Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan
memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan
yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994:151). Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara
problem identifikation untuk ketahap syntesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh
masalah sehingga mencapai tahap application selajutnya komprehension untuk mendapatkan
solution dalam penyelesaian masalah tersebut.
Pendapat lain problem solving adalah suatu pendekatan dimana langkah-langkah berikutnya
sampai penyelesaian akhir lebih bersifat kuantitatif yang umum sedangkan langkah-langkah
berikutnya sampai dengan pengelesain akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik.
Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong siswa
untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam rangka pencapaian tujuan
pengajaran. Metode ini diciptakan seorang ahli didik berkebangsaan Amerika yang bernama
John Dewey. Metode ini dinamakan problem method. Adapun Crow & Crow dalam bukunya
Human development and Learning menyebut metode ini dengan nama problem solving method.
(karso, dkk, 2003: 128)
Pemecahan masalah merupakan terjemahan dari ‘problem solving’. Menurut Cagne pemecahan
masalah adalah teori belajar yang tingkatnya paling tinggi dan kompleks dibandingkan dengan
tipe belajar lainnya. (E.T. Ruseffendi, 1991: 335)
Metode pemecahan masalah (problrm solving) merupakan metode dalam kegiatan pembelajaran
dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi maupun masalah
kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya
adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Metode pembelajaran yang banyak digunakan di sekolah adalah ceramah, tanya jawab, dan
diskusi kecil, sehingga siswa kurang aktif. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru, siswa
hanya mencatat apa yang mereka lihat, dengar, dan baca, sehingga hasil belajar siswa kurang
maksimal. Untuk mengurangi atau mengatasi hal tersebut diperlukan suatu metode pembelajaran
yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Problem solving merupakan salah
satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa untuk aktif berpikir, bertanya,
menjawab, dan berkomentar.
Masalah anak di TK
a. Penakut
Setiap anak memiliki rasa takut, namun jika berlebihan dan tidak wajar maka perlu
diperhatikan. Rasa takut anak TK biasanya terhadap hewan, serangga, gelap, dokter atau dokter
gigi, ketinggian, monster, lamunan, sekolah, angin topan, dll.
1) Gejala psikis, seperti ; gangguan makan, tidur, perut, sulit bernafas, dan sakit kepala.
2) Gejala emosional, seperti ; rasa takut, sensitif, rendah diri, ketidakberdayaan, bingung,
putus asa, marah, sedih, bersalah.
3) Gejala tingkah laku seperti : gangguan tidur, mengisolasi diri, prestasi kurang di sekolah,
agresi, mudah tersinggung, menghindari pergi keluar, ketergantungan pada suatu benda,
dan terus berada di kamar orang tua.
1) Intelegensi (anak-anak yang tingkat intelegensi tinggi cenderung punya rasa takut yang
sama dengan anak yang berusia lebih tua, demikian pula sebaliknya).
2) Jenis kelamin (anak perempuan lebih takut dibanding laki-laki karena lingkungan sosial
lebih menerima rasa takut perempuan).
3) Keadaan fisik (anak cenderung takut bila dalam keadaan lelah, lapar atau kurang sehat).
4) Urutan kelahiran (anak sulung cenderung lebih takut karena perlindungan yang
berlebihan).
5) Kepribadian anak (anak yang kurang memperoleh rasa aman cenderung lebih penakut).
6) Adanya contoh yang dilihat anak, seperti ; tontonan TV, atau ibu yang takut.
7) Trauma yang dialami anak-anak, seperti ; tabrakan mobil, angina topan, bencana alam,
dll.
8) pola asuh orang tua yang menghidupkan rasa takut anak seperti ; paksaan, hukuman,
ejekan, ketidakperdulian, dan pelindungan diluar batas.
b. Agresif
Agresif adalah tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal atau melakukan
ancaman sebagai pernyataan adanya rasa permusuhan. Perilaku tersebut cenderung melukai anak
lain seperti menggigit, mencakar, atau memukul. Bertambahnya usia diekspresikan dengan
mencela, mencaci dan memaki.
1) Pola asuh yang keliru (melakukan kekerasan terhadap anak, otoriter terhadap anak dan
terlalu protektif, terlalu memanjakan anak (orang tua selalu mengijinkan atau
membenarkan permintaan anak)
2) Reaksi emosi terhadap frustasi (banyaknya larangan yang dibuat guru atau orang tua
(kecemasan yang berlebihan), sementara anak melakukan kegiatan yang sesuai dengan
kebutuhannya).
3) Tingkah laku agresif sebelumnya (tingkah laku agresif yang pernah dilakukan anak
mendapat penguatan dari keluarga atau guru).
1) Bermain peran
2) Belajar mengenal perasaan
3) Belajar berteman melalui permainan beregu
4) Beri penguatan jika anak berperilaku tepat dengan temannya
5) Perbanyak kegiatan yang menggunakan gerakan motorik
c. Pemalu
Pemalu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan, yang timbul pada seseorang,
akibatnya adanya penilaian negatif terhadap dirinya.
1) Keadaan fisik
2) Kesulitan dalam bicara
3) Kurang terampil berteman
4) Harapan orang tua yang terlalu tinggi
5) Pola asuh yang mencela
Dra. Rosmala Dewi, M.Pd. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Departemen
Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti. Jakarta 2005