π (pi) dalam
menghitung luas lingkaran. Ia adalah ahli matematika terbesar sepanjang zaman dan di zaman kuno.
Tiga kaaarya Archimedes membahas geometri bidang datar, yaitu pengukuran lingkaran, kuadratur dari
parabola dan spiral.

6. Appolonius (262-190 SM)


Konsepnya mengenai parabola, hiperbola, dan elips banyak memberi sumbangan bagi astronomi
modern. Ia merupakan seorang matematikawan tang ahli dalam geometri. Teorema Appolonius
menghubungkan beberapa unsur dalam segitiga.

8
7. Diophantus (250-200 SM)
Ia merupakan “Bapak Aljabar” bagi Babilonia yang mengembangkan konsep-konsep aljabar Babilonia.
Seorang matematikawan Yunani yang bermukim di Iskandaria. Karya besar Diophantus berupa buku
aritmatika, buku karangan pertama tentang system aljabar. Bagian yang terpelihara dari aritmatika
Diophantus berisi pemecahan kira-kira 130 soal yang menghasilkan persamaan-persamaan tingkat
pertama.

 Matematika Tiongkok

Matematika Tiongkok permulaan adalah berlainan bila dibandingkan dengan yang berasal dari
belahan dunia lain, sehingga cukup masuk akal bila dianggap sebagai hasil pengembangan yang
mandiri.[35] Tulisan matematika yang dianggap tertua dari Cina adalah Chou Pei Suan Ching,
berangka tahun antara 1200 SM sampai 100 SM, meskipun angka
tahun 300 SM juga cukup masuk akal.[36]

Hal yang menjadi catatan khusus dari penggunaan matematika


Cina adalah sistem notasi posisional bilangan desimal, yang
disebut pula "bilangan batang" di mana sandi-sandi yang berbeda
digunakan untuk bilangan-bilangan antara 1 dan 10, dan sandi-
sandi lainnya sebagai perpangkatan dari sepuluh.[37] Dengan
demikian, bilangan 123 ditulis menggunakan lambang
untuk "1", diikuti oleh lambang untuk "100", kemudian lambang
untuk "2" diikuti lambang utnuk "10", diikuti oleh lambang untuk
"3". Cara seperti inilah yang menjadi sistem bilangan yang paling
canggih di dunia pada saat itu, mungkin digunakan beberapa abad sebelum periode masehi dan
tentunya sebelum dikembangkannya sistem bilangan India.[38] Bilangan batang memungkinkan
penyajian bilangan sebesar yang diinginkan dan memungkinkan perhitungan yang dilakukan
pada suan pan, atau (sempoa Cina). Tanggal penemuan suan pan tidaklah pasti, tetapi tulisan
terdini berasal dari tahun 190 M, di dalam Catatan Tambahan tentang Seni Gambar karya Xu
Yue.

Karya tertua yang masih terawat mengenai geometri di Cina berasal dari peraturan kanonik
filsafat Mohisme kira-kira tahun 330 SM, yang disusun oleh para pengikut Mozi (470–390 SM).
Mo Jing menjelaskan berbagai aspek dari banyak disiplin yang berkaitan dengan ilmu fisika, dan
juga memberikan sedikit kekayaan informasi matematika.

Pada tahun 212 SM, Kaisar Qín Shǐ Huáng (Shi Huang-ti) memerintahkan semua buku di dalam
Kekaisaran Qin selain daripada yang resmi diakui pemerintah haruslah dibakar. Dekret ini tidak
dihiraukan secara umum, tetapi akibat dari perintah ini adalah begitu sedikitnya informasi
tentang matematika Cina kuno yang terpelihara yang berasal dari zaman sebelum itu. Setelah

9
pembakaran buku pada tahun 212 SM, dinasti Han (202 SM–220 M) menghasilkan karya
matematika yang barangkali sebagai perluasan dari karya-karya yang kini sudah hilang. Yang
terpenting dari semua ini adalah Sembilan Bab tentang Seni Matematika, judul lengkap yang
muncul dari tahun 179 M, tetapi wujud sebagai bagian di bawah judul yang berbeda. Ia terdiri
dari 246 soal kata yang melibatkan pertanian, perdagangan, pengerjaan geometri yang
menggambarkan rentang ketinggian dan perbandingan dimensi untuk menara pagoda Cina,
teknik, survey, dan bahan-bahan segitiga siku-siku dan π. Ia juga menggunakan prinsip Cavalieri
tentang volume lebih dari seribu tahun sebelum Cavalieri mengajukannya di Barat. Ia
menciptakan bukti matematika untuk teorema Pythagoras, dan rumus matematika untuk
eliminasi Gauss. Liu Hui memberikan komentarnya pada karya ini pada abad ke-3 M.

Zhang Heng (78–139)


Sebagai tambahan, karya-karya matematika dari astronom Han dan
penemu Zhang Heng (78–139) memiliki perumusan untuk pi juga, yang
berbeda dari cara perhitungan yang dilakukan oleh Liu Hui. Zhang Heng
menggunakan rumus pi-nya untuk menentukan volume bola. Juga terdapat
karya tertulis dari matematikawan dan teoriwan musik Jing Fang (78–37
SM); dengan menggunakan koma Pythagoras, Jing mengamati bahwa 53
perlimaan sempurna menghampiri 31 oktaf. Ini kemudian mengarah pada
penemuan 53 temperamen sama, dan tidak pernah dihitung dengan tepat
di tempat lain hingga seorang Jerman, Nicholas Mercator melakukannya
pada abad ke-17.

Bangsa Cina juga membuat penggunaan diagram kombinatorial kompleks yang dikenal sebagai
kotak ajaib dan lingkaran ajaib, dijelaskan pada zaman kuno dan disempurnakan oleh Yang Hui
(1238–1398 M). Zu Chongzhi (abad ke-5) dari Dinasti Selatan dan Utara menghitung nilai pi
sampai tujuh tempat desimal, yang bertahan menjadi nilai pi paling akurat selama hampir 1.000
tahun.

Bahkan setelah matematika Eropa mulai mencapai kecemerlangannya pada masa Renaisans,
matematika Eropa dan Cina adalah tradisi yang saling terpisah, dengan menurunnya hasil
matematika Cina secara signifikan, hingga para misionaris Jesuit seperti Matteo Ricci membawa
gagasan-gagasan matematika kembali dan kemudian di antara dua kebudayaan dari abad ke-16
sampai abad ke-18.

10
 Matematika India

Arca Aryabhata. Karena informasi tentang keujudannya tidak diketahui, perupaan Aryabhata
didasarkan pada daya khayal seniman.

Peradaban terdini anak benua India adalah Peradaban Lembah Indus yang mengemuka di antara
tahun 2600 dan 1900 SM di daerah aliran Sungai Indus. Kota-kota mereka teratur secara
geometris, tetapi dokumen matematika yang masih terawat dari peradaban ini belum
ditemukan.[39]

Matematika Vedanta dimulakan di India sejak Zaman Besi. Shatapatha Brahmana (kira-kira
abad ke-9 SM), menghampiri nilai π,[40] dan Sulba Sutras (kira-kira 800–500 SM) yang
merupakan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan irasional, bilangan prima,
aturan tiga dan akar kubik; menghitung akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari seratus ribuan;
memberikan metode konstruksi lingkaran yang luasnya menghampiri persegi yang diberikan,[41]
menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat; mengembangkan tripel Pythagoras secara aljabar,
dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras.

Pāṇini (kira-kira abad ke-5 SM) yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta.[42] Notasi
yang dia gunakan sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan aturan-aturan
meta, transformasi, dan rekursi. Pingala (kira-kira abad ke-3 sampai abad pertama SM) di dalam
risalahnya prosody menggunakan alat yang bersesuaian dengan sistem bilangan biner.
Pembahasannya tentang kombinatorika meter bersesuaian dengan versi dasar dari teorema
binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan dasar tentang bilangan Fibonacci (yang disebut
mātrāmeru).[43]

Surya Siddhanta (kira-kira 400) memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan balikan
sinus, dan meletakkan aturan-aturan yang menentukan gerak sejati benda-benda langit, yang
bersesuaian dengan posisi mereka sebenarnya di langit.[44] Daur waktu kosmologi dijelaskan di
dalam tulisan itu, yang merupakan salinan dari karya terdahulu, bersesuaian dengan rata-rata
tahun siderik 365,2563627 hari, yang hanya 1,4 detik lebih panjang daripada nilai modern
sebesar 365,25636305 hari. Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan bahasa Latin
pada Zaman Pertengahan.

Aryabhata, pada tahun 499, memperkenalkan fungsi versinus, menghasilkan tabel trigonometri
India pertama tentang sinus, mengembangkan teknik-teknik dan algoritma aljabar, infinitesimal,
dan persamaan diferensial, dan memperoleh solusi seluruh bilangan untuk persamaan linear oleh
sebuah metode yang setara dengan metode modern, bersama-sama dengan perhitungan
astronomi yang akurat berdasarkan sistem heliosentris gravitasi.[45] Sebuah terjemahan bahasa
Arab dari karyanya Aryabhatiya tersedia sejak abad ke-8, diikuti oleh terjemahan bahasa Latin

11
pada abad ke-13. Dia juga memberikan nilai π yang bersesuaian dengan 62832/20000 = 3,1416.
Pada abad ke-14, Madhava dari Sangamagrama menemukan rumus Leibniz untuk pi, dan,
menggunakan 21 suku, untuk menghitung nilai π sebagai 3,14159265359.

2.3 Perkembangan Matematika


Kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno μάθημα (máthēma), yang berarti
pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi
“pengkajian matematika”, bahkan demikian juga pada zaman kuno. Kata sifatnya adalah
μαθηματικός (mathēmatikós), berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih
jauhnya berarti matematis. Secara khusus, μαθηματικὴ τέχνη (mathēmatikḗ tékhnē), di dalam
bahasa Latin ars mathematica, berarti seni matematika.

Bentuk jamak sering dipakai di dalam bahasa Inggris, seperti juga di dalam bahasa Perancis les
mathématiques (dan jarang digunakan sebagai turunan bentuk tunggal la mathématique),
merujuk pada bentuk jamak bahasa Latin yang cenderung netral mathematica (Cicero),
berdasarkan bentuk jamak bahasa Yunani τα μαθηματικά (tamathēmatiká), yang dipakai
Aristotle, yang terjemahan kasarnya berarti “segala hal yang matematis”. Tetapi, di dalam bahasa
Inggris, kata benda mathematics mengambil bentuk tunggal bila dipakai sebagai kata kerja. Di
dalam ragam percakapan, matematika kerap kali disingkat sebagai math di Amerika Utara dan
maths di tempat lain.

Evolusi matematika dapat dipandang sebagai sederetan abstraksi yang selalu bertambah banyak,
atau perkataan lainnya perluasan pokok masalah. Abstraksi mula-mula, yang juga berlaku pada
banyak binatang, adalah tentang bilangan: pernyataan bahwa dua apel dan dua jeruk (sebagai
contoh) memiliki jumlah yang sama. Selain mengetahui cara mencacah objek-objek fisika,
manusia prasejarah juga mengenali cara mencacah besaran abstrak, seperti waktu, hari, musim,
tahun. Aritmetika dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) mengikuti
secara alami.
Langkah selanjutnya memerlukan penulisan atau sistem lain untuk mencatatkan bilangan,
semisal tali atau dawai bersimpul yang disebut quipu dipakai oleh bangsa Inca untuk menyimpan
data numerik. Sistem bilangan ada banyak dan bermacam-macam, bilangan tertulis yang pertama
diketahui ada di dalam naskah warisan Mesir Kuno di Kerajaan Tengah Mesir, Lembaran
Matematika Rhind Sistem bilangan Maya.

12
Penggunaan terkuno matematika adalah di dalam perdagangan, pengukuran tanah, pelukisan, dan
pola-pola penenunan dan pencatatan waktu dan tidak pernah berkembang luas hingga tahun 3000
SM ke muka ketika orang Babilonia dan Mesir Kuno mulai menggunakan aritmetika, aljabar,
dan geometri untuk penghitungan pajak dan urusan keuangan lainnya, bangunan dan konstruksi,
dan astronomi. Pengkajian matematika yang sistematis di dalam kebenarannya sendiri dimulai
pada zaman Yunani Kuno antara tahun 600 dan 300 SM.

Perkembangan Matematika dari zaman kuno hingga zaman pertengahan tidak ada perkembangan
yang berarti dan mengalami kemandekan. Dimulai abad ke-16 atau masa Renaissance.
Kemudian Matematika itu sendiri ternyata sudah dikenal sejak tahun 300 SM. Matematika
adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai
pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang
kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.

Matematika sejak saat itu segera berkembang luas, dan terdapat interaksi bermanfaat antara
matematika dan sains, menguntungkan kedua belah pihak. Penemuan-penemuan matematika
dibuat sepanjang sejarah dan berlanjut hingga kini. Menurut Mikhail B. Sevryuk, pada Januari
2006 terbitan Bulletin of the American Mathematical Society, "Banyaknya makalah dan buku
yang dilibatkan di dalam basis data Mathematical Reviews sejak 1940 (tahun pertama
beroperasinya MR) kini melebihi 1,9 juta, dan melebihi 75 ribu artikel ditambahkan ke dalam
basis data itu tiap tahun. Sebagian besar karya di samudera ini berisi teorema matematika baru
beserta bukti-buktinya.

Melalui penggunaan penalaran logika dan abstraksi, matematika berkembang dari pencacahan,
perhitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematis terhadap bangun dan pergerakan benda-
benda fisika. Matematika praktis telah menjadi kegiatan manusia sejak adanya rekaman tertulis.
Argumentasi kaku pertama muncul di dalam Matematika Yunani, terutama di dalam karya
Euklides, Elemen. Matematika selalu berkembang, misalnya di Cina pada tahun 300 SM, di
India pada tahun 100 M, dan di Arab pada tahun 800 M, hingga zaman Renaisans, ketika temuan
baru matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru yang mengarah pada peningkatan
yang cepat di dalam laju penemuan matematika yang berlanjut hingga kini.

Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk
ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi.
Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke
bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan
kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya baru,
seperti statistika dan teori permainan. Para matematikawan juga bergulat di dalam matematika
murni, atau matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di
dalam pikiran, meskipun penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika murni
ternyata seringkali ditemukan kemudian.

13
2.4 Filsafat Dan Matematika
Matematika dan filsafat mempunyai sejarah keterikatan satu dengan yang lain sejak jaman
Yunani Kuno. Matematika di samping merupakan sumber dan inspirasi bagi para filsuf, metodenya juga
banyak diadopsi untuk mendeskripsikan pemikiran filsafat. Kita bahkan mengenal beberapa
matematikawan yang sekaligus sebagai sorang filsuf, misalnya Descartes, Leibniz, Bolzano, Dedekind,
Frege, Brouwer, Hilbert, Godel, and Weyl. Pada abad terakhir di mana logika yang merupakan kajian
sekaligus pondasi matematika menjadi bahan kajian penting baik oleh para matematikawan maupun
oleh para filsuf. Logika matematika mempunyai peranan hingga sampai era filsafat kontemporer di
mana banyak para filsuf kemudian mempelajari logika.

Logika matematika telah memberi inspirasi kepada pemikiran filsuf, kemudian para filsuf juga
berusaha mengembangkan pemikiran logika misalnya “logika modal”, yang kemudian dikembangkan
lagi oleh para matematikawan dan bermanfaat bagi pengembangan program komputer dan analisis
bahasa. Salah satu titik krusial yang menjadi masalah bersama oleh matematika maupun filsafat
misalnya persoalan pondasi matematika. Baik matematikawan maupun para filsuf bersama-sama
berkepentingan untuk menelaah apakah ada pondasi matematika? Jika ada apakah pondasi itu bersifat
tunggal atau jamak? Jika bersifat tunggal maka apakah pondasi itu?

Jika bersifat jamak maka bagaimana kita tahu bahwa satu atau beberapa diantaranya lebih
utama atau tidak lebih utama sebagai pondasi? Pada abad 20, Cantor diteruskan oleh Sir Bertrand
Russell, mengembangkan teori himpunan dan teori tipe, dengan maksud untuk menggunakannya
sebagai pondasi matematika. Namun kajian filsafat telah mendapatkan bahwa di sini terdapat paradoks
atau inkonsistensi yang kemudian membangkitkan kembali motivasi matematikawan di dalam
menemukan hakekat dari sistem matematika.

Dengan teori ketidak-lengkapan, akhirnya Godel menyimpulkan bahwa suatu sistem matematika
jika dia lengkap maka pastilah tidak akan konsisten; tetapi jika dia konsisten maka dia patilah tidak akan
lengkap. Hakekat dari kebenaran secara bersama dipelajari secara intensif baik oleh filsafat maupun
matematika. Kajian nilai kebenaran secara intensif dipelajari oleh bidang epistemologi dan filsafat
bahasa.

Di dalam matematika, melalui logika formal, nilai kebenaran juga dipelajari secara intensif.
Kripke, S. dan Feferman (Antonelli, A., Urquhart, A., dan Zach, R. 2007) telah merevisi teori tentang nilai
kebenaran; dan pada karyanya ini maka matematika dan filsafat menghadapi masalah bersama. Di lain
pihak, pada salah satu kajian filsafat, yaitu epistemologi, dikembangkan pula epistemologi formal yang
menggunakan pendekatan formal sebagai kegiatan riset filsafat yang menggunakan inferensi sebagai
sebagai metode utama. Inferensi demikian tidak lain tidak bukan merupakan logika formal yang dapat
dikaitkan dengan teori permainan, pengambilan keputusan, dasar komputer dan teori kemungkinan.

14
Para matematikawan dan para filsuf secara bersama-sama masih terlibat di dalam perdebatan
mengenai peran intuisi di dalam pemahaman matematika dan pemahaman ilmu pada umumnya.
Terdapat langkah-langkah di dalam metode matematika yang tidak dapat diterima oleh seorang
intuisionis. Seorang intuisionis tidak dapat menerima aturan logika bahwa kalimat “a atau b” bernilai
benar untuk a bernilai benar dan b bernilai benar. Seorang intuisionis juga tidak bisa menerima
pembuktian dengan metode membuktikan ketidakbenaran dari ingkarannya. Seorang intuisionis juga
tidak dapat menerima bilangan infinit atau tak hingga sebagai bilangan yang bersifat faktual. Menurut
seorang intuisionis, bilangan infinit bersifat potensial. Oleh karena itu kaum intuisionis berusaha
mengembangkan matematika hanya dengan bilangan yang bersifat finit atau terhingga.

Banyak filsuf telah menggunakan matematika untuk membangun teori pengetahuan dan
penalaran yang dihasilkan dengan memanfaatkan bukti-bukti matematika dianggap telah dapat
menghasilkan suatu pencapaian yang memuaskan. Matematika telah menjadi sumber inspirasi yang
utama bagi para filsuf untuk mengembangkan epistemologi dan metafisik. Dari pemikiran para filsuf
yang bersumber pada matematika diantaranya muncul pemikiran atau pertanyaan: Apakah bilangan
atau obyek matematika memang betul-betul ada? Jika mereka ada apakah di dalam atau di luar pikiran
kita? Jika mereka ada di luar pikiran kita bagaimana kita bisa memahaminya? Jika mereka ada di dalam
pikiran kita bagaimana kita bisa membedakan mereka dengan konsep-konsep kita yang lainnya?
Bagaimana hubungan antara obyek matematika dengan logika?

Pertanyaan tentang “ada” nya obyek matematika merupakan pertanyaan metafisik yang
kedudukannya hampir sama dengan pertanyaan tentang keberadaan obyek-obyek lainnya seperti
universalitas, sifat-sifat benda, dan nilai-nilai; menurut beberapa filsuf jika obyek-obyek itu ada maka
apakah dia terkait dengan ruang dan waktu? Apakah dia bersifat aktual atau potensi? Apakah dia
bersifat abstrak? Atau konkrit? Jika kita menerima bahwa obyek matematika bersifat abstrak maka
metode atau epistemologi yang bagaimana yang mampu menjelaskan obyek tersebut? Mungkin kita
dapat menggunakan bukti untuk menjelaskan obyek-obyek tersebut, tetapi bukti selalu bertumpu
kepada aksioma. Pada akhirnya kita akan menjumpai adanya “infinit regress” karena secara filosofis kita
masih harus mempertanyakan kebenaran dan keabsahan sebuah aksioma.

Hannes Leitgeb di (Antonelli, A., Urquhart, A., dan Zach, R. 2007) di “Mathematical Methods in
Philosophy” telah menyelidiki penggunaan matematika di filsafat. Dia menyimpulkan bahwa metode
matematika mempunyai kedudukan penting di filsafat. Pada taraf tertentu matematika dan filsafat
mempunyai persoalan-persoalan bersama. Hannes Leitgeb telah menyelidiki aspek-aspek dalam mana
matematika dan filsafat mempunyai derajat yang sama ketika melakukan penelaahan yatitu kesamaan
antara obyek, sifat-sifat obyek, logika, sistem-sistem, makna kalimat, hukum sebab-akibat, paradoks,
teori permainan dan teori kemungkinan. Para filsuf menggunakan logika sebab-akibat untuk untuk
mengetahui implikasi dari konsep atau pemikirannya, bahkan untuk membuktikan kebenaran ungkapan-
ungkapannya. Joseph N. Manago (2006) di dalam bukunya.

15
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Matematika telah muncul sejak lama, bahkan pada masa prasejarah. Sangat besar
perkembangan matematika, dari zaman dulu sampai zaman sekarang. Semua itu bisa terjadi karena
banyak tokoh tokoh yang telah berjasa dalam menemukan berbagai teori matematika tersebut, seperti
Archimedes, Phytagoras, Tales, dan lain lain. Diberbagai Negara dan bangsa didunia, telah
mengembangkan konsep konsep matematika, seperti di Tiongkok, Yunani, India, Arab dan lain lain.

Filsafat, walaupun tampaknya taka da hubungan sama sekali dengan matematika, ternyata
mempunyai hubungan yang cukup erat. Kita bisa melihat bukti bukti nyatanya. Dengan kolaborasi
matematika dengan ilmu ilmu pengetahuan lain, bukan tak mungkin akan muncul cabang cabang ilmu
matematika baru, yang tak terbayangkan sebelumbnya, yang tampaknya tak mun gkin menjadi mungkin,
yang tampaknya tak nyata menjadi nyata, sejalan dengan waktu.

3.2 Kritik dan Saran


Semoga dengan makin berkembangnya ilmu Teknologi dan Informasi, bisa semakin melengkapi
sejarah sejarah matematika yang ada. Sangat banyak penerapan matematika dalam kehidupan sehari
hri, maka dari itu kita tidak boleh malas dalam belajar mengenai ilmu ilmu baru, dan bila kita telah
menguasai ilmu ilmu baru tersebut, kita tak boleh lupa untuk membagikan ilmu kita kepada orang lain
dengan sepenuh hati, tanpa malas malasan, Karena ilmu yang kita punya tak akan habis bila kita
membagikannya kepada orang lain, Malah pengalaman kita akan terus bertambah, ketika mengajarkan
ilmu kita dengan rajin kepada orang lain.

Kita bisa mencari ilmu ilmu selain dari guru, tetapi ilmu melalui guru bisa dibilang terbaik, bila
guru itu bisa mengajarkan kepada kita dengan rajin, jelas dan mau mendengarkan pertanyaan kita.
Kuncinya adalah kita tak boleh malas. Malas malasan atau tidur tiduran tak akan membuat kita
bertambah pintar, melainkan menambah bodoh kita. Tak ada kata berhenti untuk belajar, selama kita
masih hidup di dunia. Semoga semua orang yang membaca ini bisa sadar akan pentingnya menjadi
orang yang rajin dalam membina ilmu maupun mengajarkannya kepada orang lain.

16
Daftar Pustaka

http://www.wikipedia.com/?sejarah-matematika.php

http://www.mastersejarah.wordpress.com/%20tahukah%20kamu%20sejarah%20panjang%20matemati
ka

17

Anda mungkin juga menyukai