Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Partai politik awalnya berasal dari negara-negara Eropa Barat. Dengan meluasnya gagasan

bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses

politik. Maka dari itu, partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi

penghubung antara rakyat dengan pemerintah. Jadi, lahirnya partai politik dikarenakan adanya

kebutuhan pemerintah dalam mendapatkan dukungan dari masyarakat dalam membuat suatu

kebijakan. Apabila parlemen harus terjun langsung kemasyarakat dalam menjaring aspirasi,

maka efektivitas kerja parlemen kurang terjamin. Untuk itu dibutuhkanlah suatu organisasi

politik yang nantinya akan membantu pemerintah dalam memenuhi keinginan masyarakat.Partai

politik sesungguhnya merupakan sebuah kendaraan, yang fungsinya untuk menyatukan orang-

orang yang memiliki visi dan misi yang sama dalam penyelenggaraan negara.

Menurut UU Nomor 2 Tahun 2011 Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional

dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan

kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,

masyarakat, bangsa dan Negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

Modal dasar untuk menciptakan pemerintahan yang solid dan berwibawa dengan dengan

pengawasan efektif dari lembaga legislatif, adalah dengan mewujudkan demokrasi yang

berkredibilitas. Demokrasi berkredibilitas dibangun dengan cara menciptakan partai politik yang

sehat dan kredibel serta proses pemilihan umum yang diselenggarakan secara demokratis, jujur,
1
dan adil. Demokratis berkredibilitas ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya transparansi dan

mekanisme pertanggungjawaban yang jelas atas kegiatan pembiayaan politik, keuangan partai

politik, sebagai suatu entitas yang menggunakan dana publik yang besar, harus transparan

sehingga pertanggungjawaban yang keuangan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi.

Transparansi pertanggungjawaban keuangan ini mensyaratkan adanya standar akuntansi

keuangan bagi partai politik, pedoman audit partai politik, dan adanya pedoman peraturan, dan

prosedur pelaporan dana kampanye pada kegiatan pemilihan umum bagi partai politik.

Pertanggungjawaban keuangan yang transparan oleh partai politik merupakan bentuk

kepatuhan terhadap undang-undang partai politik dan undang-undang pemilu.Partai politik harus

mampu dan melaksanakan pertanggungjawaban terhadap seluruh sumber daya keuangan yang

digunakan kepada para konstituennya. Bentuk pertanggungjawaban pengelola keuangan partai

politik serta pemilu adalah penyampaian Laporan Dana Kampanye (semua peserta pemilu) serta

laporan keuangan (khusus untuk partai politik), yang harus diaudit Kantor Akuntan Publik, ke

KPU serta terbuka untuk diakses public.

Selain menekan potensi keuangan dalam penggalangan dana, standarisasi laporan

keuangan partai politik juga bisa dijadikan dasar pertimbangan untuk menetapkan pilihan secara

cerdas dan rasional. Di luar kepentingan untuk menjalankan fungsi kontrol atas partai politik

yang ada, warga Negara yang menggunakan hak pilihnya dapat mencermati derajat sehat-

tidaknya sebuah partai politik dari Laporan . Keuangan Tahunan yang disampaikannya secara

terbuka kepada public. Informasi menyangkut keuangan bias menjadi dasar penilaian

kemampuan partai politik untuk melangsungkan aktivitasnya dan memperjuangkan kepentingan

politik secara berkelanjutan.

2
1.2 Rumusuan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana dasar pemikiran dan tujuan pelaporan keuangan untuk organisasi partai

politik dan dana kampanye ?

2. Apakah akuntansi partai politik dan dana kampanye ?

3. Bagaiaman laporan pertanggungjawan partai politik dan dana kampanye ?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari uraian rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai

berikut :

1. Untuk mendeskripsikan dasar pemikiran dan tujuan pelaporan keuangan untuk

organisasi partai politik dan dana kampanye.

2. Untuk mengetahui akuntansi partai politik dan dana kampanye

3. Untuk mendeskripsikan laporan pertanggungjawaban partai politik dan dana

kampanye.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Akuntansi untuk entitas partai politik

Pengertian Partai Politik disebutkan secara khusus dalam UU Nomor 2 Tahun 2008

Tentang Partai Politik, Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh

sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita

untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan

Negara serta memelihara kebutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila

dan UUD Tahun 1945.

Tujuan umum partai politik adalah sebagai berikut ( Bastian, 2007;Hafild,2008).

1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

pembukaan UUD Tahun 1945.

2. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung

tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Fungsi dan Peran Partai Politik

1. Partai Politik berfungsi untuk mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban

politik rakyat. Partai Politik berperan sebagai sarana sosialisasi politik masyarakat

dalam rangka melakukan pendidikan politik bagi sakyat.

2. Partai Politik berfungsi menyalurkan kepentingan masyarakat dalam pembuatan

kebijakan Negara. Berperan sebagai sarana komunikasi yang mana partai politik

4
menyalurkan aneka ragam pendapat, aspirasi, dan kepentingan masyarakat dalam

pembuatan kebijakan Negara.

3. Partai Poliitik berfungsi untuk membina dan mempersiapkan anggota masyarakat

untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme demokrasi. Partai

Politik merupakan juga sebagai sarana untuk melakukan rekruitmen politik dengan

mencari dan mengajak orang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik dalam

rangka memperluas partisipasi politik masyarakat.

2.1.1 karakteristik aktivitas politik

Aktivitas politik adalah aktivitas untuk memperoleh , mengelola, dan mengatur kekuasaan

sebagai amanat dan mandate dari konstituennya dengan cara-cara yang demokratis. Partai politik

memiliki Karakteristik utama yaitu factor kekuasaan yang dimilikinya dan perannya dalam

mewakili rakyat

Struktur dan Mekanisme dalam Organisasi Partai Politik

1. Dewan Pengurus Pusat (DPP) dibentuk untuk tingkat pusat.

2. Dewan Pengurus Wilayah (DPW) dibentuk untuk tingkat provinsi.

3. Dewan Pengurus Cabang (DPC) dibentuk untuk tingkat kabupaten atau kota.

Perangkat-perangkat organisasi dan kegiatan-kegiatannya antara lain :

1. Sekretariat, Biaya-biaya yang keluar untuk menjalankan secretariat ini dapat digolongkan

kepada biaya rutin.

2. Rapat-rapat yang diperlukan untuk mengambil keputusan dalam partai.

3. Kegiatan Pencarian Dana. Karena partai politik tidak boleh memiliki badan usaha atau

tidak boleh memiliki saham.

5
4. Kegiatan Kampanye. Kegiatan-kegiatan kampanye antara lain perjalanan kampanye oleh

calon legislatif atau calon presiden, rapat akbar, iklan di media massa, pembuatan poster ,

dan pembuatan bendera.

5. Kegiatan Pendidikan Politik , Partai juga melakukan seminar,lokakarya,diskusi-diskusi.

6. Kegiatan-kegiatan partai politik di luar kampanye baik oleh calon legislative dan atau

calon presiden.

7. Partai membentuk yayasan-yayasan atau think-tank untuk menyebarluaskan ideology

maupun pengaruhnya.

8. Kekayaan Partai. Kekayaan bias berbentuk gedung, kantor, kendaraan, alat-alat kantor,

dll.

2.1.2 Keuangan Partai Politik

Kegiatan manajemen keuangan adalah terkait dengan cara memperoleh dan menggunakan

dana. Sumber pendanaan partai politik berasal dari :

1. Iuran anggota

2. Sumbangan dari pihak lain yang sah menurut hokum dan

3. Bantuan keuangan dari anggaran Negara atau daerah.

Aktivitas Pencarian dana yang dilarang, antara lain :

1. Menerima sumbangan dari pihak asing dalam bentuk apapun, yang bertentangan dengan

hukum dan aturan perundang-undangan.

2. Menerima sumbangan, berupa barang maupun uang, dari pihak manapun tanpa

mencantumkan identitas yang jelas.

3. Menerima sumbangan dari perseorangan dan atau perusahaan/ badan usaha melebihi batas

yang ditetapkan.

6
4. Meminta atau menerima dana dari BUMN, BUMD, BUMDes atau dengan sebutan

lainnya , Koperasi , Yayasan, LSM, Ormas dan organisasi lainnya.

5. Memperoleh hasil dari aktivitas bisnis, misalnya mendirikan badan usaha yang dapat

menghasilkan laba, atau menanamkan modal berupa saham pada suatu badan usaha.

2.2 Peran dan Fungsi Akuntansi dalam lingkungan Partai Politik

Peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai politik dibagi menjadi dua kelompok

yaitu peranan dan fungsi akuntansi bagi pihak internal maupun pihak eksternal partai politik.

a. Pihak Internal

1. Ketua partai politik untuk menyusun perencanaan, memgevaluasi kemajuan yang

dicapai dalam usaha memenuhi tujuan, dan melakukan tindakan-tindakan koreksi yang

diperlukan.

2. Staf berkepentingan dengan informasi mengenai transparansi pelaporan kegiatan dan

pelaporan keuangan partai politik.

3. Anggota adalah orang yang menjadi bagian dan pendukung partai politik, tetapi belum

tentu menjadi pengurus partai politik.

b. Pihak Eksternal

1. Donatur berkepentingan dengan informasi mengenai keseriusandan kredibilitas partai

politik untuk menjalankan program-program pencerdasan masyarakat secara politik.

2. Supplier/Pemasok/Kreditur untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dapat

dibayar oleh partai politik pada saat jatuh tempo.

3. Konstituen/Basi Massa adanya laporan keuangan partai politik yang transparan dan

akuntabel akan mengundang simpati masyarakat.

7
4. Badan pemeriksan keuangan (BPK) berkepentingan untuk memeriksa (mengaudit)

laporan pertanggungjawaban partai politik atas penggunaan dana bantuan keuangan dari

pemerintah (Pusat dan Daerah) sebagaimana amanat dari PP Nomor 05 Tahun 2009 Pasal

14 ayat (2).

5. Pemerintah (Pusat dan Daerah) berkepentingan untuk menerima laporan

pertanggungjawaban partai politik yang telah diaudit oleh BPK atas penggunaan dana

bantuan keuangan dari APBN atau APBD.

2.3 Tinjauan terhadap PSAK Nomor 45 dan Kebutuhan Standar Akuntansi untuk Partai
Politik
Organisasi partai politik merupakan organisasi yang tidak bermotif untuk mencari laba dan

bertujuan untuk memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara yang diwujudkan secara konstitusional, maka partai politik termasuk

dalam kategori organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba menggunakan beberapa parameter tunggal

sebagai ukuran keberhasilan seperti jumlah dana sumbangan yang diperoleh, pertumbuhan

jumlah anggota jumlah pengunjung, jumlah orang yang dilayani, dan biaya overhead.

Laporan keuangan yang dihasilkan oleh PSAK Nomor 45 antara lain sebagai berikut :

1. Laporan Posisi Keuangan


2. Laporan Aktivitas
3. Laporan Perubahan dalam Aset Neto/Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan.
Peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Partai
Politik Peserta Pemilu Anggota DPR, DPRD, Provinsi dan DPRD Kab/Kota. Ada tiga pendapat
terkait penerapan PSAK Nomor 45 sebagai standar akuntansi keuangan partai politik ( Hafild,
2008) :

8
1. PSAK Nomor 45 masih bias dipakai sebagai standar Akuntansi Keuangan Partai politik
Karena Karakter partai politik mirip dengan karakter organisasi nirlaba.
2. Standar akuntansi keuangan khusus partai politik tidak perlu dibuat tetapi dapat
melakukan modifikasi PSAK Nomor 45.
3. Standar akuntansi keuangan khusus partai politik perlu dibuat. Karena karakter partai
politik yang tidak sama dengan karakter organisasi nirlaba.
Tabel Perbedaan Karakteristik antara Organisasi Nirlaba dan Partai Politik.
Organisasi Nirlaba Partai Politik
Undang-undang yayasan Undang-undang partai politik
dan undang-undang pemilu
Tidak ada batasan penyumbang Ada batasan penyumbang
Tidak ada batasan maksimal jumlah Ada batasan maksimum
sumbangan jumlah sumbangan
Tidak ada kewajiban melaporkan daftar Daftar penyumbang wajib
penyumbang (terutama individu) dilaporkan
Hasil kegiatan berupa jasa pelayanan untuk Hasil kegiatan berupa
kepentingan umum kekuasaan politik
Akuntabilitas berupa kegiatan sesuai Akuntabilitas berupa bersih
dengan tujuan organisasi dana manajemen dari politik uang, kepatuhan
yang baik pada hokum dan posisi politik
sesuai dengan janji kepada
rakyat
Tujuan utama pembuatan laporan adalah menginformasikan laporan keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan partai politik. Pedoman akuntansi khusus untuk partai politik
akan diperlukan, terutama untuk mencatat pos-pos yaitu :
1. Dana bantuan pemerintah
2. Laporan parpol
Bantuan ini mengandung dua aspek sebagai berikut :
1. Uang dalam laporan keuangan tergambar jumlah uang yang diterima dan penggunaannya.
2 Barang atau jasa dalam laporan neraca tergambar sesuai dengan nilai uang barang dan
jasa tersebut.

9
2.4 Akuntabilitas Dana Kampanye

Kampanye partai politik untuk promosi dan pembentukan opini publik sudah pasti

memerlukan dana yang besar. Karena itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan

dana yang besar pasti akan menimbulkan kerawanan. Mulai dari rawan kolusi, korupsi, konflik.

Akuntabilitas yang tinggi dapat meminimalisir kecurigaan penyalahgunaan dana dan

mengantisipasi munculnya konflik. Kebutuhan untuk menciptakan good political party

governance dirasakan sangat mendesak, terutama bagi para partai politik peserta pemilu.

Penerapan kewajiban tata administrasi keuangan dan sistem pelaporan dana kampanye

secara transparan, akuntabel, dan independen akan sangat menunjang perwujudan pelaksanaan

pemilu yang bersih dalma rangka membangun kepercayaan publik kepada pemerintah dan

pertanggungjawaban peserta pemilu kepada publik. Pelaporan dana kampanye Parpol

Tipe pelaporan dana kampanye partai politik:

1. Tentukan metode pencatatan yang digunakan (sistem pencatatn tunggal atau sistem

pencatatan berpasangan, basis kas atau akrual)

2. Pisahkan pencatatan pemasukan dan pengeluaran antara keuangan rutin parpol

dengan pendanaan kampanye

3. Semua transaksi yang dilakukan harus memiliki bukti tertulis seperti surat

perjanjian/kontrak tertulis, kwitansi, faktur

4. Semua kegiatan yang berkaitan dengan kampanye harus dilengkapi dengan

dokumentasi kegiatan seperti foto kegiatan atau rekaman video.

2.5 Pelaporan Dana Kampanye Organisasi Partai Politik

Dalam pasal 79 UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu disebutkan bahwa seluruh laporan

dana kampanye peserta Pemilu, baik penerimaan maupun pengeluaran, wajib diserahkan ke

10
akuntan publik terdaftar selambat-lambatnya 60 hari sesudah hari pemungutan suara. Sementara

itu, akuntan publik wajib menyelesaikan audit selambat-lambatnya 30 hari kemudian dan

hasilnya dilaporkan ke KPU selambatnya tujuh hari sesudah diaudit

Ketentuan tersebut dimaksudkan agar terwujud akuntabilitas mengenai Pengelolaan Dana

Kampanye Pemilu sehingga dapat menepis tuduhan akan adanya praktik-praktik politik uang

(money politics). Tapi pada kenyataannya, berdasarkan data dan catatan di KPU hingga batas

waktu yang ditetapkan 12 Juli 2004, baru tujuh Partai Politik yang menyerahkan hasil audit dana

kampanye Pemilu legistalif. Ini artinya masih ada tujuh belas Partai Politik yang belum

menyerahkan audit dana kampanyenya ke KPU. Akibatnya, Komisi Pemilihan Umum

memperpanjang batas waktu penyerahan hasil audit dana kampanye Partai Politik hingga tanggal

27 Juli 2004. Untuk itu KPU mengirimkan surat peringatan lagi kepada Partai Politik yang

belum menyerahkan laporan.

Partai Politik enggan untuk menyerahkan laporan dana kampanye terutama Partai Politik

yang tidak memperoleh kursi legislatif. Di samping itu, keengganan Partai Politik melaporkan

audit dana kampanye adalah karena tidak adanya sanksi bagi legislatif. Meskipun tidak ada

sanksi hukum, sebenarnya Partai Politik yang tidak menyerahkan bisa dikenai sanksi moral yang

akan menurunkan kredibilitas Partai Politik kepada publik. KPU juga akan memberikan

rekomendasi kepada pemerintah, Partai Politik mana saja yang tidak memenuhi ketentuan UU

Pemilu dan UU Partai Politik.

2.6 Audit Atas Laporan Keuangan Partai

2.6.1 Aturan yang mengatur Audit Partai Politik

Peraturan mengenai partai politik telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun

2011, sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik.

11
Keuangan partai politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan, maupun bantuan keuangan

dari APBN/APBD. Dalam pasal 34A ayat 1 menyebutkan bahwa partai politik wajib

menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran yang bersumber dari

dana bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) secara berkala 1 (satu) tahun

sekali untuk diaudit paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Tujuan audit

oleh BPK tersebut adalah untuk menilai kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

terkait dengan bantuan pemerintah dan efektivitas dan operasi penggunaan dana bantuan

pemerintah. Audit dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

Dalam pasal 38 UU No 2 th 2011 dijelaskan bahwa hasil pemeriksaan laporan

pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan partai politik terbuka untuk

diketahui masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa seharusnya masyarakat dapat mengetahui

dan mengakses atas pelaporan keuangan partai. Namun kenyataannya masih sangat sulit untuk

menerapkan transaparansi atas keuangan partai politik. Pasal 39 dari undang-undang ini

menyatakan bahwa:

1. Pengelolaan keuangan Partai Politik dilakukan secara transparan dan akuntabel

2. Pengelolaan keuangan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaudit oleh

akuntan publik setiap 1 (satu) tahun dan diumumkan secara periodi

3. Partai Politik wajib membuat laporan keuangan untuk keperluan audit dana yang

meliputi:

 laporan realisasi anggaran Partai Politik

 laporan neraca; dan

12
 laporan arus kas.

Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik, pasal 9 sebagai dasar

hukum penyelenggaraan akuntansi bagi partai politik yang menjelaskan bahwa:

a. Partai politik diwajibkan untuk membuat pembukuan, memelihara daftar

penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka untuk diketahui

oleh masyarakat dan pemerintah.

b. Partai politik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan dan laporan

dana kampanye pemilihan umum kepada Komisi Pemilihan Umum.

c. Partai politik diwajibkan membuat laporan keuangan secara berkala 1 (satu) tahun

sekali dan memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum serta

menyerahkan laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik kepada Komisi

pemilihan Umum paling lambat 6 (enam) bulan setelah hari pemungutan suara.

2.6.2 Persiapan menghadapai proses Audit

Dalam setiap proses audit yang dilaksanakan baik oleh KAP maupun oleh BPK maka

beberapa hal yang perlu disiapkan adalah:

1. Kelengkapan laporan keuangan.

2. Tersedianya tenaga pendamping.

3. Tersedianya ruangan/tempat bagi staf auditor.

4. Tersedianya surat penugasan dari KAP atau BPK.

5. Memfasilitasi kebutuhan konfirmasi kepada pihak ketiga sesuai kebutuhan dari audito

6. Menyediakan dokumen-dokumen yang relevan dengan partai politik dan dokumen

keuangan seperti catatan akuntansi, bukti transaksi, kontrak-kontrak, dokumen

13
ketenagakerjaan, rekening Koran, akta pendirian partai dan pengesahan oleh

pemerintah serta dokumen relevan lainnya.

7. Memastikan keamanan dan kerahasiaan dokumen pada saat proses audit yaitu dengan

meminta KAP atau BPK menandatangani formulir kesepakatan kerahasiaan. Meskipun

kode etik KAP dan BPK rnengatur mengenai kerahasiaan namun lebih baik jika partai

membuat kesepakatan ini.

2.6.3 Audit atas Laporan Keuangan Tahunan

Audit atas laporan keuangan tahunan partai politik dilakukan oleh auditor independen yaitu

Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam hal ini partai politik melakukan seleksi dan penetapan

KAP sesuai dengan prosedur internal Partai. Dalam menentukan KAP, partai politik harus

memperhatikan validitas KAP mengingat banyak terjadi praktik pemalsuan terhadap KAP.

Karena itu sebelum menunjuk KAP, partai dapat melakukan konsultasi kepada asosiasi profesi

akuntan publik yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengenai tata cara dan validitas

KAP. Dalam setiap audit, KAP harus melakukan audit berdasarkan standar auditing yang

ditetapkan lAPI. Dalam setiap audit KAP dengan partai politik harus dilengkapi dengan

perikatan/kontrak yang mengatur tentang audit tersebut. KAP akan menyediakan proposal

perikatan sekaligus dapat digunakan sebagai perikatan/kontrak.

Dalam melaksanakan audit KAP akan menjalankan serangkaian prosedur yang diperlukan

seperti melakukan wawancara, inspeksi dokumen dan catatan, pengujian fisik, dan konfirmasi

kepada pihak ketiga serta surat representasi dari partai politik. Pekerjaan KAP dituangkan dalam

kertas pemeriksaan dimana kertas kerja tersebut akan disimpan KAP. Produk dari audit oleh

KAP adalah laporan auditor independen yang memuat pendapat auditor atas laporan keuangan

14
yang disajikan oleh partai politik. Partai politik dapat meminta KAP untuk melakukan jenis audit

lain yang relevan yang diperlukan oleh partai politik terkait dengan pelaporan keuangan.

2.6.4 Audit atas laporan pertanggungjawaban dana bantuan keuangan partai politik dari

pemerintah

Audit atas laporan pertanggungjawaban bantuan keuangan pemerintah dilakukan oleh

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sehubungan dengan bantuan yang diterima merupakan

lingkup keuangan Negara. Tujuan audit tersebut adalah untuk menilai kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan terkait dengan bantuan pemerintah dan efektivitas dan operasi

penggunaan dana bantuan. Audit oleh BPK dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan

Keuangan Negara (SPKN) yaitu suatu standar pemeriksaan yang diterbitkan oleh BPK yang

harus dijalankan dan ditaati oleh setiap pemeriksa keuangan Negara. Karena itu termasuk audit

laporan ini, BPK harus menjalankan audit berdasarkan SPKN.

Dua hal utama yang selalu menjadi temuan BPK atas audit laporan pertanggungjawaban

dana bantuan partai politik adalah penggunaan dana bantuan yang tidak sesuai ketentuan dan

tidak adanya bukti-bukti transaksi yang lengkap dan sah

2.6.5 Audit Dana Kampanye Partai Politik

Sebagaimana diatur dalam Pasal 9 huruf (j) UU No. 31 tahun 2002, setiap Partai Politik

wajib memiliki rekening khusus dana kampanye, yang secara khusus menampung dana

kampanye Pemilu yang dipisahkan dari rekening untuk keperluan lain. Menurut SK KPU No.

676 tahun 2003, setiap Partai Politik peserta pemilu wajib melaporkan rekening khusus, seperti

nomor rekening khusus dana kampanye Pemilu, nama, serta alamat bank. Kemudian laporan

besarnya saldo awal serta sumber penerimaan saldo awal tersebut yang berasal dari partai,

15
sumbangan perorangan, dan swasta dan masih banyak lagi. Untuk donasi, wajib disebutkan

bentuknya, identitas donatur, maupun penerimanya.

Dalam pasal 78 ayat (4) UU No. 12 tahun 2003 dijelaskan bahwa jumlah sumbangan

lebih dari Rp 5 juta wajib dilaporkan kepada KPU, termasuk identitas lengkap pemberi

sumbangan juga pada penjabaran pasal 9 UU No.31 tahun 2002, bahwa semua Partai Politik

wajib menyampaikan laporan keuangan tahun anggaran per 31 Desember 2003 kepada Kantor

Akuntan Publik paling lambat 31 Maret 2003. Setelah itu, akuntan publik memiliki waktu dua

bulan untuk mengaudit laporan partai dan menyerahkan ke KPU paling lambat awal Juli 2004.

Prosedur audit adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Prosedur atas pembukaan Rekening khusus Dana Kampanye.

2. Penerapan Prosedur atas saldo awal penerimaan Kas

3. Penerapan Prosedur atas Sumbang dari dana pasangan Calon Presiden dan Wakil

presiden.

4. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan partai politik dan Gabungan Partai

politik.

5. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan Perorangan.

partai.

6. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan Perusahaan/badan usaha.

7. Penerapan Prosedur atas Penghasilan lain-lain.

8. Penerapan prosedur atas penerimaan Nonkas Saldo awal

9. Penerapan prosedur atas penerimaan Nonkas dari pasangan calon presiden dan wakil

presiden.

16
10. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan partai politik dan Gabungan partai

politik.

11. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan non kas dari perorangan

12. Penerapan Prosedur atas sumbangan non kas dari perusahaan/badan usaha.

13. Penerapan Prosedur atas penerimaan Nonkas dari penghasilan lain-lain.

14. Penerapan prosedur atas pengeluaran kas saldo awal.

15. Penerapan Prosedur atas pengeluran kas operasi.

16. Penerapan Prosedur atas pengeluaran Kas-Modal (aktiva tetap)

17. Penerapan Prosedur atas pengeluaran kas lain-lain

18. Penerapan prosedur atas pengeluaran nonkas – saldo awal.

19. Penerapan Prosedur atas saldo dana kampanye.

2.7 Tinjauan Terhadap Psak 45 dan Kebutuhan Standar Akuntansi Untuk Partai Politik

Dengan adanya standar pelaporan diharapkan laporan keuangan organisasi Partai Politik

dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevensi, dapat diandalkan, dan memiliki daya banding

yang tinggi. Pertanyaan utamanya adalah: Apakah PSAK 45 dapat dipakai sebagai standar

pelaporan keuangan partai politik? Untuk menjawabnya, harus dibedakan dahulu apa itu PSAK

45 dan kemudian dikonfrontasikan dengan karakter Partai Politik. PSAK adalah Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan No. 45 yang dikeluarkan oleh IAI untuk organisasi nirlaba. Dalam

audit yang dikoordinir oleh IAI untuk dana kampanye pada tahun 1999 dan laporan keuangan,

maka PSAK 45 ini yang sekiranya sesuai untuk digunakan.

Ada tiga pendapat dalam hal ini untuk pemakaian PSAK, yaitu

1. Pendapat pertama mengatakan PSAK 45 masih bisa dipakai sebagai standar akuntansi

keuangan Partai Politik, karena karakter Partai Politik mirip dengan karakter

17
organisasi nirlaba. Yang perlu dibuat adalah pedoman pembuatan laporan

keungan/pedoman audit keuangan Partai Politik untuk melengkapi PSAK 45 tersebut.

2. Pendapat kedua menyatakan bahwa tidak perlu membuat standar akuntansi keuangan

khusus Partai Politik tetapi memodifikasi PSAK 45 sehingga memenuhi kebutuhan

transparansi dana akuntabilitas keuangan Partai Politik. Modifikasi lalu dilengkapi

dengan pedoman pembuatan dan pencatatan laporan keuangan.

3. Pendapat ketiga menyatakan perlu dibuat suatu standar laporan keuangan khusus

untuk Partai Politik. Karena karakter Partai Politik tidak sama dengan karakter

organsiasi nirlaba.

Beberapa karakteristik khusus Partai Politik tersebut antara lain:

1. Jika pada organisasi nirlaba pada umumnya terdapat kejelasan jenis barang dan/atau

jasa yang dihasilkannya, maka tujuan utama Partai Politik adalah dalam rangka

meraih kekuasaan politik

2. Perjuangan utama Partai Politik dilakukan melalui Pemilihan Umum Kepentingan

publik yang lebih besar

3. Adanya kegiatan besar lima tahunan yaitu kegiatan kampanye.

Di samping itu, beberapa peraturan yang secara khusus mengatur Partai Politik

sehingga menyebabkan kekhususan pada keuangan Partai Politik.

Undang-undang ini berbeda dengan undang-undang yang mengatur Partai Politik.

Karena faktor kekuasaan yang dimiliki Partai Politik, maka aturan- aturan keuangan

Partai Politik harus lebih ketat untuk mencegah korupsi politik dan dominasi

kelompok-kelompok kepentingan. Dari hasil penelitian ini, kami cenderung pada

posisi mendukung pendapat ketiga, yaitu bahwa Partai Politik memerlukan suatu

18
Standar Akuntansi Khusus Partai Politik. Perbedaan karakteristik ini mengakibatkan

perbedaan transaksi keuangan, bentuk laporan keuangan dan pengukuran-pengukuran

tertentu terhadap pos-pos dalam laporan keuangan. Ada pun alasan-alasannya

dijelaskan di bawah ini.

2.8 Sumber Dana Partai Politik

PP No. 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Parpol. Juga dijelaskan

Permendagri No. 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran

dalam APBD, Pengajuan dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan

Parpol.

Perhitungan harusnya sesuai dengan Permendagri . Untuk nilai bantuan persuara,

digunakan perhitungan, jumlah anggota DPR dikali bantuan keuangan, kemudian dibagi jumlah

perolehan suara pemilu. Lalu untuk jumlah bantuan keuangan, dihitung dengan mengalikan

antara jumlah perolehan suara parpol danan nilai bantuan persuara.

Secara rinci perbandingan mengenai aturan-aturan keuangan partai politik dapat dilihat di

bawah ini:

1. Iuran Anggota

2. Sumbangan Perusahaan

3. Subsidi Dana Publik

4. Fasilitas Publik

5. Sumbangan Individual

6. Sumbangan Organisasi Buruh dan Sejenis.

7. Sumbangan dari Pihak Asing

19
2.9 Peran KPU Dalam Keuangan Partai Politik

Sebagai imbas Reformasi 1998, kebebasan bersuara dan berpendapat menjadi suatu

fenomena yang tidak asing ditemui di Indonesia, bahkan bermunculan beraneka ragam PARPOL

dan LSM seperti PSASP (Pusat Studi Akuntansi Sektor Publik) yang berfokus pada program

perbaikan sistem manajemen administrasi publik untuk institusi publik.Komisi Pemilihan Umum

(KPU) harus bisa membuat regulasi mengenai laporan keuangan konsolidasi partai politik saat

melakukan kampanye pemilihan umum.

Laporan keuangan ini bukan hanya menyangkut penerimaan dan pengeluaran dana

kampanye parpol, melainkan dana yang dikelola pengurus parpol dan calon legislatif. Jika tidak

diatur, publik tidak pernah tahu dari mana parpol maupun mendapatkan dana kampanye.

Regulasi ini sekaligus bisa mengurangi peran uang berbicara dalam Pemilu. Sistem proporsional

yang tercantum dalam UU Pemilu, pertarungan saat kampanye tidak hanya melibatkan caleg

antar parpol. Sesama caleg di dalam parpol pun juga harus bertarung untuk meraih suara maupun

nomor urut. “Dan kecenderungannya, dalam hal ini uang lah yang berbicara. Ini sudah terbukti di

Pemilu 2009.regulasi mengenai pembatasan maupun laporan keuangan konsolidasi dana

kampanye belum diatur dalam UU. Akibatnya pengurus parpol dan caleg bisa seenaknya

menggelontorkan dana besar tak terbatas untuk kepentingan kampanye, baik dirinya maupun

parpolny.

Terkait dengan sanksi bagi pelaku politik uang dalam kampanye pemilu ini, sebenarnya

UU Pemilu sudah menyatakan dengan tegas apabila yang dikenai hukuman bukan hanya pemberi

dana kampanye, melainkan juga penerimanya. “Namun yang dibatasi di sini dana perseorangan

nonanggota dan noncaleg serta badan usaha.

20
Laporan keuangan parpol sesuai Undang-undang (UU) Parpol No. 2/2008, bahwa parpol

wajib membuat laporan keuangan untuk diserahkan ke Negara. Sebagaimana dijelaskan, setiap

partai politik wajib membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah

sumbangan yang diterima, serta terbuka untuk diketahui oleh masyarakat dan pemerintah.

Disamping itu partai politik harus membuat laporan keuangan secara berkala satu tahun sekali

kepada KPU setelah diaudit oleh akuntan public. Dalam hal dana kampanye, maka setiap partai

politik harus memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum dan menyerahkan

laporan neraca keuangan hasil audit akuntan publik kepada Komisi Pemilihan Umum paling

lambat 6 (enam) bulan setelah hari pemungutan suara.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses politik demokratis tidak akan dapat berlangsung tanpa sumber keuangan. Tanpa

dana yang memadai, partai politik tidak akan dapat mengorganisasi dirinya, para politikus tidak

akan dapat berkomunikasi dengan publik, dan kampanye pemilu tidak akan dapat dilaksanakan.

Singkat kata, partai politik memerlukan dana yang cukup besar untuk dapat melaksanakan

fungsinya, baik sebagai jembatan antara masyarakat dengan negara maupun sebagai peserta

pemilu.

Sifat dasar partai politik adalah perolehan kekuasaan atas nama rakyat yang dilakukan

melalui Pemilu. Bila menang dalam Pemilu, partai politik akan memegang kekuasaan melalui

jalur pengambil keputusan (eksekutif) dan jalur pembuat kebijakan (legislatif). Setiap keputusan

yang dibuat oleh partai politik melalui kedua jalur tersebut selalu mengatasnamakan rakyat, dan

berdampak luas terhadap kehidupan rakyat. Oleh karena itu partai polifik seharusnya

memastikan bahwa setiap tindakannya dilakukan demi rakyat yang diwakilinya, bebas dari

politik uang dan pengaruh kelompok kepentingan (vested interestgroup).

Pada kenyataannya, sulit sekali melepaskan partai politik dari pengaruh kelompok

kepentingan karena kehidupan partai politik justru tergantung pada sumbangan yang

diterimanya. Sangat mudah bagi kelompok kepentingan untuk mempengaruhi partai politik

melalui sumbangan yang diberikannya. Bila ini terjadi, orientasi partai politik bukan lagi kepada

rakyat melainkan kepada kepentingan para donaturnya. Oleh karena itu, pembatasan sumbangan

kepada parpol mutlak diperlukan. Selain itu, laporan keuangan yang transparan dan

bertanggungjawab dapat menghindari terjadinya politik uang karena setiap pemasukan dan

22
pengeluaran keuangan akan tercatat dan diinformasikan dengan jelas. Akibatnya, para pelaku

politik tidak akan bisa mengalokasikan uang partai politik untuk tujuantujuan yang tidak bisa

dipertanggungjawabkan atau yang melawan peraturan dan perundangan yang berlaku. Kejadian

di mana para pelaku politik membagi-bagikan uang untuk mempengaruhi para pemilih tidak

mungkin lagi terjadi. Laporan keuangan yang transparan dan bertanggungjawab juga akan

menghindari pemakaian fasilitas publik untuk kepentingan partai politik tertentu karena laporan

keuangan seperti ini seharusnya memisahkan dan merinci setiap dana/fasilitas yang diperoleh.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang partai politik no.2 tahun 2011.

2. Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat.

3. http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_politik diakses pada tanggal 20 oktober 2018.

4. http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/pengertian-tujuan-dan-fungsi-partai.html

diakses pada tanggal 20 oktober 2018.

24

Anda mungkin juga menyukai