19
iodin dan tetap mempertahankan warna ungu tersebut meskipun telah ditambahkan
alkohol 95% dan zat warna safranin.
Bakteri P. aeruginosa ATCC 27853, S. typhimurium ATCC 14028 dan E.
coli ATCC 25922, berdasarkan hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa ketiga
bakteri ini tergolong dalam bakteri Gram negatif. Hal ini disebabkan ketiga bakteri
tersebut tidak dapat mempertahankan warna ungu dari zat pewarna kristal violet saat
ditambahkan alkohol 95% serta menyerap warna merah yang berasal dari safranin.
Perbedaan antara bakteri Gram positif dan Gram negatif tergantung pada
komposisi dalam dinding sel (Pelczar dan Chan, 2007). Dinding sel bakteri Gram
positif sebagian besar terdiri dari lapisan peptidoglikan (90%). Pelczar dan Chan
(2007) menyatakan bahwa bakteri Gram positif mempertahankan warna ungu
disebabkan dinding sel mengalami dehidrasi ketika ditetesi alkohol, sehingga pori-
pori menciut, daya rembes dinding sel dan membran menurun. Keadaan ini membuat
kompleks kristal violet dengan iodin tidak dapat keluar dari sel, akibatnya zat warna
safranin tidak dapat masuk ke dalam dinding sel.
Dinding sel bakteri Gram negatif mempunyai kandungan lipida yang tinggi
dalam bentuk lipopolisakarida dan lipoprotein (Fardiaz, 1992). Lipida pada dinding
sel bakteri Gram negatif akan larut oleh alkohol sehingga pori-pori mengembang dan
menyebabkan kompleks kristal violet dengan iodin keluar dari sel, akibatnya dinding
sel bakteri menjadi tidak berwarna. Dinding sel bakteri yang tidak berwarna tersebut
akan menyerap zat warna safranin sehingga sel bakteri akan tampak berwarna merah
ketika dilihat dibawah mikroskop (Pelczar dan Chan, 2007). Hasil pewarnaan Gram
dan pengamatan morfologi dari kultur L. plantarum 1A5, 1B1, 2B2 dan 2C12 serta
bakteri indikator secara mikroskopis dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.
20
Tabel 6. Karakteristik Isolat L. plantarum
Isolat L. Pewarnaan Gambar Morfologi
Morfologi
plantarum Gram (Pembesaran 10x100)
L. plantarum Gram Batang,
1A5 Positif susunan
tunggal
maupun rantai
pendek
21
Tabel 7. Karakteristik Isolat Bakteri Indikator
Isolat Bakteri Pewarnaan Gambar Morfologi
Morfologi
Indikator Gram (Pembesaran 10x100)
E. coli ATCC Gram Batang, susunan
25922 Negatif tunggal maupun
rantai pendek
Keterangan: Kultur Koleksi Laboratorium Mikrobiologi Bagian Teknologi Hasil Ternak Tahun 2011,
Fakultas Peternakan IPB, ATCC; American Type Culture Collection
22
Aktivitas Antimikrob Supernatan Bebas Sel
Kondisi asam dalam supernatan bebas sel akan mengurangi kemampuan
bakteriosin dalam menghambat bakteri indikator pada uji antagonistik. Oleh karena
itu, supernatan bebas sel yang dihasilkan dinetralkan hingga mencapai kondisi pH
5,8-6,2. Produksi maksimum dari bakteriosin didapatkan pada kondisi pH 6,5 dari
rentang pH 2 hingga pH 10, dan bakteriosin kehilangan aktivitas antimikrob pada
pH 12 (Bhattacharya dan Arijit, 2010). Kondisi pH supernatan bebas sel asal L.
plantarum, dapat dilihat pada Gambar 2.
6.50
5.50
Nilai pH
4.50
3.50
2.50
1.50
1A5 1B1
1B1 2B2
2B2 2C12
pHawal
pH awal 4,024.01
± 0,04 3.94
3,94 ± 0,11 4.00
4,00 ± 0,02 3,983.98
± 0,01
pH netral
pH netral 6.11
6,11 ± 0,34 5.87
5,87 ± 0,12 6.17
6,17 ± 0,31 6.04
6,04 ± 0,16
Galur L. plantarum
Keterangan: pH awal = pH initial supernatan bebas sel
pH netral = pH netral supernatan bebas sel setelah penambahan NaOH 1 N
Gambar 2. Kondisi pH Supernatan Bebas Sel asal Galur L. plantarum pada Media
MRSB dengan Yeast Extract (3%) dan NaCl (1%).
23
Tabel 8. Diameter Zona Hambat Supernatan Netral Bebas Sel asal Galur L.
plantarum terhadap Bakteri Indikator
24
yang mengandung fosfolipida, protein, polisakarida, lemak dan substansi non
permeabel akan mempengaruhi aktivitas antimikrob bakteriosin dalam menghambat
bakteri Gram negatif.
Bakteriosin asal L. plantarum dikarakterisasi sebagai kompleks protein,
sangat sensitif terhadap perubahan pH lingkungan. Perubahan pH lingkungan
berpengaruh terhadap bakteriosin yang dihasilkan, selain pengaruh nutrien dan
temperatur (Todorov dan Dicks, 2005). Penurunan pH dalam bakteriosin asal L.
plantarum akan mempengaruhi susunan protein dari bakteriosin tersebut, sehingga
mempengaruhi aktivitas penghambatan senyawa antimikrob yang dihasilkan. Oleh
karena itu, supernatan netral bebas sel yang diperoleh perlu dilakukan tahap lanjutan
berupa purifikasi parsial.
25
berupa peningkatan permeabilitas membran sehingga mengganggu keseimbangan
barier dan akan mengakibatkan kematian sel bakteri.
Galur L. plantarum
Keterangan: Presipitat Bakteriosin = Hasil Purifikasi Parsial dengan Amonium Sulfat
Plantaricin Kasar = Hasil Dialisis
Plantaricin = Hasil Purifikasi Parsial dengan Kromatografi Kolom
Gambar 3. Konsentrasi Protein pada Tahap Purifikasi Parsial Plantaricin asal Galur
L. plantarum (1A5, 1B1, 2B2, dan 2C12).
26
Konsentrasi Protein (mg/ml)
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1A5
1A5 1B1
1B1 2B2
2B2 2C12
2C12
pH pH
7 7 46.53
46,53 ± 18,22 158.74
158,74 ± 45,06 103.88
103,88 ± 30,39 13.31
13,31 ± 2,24
pH 9 41.71 99.84 69.42 9.78
pH 9 41,71 ± 14,38 99,84 ± 28,34 69,42 ± 19,95 9,78 ± 0,84
Gambar 4. Konsentrasi Protein Plantaricin asal Galur L. plantarum (1A5, 1B1, 2B2
dan 2C12) terhadap pH Alkali.
27
Kondisi alkali dapat menginduksi solubilitas dari lapisan protein (Duncan et al.,
1972). Hal ini memperkuat dugaan bahwa plantaricin dari keempat galur L.
plantarum merupakan komponen antimikrob berbahan protein, yang bila dalam
kondisi alkali akan terhidrolisis, sehingga menyebabkan penurunan aktivitas
antimikrob dalam menghambat bakteri patogen.
Penelitian ini selain mengetahui stabilitas protein plantaricin terhadap pH
alkali, juga diamati uji antagonistik plantaricin terhadap bakteri indikator melalui uji
difusi sumur. Hasil uji antagonistik plantaricin asal galur L. plantarum terhadap
masing-masing bakteri indikator ditunjukkan dengan adanya diameter zona hambat.
28
plantarum terhadap E. coli ATCC 25922 disebabkan oleh pH lingkungan yang tidak
sesuai bagi pertumbuhan E. coli ATCC 25922. Yohannes et al. (2005) menyatakan
bahwa membran luar dari E. coli, pertumbuhannya menurun pada lingkungan alkali.
Tabel 10. Diameter Zona Hambat Aktivitas Antimikrob Plantaricin asal Galur L.
plantarum pada pH Alkali terhadap S. typhimurium ATCC 14028
Plantaricin Asal Galur L. plantarum
Perlakuan Rata-rata
1A5 1B1 2B2 2C12
------------------------------------ (mm) ----------------------------------------
pH 7* 9,40 ± 1,11 8,98 ± 1,07 8,82 ± 1,12 8,91 ± 0,55 9,03 ± 0,96a
pH 9 8,47 ± 0,66 8,52 ± 0,67 8,11 ± 1,00 8,22 ± 0,48 8,33 ± 0,70b
Rata-rata 8,94 ± 0,89 8,75 ± 0,87 8,47 ± 1,06 8,57 ± 0,52
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nyata (P<0,05)
Diameter lubang sumur ± 5 mm (termasuk ke dalam zona hambat)
* = Kontrol
29
dapat menghambat bakteri Gram negatif seperti S. typhimurium. Aktivitas
penghambatan plantaricin terhadap S. typhimurium ATCC 14028, dapat dilihat pada
Gambar 5.
(A) (B)
Keterangan: A = pH 7 (Kontrol)
B = pH 9 (Alkali)
Tabel 11. Diameter Zona Hambat Aktivitas Antimikrob Plantaricin asal Galur L.
plantarum pada pH Alkali terhadap P. aeruginosa ATCC 27853
Plantaricin Asal Galur L. plantarum
Perlakuan Rata-rata
1A5 1B1 2B2 2C12
------------------------------------ (mm) ---------------------------------------
pH 7* 9,03 ± 1,70 9,10 ± 1,55 8,37 ± 1,09 16,42 ± 4,46 10,37 ± 2,20
pH 9 8,16 ± 0,33 8,47 ± 0,93 8,39 ± 0,67 15,25 ± 4,33 10,07 ± 1,57
Rata-rata 8,60 ± 1,02B 8,79 ± 1,24AB 8,38 ± 0,88B 15,84 ± 4,40A
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan nyata (P<0,01)
Diameter lubang sumur ± 5 mm (termasuk ke dalam zona hambat)
* = Kontrol
30
Rata-rata zona hambat aktivitas antimikrob plantaricin asal empat galur L.
plantarum 1A5, 1B1, 2B2 dan 2C12 berkisar 8,38-15,84 mm. Rataan diameter zona
hambat tersebut termasuk dalam kategori kuat (Davis dan Stout, 1971). Interaksi
antara pH dengan galur L. plantarum yang berbeda tidak mempengaruhi aktivitas
plantaricin terhadap P. aeruginosa ATCC 27853. Hal ini menunjukkan bahwa
plantaricin dari keempat galur L. plantarum terhadap P. aeruginosa ATCC 27853
mempunyai aktivitas penghambatan yang tidak berbeda. Hasil uji lanjut
menunjukkan bahwa galur L. plantarum 2C12 menghasilkan rataan diameter zona
hambat yang berbeda nyata (P<0,01) terhadap P. aeruginosa ATCC 27853 dengan
galur L. plantarum lainnya. Namun, galur L. plantarum 2C12 menunjukkan aktivitas
yang tidak berbeda nyata dengan galur L. plantarum 1B1 (P<0,01).
P. aeruginosa merupakan opportunistic pathogen, artinya bakteri ini akan
menyerang kekebalan dari inangnya dan menyebabkan infeksi (Todar, 2009). Selain
itu, kemampuan dari P. aeruginosa dalam memproduksi enzim yang dapat memecah
komponen lemak dan protein (Buckle et al., 2007).
Tabel 12. Diameter Zona Hambat Aktivitas Antimikrob Plantaricin asal Galur L.
plantarum pada pH Alkali terhadap S. aureus ATCC 25923
31
Rata-rata zona hambat aktivitas antimikrob plantaricin asal empat galur L.
plantarum 1A5, 1B1, 2B2 dan 2C12 berkisar 8,44-10,64 mm. Rataan diameter zona
hambat tersebut termasuk dalam kategori sedang (Davis dan Stout, 1971). Stabilitas
aktivitas antimikrob plantaricin stabil setelah perlakuan pH alkali terhadap S. aureus
ATCC 25923. S. aureus termasuk bakteri Gram positif, tumbuh pada pH 4,0-9,8
dengan pH optimum pertumbuhan pada 7,0-7,8 (Ray dan Bhunia, 2008). Hsieh et al.
(1998) menyatakan bahwa terjadinya peningkatan besar dalam sensitivitas S. aureus
terhadap kation dan aktivitas antimikrob pada kondisi pH alkali.
Bacillus cereus
Stabilitas aktivitas antimikrob plantaricin setelah perlakuan pH alkali
terhadap B. cereus, dapat dilihat pada Tabel 13. Stabilitas aktivitas antimikrob
plantaricin tidak dipengaruhi oleh interaksi antara perlakuan pH yang berbeda dan
galur L. plantarum yang berbeda. Hasil ini menunjukkan bahwa plantaricin memiliki
aktivitas penghambatan yang sama tanpa dipengaruhi oleh pH yang berbeda dan
galur L. plantarum yang berbeda.
Tabel 13. Diameter Zona Hambat Aktivitas Antimikrob Plantaricin asal Galur L.
plantarum pada pH Alkali terhadap B. cereus
Plantaricin Asal Galur L. plantarum
Perlakuan Rata-rata
1A5 1B1 2B2 2C12
------------------------------------ (mm) ---------------------------------------
pH 7* 8,92 ± 1,14 9,10 ± 0,77 8,86 ± 0,90 8,57 ± 0,59 8,86 ± 0,85
pH 9 8,45 ± 0,58 8,89 ± 0,61 8,97 ± 0,97 9,15 ± 1,02 8,87 ± 0,80
Rata-rata 8,69 ± 0,86 9,00 ± 0,69 8,92 ± 0,94 8,86 ± 0,81
Keterangan: Diameter lubang sumur ± 5 mm (termasuk ke dalam zona hambat)
* = Kontrol
32
Plantaricin yang dihasilkan oleh keempat galur L. plantarum mampu
menghambat bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif, serta stabil terhadap
perlakuan pH alkali namun aktivitas antimikrob plantaricin menurun akibat
perlakuan pH alkali terhadap S. typhimurium. Hal ini sesuai dengan penelitian Gong
et al. (2010) yang menyatakan bahwa plantaricin MG dari L. plantarum
KLDS1.0391 menghasilkan senyawa antimikrob yang stabil pada pH 2 hingga pH 10
serta mampu menghambat bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif (E. coli,
Pseudomonas sp., Salmonella sp.) dengan nilai aktivitas penghambatan terbesar
terhadap E. coli dan S. typhimurium namun tidak terhadap Lactobacillus sp.
Karakteristik stabilitas dan aktivitas antimikrob plantaricin terhadap pH alkali
menunjukkan potensi plantaricin untuk dapat digunakan sebagai biopreservatif
dalam produk pangan alkali.
33