Sindrome Nefrotik
A. Definisi
B. Etiologi
1
d. Glumerulonefritis membranoploriferatif (GNMP)
e. Glomerulonefritis proliperatif lainnya
C. Patofisiologi
2
Etiologi primer dan sekunder
Kerusakan glomerulus
Perubahan permeabilitas membran glomerulus
Penurunan laju filtrasi glomerulus
Protein terfiltrasi
Edema Penurunan
volume intravaskuler
Hipovolemia
3
Nekrosi Kelemahan
Beban jantung meningkat
4
D. Tanda dan Gejala
E. Penatalaksanaan Medis
5
vitamin D dapat diberikan kalau pasien mengalami kekurangan vitamin
ini.
d. Terapiantikoagulan
Bila didiagnosis adanya peristiwa tromboembolisme , terapi antikoagulan
dengan heparin harus dimulai. Jumlah heparin yang diperlukan untuk
mencapai waktu tromboplastin parsial (PTT) terapeutik mungkin
meningkat karena adanya penurunan jumlah antitrombin III. Setelah terapi
heparin intravena , antikoagulasi oral dengan warfarin dilanjutkan sampai
sindrom nefrotik dapat diatasi.
e. TerapiObat
Terapi khusus untuk sindroma nefrotik adalah pemberian kortikosteroid
yaitu prednisone 1 – 1,5 mg/kgBB/hari dosis tunggal pagi hari selama 4 –
6 minggu. Kemudian dikurangi 5 mg/minggu sampai tercapai dosis
maintenance (5 – 10 mg) kemudian diberikan 5 mg selang sehari dan
dihentikan dalam 1-2 minggu. Bila pada saat tapering off, keadaan
penderita memburuk kembali (timbul edema, protenuri), diberikan kembali
full dose selama 4 minggu kemudian tapering off kembali. Obat
kortikosteroid menjadi pilihan utama untuk menangani sindroma nefrotik
(prednisone, metil prednisone) terutama pada minimal glomerular lesion
(MGL), focal segmental glomerulosclerosis (FSG) dan sistemik lupus
glomerulonephritis. Obat antiradang nonsteroid (NSAID) telah digunakan
pada pasien dengan nefropati membranosa dan glomerulosklerosis fokal
untuk mengurangi sintesis prostaglandin yang menyebabkan dilatasi. Ini
menyebabkan vasokonstriksi ginjal, pengurangan tekanan intraglomerulus,
dan dalam banyak kasus penurunan proteinuria sampai 75 %.
Sitostatika diberikan bila dengan pemberian prednisone tidak ada respon,
kambuh yang berulang kali atau timbul efek samping kortikosteroid. Dapat
diberikan siklofosfamid 1,5 mg/kgBB/hari. Obat penurun lemak golongan
statin seperti simvastatin, pravastatin dan lovastatin dapat menurunkan
kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL.
6
f. Obat anti proteinurik misalnya ACE inhibitor (Captopril 3 x 12,5 mg),
kalsium antagonis (Herbeser 180 mg) atau beta bloker. Obat penghambat
enzim konversi angiotensin (angiotensin converting enzyme inhibitors)
dan antagonis reseptor angiotensin II dapat menurunkan tekanan darah dan
kombinasi keduanya mempunyai efek aditif dalam menurunkan
proteinuria.
F. Komplikasi
7
Gagal ginjal akut disebabkan oleh hypovolemia. Oleh kerana cairan
berakumulasi di dalam jaringan tubuh, kurang sekali cairan di dalam
sirkulasi darah. Penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan ginjal tidak
dapat berfungsi dengan baik dan timbulnya nekrosis tubular akut.
G. Prognosis
H. Manifestasi Klinik
I. Pemeriksaan diagnostik
1. Uji urine
8
a. Protein urin – meningkat.
b. Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria.
c. Dipstick urin – positif untuk protein dan darah.
d. Berat jenis urin – meningkat
2. Uji darah
a. Albumin serum – menurun.
b. Kolesterol serum – meningkat.
c. Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi).
d. Laju endap darah (LED) – meningkat.
e. Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.
J. Uji diagnostik
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin.
9
i. Pengkajian
1. Keadaan Umum :
2. Riwayat :
10
o Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan
jumlahnya.
11
nafas teratasi, edema perifer tidak ada, kadar kreatinin dan ureum dalam
batas normal, kadar Hb dalam darah dalam batas normal.
Intervensi :
12
normal, nilai laboratorium dalam batas normal.
Intervensi :
Intervensi :
13
Tujuan : Ventilasi dan oksigen adekuat dengan kriteria evaluasi saturasi
oksigen dalam batas normal, klien tidak sesak, suara nafas normal,
pernafasan dalam batas normal, tidak terdapat sianosis.
Intervensi :
14
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. W DENGAN SINDROM
NEFROTIK DI RUANG ICU ULIN BANJARMASIN
Ruangan : ICU
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Umur : 23 tahun
Suku/ Bangsa : Banjar/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Asam-asam
Status : Menikah
15
C. STATUS KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sesak nafas dan
bengkak ditangan dan kaki.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga pasien mengatakan sejak 6 bulan yang lalu setelah
melahirkan anak pertama dengan persalinan normal di bantu oleh
bidan sejak saat itu pasien sering mengeluh sesak nafas dan kaki dan
tangan bengkak. Pada tanggal 6 Oktober 2012 , pasien di rujuk ke
puskesmas pelehari tetapi kondisi pasien semakin parah oleh karena itu
pihak puskesmas menyarankan untuk merujuk ke Rumah Sakit Umum
Daerah Ulin Banjarmasin. Baru pada tanggal 19 November 2012
pasien di rujuk ke instalasi gawat darurat Ruamah sakit ulin
banjarmasin pasien dipasang NGT dan kateter lalu pasien di rujuk ke
ICU untuk mendapatkan pemantau yang ketat.
Sebelumnya pasien memilki riwayat penyakit asma yang mana pada
saat itu pasien hanya berobat dirumah dan bila gejala berlanjut pasien
hanya membawanya ke puskesmas.
3. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Keluaraga pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya dan pasien pernah mengalami hipotensi serta pasien
pernah menderita riwayat asma.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
16
D. GENOGRAM
23 thn
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
17
1. Pernafasan
Pola napas pasien tidak teratur, dengan jenis pernafasan kusmaul, suara
nafas pasien stridor, pasien mengalami sesak napas, terdapat cupping
hidung dan retraksi interkostal.
Masalah keperawatan : Pola nafas tidak efektif
2. Kardivaskular
Irama jantung pasien regular, tidak terdapat nyeri dada, bunyi jantung
normal, CRT lebih dari 3 detik, akral dingin kering, EKG terdapat
sinus tachikardi.
Masalah keperawatan : Pola nafas tidak efektif
3. Persarafan
Glaslow Coma Skala (GCS) pasien mata 1, verbal 1, motorik 4 dengan
total 6 dengan tidak adanya refleks patella, ada reflek triseps dan
biseps, budzinsky (-), kernig (-).
Masalah keperawatan : Perubahan perpusi cerebral
4. Perkemihan
Kebersihan alat kelamin bersih, urin berjumlah 700 cc/ hari warna
kuning keruh kecoklatan dan berbau amis. Pasien menggunakan alat
bantu berupa kateter. Kandung kemih tidak tampak membesar, tidak
terdapat nyeri tekan.
Masalah keperawatan : Perubahan perfusi jaringan renal
Kelebihan volume cairan tubuh
5. Pencernaan
Nafsu makan pasien menurun, terpasang NGT, pasien diberikan nutrisi
berupa cairan jenis nutrisol. Keadaan mulut terlihat bersih dengan
mukosa bibir kering, terdapat nyeri tekan di daerah epigastrium, bunyi
18
peristaltik usus 8 x/menit, pada eliminasi BAB sebanyak 1x / 21 jam
dengan frekuensi tidak teratur. Konsistensi feses berbau amis dengan
warna kuning campur darah.
6. Muskoluskeletal/ Integumen
Kemampuan persendian terbatas dengan kekuatan otot
1111 1111
1111 1111
, warna kulit sianotik dengan turgor kulit jelek > 3 detik dengan
pitting edema (+2)
+ +
7. Endokrin
Tidak ada pembesaran tiroid, pasien tidak mengalami hipoglikemia
dan hiperglikemia dan tidak terdapat luka ganggren.
8. Personal Hygiene
Pasien mandi selama di RS sebanyak 1x/ hari dengan cara diseka dan
ganti pakaian sebanyak 1x /hari.
9. Psiko-sosio-spiritual
Orang yang paling dekat dengan pasien adalah suami dan adik pasien,
pasien tidak terlihat beribadah selama di RS.
19
F. DATA PENUNJANG
Hasil Laboratorium tanggal 20 November 2012
HEMATOLOGI HASIL NILAI RUJUKAN
MCV 92,1 fl 80 – 97 fl
MCH 24,8 pg 27 – 32 pg
MCHC 26,9 % 32 – 38 %
20
Albumin 2,5 3,5 – 5,5 g/dl
Ureum 120 10 – 50 mg/dl
Kreatinin 3,4 0,6 – 1,2 mg/dl
MCV 82,7 fl 80 – 97 fl
MCH 27,7 pg 27 – 32 pg
MCHC 33,4 % 32 – 38 %
21
KIMIA DARAH HASIL NILAI RUJUKAN
G. TERAPI
1. Injeksi metilprednisolone 3x ½
2. Ceftriaxone 2x1 gr (injeksi)
3. Lasix 1x20 mg (injeksi) jika TD (sistol) lebih dari 100 mmHg
4. Kalnex 3x1 (injeksi)
5. Injeksi gastrofer 2x1
6. Injeksi braint act 2 x150
7. Diet nutrisol 6x100 cc
8. Albumin 4 kapsul via NGT
9. Terpasang infus NaCl via infus pump 28 IV/ 24 jam
10. NGT dan DC terpasang
11. Masker Non Rebreting terpasang 7 Liter /menit
H. ANALISA DATA
22
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS :
DO: Pola nafas tidak efektif Perpindahan cairan dari
1. Pasien tampak intrasel ke intertisial
menggunakan MNR
dengan konsentrasi 7
liter/menit Penurunan volume
2. Pola nafas tidak tidak intravaskuler
teratur jenis
pernafasan kausmaul
dengan suara nafas Ekspansi paru tidak
stridor. adekuat
3. Respirasi sebesar 28
x/menit, retraksi
interkostal(+),
cupping hidung (+).
4. Saturasi oksigen
(SPO2) sebesar 75%
DS :
DO : Gangguan perfusi Edema
1. Pasien terlihat serebral
menggunakan Suplai nutrisi & O2
masker non berkurang
rebriting dengan
konsentrasi 7 liter/ Nekrosis
menit.
2. Saturasi oksigen
sebesar 75%
3. Kesadaran pasien
sopor
4. Tekanan darah
140/70 mmHg
5. Nilai GCS sebesar
23
E1M4V1
6. Respirasi sebesar
28x/menit
7. Nilai laboratorium;
Hb sebesar 6,1 gr/dl
DS:
DO: Gangguan perfusi Penurunan suplai nutrisi
1. Tekanan darah sebesar Jaringan Renal dan O2
140/70 mmHg
2. Nadi sebesar 104x/
menit Hipoksia jaringan
3. Albumin sebesar 2,5
gr/dl Oliguri
4. Kreatinin sebesar 3,4
mg/dl
5. Ureum sebesar 120
mg/ dl
6. Hemoglobin sebesar
6,1 gr/dl
7. Intake = 900cc /
24
24 jam
Output = 700cc / 24
jam
DS :
DO: Kelebihan volume Protein terfiltrasi
1. Urine 700cc/24 jam cairan
2. Adanya oliguria Hipoalbumin
3. Udem anasaka
dengan pitting Edema
edema = +2
4. Respirasi sebanyak
28x/ menit
5. Bunyi nafas
kussmaul dengan
pola nafas stridor
6. Hasil lab. Ureum
120 dan Kreatinin
3,4
DS :
DO:
1. Suhu tubuh pasien Infeksi Penurunan laju
sebasar 38,6OC gromerulus
2. Adanya luka
dekubitus dengan Protein terfiltasi
luas ± 2 cm
3. Nadi sebesar 104 Penurunan sistem imun
x/menit.
4. Respirasi sebesar
28 x/menit
5. Nilai laboratorium;
leukosit sebesar
27,4 ribu/ul,
monosit sebesar
25
2,9%, basofil
sebesar 0,1 %,
Eosinofil sebesar
0,1 %, Gram %
sebesar 91,8 %
DS :
DO :
1. Kesadaran sopor Gangguan Mobilitas Edema
2. Nilai GCS : E1M4V1 Fisik
dengan total 6 Kelemahan
3. Irama pada EKG
adalah sinus
tachikardi
4. Nadi sebesar 104
x/menit
5. Pasien memerlukan
bantuan total untuk
memenuhi kebutuhan
nya
6. Pasien terpasang DC
26
dan NGT
7. Skala kekuatan otot
1111 1111
1111 1111
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perpindahan cairan dari
intrasel ke intertisial.
2. Gangguan perfusi cerebral berhubungan dengan suplai nutrisi dan O2
yang kurang.
3. Gangguan perfusi Jaringan Renal berhubungan dengan nekrosis
jaringan
4. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan hipoalbumin
5. Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
27
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi status neurologis. 1. Dapat memberikan informasi yang
berhubungan dengan selama 1 shift dinas, Ventilasi 2. Observasi status pernafasan, aktual tentang kondisi pasien
perpindahan cairan dari dan oksigen adekuat dengan peningkatan frekuensi, upaya 2. Mengetahui secara dini kebutuhan
intrasel ke intertisial. kriteria evaluasi : nafas atau perubahan pola oksigen pasien atau pasien
1. Saturasi oksigen dalam nafas. 3. Bunyi nafas obnormal
batas normal 3. Kaji adanya bunyi nafas dan mengindikasikan kekurangan
2. Pasien tidak sesak bunyi nafas tambahan oksigen
3. Suara nafas normal 4. Atur posisi pasien semi 4. Untuk memaksimalkan ventilasi
4. Pernafasan dalam batas fowler 5. Menunjukan status oksigenisasi dan
normal 5. Lakukan pemeriksaan analisa status asam-basa
5. Tidak terdapat sianosis gas darah
2. Gangguan perfusi serebral Setelah di lakukan intervensi 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Memberikan informasi tentang
berhubungan dengan selama 1 shift dinas, gangguan 2. Monitor status neurologis kondisi pasien
penurunan suplai nutrisi perfusi jaringan serebral dapat 3. Atur posisi (semi fowler) 2. Mengetahui tingkat kesadaran pasien
dan O2 teratasi dengan kriteria hasil: 4. Lakukan rehabilitasi fisik 3. Untuk mencegah terjadinya tekanan
1. Tekanan darah dalam batas dan okupasi intra serebral
28
normal 5. Pantau kadar hematokrit dan 4. Untuk meningkatkan kemampuan
2. Pasien menunjukan Hb pasien untuk berfungsi secara
konsentrasi dan mandiri
komunikasi jelas 5. Penurunan hematokrit dan Hb
3. Nilai GCS dalam batas mengindikasikan adanya iskemia
normal yaitu E4V5M6
3. Gangguan perfusi Jaringan Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi status hidrasi 1. Memberikan informasi tentang status
Renal berhubungan selama 1 shift dinas,gangguan pasien (misalnya: membran keseimbangan cairan.
dengan nekrosis jaringan perfusi jaringan renal dapat mukosa lembab, keadekuatan 2. Peningkatan kadar creatinin dan
teratasi, dengan kriteria evaluasi nadi dan tekanan darah). ureum dapat mengidentifikasikan
: 2. Pantau hasil laboratorium penurunan fungsi ginjal.
1. Sesak nafas teratasi terutama peningkatan 3. Untuk mengetahui status kondisi
2. Edema perifer tidak ada creatinin dan ureum terkini pasien
3. Kadar creatinin dan 3. Observasi TTV pasien tiap 1 4. Adanya edema merupakan tanda
ureum dalam batas jam kurangnya fungsi ginjal
normal 4. Kaji adanya edema 5. Dapat mengetahui jumlah cairan
4. Kadar Hb dalam darah, 5. Pantau intake dan output yang masuk ke tubuh pasien
dalam batas normal cairan.
4. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan intervensi 1. Pertahankan catatan intake 1. Untuk menghindari dehidrasi atau
berhubungan dengan keperawatan selama 1 shift dan output yang akurat kelebihan cairan
hipoalbumin dinas, kelebihan volume cairan 2. Pasang urine kateter jika 2. Untuk memonitor intake dan output
dapat teratasi dengan kriteria diperlukan 3. Untuk menginformasikan tindakan
29
hasil : 3. Monitor hasil lab. Yang keperawatan yang tepat selanjutnya
1. Terbebas dari edema, sesuai dengan retensi cairan 4. Memberikan informasi tentang
efusi pleura, anasarka 4. Monitor TTV kondisi pasien
2. Bunyi nafaas bersih, 5. Kaji lokasi dan luas edema 5. Untuk menentukan derajat kelebihan
tidak ada dispnea 6. Monitor masukan makanan/ volume cairan tubuh
3. Terbebas dari distensi cairan 6. Menghindari kelebihan cairan
vena jugularis 7. Berikan diuretik sesuai 7. Mengurangi kelebihan cairan tubuh
4. Memelihara tekanan instruksi
vena sentral kanan
kapiler paru
5. Output janung dan TTV
dalam batas normal
6. Terbebas dari kelelahan,
kecemasan dan bingung
5. Infeksi berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1.Pantau suhu minimal setiap 1 1. Peningkatan suhu tubuh merupakan
dengan penurunan sistem selama 1 shift dinas, Infeksi jam sekali tanda awitan komplikasi dari
imun. dapat teratasi dengan kriteria prosees penyakit
2.Pantau SDP (sel darah putih).
evaluasi : 2. Peningkatan SDP total
1. Suhu dalam batas 3.Gunakan teknik aseptik yang mengidentifikasikan adanya infeksi.
normal. ketat pada setiap tindakan. 3. Untuk menghindari transmisi atau
2. nilai laboratorium dalam penyebaran pantogen
4.Kolaborasi pemberian
batas normal. 4. Untuk mencegah terjadinya infeksi
antibiotik (Ceftriaxone 2x1
30
gr) yang lebih lanjut
6. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi 1. Lakukan latihan ROM pasif 1. Tindakan ini mencegah kontraktur
berhubungan dengan selama 8 jam hambatan untuk sendi jika tidak sendi dan atropi otot.
kelemahan mobilitas fisik dapat teratasi merupakan kontraindikasi 2. Mencegah kerusakan kulit dengan
dibuktikan dengan kriteria minimal 2x sehari. mengurangi tekanan
evaluasi : 2. Atur posisi pasien dengan 3. Mempertahankan sendi pada posisi
1. Kekuatan output dalam memiringkan tubuhnya fungsional dan mencegah deformitas
batas normal kekanan dan kekiri setiap 2 musculuskletal.
2. TD, kecepatan nadi, jam.
respirasi dalam batas 3. Kaji tingkat fungsional
normal pasien dengan menggunakan
skala mobilitas
31
K. IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
32
17.00
21.00
Gastrofer 2 x1mg
Kesadaran coma
Pemberian lasix 2 x 1 mg
II 08.00 Wita S:
O : Kesadaran pasien coma, dengan nilai GCS
Kesadaran coma dengan GCS, E1 V1 M3
: E1 V1 M3, hasil lab. Hematokrit 22,7
dengan skor total 5
VOL%, dan hemoglobin 6,1 gr/dl
A : Masalah belm teratasi
09.00 Wita P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor TTV
Memberikan ROM pasif
2. Monitor status neurologis
33
Hasil lab. Hematokrit sebesar 22,7 VOL %, Hb 3. Melakukan ROM pasif
61 gr/dl Monitor hasil lab. Hematokrit dan
hemoglobin
IV 08.00 Wita S:
Memonitor intake sebesar 900cc / 24 jam O : intake 900cc/24 jam, output 700cc/24 jam,
Output 300cc/ 24 jam TTV = TD: 146/72 mmhg, N : 116x/
TTV = TD 146/72 mmhg menit, R: 26 x/ menit, T: 38,5 0C, pitting
N 116x/ menit edema +2
R 26x/ menit A : Masalah belum tertasi
0
T 38,5 C P : Lanjutkan intervensi
Pitting edema +2 1. Monitor TTV
34
2. Kaji lokasi dan luas edem
3. Monitor masukan makanan dan cairan
09.00 Wita
4. Monitor hasil lab. (Ureum, kreatinin dan
TTV= TD : 136/ 78 mmhg hematokrit)
N : 112x/ menit
R : 27x/ menit
T : 38,20C
VI 08.00 Wita S:
melakukan oral hygiene O : TTV : TD: 146/78 mmhg, N: 116 x/ menit,
35
memberikan vit. Albimumin 4 kapsul via R : 26 x/menit, T : 38,5 0C, Skala aktivitas
NGT pasien, skala aktivitas 4 (dibantu total)
memberikan Nutrisol 6 x 100 cc A : Masalah belum teratasi
membantu dalam proses eliminasi P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan latihan ROM pasif untuk
14.00 sendi jika tidak merupakan
memberikan Nutrisol via NGT kontraindikasi minimal 2x sehari.
mengatur posisi pasien miring kanan dan 2. Atur posisi pasien dengan
miring kiri memiringkan tubuhnya kekanan dan
kekiri setiap 2 jam.
3. Kaji tingkat fungsional pasien
36
Mengatur posisi semi fowler perubahan pola nafas, kaji adanya
Kolaborasi pemberian metilprednisolon 3x bunyi nafas tambahan
½ dan pemberian kalnex 3x1 mg
17.00
Gastrofer 2 x1mg
Kesadaran coma
Pemberian lasix 2 x 1 mg
II 08.00 Wita S:
O : Kesadaran pasien coma, dengan nilai GCS
Kesadaran coma dengan GCS, E1 V1 M3
: E1 V1 M3.
dengan skor total 5
A : Masalah belm teratasi
P : Lanjutkan intervensi
09.00 Wita 1. Monitor TTV
2. Monitor status neurologis
37
Memberikan ROM pasif 3. Melakukan ROM pasif
4. Monitor hasil lab. Hematokrit dan
hemoglobin
38
09.00 Wita hematokrit)
R : 27x/ menit
T : 38,50C
V 08.00 Wita S:
memantau suhu tubuh dengan suhu 38,50 C O : suhu tubuh pasien sebesar 38,5 0C,
kolaborasi pemberian ceftriaxon 2 x 1 gr A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau suhu tubuh pada saat 4 jam
sekali
2. Pantau hasil lab. Leukosit
3. Kolaborasi pemberian ceftriaxson 2 x 1
gr
VI 08.00 Wita S:
melakukan oral hygiene O : TTV : TD: 146/78 mmhg, N: 116 x/ menit,
memberikan vit. Albimumin 4 kapsul via R : 26 x/menit, T : 38,5 0C, Skala aktivitas
NGT pasien, skala aktivitas 4 (dibantu total)
39
memberikan Nutrisol 6 x 100 cc A : Masalah belum teratasi
membantu dalam proses eliminasi P : Lanjutkan intervensi
14.00 1. Lakukan latihan ROM pasif untuk sendi
memberikan Nutrisol via NGT jika tidak merupakan kontraindikasi
mengatur posisi pasien miring kanan dan minimal 2x sehari.
miring kiri 2. Atur posisi pasien dengan memiringkan
tubuhnya kekanan dan kekiri setiap 2
jam.
40
Kamis, I 08.00 Wita S:
22 November 2012 Memberikan O2 via masker non O : Pasien tampak ada pernafasan cuping
rebreathing sebanyak 8 liter/ menit. hidung, pasien memakai O2 via MNR
Mengobservasi status pernafasan didapat sebanyak 8 liter/menit, nadi 112 x/menit
cuping hidung positif, retraksi interkostal ,respirasi 28 x/menit, saturasi O2 68%.
positif, aspirasi sebanyak 28 x/ menit, nadi A : Masalah belum teratasi
112 x/ menit, saturasi O2 68 %, P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi status neurologis
2. Observasi status pernafasan, peningkatan
09.00 Wita
frekuensi upaya nafas, perubahan pola
Mengatur posisi semi fowler nafas, kaji adanya bunyi nafas tambahan.
Kolaborasi pemberian metilprednisolon 3x
½ dan pemberian kalnex 3x1 mg
17.00
41
Kalnex 3 x 1 mg
Gastrofer 2 x1mg
Kesadaran coma
Pemberian lasix 2 x 1 mg
II 08.00 Wita S:
O : Kesadaran pasien coma, dengan nilai GCS
Kesadaran coma dengan GCS, E1 V1 M3
: E1 V1 M3.
dengan skor total 5
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
09.00 Wita 1. Monitor TTV
2. Monitor status neurologis
Memberikan ROM pasif
3. Melakukan ROM pasif
Monitor hasil lab. Hematokrit dan hemoglobin
42
3. Memantau intake dan output
4. Pantau nilai lab ueum dan kreatinin
IV 08.00 Wita S:
Memonitor intake sebesar 900cc / 24 jam O : intake 900cc/24 jam, output 700cc/24 jam,
Output 760 cc/ 24 jam TTV = TD: 137/80 mmhg, N : 112x/ menit, R:
TTV = TD 137/80 MmHg 25 x/ menit, T: 38,5 0C, pitting edema +2
N =112x/ menit A : Masalah belum tertasi
R= 25x/ menit P : Lanjutkan intervensi
T 38,50C 1. Monitor TTV
Pitting edema +2 2. Kaji lokasi dan luas edem
3. Monitor masukan makanan dan cairan
Monitor hasil lab. (Ureum, kreatinin dan
09.00 Wita
hematokrit)
TTV= TD : 137/ 78 mmhg
N : 110x/ menit
R : 25x/ menit
T : 37,60C
43
kolaborasi pemberian ceftriaxon 2 x1 gr A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pantau suhu tubuh pada saat 4 jam sekali
2. Pantau hasil lab. Leukosit
3. Kolaborasi pemberian ceftriaxson 2 x 1
gr
VI 08.00 Wita S:
melakukan oral hygiene O : TTV : TD: 137/80mmhg, N: 112 x/ menit,
memberikan vit. Albimumin 4 kapsul via R : 28 x/menit, T : 38,50 C, Skala aktivitas
NGT pasien, skala aktivitas 4 (dibantu total)
memberikan Nutrisol 6 x 100 cc A : Masalah belum teratasi
membantu dalam proses eliminasi P : Lanjutkan intervensi
14.00 1. Lakukan latihan ROM pasif untuk sendi
memberikan Nutrisol via NGT jika tidak merupakan kontraindikasi
mengatur posisi pasien miring kanan dan minimal 2x sehari.
miring kiri 2. Atur posisi pasien dengan memiringkan
tubuhnya kekanan dan kekiri setiap 2
jam.
3. Kaji tingkat fungsional pasien dengan
44
Jum’at I –VI S:
23 November 2012 O : saturasi oksigen 0%, TD tidak teraba, arteri karotis tidak teraba, nadi tidak teraba, kesadaran
koma dengan nialai GCS E1M1V1, tidak ada refleks pupil.
A: Pasien meninggal dunia jam 09.00 Wita wita
P : intervensi dihentikan
Kronologi kejadian :
45
Pada jam 08.00 Wita saturasi oksigen pasien turun dengan nilai sebesar 24 %, pasien tampak
apneu dengan saturasi yang terus turun tekanan darah 70/40 MmHg, respirasi sebesar 3 x/menit,
nadi sekitar 40 x/menit, suhu 38,50C. Tindakan yang dilakukan pada saat itu dengan melakukan
beging dengan kecepatan 100 x/menit konsentrasi oksigen 100% hal it terus dilakukan sampai jam
08.55 wita setelah itu pada gambar di monitor menunjukan gambaran EKG asistol yang mana
sempat dilakukan tindakan RJP selama 5 menit dan di barengi dengan pemberian injeksi efinefrin
2 ampul. Jam 09.00 Wita pasien di diagnosa oleh dokter jaga sudah meninggal dunia.
46