Anda di halaman 1dari 23

MODEL PENGEMBANGAN

FOUR-D

Dosen Pembina matakuliah


Prof. Dr. Nurhayati B, M.Pd.

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah


Pengembangan Bahan Ajar

DISUSUN OLEH :

Kelompok 3
Nur Hanifah (1514041009)
Wardah Zakiyah Rosyidah (1514042002)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
OKTOBER 2018
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga makalahyang
berjudul “Model Pengembangan Four-D” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah
Pengembangan Bahan Ajar. Makalah ini disusun berdasarkan saran dan bimbingan
dari dosen pembina mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar, Prof. Dr. Nurhayati B,
M.Pd. Sebab itu kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada beliau
dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dari makalah
ini baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi menyempurnakan makalah ini.

Makassar, 01 Oktober 2018

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan menjadi salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamisdan sarat akan perkembangan. Perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan
budaya kehidupan. Perubahan ataupun perbaikan perlu dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa depan dan tuntutan masyarakat modern.
Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar.Bahan ajar berdasarkan
kecanggihan teknologi yang digunakan dibagi menjadi 5 jenis. Bahan ajar
tersebut meliputi: bahan ajar cetak, audio, audio visual, multimedia interaktif, dan
bahan ajar berbasis web. Bahan ajar cetak meliputi bahan ajar yang dicetak pada
lembaran seperti buku teks/ buku ajar, modul, handout, LKS, brosur, leaflet,
dll.bahan ajar audio berupa kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
Bahan ajar audio visual meliputi video compact disk, film. Bahan ajar multimedia
interaktif meliputi CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD),
multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based
learning materials).
Dalam mengembangkan bahan pembelajaran perlu diperhatikan model-
model pengembangan guna memastikan kualitasnya.Ada beberapa model
pengembangan pembelajaran yang biasa diterapkan, diantaranya adalah model 4D
yang diperkenalkan oleh Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan
Melvyn I. Semmel (1974). Model adalah salah satu yang menggambarkan pola
berpikir, keseluruhan konsep yang saling berkaitan dan suatu proses yang
sistematik. Model pengembangan 4D terdiri dari 4 langkah yaitu Define, Design,
Develop, danDesseminate atau diadaptasikan menjadi model 4P yaitu
pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran.
Dari beberapa model pengembangan tersebut tentu memiliki karakteristik
masing-masing yang perlu lebih dalam lagi dipahami.Maka dari itu kita peroleh
bahwa pemilihan bahan pembelajaran perlu diperhatikan dalam kesesuaian
dengan standar isi dan lebih-lebih pemilihan bahan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa. Oleh karena itu, pada makalah ini akan membahasas
mengenai model pengembangan bahan ajar 4D yang meliputi pengertian,
langkah-langkah, karakteristik, kelebihan, dan kekurangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pengembangan Four-D?
2. Bagaimana langkah-langkah model pengembangan Four-D?
3. Bagaimana Kelebihan, dan kekurangan model pengembangan Four-D?
4. Bagaimana contoh penelitian pengembangan yang menggunakan model Four-
D?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian model pengembangan Four-D
2. Mahasiswa dapat menjelaskan langkah-langkah model pengembangan Four-D
3. Mahasiswa dapat menjelaskan Kelebihan, dan Kekurangan model
pengembangan Four-D
4. Mahasiswa dapat menjelaskan contoh penelitian pengembangan yang
menggunakan model Four-D
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pegembangan FOUR-D


Beberapa penelitian pengembangan di bidang pendidikan mengacu pada
model Four-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel
(1974). Model Four-D termuat dalam buku sumber yang dipublikasi oleh
gabungan (a joint publication of): The Leadership Training Institute/Special
Education, University of Minnesota; The Center for Innovation in teaching the
Handicapped (CITH), Indiana University; The Council for Exceptional Children
(CEC), and The Teacher Education Division of CEC. Di Indiana University,
buku tersebut sebagai buku sumber (sourcebook) di Center for Innovation in
teaching the Handicapped. Diskripsi untuk buku tersebut sebagai berikut: Course
objectives: *Exceptional Child Education; Handicapped Children; *Instructional
Materials; Material Development; Performance Based Teacher Education; Task
Analysis; *Teacher Developed Materials; *Teacher Educators.
Desain Model Four-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel dan
Semmel (1974) yang digunakan untuk alur pengembangan perangkat
pembelajaran (instructional development), pada dasarnya dimaksudkan untuk
pelatihan guru (training teacher) untuk anak-anak berkebutuhan khusus
(exceptional children), dan penekanannya pada pengembangan bahan ajar
(material development). Anak-anak berkebutuhan khusus tersebut adalah anak-
anak cacat (handicapped children).
Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel dan Melvyn I. Semmel
ketiganya ketika itu bekerja di pusat inovasi dalam pelatihan anak-anak cacat
(Center for Innovation in Training the Handicapped) di Universitas Indiana
(Indiana University), Bloomington, Indiana. Secara umum, tujuan dari penulisan
buku sumber tersebut adalah untuk membantu pembaca dalam mendesain
(design), mengembangkan (development), dan menyebarkan (dissemination)
bahan pembelajaran (instructional materials) yang digunakan untuk pelatihan
bagi guru-guru anak-anak berkebutuhan khusus (exceptional children).
Meskipun awalnya model Four-D dimaksudkan untuk mengembangkan
bahan ajar bagi guru untuk pelatihan guru-guru anak-anak berkebutuhan khusus,
yaitu bagi guru-guru yang mengajar anak-anak cacat, tetapi disinyalir dari kata
pengantar (foreword) oleh Maynard C. Reynolds (ketika itu dia sebagai Director
Leadership Training Institute/Special Education University of Minossa), bahwa
model FourD tersebut dapat dijadikan sumber ide dan prosedur pengembangan
untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dan penyebarannya
(dissemination) pada bidang lainnya.
Dengan demikian model Four-D secara umum dapat dipandang sebagai
model untuk pengembangan instruksional (a model for instructional
development). Pengembangan model Four-D didasarkan pada pengembangan
instruksional oleh Twelker, Urbach, dan Buck (Thiagarajan, Semmel, dan
Semmel, 1974) dengan tahapan: analysis, design, dan evaluation. Awalnya
Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974) memodifikasi model ini menjadi
empat tahap, yaitu: analysis, design, evaluation, dan dissemination. Selanjutnya
desain ini setelah melalui proses revisi dan pengembangan dalam pelatihan-
pelatihan yang dilakukan disebut model Four-D yang meliputi empat tahap:
define, design, develop, dan disseminate.

B. Langkah-Langkah Model Pengembangan Four-D


Model pengembangan perangkat Four-Dterdiri dari 4 tahap pengembangan
yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate.

Tahap I: Define (Pendefinisian)


Tahap define adalah tahap untuk menetapkan deskripsi pembelajaran yang
dianggap ideal. Tahap define ini mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis awal-
akhir (front-end analysis), analisis peserta didik (learner analysis), analisis tugas
(task analysis), analisis konsep (concept analysis) dan perumusan tujuan
pembelajaran (specifying instructional objectives).

1. Analisis awal-akhir (front-end analysis)


Menurut Thiagarajan, dkk (1974), analisis awal-akhir bertujuan untuk
memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran,
sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar. Dengan analisis ini akan
didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah dasar, yang
memudahkan dalam penentuan atau pemilihan bahan ajar yang dikembangkan.

2. Analisis Peserta didik (learner analysis)


Menurut Thiagarajan, dkk (1974), analisis peserta didik merupakan telaah
tentang karakteristik peserta didik yang sesuai dengan desain pengembangan
perangkat pembelajaran. Karakteristik itu meliputi latar belakang kemampuan
akademik (pengetahuan), perkembangan kognitif, serta keterampilan-keterampilan
individu atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran, media, format dan
bahasa yang dipilih. Analisis peserta didik dilakukan untuk mendapatkan gambaran
karakteristik peserta didik, antara lain: (1) tingkat kemampuan atau perkembangan
intelektualnya, (2) keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang sudah
dimiliki dan dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan.

3. Analisis konsep (concept analysis)


Analisis konsep menurut Thiagarajan, dkk (1974) dilakukan untuk
mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan, menyusunnya dalam bentuk
hirarki, dan merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan yang tidak
relevan. Analisis membantu mengidentifikasi kemungkinan contoh dan bukan contoh
untuk digambarkan dalam mengantar proses pengembangan.
Analisis konsep sangat diperlukan guna mengidentifikasi pengetahuan-pengetahuan
deklaratif atau prosedural pada materi matematika yang akan dikembangkan. Analisis
konsep merupakan satu langkah penting untuk memenuhi prinsip kecukupan dalam
membangun konsep atas materi-materi yang digunakan sebagai sarana pencapaian
kompetensi dasar dan standar kompetensi.
Mendukung analisis konsep ini, analisis-analisis yang perlu dilakukan adalah (1)
analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang bertujuan untuk menentukan
jumlah dan jenis bahan ajar, (2) analisis sumber belajar, yakni mengumpulkan dan
mengidentifikasi sumber-sumber mana yang mendukung penyusunan bahan ajar.

4. Analisis Tugas (task analysis)


Analisis tugas menurut Thiagarajan, dkk (1974) bertujuan untuk mengidentifikasi
keterampilan-keterampilan utama yang akan dikaji oleh peneliti dan menganalisisnya
kedalam himpunan keterampilan tambahan yang mungkin diperlukan. Analisis ini
memastikan ulasan yang menyeluruh tentang tugas dalam materi pembelajaran.

5. Perumusan Tujuan Pembelajaran (specifying instructional objectives)


Perumusan tujuan pembelajaran menurut Thiagarajan, dkk (1974) berguna untuk
merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan perilaku
objek penelitian. Kumpulan objek tersebut menjadi dasar untuk menyusun tes dan
merancang perangkat pembelajaran yang kemudian di integrasikan ke dalam materi
perangkat pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti.

Tahap II: Design (Perancangan)


Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran.
Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar tes
(criterion-test construction), (2) pemilihan media (media selection) yang sesuai
dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan format (format
selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan menetapkan format
bahan ajar yang akan dikembangkan, (4) membuat rancangan awal (initial design)
sesuai format yang dipilih. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan tes acuan patokan (constructing criterion-referenced test)


Menurut Thiagarajan, dkk (1974), penyusunan tes acuan patokan merupakan
langkah yang menghubungkan antara tahap pendefinisian (define) dengan tahap
perancangan (design).Tes acuan patokan disusunberdasarkan spesifikasi tujuan
pembelajaran dan analisis peserta didik, kemudian selanjutnya disusun kisi-kisi tes
hasil belajar.Tes yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang kemampuan
kognitif. Penskoran hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan
pedoman penskoran setiap butir soal.

2. Pemilihan media (media selection)


Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran yang
relevan dengan karakteristik materi.Lebih dari itu, media dipilih untuk menyesuaikan
dengan analisis konsep dan analisis tugas, karakteristik target pengguna, serta rencana
penyebaran dengan atribut yang bervariasi dari media yang berbeda-beda.hal ini
berguna untuk membantu peserta didik dalam pencapaian kompetensi dasar. Artinya,
pemilihan media dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan ajar dalam
proses pengembangan bahan ajar pada pembelajaran di kelas.

3. Pemilihan format (format selection)


Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini dimaksudkan
untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan,
metode pembelajaran, dan sumber belajar.Format yang dipilih adalah yang memenuhi
kriteria menarik, memudahkan dan membantu dalam pembelajaran matematika
realistik.
4. Rancangan awal (initial design)
Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 7) “initial design is the presenting of the
essential instruction through appropriate media and in a suitable sequence.” (desain
awal adalah penyajian dari instruksi penting melalui media yang tepat dan dalam
urutan yang sesuai) Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh
perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum ujicoba dilaksanakan.Hal ini
juga meliputi berbagai aktivitas pembelajaran yang terstruktur seperti membaca teks,
wawancara, dan praktek kemampuan pembelajaran yang berbeda melalui praktek
mengajar.

Tahap III: Develop (Pengembangan)


Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk
pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli (expert
appraisal) yang diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan (developmental
testing).Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir
perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para pakar
ahli/praktisi dan data hasil ujicoba. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah
sebagai berikut:

1. Validasi ahli/praktisi (expert appraisal)


Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 8), “expert appraisal is a technique for obtaining
suggestions for the improvement of the material.” (penilaian ahli adalah teknik untuk
mendapat saran untuk perbaikan materi). Penilaian para ahli/praktisi terhadap
perangkat pembelajaran mencakup: format, bahasa, ilustrasi dan isi. Berdasarkan
masukan dari para ahli, materi pembelajaran di revisi untuk membuatnya lebih tepat,
efektif, mudah digunakan, dan memiliki kualitas teknik yang tinggi.
2. Uji coba pengembangan (developmental testing)
Ujicoba lapangan dilakukan untuk memperoleh masukan langsung berupa
respon, reaksi, komentar peserta didik, dan para pengamat terhadap perangkat
pembelajaran yang telah disusun.Menurut Thiagarajan, dkk (1974)ujicoba, revisi dan
ujicoba kembali terus dilakukan hingga diperoleh perangkat yang konsisten dan
efektif.

Tahap IV: Disseminate (Penyebaran)


Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap
diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa
diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Produsen dan
distributor harus selektif dan bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk
yang tepat. Menurut Thiagarajan dkk, (1974: 9), “the terminal stages of final
packaging, diffusion, and adoption are most important although most frequently
overlooked.” (padatahap akhir, difusi, dan adopsi merupakan hal yang paling penting
meskipun paling sering diabaikan)
Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain dengan tujuan untuk mengetahui
efektifitas penggunaan perangkat dalam proses pembelajaran. Penyebaran dapat juga
dilakukan melalui sebuah proses penularan kepada para praktisi pembelajaran terkait
dalam suatu forum tertentu. Bentuk diseminasi ini dengan tujuan untuk mendapatkan
masukan, koreksi, saran, penilaian, untuk menyempurnakan produk akhir
pengembangan agar siap diadopsi oleh para pengguna produk.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan diseminasi adalah: (1)
analisis pengguna, (2) menentukan strategi dan tema, (3) pemilihan waktu, dan (4)
pemilihan media.

1. Analisis Pengguna
Analisis pengguna adalah langkah awal dalam tahapan diseminasi untuk
mengetahui atau menentukan pengguna produk yang telah dikembangkan. Menurut
Thiagarajan, dkk (1974), pengguna produk bisa dalam bentuk individu/perorangan
atau kelompok seperti: universitas yang memiliki fakultas/program studi
kependidikan, organisasi/lembaga persatuan guru, sekolah, guru-guru, orangtua
peserta didik, komunitas tertentu, departemen pendidikan nasional, komite
kurikulum, atau lembaga pendidikan yang khusus menangani anak cacat.

2. Penentuan strategi dan tema penyebaran


Strategi penyebaran adalah rancangan untuk pencapaian penerimaan produk
oleh calon pengguna produk pengembangan. Guba (Thiagarajan, 1974) memberikan
beberapa strategi penyebaran yang dapat digunakan berdasarkan asumsi pengguna
diantaranya adalah: (1) strategi nilai, (2) strategi rasional, (3) strategi didaktik, (4)
strategi psikologis, (5) strategi ekonomi dan (6) strategi kekuasaan.

3. Waktu
Menurut Thiagarajan, dkk (1974) selain menentukan strategi dan tema,
peneliti juga harus merencanakan waktu penyebaran. Penentuan waktu ini sangat
penting khususnya bagi pengguna produk dalam menentukan apakah produk akan
digunakan atau tidak (menolaknya).

4. Pemilihan media penyebaran


Menurut Thiagarajan, dkk (1974) dalam penyebaran produk, beberapa jenis
media dapat digunakan. Media tersebut dapat berbentuk jurnal pendidikan, majalah
pendidikan, konferensi, pertemuan, dan perjanjian dalam berbagai jenis serta melalui
pengiriman lewat e-mail.
Untuk kepentingan diseminasi ini, Thiagarajan, dkk (1974: 173) menetapkan
kriteria keefektifan diseminasi, yaitu:
1. Clarity. Information should be clearly stated, with a particular audience in
mind. (Kejelasan. Informasi harus dinyatakan dengan jelas, tertentu dalam
pikiran audiens).
2. Validity. The information should present a true picture. Validitas. Informasi
harus menyajikan gambaran yang benar.
3. Pervasiveness. The information should reach all of the intended audience.
Pervasiveness. Informasi harus mencapai semua audiens yang dituju.
4. Impact. The information should evoke the desire response from intended
audience. Dampak. Informasi harus membangkitkan respon keinginan dari
penonton yang dimaksudkan.
5. Timeliness. The information should be disseminated at the most opportune
time. Ketepatan waktu. Informasi tersebut harus disosialisasikan pada waktu
yang paling tepat.
6. Practicality. The information should be presented in the form best suited to
the scope of the project, considering such limitations as distance and
available resources. Kepraktisan. Informasi harus disajikan dalam bentuk
yang paling cocok dengan lingkup proyek, mengingat keterbatasan sumber
daya seperti jarak dan sumber-sumber tersedia.
Model Four-D, pada setiap tahap pengembangan memuat kegiatan yang
menunjukkan adanya urutan langkah kegiatan.Khususnya pada tahap pengembangan
(develop) memuat siklus kegiatan. Diskripsi hasil analisis terhadap pokok-pokok
kegiatan pada setiap tahap dan fase model Four-D (Thiagarajan, Semmel, dan
Semmel, 1974) disajikan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tahapan Kegiatan dalam Four-D


No Tahap Four-D Fase Kegiatan yang terkandung dalam setiap fase

Definisi Mempelajari masalah mendasar yang


(Define) dihadapi peserta pelatihan: untuk
Tujuan dari Analisis awal- akhir
1 kegiatan pada meningkatkan penampilan (performance)
(front-end analysis)
tahap ini dari guru-guru pendidikan khusus.
adalah untuk
menetapkan Sepanjang analisis ini, kemungkinan
dan alternative pembelajaran (instruction) yang
mendefinisikan
lebih rapi dan efisien dipertimbangkan.
syarat-syarat
pengajaran Merekam (filing), dan mencari perangkat
(instructional).
pembelajaran yang terkait. Jika alternative
Melalui
analisis pembelajaran dan materi tersedia kemudian
ditentukan
baru dapat disusun bahan pembelajaran.
tujuan dan
kendala untuk Mempelajari pebelajar target, yaitu peserta
materi
pelatihan: guru-guru pendidikan khusus.
pengajaran
(instruction Mengidentifikasi relevansi karakteristik
materials).
peserta dengan desain dan pengembangan
instruksional. Karakteristik ini adalah
Analisis pebelajar
(learner masukan kompetensi (entering
analysis)
competencies) dan latar belakang
pengalaman (background experiences).
Sikap-sikap khusus menuju ke topik
instruksional; dan pemilihan media, format,
dan bahasa.
Mengidentifikasi keterampilan utama yang
diperoleh guru peserta pelatihan dan
menganalisis dalam suatu kelompok sub
Analisis tugas (task
keterampilan yang memadai dan diperlukan.
analysis).
Analisis ini untuk memastikan pemenuhan
menyeluruh tugas terkandung dalam bahan
pembelajaran (material instructional).
Mengidentifikasi konsep-konsep utama yang
Analisis konsep akan diajarkan, mengatur dalam urutan
(concept
analysis). hirarkhi, dan memerinci konsep-konsep ke
dalam atribut-atribut. Analisis ini membantu
untuk memperoleh sekumpulan contoh dan
bukan contoh.
Mengubah hasil analisis tugas dan konsep
dalam tujuan-tujuan secara behavior
(behaviorally). Sekumpulan tujuan ini
Tujuan instructional
khusus (specifying menjadi dasar untuk mengkonstruksi tes dan
instructional desain instruksional. Kemudian
objectives).
diintegrasikan dalam perangkat
pembelajaran untuk digunakan oleh
instruktur dan guru perserta pelatihan.
Sebagai jembatan proses pendefinisian dan
Desain
(Design) desain. Tes beracuankriteria mengubah
Tujuan dari
tujuan- tujuan behavior dalam garis besar
kegiatan pada
tahap ini untuk perangkat pembelajaran. Memilih
adalah
Mengkonstruksi tes media yang cocok untuk mempresentasikan
mendesain
prototype beracuan kriteria isi pengajaran. Proses ini meliputi
bahan ajar (constructing
criterion referenced penyesuaian antara analisis tugas dan
(instructional
material). test). Pemilihan konsep, karakteristik target-peserta, sumber
Kegiatan pada media (media
selection). produksi, dan rencana penyebaran dengan
2 tahap ini dapat
dilakukan berbagai macam atribut media yang berbeda.
setelah
Pemilihan akhir mengidentifikasi medium
menentukan
sekumpulan yang paling sesuai atau kombinasi media
tujuan
untuk digunakan.
behavior
(behavior Mirip dengan pemilihan media. Dalam buku
objectives)
sumber (Thagarajan, 1974) diidentifikasi
untuk Pemilihan format
(format disertai 21 format yang berbeda yang
perangkat selection). dipandang cocok untuk mendesain
pembelajaran
perangkat pembelajaran (instructional
telah material) untuk pelatihan guru. Pemilihan
ditentukan. format yang paling sesuai bergantung pada
Pemilihan berbagai faktor yang ditentukan dari hasil
format dan diskusi.
media untuk Mempresentasikan instruksional esensi
bahan dan melalui media yang sesuai dan dalam urutan
produksi versi yang cocok. Ini juga melibatkan
awal penstrukturan berbagai kegiatan belajar
mendasari Desain awal (initial seperti membaca teks, melakukan
design)
aspek utama wawancara pada personil pendidikan
pada tahap khusus, dan mempraktikkan keterampilan
desain. mengajar oleh teman sejawat (peer
teaching).
Pengembangan Teknik untuk memperoleh saran untuk
(Develop) meningkatkan bahan (material) ajar atau
Tujuan bahan instruksional. Sejumlah pakar diminta
kegiatan pada mengevaluasi bahan instruksional dan dari
tahap ini Penilaian ahli(expert segi teknik. Berbasis pada umpan-balik
appraisal).
adalah (feedback), bahan dimodifikasi supaya
memodifikasi menjadi lebih memadai, efektif, dapat
3 prototipe digunakan, dan secara teknik berkualitas
bahan ajar. tinggi.
Meskipun Melibatkan ujicoba bahan ajar pada peserta
banyak yang pelatihan untuk memperolah bagian-bagian
telah Uji pengembangan yang direvisi. Berdasar pada respon, reaksi,
(developmental
dihasilkan dan komentar dari peserta pelatihan, bahan
testing).
pada tahap dimodifikasi. Siklus dari uji, revisi, dan uji
pendefinisian, lagi dilakukan berulang-ulang sehingga
hasilnya bahan dapat digunakan bersifat konsisten
dipandang dan efektif.
sebagai versi
awal bahan
ajar yang harus
dimodifikasi
sebelum
menjadi versi
akhir yang
efektif. Umpan
balik diperoleh
melalui
evaluasi
formatif dan
digunakan
untuk merevisi
bahan ajar.
Sebelum bahan (material) ajar
Penyebaran
disebarluaskan (disseminasi), evaluasi
(Disseminate)
sumatif dilakukan. Pada fase tes validasi,
Bahan ajar
bahan digunakan untuk menunjukkan: siapa
sampai pada Pengujian validitas
(validating yang belajar, di bawah apa, kondisi apa, dan
tahap produksi
4 testing). bagaimana dengan waktunya. Bahan juga
akhir jika uji
diuji melalui uji profesional dengan tujuan
pengembangan
memperoleh masukan pada kecukupan dan
menunjukkan
relevansinya.
hasil yang
Pengemasan Pengemasan final, difusi, dan adopsi
konsisten dan (packaging). Difusi
merupakan bagian penting meskipun bagian
dan adopsi (diffusion
and adoption). ini sering terlewatkan. Produser dan
distributor harus dipilih dan dikerjakan
secara kooperatif untuk mengemas bahan
dalam bentuk yang diterima pengguna.
Upaya khusus diperlukan untuk
mendistribusikan bahan secara luas pada
pelatih dan peserta pelatihan, dan
mendorong adopsi dan utilisasi bahan.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pengembangan Dick and Carey
Model 4D merupakan pengembangan perangkat pembelajaran yang secara
detail menjelaskan langkah-langkah operasional pengembangan
perangkat.Sehingga jelaslah bahwa untuk pengembangan perangkat, model 4D
lebih terperinci dan lebih sistematis.
Kelebihan dari model 4D yaitu :
1. Pijakan utama pendidikan di Indonesia berdasarkan kurikulum yang telah
ditetapkan, oleh karena itu dalam penyusunan perangkat pembelajaran
terlebih dahulu harus dilakukan analisis kurikulum. Pada model ini analisis
kurikulum dapat dilakukan pada langkah analisis ujung-depan.
2. Memudahkan peneliti untuk melakukan langkah selanjutnya.Suatu contoh,
langka analisis tugas dan analisis konsep dapat membantu peneliti untuk
menentukan TPK.
3. Pada tahap III peneliti dapat dengan leluasa melakukan uji coba dan revisi
berkali-kali sampai diperoleh perangkat pembelajaran dengan kualitas yang
maksimal (final).
Kekurangan model ini terletak pada analisis tugas yang sejajar dengan
analisis konsep dan tidak ditentukan analisis yang mana duluan dilaksanakan.

D. Contoh Penelitian Pengembangan yang Menggunakan Model


Pengembangan Four D
Salah satu penelitian pengembangan yang menggunakan model
pengembangan Borg dan Gall adalaah penelitian yang dilakukan oleh Nisak, K
yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe
Connected Pada Materi Pokok Sistem Ekskresi untuk Kelas IX SMP.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran
IPA Terpadu tipe connected pada materi pokok sistem ekskresi yang layak
ditinjau dari tingkat validitas dan respon siswa. Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan meliputi silabus, RPP, buku siswa, LKS, dan lembar penilaian.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah terwujudnya perangkat
pembelajaran IPA secara terpadu yang layak pada materi sistem ekskresi yang
dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru khususnya guru IPA untuk
menerapkan pembelajaran IPA secara terpadu. Proses pengembangan ini
mengacu pada model 4D (define, design, develop, disseminate). Tahap define
didapat bahwa SMP Ma’arif 5 Pucuk Lamongan menggunakan kurikulum KTSP,
namun dalam implementasinya belum mengajarkan IPA secara terpadu. Tahap
design menghasilkan draf 1 yakni desain awal perangkat pembelajaran IPA
terpadu. Tahap develop didapatkan saran untuk perbaikan perangkat dari draf 1
menjadi draf 2, selanjutnya perangkat pembelajaran diujicobakan pada 12 siswa
kelas IX SMP Ma’arif 5 Pucuk Lamongan dan divalidasi oleh 2 dosen ahli
FMIPA serta 1 praktisi dari SMP Ma’arif 5 Pucuk. Dari hasil validasi, hasil
belajar siswa, dan respon siswa dapat diinterpretasikan perangkat sangat layak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Model Four-D secara umum dapat dipandang sebagai model untuk
pengembangan instruksional (a model for instructional development).
Pengembangan model Four-D didasarkan pada pengembangan instruksional
dengan tahapan: analysis, design, dan evaluation. Awalnya model ini terdiri
atas empat tahap, yaitu: analysis, design, evaluation, dan dissemination.
Selanjutnya desain ini setelah melalui proses revisi dan pengembangan dalam
pelatihan-pelatihan yang dilakukan disebut model Four-D yang meliputi
empat tahap: define, design, develop, dan disseminate.
2. Terdapat 4 tahap dalam model pengembangan Four-D, yaitu Definisi
(Define), Desain (Design), Pengembangan (Develop), Penyebaran
(disseminate).Tahap definisi (define) meliputi lima fase: (1) analisis awal-
akhir (front-end analysis); (2) analisis pebelajar (learner analysis); (3) analisis
tugas (task analysis); (4) analisis konsep (concept analysis); dan (5) tujuan-
tujuan instruktional khusus (specifying instructional objectives). Tahap
desain (design) meliputi empat fase: (1) mengkonstruksi tes beracuan-kriteria
(constructing criterion-referenced test); (2) pemilihan media (media
selection); (3) pemilihan format (format selection); dan (4) desain awal (initial
design). Tahap pengembangan (develop) meliputi dua fase: (1) penilaian
ahli (expert appraisal); dan (2) pengujian pengembangan (developmental
testing). Tahap penyebaran (dissemination) meliputi tiga fase: (1) pengujian
validitas (validating testing); (2) pengemasan (packaging); dan (3) difusi dan
adopsi (diffusion and adoption).
3. Kelebihan model pengembangan Four-D adalah model ini analisis kurikulum
dapat dilakukan pada langkah analisis ujung-depan, Memudahkan peneliti
untuk melakukan langkah selanjutnya.Suatu contoh, langka analisis tugas dan
analisis konsep dapat membantu peneliti untuk menentukan TPK. Kekurangan
model ini terletak pada analisis tugas yang sejajar dengan analisis konsep dan
tidak ditentukan analisis yang mana duluan dilaksanakan.
4. Salah satu penelitian pengembangan yang menggunakan model
pengembangan Borg dan Gall adalaah penelitian yang dilakukan oleh Nisak,
K yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe
Connected Pada Materi Pokok Sistem Ekskresi untuk Kelas IX SMP.

B. Saran
Sebaiknya dalam memilih model pengembangan dipertimbangkan
langkah-langkah, karakteristik, kelebihan, dan kekurangan model tersebut sesuai
dengan masalah yang ditemukan dan produk yang akan dikembangkan.
Daftar Pustaka

http://anrusmath.wordpress.com/2018/10/01/pengembangan/. Diakses 01 Oktober


2018.

http://bustangbuhari.wordpress.com/2018/10/01/four-d-model-model-
pengembanganperangkat-pembelajaran-dari-4D-dkk/. Diakses 01 Oktober
2018.

Mulyatiningsih, Endang. 2011. Metode Penelitian Terapan Bidang


Pendidikan.Yogyakarta : CV Alfabeta.

Nisak, K. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe


Connected Pada Materi Pokok Sistem Ekskresi untuk Kelas IX SMP. Jurnal
Pendidikan Sains e-Pensa. 1(1), 81-84.

Thiagarajan, S; Semmel, D.S; & Semmel, M.I. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Exceptional Children: A Sourcebook. Indiana: Indiana
University.

Trianto.2010. Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta : PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai