Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PERIOPERATIF

CA MAMMAE
Oleh :

Rifta Elmaviana

1301460035

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Pengertian
Ca mamae merupakan tumor ganas yang tumbu di dalam jaringan payudara. Kanker bisa
tumbuh didalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada
payudara. (wijaya, 2005)
Carsinoma mamae atau kanker payudara adalah neoplasma ganas dengan pertumbuhan
jaringan mamame abnormal yang tidak memndang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi
dan destruktif dapat bermetastase (Soeharto Resko Prodjo, 1995).

2. Etiologi
Sebab-sebab keganasan belum diketahui secara pasti (Price & Wilson, 1995), namun ada
beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya ca mamae, yaitu:
a. Mekanisme hormonal
Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi ca mamae (smeltzer
& Bare, 2002;1589)
b. Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya masa abnormal
pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
c. Genetik
- Ca mamae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic”
autosomal dominan (Reeder, Martin, 1997)
- Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17
mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan (Reeder,
Martin, 1997).
- Mutasi ge BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat
keluarga kanker mamae dan ovarium (Robbin & Kumar, 1995) serta mutasi gen
supresor tumor p53 (Murray, 2002).
d. Defisiensi imun
Defisiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon yang
berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan
meningkatkan aktivitas antitumor.
Beberapa faktor resiko pada pasien yang diduga berhubungan dengan kejadian kanker
payudara yaitu:
a. Tinggi melebihi 170 cm.
b. Masa reproduksi yang relatif panjang.
c. Faktor genetik.
d. Ca payudara terdahulu.
e. Keluarga/ keturunan.
f. Makanan, berat badan.
g. Faktor endokrin dan reproduksi.
h. Obat anti kenseptiva oral.
3. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

a. Fase inisiasi
Pada tahap ini terjadi suatu perubahan dalam bentuk genetik yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau sinar matahari.
Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainya yang disebut promotor, menyebabkan sel
lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
b. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi.
Oleh karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari
sel yang peka dan suatu karsinogen)

4. Manifestasi Klinis
Gejala umum ca mamae adalah:
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara.
b. Payudara tidak simetris/ mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan.
c. Adanya perubahan kulit: penebalan, cekungan, pucat disekitar puting susu, mengerut
seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara.
d. Ada perubahan suhu pada kulit, hangat, kemerhan, panas.
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada prubahan pada puting susu, gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan terjadi retraksi.
g. Penyebaran ketulang sehingga tulang menjadi rapuh.
h. Pembengkakan didaerah lengan.
i. Nyeri pada payudara.
j. Benjolan semakin membesar.
k. Timbul luka/ ulkus pada payudara.
l. Benjolan menyerupai kubis dan mudah berdarah.
m. Metastase, menyebar ke kelenjar getah bening sekitar dan organ tubuh lain.

5. Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita ca mamae antra lain:
a. Pemeriksaan laboratorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA)
dalam serum/ plasma, pemeriksaan sitologis.
b. Tes diagnostik lain:
 Non invasive: mamaografi, Ro thorak, USG, MRI, PET.
 Invasif: Biopsi, Aspirasi biopsi (FANB), True cut/ care biopsi, insisi biopsi, eksisi
biopsi.

6. Penatalaksanaan
a. Pembedahan.
- Mastektomi radikal yang dimodifikasi.
- Mastektomi total.
- Lumpectomy.
- Wide excision/ mastektomi parsial.
- Ouadranectomy.
b. Raditheraphy
c. Chemotheraphy
d. Manipulasi hormonal

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajianiwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan
payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat ca mamae sebelumnya atau ada kelainan pada mamae, kebiasaan makan
tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan
penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker
ovarium atau kanker cerviks.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca maame berpengaruh pada kemungkinan klien
mengalami ca mamae ataupun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya
seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala: normal, kepala tegak lurus
2) Rambut: biasanya tersebar merata.
3) Mata: biasanya normal, tidak ada gangguan.
4) Telinga: normal bentuk dan posisi simertris.
5) Hidung: bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
6) Mulut: mukosa biir kering, tidak ada gangguan perasa.
7) Leher: biasanya terjadi pembesaran KGB.
8) Dada: adanya kelainan kulit berupa peau d”orange, dumpling, ulserasi atau tanda-
tanda radang.
9) Hepar: biasanya tidak ada pembesaran.
10) Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ekstremitas.
e. Pemeriksaan 11 fungsi gordon
1) Persepsi dan manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan karena merasa hanya
benjolan biasa.
2) Nutrisi metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan terjadi
penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan yang
mengandung MSG.
3) Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pada pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri
saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
4) Aktivitas dan latihan
Anoreksia dan mual muntah dapat enyebabkan aktivitas dan latihan klien terganggu
karena terjadi kelmehan dan nyeri.
5) Kognitif dan presepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
6) Istirahat tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

7) Konsep diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat operasi
akan membuat klien tidak percaya diri, malu dan kehilangan haknya sebagai wanita
normal.
8) Peran dan hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan
perannya dalam berinteraksi sosial.
9) Reproduksi dan seksual
Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien da perubahan pada tingkat kepuasan.
10) Koping dan toleransi stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan.

11) Nilai dan keyakinan.


Diperlukan pendekatan agam supaya klien menerima kondisinya dengan lapang
dada.

f. Pemeriksaan diagnostik.
1) Scan (mis: MRI, CT, Gallium) dan Ultrasound. Dilakukan untuk diagnostik,
identifikasi metastatik dan avaluasi.
2) Biopsi: untuk mendiagnosis adanya BRCA 1 dan BRCA 2.
3) Penanda tumor.
4) Mamografi.
5) Sinar X dada.
g. Pathway

bahan kimia, virus, radiasi atau sinar


matahari. Kelainan genetik dalam sel atau Perubahan bentuk/ Fungsi
bahan lainya yang disebut promotor. bagian tubuh

sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen kurang pengetahuan

Perubahan sifat sel menjadi keganasan Ansietas

Peningkatan tekanan intra lumen apendik


perubahan persepsi

Ca Mamae
Harga diri rendah
(Apendicitis)

perlukaan & peradangan Gangguan konsep diri

Reaksi sensitifitas histamin & bradikinin

Stimulasi nociseptor

Nyeri

G3 rasa nyaman
nyeri
MASTEKTOMI Insisi/ perlukaan

(Apendicitis)

proses pembedahan Terputusnya kontinuitas/ kerusakan jaringan


saraf dan pembuluh darah

kurang pengetahuan
Port dientere kuman

cemas
Pajanan Lingkungan, alat,
tehnik aseptik
Pajanan alat/instrumen, yang tidak tepat
alat-alat elektro
surgical
Resti infeksi

resti cidera
ANASTESI

GA spinal

Depresi SSP penurunn fungsi


Otot/rangka

Penurunan fungsi
sal. Pernapasan Imobilitas ekstremitas
bawah

resti aspirasi
intoleransi aktivitas

bersihan jalan napas


inefektif
2. Diagnosa Keperawatan
a. PREOPERASI
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi dan peradangan
tumor; proses pembedahan.
2) Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan dan prognosis.
3) Gangguan konsep diri (body image) berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh
dan disfungsi tubuh.

b. INTRA OPERASI
1) Resti cidera berhubungan dengan pajanan alat, penggunaan electro surgical.
2) Resti cidera berhubungan dengan pajanan lingkungan, peralatan, penggunaaan
tehnik aseptik yang kurang tepat.
c. POST OPERASI
1) Resiko bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penurunan fungsi saluran
pernapasan.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anastesi.

3. Intervensi Keperawatan

a. Preoperasi

Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan: Klien akan menunjukan toleransi terhadap nyeri setelah dilakukan perawatan selama
2X24 jam dengan kriteria:
a. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Tidak menunjujan perilaku berhati-hati pada area yang sakit.
d. VS normal.
e. Skala nyeri 0-5

1. Kaji dan catat kualitas, lokasi, dan durasi Sebagai data dasar dalam menentukan
nyeri. intervensi penangan nyeri yang sesuai
2. Kaji dan pantau vital sign Data dasar pembanding terhadap repon
nyeri.
3. Ajarkan terhnik distraksi dan relaksasi Tehnik distraksi diharapkan dapat
mengalihkan perhatian dari
konsentrasiterhadap nyeri dan relaksasi
diharapkan dapat mengontrol nyeri.
4. Ajarkan tehnik mobilisasi efektif. Mengurangi nyeri akibat kompresi.
5. Kolaborasi pemberian analgetik maupun Analgetik igunakan sebagai anti nyeri dan
sedatif yang sesuai. sedasi digunakan untuk merelaksasi dan
meningkatkan kenyamanan klien.

Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan.


Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam tingkat kecemasan klien berkurang atau hilang dengan
kriteria:
a. Pasien menyatakan kecemasannya berkurang.
b. Pasien mampu mengenali perasaan ansietasnya
c. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhi ansietasnya.
d. Pasien kooperatif terhadap tindakan.
e. Ekspresi wajah Nampak rileks.
1. Bantu pasien mengekspresikan perasaan Ansietas berkelanjutan dapat memberikan
marah, kehilangan dan takut dampak serangan jantung
2. Kaji tanda ansietas verbal dan nonverbal. Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukan
Damping pasien dan berikan tindakan bila rasa agitasi, marah dan gelisah.
pasien menunjukan tindakan merusak.
3. Jelaskan tentang prosedur pembedahan Pasien yang teradaptasi dengan tindakan
sesuai jenis operasi. pembedahan yang akan dilalui akan merasa
lebih nyaman.
4. Beri dukungan prabedah Hubungan yang baik antara perawat dengan
pasien akan mempengaruhi penerimaan
pasien akan pembedahan.
5. Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama dan
mungkin memperlambat penyembuhan.
6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan Mengurangi rangsangan eksternal yang
nyaman agar pasien bisa beristirahat. tidak diperlukan.
7. Tingkatkan control sensasi pasien Control sensasi pasien dalam menurunkan
ketakutan dengan cara memberikan
informasi tentang keadaan pasien,
menekankan pada penghargaan sumber-
sumber koping (pertahanan diri) yang
positif, membantu relaksasi dan tehnik-
tehnik pengalihan dan memberikan dan
memberikan respon balik yang positif.
8. Orientasikan pasien terhadap prosedur Orientasi dapat menurunkan kecemasan
rutin dan aktivitas yang diharapkan
9. Beri kesempatan kepada pasien untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
mengungkapkan ansietasnya kehaatiran yang tidak diekspresikan.
10. Beri privasi untuk pasien dan orang Member waktu untuk mengekpresikan
terdekat perasaan, menghilangkan rasa cemas dan
perilaku adaptasi. Kehadiran keluarga dan
teman-teman yang dipilih pasien untuk
memenuhi aktivitas pengalih.
11. Kolaborasi: Berikan anticemas sesuai indikasi,
contohnya Diazepam

b. Intra operasi
Resti infeksi b.d. tindakan aseptik yang tidak tepat/ kesterilan alat yang tidak dijaga.
Tujuan: klien akan menunjukan bebas dari resiko infeksi setelah dilakukan tindakan selama
30 menit dengan kriteria:
a. Memastikan indikator steril sudah sesuai.
b. Malakukan tehnik aseptik.
c. Penutupan luka secara steril.
1. Perhatikan indikator yang ditempel pada Indikator akan berubah warna pada proses
packing instrumen sebelum membuka atau pensterilan alat. Memastikan kesterilan alat.
menggunakan.
2. Pastikan urutan dan tata cara scrubing, Menjaga keadaan aseptik dan mencegah
gawning dan glowing secara tepat. terjadinya infeksi silang pada pasien.
3. Buka packing dengan posisi steril setelah Menjaga kesterilan alat tetap terjaga.
mengenakan gaun dan sarung tangan steril.
4. Pastikan meja instrumen telah dialas Menjaga kesterilan alat.
dengan linen steril sekurang2nya dua lapis
5. Perhatikan agar alat tidak terkontaminasi Menjaga kesterilan alat.
atau tersentuh benda lain yang tidak steril,
tutup instrumen yang telah ditata dengan
linen steril.
6. Kolaborasi pemberian antibiotika yang Antibiotika sebagai anti kuman yang
sesuai. mencegah infeksi.

c. Setelah operasi

Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.


Tujuan: Klien akan menunjukan toleransi terhadap nyeri setelahdilakukan perawatan selama
2X24 jam dengan kriteria:
a. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Tidak menunjujan perilaku berhati-hati pada area yang sakit.
d. VS normal.
e. Skala nyeri 0-5

1. Kaji dan catat kualitas, lokasi, dan durasi Sebagai data dasar dalam menentukan
nyeri. intervensi penangan nyeri yang sesuai
2. Kaji dan pantau vital sign Data dasar pembanding terhadap repon
nyeri.
3. Ajarkan terhnik distraksi dan relaksasi Tehnik distraksi diharapkan dapat
mengalihkan perhatian dari
konsentrasiterhadap nyeri dan relaksasi
diharapkan dapat mengontrol nyeri.
4. Ajarkan tehnik mobilisasi efektif. Mengurangi nyeri akibat kompresi.
5. Kolaborasi pemberian analgetik maupun Analgetik igunakan sebagai anti nyeri dan
sedatif yang sesuai. sedasi digunakan untuk merelaksasi dan
meningkatkan kenyamanan klien.
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (integritas
kulit yang tidak utuh)
Tujuan: klien akan menunjukan pertahanan tubuh adekuat dengan kriteria:
a. Suhu tubuh normal
b. Tidak ada pus atau nanah pada luka
c. Luka kering
d. Leukosit normal

1. Kaji dan pantau bentuk dan karakteristik Membantudalam menentukan tehnik dan
luka proses penanganan luka yang sesuai.
2. Lakukan perawatan luka secara aseptik Meminimalisir dan mencegah masuknya
mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi.
3. Ganti pembalut/perban sesuai indikasi Menjaga kebersihan dan kesterilan luka
4. Anjurkan klien untuk makan makanan Protein dan albumin dianjurkan dalam
bergizi. proses penyembuhan luka.
5. Pantau vital sign Memntau perubahan dan tanda infeksi
sedini mungkin.
6. Kolaborasi pemberia antibiotika Antbiotika sebagai anti kuman yang dapat
mencegah perkembangan kuman endogen
dan eksogen yang dapat menyebabkan
infeksi pada luka.

DAFTAR PUSTAKA

Joanne McCloskey,dkk. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC).


United States of America : Mosby

Mutaqin,Arif & Sari,Kumala.2013.Asuhan Keperawatan Perioperatif : Konsep, Proses


dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika

Nanda Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.
Brunner & Suddarth, vol:3. Jakarta: EGC

Sue Moorhead,dkk.2008 . Nursing Outcome Classification (NOC).


United States of American : Mosby

Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama.


Edisi 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai