FOUR-D
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Nur Hanifah (1514041009)
Wardah Zakiyah Rosyidah (1514042002)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga makalahyang
berjudul “Model Pengembangan Four-D” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah
Pengembangan Bahan Ajar. Makalah ini disusun berdasarkan saran dan bimbingan
dari dosen pembina mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar, Prof. Dr. Nurhayati B,
M.Pd. Sebab itu kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada beliau
dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dari makalah
ini baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi menyempurnakan makalah ini.
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan menjadi salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamisdan sarat akan perkembangan. Perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan
budaya kehidupan. Perubahan ataupun perbaikan perlu dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa depan dan tuntutan masyarakat modern.
Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar.Bahan ajar berdasarkan
kecanggihan teknologi yang digunakan dibagi menjadi 5 jenis. Bahan ajar
tersebut meliputi: bahan ajar cetak, audio, audio visual, multimedia interaktif, dan
bahan ajar berbasis web. Bahan ajar cetak meliputi bahan ajar yang dicetak pada
lembaran seperti buku teks/ buku ajar, modul, handout, LKS, brosur, leaflet,
dll.bahan ajar audio berupa kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
Bahan ajar audio visual meliputi video compact disk, film. Bahan ajar multimedia
interaktif meliputi CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD),
multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based
learning materials).
Dalam mengembangkan bahan pembelajaran perlu diperhatikan model-
model pengembangan guna memastikan kualitasnya.Ada beberapa model
pengembangan pembelajaran yang biasa diterapkan, diantaranya adalah model 4D
yang diperkenalkan oleh Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan
Melvyn I. Semmel (1974). Model adalah salah satu yang menggambarkan pola
berpikir, keseluruhan konsep yang saling berkaitan dan suatu proses yang
sistematik. Model pengembangan 4D terdiri dari 4 langkah yaitu Define, Design,
Develop, danDesseminate atau diadaptasikan menjadi model 4P yaitu
pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran.
Dari beberapa model pengembangan tersebut tentu memiliki karakteristik
masing-masing yang perlu lebih dalam lagi dipahami.Maka dari itu kita peroleh
bahwa pemilihan bahan pembelajaran perlu diperhatikan dalam kesesuaian
dengan standar isi dan lebih-lebih pemilihan bahan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa. Oleh karena itu, pada makalah ini akan membahasas
mengenai model pengembangan bahan ajar 4D yang meliputi pengertian,
langkah-langkah, karakteristik, kelebihan, dan kekurangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pengembangan Four-D?
2. Bagaimana langkah-langkah model pengembangan Four-D?
3. Bagaimana Kelebihan, dan kekurangan model pengembangan Four-D?
4. Bagaimana contoh penelitian pengembangan yang menggunakan model Four-
D?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian model pengembangan Four-D
2. Mahasiswa dapat menjelaskan langkah-langkah model pengembangan Four-D
3. Mahasiswa dapat menjelaskan Kelebihan, dan Kekurangan model
pengembangan Four-D
4. Mahasiswa dapat menjelaskan contoh penelitian pengembangan yang
menggunakan model Four-D
BAB II
PEMBAHASAN
1. Analisis Pengguna
Analisis pengguna adalah langkah awal dalam tahapan diseminasi untuk
mengetahui atau menentukan pengguna produk yang telah dikembangkan. Menurut
Thiagarajan, dkk (1974), pengguna produk bisa dalam bentuk individu/perorangan
atau kelompok seperti: universitas yang memiliki fakultas/program studi
kependidikan, organisasi/lembaga persatuan guru, sekolah, guru-guru, orangtua
peserta didik, komunitas tertentu, departemen pendidikan nasional, komite
kurikulum, atau lembaga pendidikan yang khusus menangani anak cacat.
3. Waktu
Menurut Thiagarajan, dkk (1974) selain menentukan strategi dan tema,
peneliti juga harus merencanakan waktu penyebaran. Penentuan waktu ini sangat
penting khususnya bagi pengguna produk dalam menentukan apakah produk akan
digunakan atau tidak (menolaknya).
A. Kesimpulan
1. Model Four-D secara umum dapat dipandang sebagai model untuk
pengembangan instruksional (a model for instructional development).
Pengembangan model Four-D didasarkan pada pengembangan instruksional
dengan tahapan: analysis, design, dan evaluation. Awalnya model ini terdiri
atas empat tahap, yaitu: analysis, design, evaluation, dan dissemination.
Selanjutnya desain ini setelah melalui proses revisi dan pengembangan dalam
pelatihan-pelatihan yang dilakukan disebut model Four-D yang meliputi
empat tahap: define, design, develop, dan disseminate.
2. Terdapat 4 tahap dalam model pengembangan Four-D, yaitu Definisi
(Define), Desain (Design), Pengembangan (Develop), Penyebaran
(disseminate).Tahap definisi (define) meliputi lima fase: (1) analisis awal-
akhir (front-end analysis); (2) analisis pebelajar (learner analysis); (3) analisis
tugas (task analysis); (4) analisis konsep (concept analysis); dan (5) tujuan-
tujuan instruktional khusus (specifying instructional objectives). Tahap
desain (design) meliputi empat fase: (1) mengkonstruksi tes beracuan-kriteria
(constructing criterion-referenced test); (2) pemilihan media (media
selection); (3) pemilihan format (format selection); dan (4) desain awal (initial
design). Tahap pengembangan (develop) meliputi dua fase: (1) penilaian
ahli (expert appraisal); dan (2) pengujian pengembangan (developmental
testing). Tahap penyebaran (dissemination) meliputi tiga fase: (1) pengujian
validitas (validating testing); (2) pengemasan (packaging); dan (3) difusi dan
adopsi (diffusion and adoption).
3. Kelebihan model pengembangan Four-D adalah model ini analisis kurikulum
dapat dilakukan pada langkah analisis ujung-depan, Memudahkan peneliti
untuk melakukan langkah selanjutnya.Suatu contoh, langka analisis tugas dan
analisis konsep dapat membantu peneliti untuk menentukan TPK. Kekurangan
model ini terletak pada analisis tugas yang sejajar dengan analisis konsep dan
tidak ditentukan analisis yang mana duluan dilaksanakan.
4. Salah satu penelitian pengembangan yang menggunakan model
pengembangan Borg dan Gall adalaah penelitian yang dilakukan oleh Nisak,
K yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe
Connected Pada Materi Pokok Sistem Ekskresi untuk Kelas IX SMP.
B. Saran
Sebaiknya dalam memilih model pengembangan dipertimbangkan
langkah-langkah, karakteristik, kelebihan, dan kekurangan model tersebut sesuai
dengan masalah yang ditemukan dan produk yang akan dikembangkan.
Daftar Pustaka
http://bustangbuhari.wordpress.com/2018/10/01/four-d-model-model-
pengembanganperangkat-pembelajaran-dari-4D-dkk/. Diakses 01 Oktober
2018.
Thiagarajan, S; Semmel, D.S; & Semmel, M.I. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Exceptional Children: A Sourcebook. Indiana: Indiana
University.