Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM 1

Georeferencing dan Digitasi


Tugas ini disusun sebagai tugas kelas praktikum Mata Kuliah Sistem Informasi
Geografis untuk Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang diampu oleh
Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M. Sc. dan Dr. Nining Puspaningsih, M.Si.

Disusun Oleh :
Yulia Amirul Fata E151180178

PROGRAM STUDI ILMU PENGELOLAAN HUTAN


DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic
Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi khusus yang mengelola
data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih
sempit adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan,
mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis atau data geospasial untuk
mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan suatu wilayah,
misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi
juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian
dari sistem ini. Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi
ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan
rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencanauntuk secara cepat menghitung waktu tanggap
darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah
(wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi atau dapat digunakan mencari
informasi sebuah tempat khusus dan banyak manfaat lain yang dapat dikembangkan dalam
sistem informasi geografis ini.
Georeferencing adalah proses penempatan objek berupa raster atau image yang belum
mempunyai acuan system koordinat ke dalam system koordinat dan proyeksi tertentu. Input
data spasial sering juga dsiebut Digitasi (Eko Budiyanto, 2002). Digitasi yang dimaksud ini
adalah proses mengkonversi fitur pada peta spasial ke dalam format digital. Untuk digitasi,
peta harus melekat pada meja digitasi (digitizer). Sebelum memasukkan data melalui proses
digitasi, untuk mempertimbangkan informasi yang terkandung di peta dan untuk tujuan apa
pembangunan data base yang akan disiapkan, untuk pemisahan berikutnya data dalam
lapisan.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini dilaksanakan agar :
1. Mahasiswa geografi dapat mengenal dan menggunakan software GIS.
2. Mahasiswa dapat mempraktekan langkah-langkah Georeferencing dan Digitasi dalam
menentukan titik koordinat pada data spasial ke salah satu system koordinat yang
tersedia.
BAB II
METODOLOGI

2.1. Umum
Proses georeferncing dan digitasi pada dasarnya digunakan untuk:
1. Membantu dalam mengatur fitur yang berhubungan.
2. Minimalkan jumlah atribut terkait dengan setiap fitur.
3. Memfasilitasi perbaikan dan pemeliharaan peta, biasanya tersedia sebagai sumber data
yang berbeda untuk setiap lapisan.
4. Penyederhanaan peta, karena fitur yang berhubungan dengan mudah dijelaskan, label
(ID) dan dilambangkan.
5. Memfasilitasi proses analisis spasial.
Secara umum tahapan georeferencing (dengan menggunakan ArcMap) pada data
raster adalah sebagai berikut:
1. Tambahkan data raster yang akan ditempatkan pada system koordinat dan proyeksi
tertentu.
2. Tambahkan titik control pada data raster yang dijadikan sebagai titik ikat dan diketahui
nilai koordinatnya.
3. Simpan informasi georeferensi jika pengikatan obyek ke georeference sudah dianggap
benar.
Proses digitasi akan menghasilkan suatu file dengan format Shapefile (.Shp) yaitu
format data vektor yang digunakan untuk menyimpan lokasi , bentuk, dan atribut dari fitur
geografis. Format data Shp disimpan dalam satu set file terkait dan berisi dalam satu kelas
fitur. Format data ini berisikan tentang data referensi geografis yang didefinisikan sebagai
objek tunggal seperti jalan, sungai, landamark, dll. Data yang disimpan dapat berupa titik
(point), garis (polyline) dan poligon (polygon). Penggunaan jenis data tersebut bergantung
dari objek yang akan kita rekam.
1. Titik (point), digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan suatu pusat.
Contohnya kota, fasilitas umum, dan lokasi lain.
2. Garis (polyline), digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan bentuk
memanjang. Contohnya jaringan sungai dan jalan.
3. Poligon (polygon), digunakan untuk menggambarkan suatu objek yang memiliki luasan
atau wilayah. Contohnya wilayah kota, tutupan lahan, batas areal konsesi, blok, petak,
dll.
Georeferencing
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial, yaitu sebuah data yang
berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua
bagian penting yang memnuat berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif
(attribute) yang dijelaskan berikut ini:

1. Informasi lokal (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur)
dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan
yang berkaitan dengannya, contohnya: jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.

Georeferencing adalah proses penempatan obyek berupa raster atau image yang belum mempunyai
acuan sistem koordinat ke dalam sistem koordinat dan proyeksi tertentu. Georeferensi adalah referensi
geografis dari suatu data feature spasial. Syam’ani (2012). Pengertian sederhananya pemberian koordinat
suatu feature yang belum punya referensi koordinat.
Tahapan Georeferencing adalah sebagai berikut:
1. Tambahkan data raster yang akan ditempatkan pada sistem koordinat dan proyeksi tertentu.
2. Tambahkan titik kontrol data raster yang dijadikan sebagai titik ikat dan diketahui nilai koordinatnya.
3. Simpan informasi georeferensi jika pengikat obyek ke georeferensi sudah dianggap benar.
Di bawah ini langkah-langkah georeferensi di ArcMap 10.4 sebagai berikut:
1. Klik add data masuk pada folder D:\GIS_IPH_1 tambahkan data
KAWASAN_HUTAN_BALI_REV1.jpg kilik add

2. Setelah data ditambakan akan tampil kotak dialog seperti di atas memberikan
informasikan bahawa data yang ditambakan belum tergeoreferensi. Klik OK

3. Klik pada Tabel Of Content (TOC) pilih proyeksi WGS 1984 UTM Zone 50
S. Karena Provinsi Bali masuk di dalam zone 50S. Perlu menjadi perhatikan sebelum
melakukan georeferensi diketahui terlebih zone wilayah. Langkah-langkah pengaturan
proyeksi seperti gambar dibawah ini:

Klik Projected Coordinat Systems Kilik pilih UTM


Pilih WGS 1984 lalu pilih Southerm Hemisphere Pilih WGS UTM Zone 50S

4. Untuk menampilkan toolbar georeferencing klik customize pilih customize mode cari
georeferencing beri tanda centang untuk mengaktifkan toolbar georeferencing

5. Tampil toolbar georeferencing, mulaihlah untuk proses georeferensi pastikan pilih


KAWASAN_HUTAN_BALI_REV1.jpg. Dalam proses georeferensi buat titik kontrol
minimal 4 titik tersebar merata nilai titik kontrol didapat dari persilangan/perpotonagan
X dan Y. Zoom In persilangan/perpotonagan pilih input X dan Y karena nilai yang
diinput koordinat UTM. Perhatikan distribusi titik kontrol yang dibuat sewaktu proses
georeferensiSecara teroritis semakin banyak titik kontrol semakin baik akurasi
georeferensi.
6. Lingkaran merah nilai titik X dan Y dan lingkaran biru titik kontorl perpotongan X dan Y.

Untuk menambahkan titik kontrol klik add control points. Zoom In


persilangan/perpotonagan pilih input X dan Y karena nilai yang diinput koordinat UTM.

Contoh titik kontrol tersebar seluruh wilayah peta


7. Input nilai X: 328397 dan Y: 9034745 tanpa titik (.) ataupun koma (,). Biasanya setelah
memasukan titik kontrol peta akan menghilang hal ini dikarenankan ada penyesuaian
koordinat yang kira input, untuk menampilkan kembali klik Full Extent klik Ok.
Mempermudah perkejaan georeferensi gunakan Zoom In Zoom Out Pan
lakukan proses yang sama pada 3 titik kontrol selanjutnya. Jika sudah selesai
menambahkan 4 titik kontrol, hasil dapat dilihat sebagai berikut ini:
8. Perlu menjadi perhatian untuk mengetahui nilai RMS Error yang menunjukan error
pada saat melakukan georefensi, ada yang mengatakan bahawa nilai minimum RMS
Error 0,5 jika lebih direkomendasikan untuk mengulang kembali hapus sebagaian
titik kontrol yang dicuriga terdapat kesalahan penempatan titik kontrol. Melihat RMS

Error georeferensi klik View link Table . Pada kotak dialog di bawah, pilih titik

kontrol yang ingin dihapus lalu klik perhatikan 4 titik kontrol harus di penuhi.

9. Selanjutnya, pada Toolbar Georeferencing, klik Georeferencing- Update


Georeferencing. Perhatikan gambar di bawah ini sebagai berikut:
Digitasi
A. Digitasi
Digitasi (Digitizing) adalah proses konversi feature ke dalam format digital, merupakan salah satu cara untuk
membuat data fitur (feature data) digital. Ada beberapa cara untuk mendigitalkan pada layar, digitalisas
hardcopy dari peta di papan digitalisasi (digitizer tablet), atau menggunakan tools digitalisasi otomatis.
Metode interaktif, atau digitalisasi langsung pada layar komputer (digitizing on screen) merupakan salah satu
metode yang paling umum. Dalam metode ini, kita terlebih dahulu menampilkan peta dasar sebagai acuan
digitalisasi (basemap) seperti peta analog, foto udara, citra satelit, atau orthophotograph dilayar sebagai
basemap, lalu kita menggambar feature, seperti jalan penutupan lahan, sungai, batas suatu daerah, dsb.
Dalam digitalisasi hard copy, kita menggunakan tabel digitalisasi terhubunng ke komputer yang mengubah
posisi pada permukaan meja menjadi digital koordinat x, y, berdasarkan rekaman titik kita pada mouse
digitizer.
Digitalisasi otomatis merupakan metode lainnya dalam melakukan digitalisasi feature. ArcScan tools dalam
ArcGIS memungkinkan kita untuk melakukannya secara otomatis atau interaktif dengan bantuan konversi data
raster-to-vektor dengan presisi tinggi dan sedikit intervensi dari operator.
Di bawah ini langkah-langkah digitasi di ArcMap 10.4 sebagai berikut:
A. Type Point
1. Klik Insert pilih Data Frame untuk memulai digitasi.
2. Drag file kawasan hutan dari data frame diatasnya lalu pilih menu Catalog. Klik kanan
data pilih New – File Geodatabase. Klik kanan file pilih New – Feature Dataset.

Beri nama Data


3. Tambahkan tipe koordinat WGS 1984 UTM Zone 50S

4. Pada menu New Feature Dataset isi XY Tolerance untuk estimasi error.

5. Pada menu Catalog pilih feature class beri nama Kota_Kec.  pilih type features
“Features Point”.
6. Menu editor yang dipakai untuk melakukan editing atau memulai digitasi. (Catatan:
setiap kali melakukan digitasi harus selalu “Start Editing”) pada menu Editor.
7. Memulai editing lokasi kota dan kecamatan sesuai letak di peta.
B. Type Polyline
1. Memulai kembai dengan Menu Feature Class  beri nama Jalan, dengan type features
“Line Features”.

2. Setelah masuk ke data frame klik kanan pilih Properties  Data frame, pada menu
scale pilih Fixed Scale dengan ketetapan skala 1:30.000 agar lebih teliti.

3. Pada menu Symbol Selector atur warna dan ketebalan jalan.


4. Memulai editing jalan di Pulau Bali menggunakan menu Editor  Start Editing
C. Type Polygon
1. Pilih menu Feature Class untuk memulai digitasi dengan Polygon Features.
2. Pilih Text dengan lebar 50
3. Lakukan digitasi poligon untuk setiap kawasan hutan Pulau Bali
a. Untuk poligon yang berada dipinggir bisa langsung.
b. Untuk poligon ditengah pulau dimulai dari poligon paling luar sebagai bantuan
4. Hasil akhir digitasi
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Gambar 1. Peta Kawasan Hutan Provinsi Bali Hasil Georeferencing dan Digitasi
Digitasi dilakukan pada lokasi kota dan jalan raya yang ada di Provinsi Bali.
Berdasarkan peta tersebut dapat diketahui bahwa kawasan hutan Provinsi Bali terdiri dari 3
jenis, yaitu:
1. Hutan Produksi (HP)
2. Hutan Produksi Tetap (HPT)
3. Hutan Lindung (HL)

3.2. Pembahasan
Georeferencing adalah proses penyelarasan data spasial (lapisan yang berbentuk file:
poligon, titik, dll) ke file gambar seperti peta historis, citra satelit, atau foto udara. Dokumen
ini menjelaskan langkah-langkah dasar untuk Georeferencing suatu gambar dengan
menggunakan ArcGIS. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses georefrence ini
adalah pengetahuan tentang system koordinat, proyeksi peta, dan lain-lain. Proses
georefrence memerlukan titik control yaitu titik yang diketahui posisi permukaan bumi dan
juga dipeta lengkap dengan koordinatnya (lintang dan bujur). Penyiapan titik control ini
dapat dilakukan dengan merekam posisi titik dilapangan secara langsung menggunakan
global position sistem (GPS). Selain itu data ini juga dapat diambil dari peta yang memiliki
titik koordinat. Georeferencing sangat penting untuk membuat foto udara dan citra satelit ,
biasanya gambar raster, berguna untuk pemetaan seperti menjelaskan bagaimana data lain,
seperti di atas GPS poin, berhubungan dengan pencitraan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam digitasi:
1. Gunakan peta dasar yang baik
Ketelitian hasil digitasi anda ditentukan oleh sumber data yang ada. Sedapat mungkin,
gunakan peta yang paling baik dan paling mutakhir.
• Peta harus selalu dalam keadaan bersih, dapat terbaca dan dalam kondisi baik, untuk
memastikan bahwa lokasi yang ada dapat didigitasi seteliti mungkin.
• Kondisi peta mudah berubah oleh keadaan cuaca. Untuk meminimalkan distorsi,
sebaiknya peta digandakan kedalam suatu material yang stabil, misalnya mylar,
untuk meminimalkan pemekaran dan pengkerutan.Cara lain yang lebih praktis
adalah dengan meletakkan mylar di atas peta yang akan didigitasi. Sangat tidak
dianjurkan untuk menggunakan peta hasil fotocopy.
2. Tentukan prosedur yang akan dijalankan
Untuk menjaga konsistensi dalam pelaksanaan digitasi, sebaiknya lakukan hal-hal
sebagai berikut:
• Tetapkan suatu urut-urutan prosedur standar untuk memastikan tata cara pemasukan
data yang konsisten.
• Berilah tanda untuk mengetahui bagian mana pada peta yang sudah didigitasi.
3. Persiapan peta akan menolong anda dalam meminimalisasi permasalahan pada proses
digitasi dan editing. Temukan minimal 4 titik registrasi TIC dan beri nomor urut menurut
arah jarum jam, atau arah berlawanan dengan jarum jam asal dalam urut-urutan yang
konsisten.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Eko . 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS.
Yogyakarta: Andi.
Mansura. 2015. Hasil Laporan Georeferncing. Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Persatuan Guru Republik Indonesia ( IKIP-PGRI ) Pontianak. Diakses pada 20
Oktober 2018
Puntodewo, dkk. 2003. Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Cifor: Bogor Barat.
R. Felicia, Monica. 2015. Laporan Praktikum Sistem Informasi Spasial (Georeferencing dan
Digitasi Peta). Faculty of Forestry: Jambi University. Diakses pada 20 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai