Anda di halaman 1dari 13

KTSP K

& e
K-13 l
a
s

matematika XI

KOMBINASI DAN PELUANG MAJEMUK

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
1. Memahami definisi kombinasi dan cara menentukannya.
2. Dapat menentukan bentuk penjabaran binomial Newton.
3. Memahami hubungan antarkejadian.
4. Dapat menentukan peluang suatu kejadian.
5. Dapat menentukan peluang kejadian majemuk.

A. Definisi Kombinasi
Kombinasi r unsur dari n unsur yang berbeda (x1, x2, ..., xn) adalah seleksi tak terurut r
anggota dari himpunan {x1, x2, ..., xn}. Dengan kata lain, kombinasi r unsur dari n unsur yang
berbeda merupakan subhimpunan dengan r unsur. Banyaknya kombinasi r unsur dari n
unsur yang berbeda dapat dinotasikan sebagai berikut.

 n
C rn ; n C r ; C ( n, r ) atau  
r

Secara sederhana, kombinasi dapat didefinisikan sebagai susunan dari unsur-unsur


tanpa memerhatikan urutannya. Pada kombinasi, AB = BA.
Contoh Soal 1

Berapa banyak kombinasi 3 huruf dari A, B, C, D, dan E?


Pembahasan:
Kombinasi 3 huruf dari A, B, C, D, dan E adalah sebagai berikut.
ABC ABD ABE ACD ACE
ADE BCD BCE BDE CDE
Jadi, banyaknya kombinasi 3 huruf dari 5 huruf ABCDE adalah 10.

Untuk menentukan banyak kombinasi r unsur dari n unsur yang berbeda, dapat
digunakan teorema berikut.

Banyaknya kombinasi r unsur dari n unsur yang berbeda adalah sebagai berikut.
n!
C rn =
( r )!r !
n −

dengan n ≥ r, serta n dan r merupakan bilangan asli.

Dengan menggunakan teorema tersebut, kombinasi 3 huruf dari huruf ABCDE lebih
mudah ditentukan, yaitu sebagai berikut.
Diketahui:
r=3
n=5
Dengan menggunakan rumus kombinasi, diperoleh:
5! 5!
C35 = = = 10
( 5 − 3) !3! 2!3!
Jadi, banyaknya kombinasi 3 huruf dari 5 huruf ABCDE adalah 10.

Contoh Soal 2

Timnas karate kelas 60 kg akan memilih 3 orang dari 10 orang yang memenuhi syarat.
Banyak cara memilih ketiga anggota timnas tersebut adalah ....

2
Pembahasan:
Diketahui:
r=3
n = 10
Dengan menggunakan rumus kombinasi, diperoleh:
10!
C310 =
(10 − 3) !3!
10!
=
7!3!
10 × 9 × 8 × 7!
=
7! × 3 × 2 × 1
= 10 × 3 × 4
= 120
Jadi, terdapat 120 cara untuk memilih ketiga anggota timnas.

Contoh Soal 3

Suatu pertemuan dihadiri oleh 15 orang undangan. Jika mereka saling berjabat tangan,
banyaknya jabat tangan yang terjadi dalam pertemuan itu adalah ....
Pembahasan:
Satu jabat tangan dilakukan oleh 2 orang. Ini berarti:
r=2
n = 15
Dengan menggunakan rumus kombinasi, diperoleh:
15! 15!
C215 = = = 105
(15 − 2 ) !2! 13! 2!
Jadi, banyaknya jabat tangan yang terjadi dalam pertemuan itu adalah 105 kejadian.

Contoh Soal 4

Sebuah panitia terdiri atas 2 siswa dan 3 siswi. Berapa banyak cara memilih panitia tersebut
dari 5 siswa dan 6 siswi?

3
Pembahasan:
Pertama, memilih 2 siswa dari 5 siswa yang ada. Ini berarti, kombinasi 2 unsur dari 5 unsur.
5! 5!
C25 = = = 10
( )
5 − 2 !2! 3! 2!

Kedua, memilih 3 siswi dari 6 siswi yang ada. Ini berarti, kombinasi 3 unsur dari 6 unsur.
6! 6!
C36 = = = 20
( 6 − 3) !3! 3! 3!
Dengan menggunakan aturan perkalian, banyaknya cara memilih panitia tersebut dari 5
siswa dan 6 siswi adalah 20 × 10 = 200 cara.

Contoh Soal 5

Jika C5n + 2 = 2C 4n +1 dan n > 5, nilai n adalah ....


Pembahasan:
Dengan menggunakan rumus kombinasi, diperoleh:

C5n + 2 = 2C 4n +1
(n + 2)! ( n + 1) !
⇔ =2
( n + 2 − 5) ! 5! ( n + 1− 4 ) ! 4!
(n + 2)! ( n + 1) !
⇔ =2
( n − 3) ! 5! ( n − 3) ! 4!
( n + 2 ) ( n + 1) ! ( n + 1) !
⇔ =2
( n − 3) ! 5 . 4 ! ( n − 3) ! 4 !
(n + 2) 1
⇔ =2
5 1
⇔ ( n + 2 ) = 2.5
⇔ n + 2 = 10
⇔n=8

Jadi, nilai n adalah 8.

4
B. Binomial Newton

Penjabaran binomial Newton dengan kombinasi dapat dinyatakan sebagai berikut.


n

∑C an − r b r = ( a + b )
n n
r
r =0

dengan n dan r merupakan bilangan asli.

Contoh Soal 6

Jabarkan bentuk binomial berikut dengan kombinasi.


a. (3p − 2)3
b. (2a + b)5
Penyelesaian:
a. Bentuk pada soal dapat dinyatakan sebagai berikut.
( 3p − 2 ) = ( 3p + ( −2 ) )
3 3

Dari bentuk tersebut, diketahui a = 3p, b = −2, dan n = 3.


Dengan menggunakan rumus binomial Newton, diperoleh:

( 3p + ( −2 ) ) = C 03 ( 3 p ) ( −2 ) + C13 ( 3 p )
( −2 ) + C23 ( 3p ) ( −2 ) + C33 ( 3 p ) ( −2 )
3 3− 0 0 3 −1 1 3−2 2 3−3 3

= 1( 27 p3 )1+ 3 ( 9 p2 ) ( −2 ) + 3 ( 3 p )( 4 ) + 1(1) ( −8 )
= 27p
p3 − 54 p2 + 36 p − 8

Jadi, ( 3 p − 2 ) = 27 p3 − 54 p2 + 36 p − 8 .
3

Super "Solusi Quipper"


+ 1(3 p )3 20 = +27 p3

− 3(3 p )2 21 = −54 p2
( 3p − 2 ) = 
3
= 27 p3 − 54 p2 + 36 p − 8
+ 3 (3 p ) 2 = +36 p
1 2

 − 1(3 p )0 23 = −8

Untuk menentukan koefisiennya, gunakan segitiga Pascal berikut.


1
1 1
1 2 1
1 3 3 1

5
b. Dengan menggunakan rumus binomial Newton, diperoleh:

( 2a + b ) = C 05 ( 2a ) b 0 + C15 ( 2a ) b1 + C25 ( 2a ) b2 + C35 ( 2a ) b3 + C 45 ( 2a ) b 4 + C55 ( 2a )


5 5 5 −1 5−2 5−3 5− 4 5−5
b5
= 1( 25 a5 )1+ 5 ( 24 a4 ) b + 10 ( 23 a3 ) b2 + 10 ( 22 a2 ) b3 + 5 ( 2a ) b 4 + 1(1) b5
= 32a5 + 80a4 b + 80a3b2 + 40a2 b3 + 10ab 4 + b5

Jadi, ( 2a + b ) = 32a5 + 80a4 b + 80a3b2 + 40a2 b3 + 10ab 4 + b5 .


5

SUPER, Solusi Quipper


 + 1( 2a )5 b 0

 + 5 ( 2a ) b1
4


+ 10 ( 2a ) b
3 2

( 2a + b )
5
= = 32a5 + 80a 4 b + 80a3b2 + 40a2 b3 + 10ab 4 + b5
( )
2
 + 10 2 a b 3


 + 5 ( 2a ) b
1 4


 + 1( 2a ) b
0 5

Untuk menentukan koefisiennya, gunakan segitiga Pascal berikut.


1
1 1
1 2 1
1 3 3 1
1 4 6 4 1
1 5 10 10 5 1

C. Hubungan Antarkejadian
1. Definisi Gabungan Kejadian
Gabungan kejadian A dan B yang dinotasikan dengan A ∪ B adalah peristiwa terjadinya
A saja atau B saja atau dua-duanya terjadi. Gabungan kejadian ditandai dengan kata
“atau”.

2. Definisi Irisan Kejadian


Irisan kejadian A dan B yang dinotasikan dengan A ∩ B adalah peristiwa terjadinya A dan
B. Irisan kejadian ditandai dengan kata “dan”.

6
Kedua hubungan kejadian tersebut dapat digambarkan dengan diagram Venn berikut.

Gabungan Kejadian Irisan Kejadian


S S
A
A B
B
A∪B A∩B

Contoh Soal 7

Dua koin ditos dan hasilnya dicatat. Berikut ini dua kejadian yang diselidiki.
M : munculnya minimal 1 angka
N : munculnya minimal 1 gambar
Tentukan kejadian dan peluang dari M, N, M ∩ N, M ∪ N .
Pembahasan:
Ruang sampel dari hasil tos 2 koin adalah S = {( AA ) , ( AG ) , ( GA ) , ( GG )}.
Dengan demikian, n(S) = 4.

Kejadian M:
M = {( AA ) , ( AG ) , ( GA )} sehingga n(M) = 3

Peluang kejadian M:

n(M) 3
P(M) = =
n(S) 4

Kejadian N:
N = {( AG ) , ( GA ) , ( GG )} sehingga n(N) = 3

Peluang kejadian N:
n(N) 3
P(N) = =
n(S) 4

7
Kejadian M ∩ N :
M Ç N = {(AG),(GA )} , sehingga (M Ç N) = 2

Peluang kejadian M ∩ N :
n(M ∩ N) 2 1
P(M ∩ N) = = =
n(S) 4 2

Kejadian M ∪ N :
M ∪ N = {(AA ),(AG),(GA ),(GG)} ,sehingga (M ∪ N) = 4

Peluang kejadian M ∪ N :
n(M ∪ N) 4
P(M ∪ N) = = =1
n(S) 4

D. Peluang Gabungan
Misalkan A dan B adalah dua kejadian pada ruang sampel S. Peluang gabungan dua
kejadian tersebut atau A ∪ B dapat ditentukan dengan aturan berikut.

P ( A ∪ B ) = P ( A ) + P (B ) − P ( A ∩ B )

Jika A ∩ B = { } , kejadian A ∪ B dan B dinamakan sebagai kejadian saling lepas


(mutually exclusive). Peluang gabungan kejadian saling lepas atau P( A ∪ B ) dapat
ditentukan dengan aturan berikut.

P ( A ∪ B ) = P ( A ) + P (B )

Sementara itu, jika A ∩ B ≠ { } , kejadian A dan B dinamakan sebagai kejadian


tidak saling lepas.

Contoh Soal 8

Sebuah perusahaan minyak berencana melakukan pengeboran di dua buah sumur.


Hasil dari peristiwa sebelumnya digunakan untuk memprediksi hasil yang mungkin dari
pengeboran tersebut.

8
Kejadian Deskripsi Peluang
A Dua sumur tidak memproduksi minyak atau gas 0,80
B Tepat hanya satu sumur yang memproduksi minyak
0,18
atau gas

C Kedua-duanya memproduksi minyak atau gas 0,02

Tentukan P ( A ∪ B ) dan P (B ∪ C ) !
Pembahasan:
Kejadian A, B, dan C adalah kejadian saling lepas karena ketiga kejadian tersebut tidak
mungkin terjadi secara bersamaan. Dengan demikian, diperoleh:
P ( A ∪ B ) = P ( A ) + P (B )
= 0 , 80 + 0 ,18
= 0 , 98
P (B ∪ C ) = P (B ) + P ( C )
= 0 ,18 + 0 , 02
= 0 , 20

Kejadian A ∪ B dapat dinyatakan dengan kejadian paling banyak 1 sumur yang


memproduksi minyak atau gas. Kejadian B ∪ C dapat dinyatakan dengan kejadian paling
sedikit 1 sumur yang memproduksi minyak atau gas.

Contoh Soal 9

Pada seperangkat kartu bridge, akan diambil secara acak 1 buah kartu. Peluang terpilihnya
kartu As atau kartu merah adalah ....
Pembahasan:
Banyaknya anggota ruang sampel dalam pengambilan 1 kartu dari seperangkat kartu
bridge adalah n(S) = 52.
Misal A adalah kejadian terambilnya kartu As. Dengan demikian, kejadian A adalah sebagai
berikut.
A = {( As wajik ) , ( As hati ) , ( As kriting) , ( As sekop )} sehingga n(A ) = 4

Peluang kejadian A:

n(A ) 4
P (A) = =
n(S) 52

9
Misal B adalah kejadian terambilnya kartu merah. Dengan demikian, anggota kejadian B
adalah 26 kartu yang merupakan gabungan dari 13 kartu hati dan 13 kartu wajik, sehingga
n(B) = 26.
Peluang kejadian B:
n(B) 26
P (B ) = =
n(S) 52

Kejadian gabungan A dan B adalah kejadian tidak saling lepas, karena kejadian terambilnya
kartu As merah mungkin terjadi. Irisan kejadian A dan B adalah sebagai berikut.
A ∩ B = {( As hati )( As wajik )} sehingga n ( A ∩ B ) = 2

Peluang A ∩ B :
2
P (A ∩ B) =
52

Dengan demikian, peluang kejadian A ∪ B dapat ditentukan sebagai berikut.


P ( A ∪ B ) = P ( A ) + P (B ) − P ( A ∩ B )
4 26 2
= + −
52 52 52
28
=
52
7
=
13
7
Jadi, peluang terpilihnya kartu As atau kartu merah adalah .
13

1. Peluang Dua Kejadian yang Saling Bebas dan Tidak Saling Bebas
Pada penjelasan sebelumnya, kita dapat menghitung nilai dari P ( A ∪ B ) , karena nilai
P ( A ∩ B ) dapat diketahui dengan melihat sampel kejadian atau tabel. Namun terkadang,
peluang irisan A dan B atau P ( A ∩ B ) tidak diketahui.
Untuk mengatasi hal tersebut, ada aturan peluang lain yang dapat digunakan.
Aturan ini tergantung pada konsep statistika, yaitu kejadian saling bebas (independent)
dan kejadian tidak saling bebas (dependent).
Kejadian A dan B dikatakan saling bebas jika dan hanya jika peluang kejadian B tidak
terpengaruh atau berubah karena terjadinya kejadian A atau sebaliknya.
Contoh kejadian saling bebas adalah pada pelemparan dua keping logam secara
bersamaan. Apabila muncul gambar pada keping logam pertama, maka kejadian muncul
gambar atau angka pada keping logam kedua tidak dipengaruhi oleh kejadian pada
logam yang pertama.

10
Peluang kejadian A dan B yang saling bebas dapat ditentukan dengan aturan
berikut.

P ( A ∩ B ) = P ( A ) . P (B )

Jika P ( A ∩ B ) ≠ P ( A ) .P (B ) , kejadian A dan B dinamakan kejadian yang tidak saling bebas.

Contoh Soal 10

Sebuah kotak berisi 10 bola yang diberi nomor 1 hingga 10. Dua bola diambil dari kotak
secara bergantian dengan pengembalian. Tentukan peluang terambilnya bola-bola
bernomor berikut.
a. Kelipatan 4 dan nomor 9
b. Ganjil dan genap
Pembahasan:
a. Kejadian terambilnya bola bernomor kelipatan 4 adalah {4, 8}.
Misalkan peluang terambilnya bola bernomor kelipatan 4 adalah P(A), maka:
2
P (A) =
10
Misalkan peluang terambilnya bola bernomor 9 adalah P(B), maka:
1
P (B ) =
10
Kejadian terambilnya bola bernomor kelipatan 4 tidak memengaruhi pengambilan
bola bernomor 9 sehingga kejadian A dan B adalah kejadian saling bebas. Peluang
kejadian saling bebas dapat ditentukan dengan rumus berikut.
P ( A ∩ B ) = P ( A ) ⋅ P (B )
2 1
= ⋅
10 10
2
=
100
1
=
50
1
Jadi, peluang terambilnya bola-bolabernomor kelipatan 4 dan nomor 9 adalah .
50

b. Misalkan kejadian terambilnya bola bernomor ganjil adalah A, maka A = {1, 3, 5, 7, 9}.
5
Dengan demikian, peluang terambilnya bola bernomor ganjil adalah P ( A ) = .
10

11
Misalkan kejadian terambilnya bola bernomor genap adalah B, maka B = {2, 4, 6, 8, 10}.
5
Dengan demikian, peluang terambilnya bola bernomor genap adalah P (B ) = .
10

Oleh karena kejadian A dan B adalah kejadian saling bebas, maka:

P ( A ∩ B ) = P ( A ) ⋅ P (B )
5 5
= ⋅
10 10
25
=
100
1
=
4
1
Jadi, peluang terambilnya bola-bola bernomor ganjil dan genap adalah .
4

2. Peluang Kejadian Bersyarat


Jika kejadian A dan B saling memengaruhi, kejadian tersebut dikatakan tidak saling
bebas (dependent). Peluang kejadian A dan B yang tidak saling bebas atau bersyarat
dinotasikan dengan P ( A | B ) . Garis vertikal dibaca “setelah”, sehingga P ( A | B ) dibaca
“peluang A setelah terjadinya B”. Peluang A dan B atau P ( A ∩ B ) dengan syarat tertentu
dapat dinyatakan sebagai berikut.

P ( A ∩ B ) = P (B ) × P ( A | B )
P ( A ∩ B ) = P ( A ) × P (B | A )

Contoh Soal 11

Sebuah kotak berisi 6 bola merah dan 5 bola biru. Dari dalam kotak tersebut hendak diambil
empat bola secara acak dengan dua kali pengambilan. Masing-masing pengambilan
diambil dua bola. Jika setelah pengambilan pertama bola tidak dikembalikan, peluang
terambilnya keempat bola dengan warna yang sama adalah ....
Pembahasan:
Misal:
bola merah: M
bola biru : B
Kemungkinan terambilnya keempat bola dengan warna yang sama adalah sebagai
berikut.
2M ∩ 2M atau 2B ∩ 2B

12
Dengan demikian, peluang (P) terambilnya keempat bola dengan warna yang sama adalah
sebagai berikut.
C26 C24 C25 C23
P= ⋅ + ⋅
C211 C29 C211 C29
6 ⋅ 5 4 ⋅ 3 5 ⋅ 4 3⋅⋅ 2
= ⋅ + ⋅
11⋅10 9 ⋅ 8 11⋅10 9 ⋅ 8
1 1
= +
22 66
3 +1
=
66
4
=
66
2
=
33
2
Jadi, peluang terambilnya keempat bola dengan warna yang sama adalah .
33

13

Anda mungkin juga menyukai