Anda di halaman 1dari 26

FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Nama : An. B Umur : 2 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan Ruang : Delima
Nama lengkap : An. B Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Ponorogo, 12/03/ 2015 Umur : 2 tahun 4 bulan
Nama Ayah : Tn. A Umur : 36 tahun
Pekerjaan ayah : Swasta Pendidikan ayah : SMA
Nama ibu : Ny. S Umur : 31 tahun
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga Pendidikan ibu : SMA
Alamat : Sambit, Ponorogo
Masuk RS tanggal : 12/06/2017 Diagnosis masuk : GEADS

Dokter yang merawat : dr. Eko Jaenudin, Sp.A


Co- Asisten : Annisa Firdaus, S.Ked

Tanggal : 22/10/2016 Autoanamnesis dan Alloanamnesis di Bangsal Melati


KELUHAN UTAMA : Pasien mengeluhkan BAB cair lebih dari 3 kali dalam sehari
KELUHAN TAMBAHAN : Pasien juga disertai demam, lemas dan muntah 3 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang
HMRS : Pasien datang di IGD RSUD Hardjono Ponorogo pukul 04.00 pagi dengan keluhan
BAB cair sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengeluhkan jika diare sudah lebih dari 3 kali dalam sehari.
Pasien mengaku jika diare sebelumnya masih disertai ampas, namun diare terakhir sudah tidak ada
ampasnya dan berwarna kuning kehijauan.
Diare diakui tidak disertai dengan lenddir darah. Ibu pasien mengatakan jika 2 hari yang lalu juga
anaknya muntah 2 kali dalam sehari. Pasien juga demam dan lemas. Ibu pasien mengaku jika selama
diare ini pasien susah makan, namun masih mau untuk minum ASI dan air putih. Ibu Pasien
mengaku sebelumnya sudah berobat ke bidan, namun belum sembuh juga. Ibu pasien mengatakan
jika beberapa terakhir ini pasien sering minum- minuman berwarna berasa yg dijual di warung-
warung, sesaat kemudian pasien langsung BAB cair.
Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat sakit serupa : diakui, setahun yg lalu pasien mengalami gejala yg
seperti ini.
• Riwayat Asma : disangkal

1
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

• Riwayat Gastrointestinal : disangkal


• Riwayat Hipertensi : disangkal
• Riwayat Alergi : disangkal
• Riwayat DM : disangkal
1. Riwayat penyakit pada keluarga
• Riwayat sakit serupa : disangkal
• Riwayat batuk, pilek : disangkal
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat alergi obat : disangkal
• Riwayat kelainan bawaan : disangkal
2. Riwayat penyakit pada lingkungan
• Riwayat perokok : disangkal
• Riwayat batuk pilek : disangkal

3. Pohon Keluarga

Keterangan :
: Laki-Laki

: Perempuan

: Pasien

2
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

RIWAYAT PRIBADI

Riwayat kehamilan dan persalinan


a. Riwayat kehamilan ibu pasien / ANC
Ibu G1P0A0 pada usia 28 tahun. Ibu memeriksakan kehamilannya saat usia kehamilan
usia 3 bulan. selanjutnya rutin control ke bidan tiap bulan. saat hamil, ibu pasien tidak
mual dan muntah berlebihan. Tidak ada riwayat trauma maupun infeksi saat hamil.
Tekanan darah ibu dinyatakan normal dan berat badan ditimbang dinyatakan normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien / NC
Ibu melahirkan di RSUD Hardjono Ponorogo dengan usia kehamilan 38 minggu secara
normal ditolong oleh bidan.
c. Riwayat paska lahir pasien / PNC
Pasien perempuan lahir langsung menangis. Berat bayi lahir 2800gram panjang 48cm,
anus (+), tidak ditemukan cacat bawaan lahir.
d. Riwayat makanan
Umur 0-6 bulan : ASI
Umur 6- 16 bulan : ASI+ PASI+ Susu Formula.
e. Riwayat kepandaian dan perkembangan
Motorik Kasar Motorik Halus Bicara Personal Sosial
- Tengkurap 3 bulan - Mengambil - Mengoceh - Tepuk tangan
- Berdiri dengan benda 5 bulan 4 bulan usia 8 bulan
bantuan usia 10 - Makan sendiri - Memanggil - Partisipasi
bulan 13 bulan bapak ibu 9 dalam
- Berjalan dengan bulan permainan 1
baik 12 bulan tahun

f. Riwayat Vaksinasi

Hepatitis B 4 kali Pada umur : 0,2,4,6 bulan Posyandu


BCG 1 kali Pada umur : 1 bulan Posyandu
DPT 3 kali Pada umur : 2,4,6 bulan Posyandu

3
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Polio 4 kali Pada umur : 0,2,4,6 bulan Posyandu


Campak 1 kali Pada umur : 9 bulan Posyandu

g. Riwayat Sosial, ekonomi, dan lingkungan


Sosial dan ekonomi
Ayah bekerja sebagai buruh serabutan, sedangkan Ibu sebagai ibu rumah tangga di rumah.
Penghasilan ayah sebulannya 1-1,5 juta. keluarga merasa cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
b. Lingkungan
pasien tinggal bersama ayah dan ibunya serta orangtua dari ibunya (Kakek dan nenek).
Rumah pasien terbuat dari semen dengan alas semen dan ruangan terbagi menjadi 4 ruang
( 2 kamar tidur, ruang tamu dan dapur), rumah atap genteng, dinding dari tembok. Sumber
air minum dari sumur yang terletak di belakang rumah. Kamar mandi milik sendiri berada
diluar. Sehari- hari pasien tidur bersama kedua orangtuanya menggunakan kasur. Tidak
terdapat genangan air di depan maupun di belakang rumah.
h. Anamnesis sistem
Cerebrospinal : kejang (-), letargi (-)
Kardiovaskuler : demam (+), sianosis (-), keringat dingin (-)
Respiratori : batuk (-), pilek (-), sesak (-)
Gastrointestinal : muntah (+), BAB cair (+)
Urogenital : BAK (+)
Muskuloskeletal : kelainan bentuk (-), bengkak (-)
Integumentum : ruam merah (-), ikterik (-), turgor kulit (+) melambat

4
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Umur : 2 tahun 4 bulan


PEMERIKSAAN Nama : An. B
Ruang : Delima
JASMANI Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : III
PEMERIKSAAN OLEH: Annisa Firdaus, S.Ked
Tanggal 22 juni 2017 Jam 12.00 Ruang Delima
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
HR : 140 x/menit
RR : 38 x/menit
Suhu : 37,9ºC
Sp02 : 99

PEMERIKSAAN KHUSUS
Kulit : ruam merah (-), sianosis (-), ikterik (-)
Kepala : normocephal, rambut berwarna sedikit kemerahan, tidak mudah dicabut, ubun- ubun
bulat cekung (-), kelopak mata cowong (+/+), oedem palpebra (-/-), reflek cahaya direct (+/+).
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), reflek cahaya (-/-), pupil bulat isokor
(+/+), air mata (-/-)
Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Mulut : mukosa bibir kering (-), sianosis (-), stomatitis (-)
Leher : pembesaran limfonodi leher (-), massa (-) kaku kuduk (-)
Telinga : simetris bentuk normal, membalik segera setelah dilipat, tulang rawan tebal, liang
telinga lapang, discharge (-)
Thorak
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : batas kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
batas kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra

5
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

batas kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra


batas kiri bawah : SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur sistolik (+) di katup mitral penjalaran
di lateral, gallop (-).
Paru
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)
Depan Retraksi dinding dada (- Retraksi dinding dada (-
) )
Palpasi Fremitus (n) massa (-) Fremitus (n) massa (-)
Perkusi Sonor (+) Sonor (+)
Auskultasi SDV (+), Rh (-), Wh (-) SDV (+), Rh (-), Wh (-)
Inspeksi Simetris Simetris
Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)
B
Palpasi Fremitus (n) Fremitus (n)
massa (-) massa (-)
Belakang Perkusi Sonor (+) Sonor (+)
Auskultasi SDV (+), Rh (-), Wh (-) SDV (+), Rh (-), Wh (-)

Abdomen
Inspeksi : distended (+), eritem (-)
Auskultasi : peristaltik (+) meningkat
Perkusi : Flatulensi (+)
Palpasi : turgor kulit (+) melambat, nyeri tekan (-)
Hepar : tidak teraba membesar
Lien : tidak teraba membesar
Anogenital : tidak ada kelainan
Ekstremitas : akral hangat (+), deformitas (-), kaku sendi (-), sianosis (-),
edema (-), eritem (+)

6
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan : bebas bebas bebas bebas
Tonus : normal normal normal normal
Trofi : eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Klonus Tungkai : (-) (-) (-) (-)
Reflek fisiologis : biceps (+) normal, triceps (+) normal, reflek patella (+) normal
achiles (+) normal
Refleks patologis : babinski (-), chaddock (-), oppenheim (-), gordon (-), rosolimo (-)
Meningeal Sign : kaku kuduk (-), brudzinski I (-), brudzinski II (-), brudzinski III (-)
brudzinski IV (-)
Sensibilitas : dalam batas normal

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH LENGKAP DAN KIMIA DARAH


(20 juni 2017)
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. Leukosit 4000 uL 4000-10000 /uL
2. Eritrosit 4.82 uL 3,5-5,5 / uL
3. Hemoglobin 13.4 gr/dl 11-16 g/dl
4. Hematokrit 40.7 % 37-54%
5. MCV 73.6 femtoliter 82-92 fl
6. MCH 24.8 Pikograms 27-31 pg
7. MCHC 31,4 g/dl 32-36 g/dl
8. Trombosit 301 uL 150.000-300.000/uL
9. Limfosit 34.2 % 20-40%

7
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

RINGKASAN ANAMNESIS
Pasien datang di IGD RSUD Ponorogo dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari yang lalu
sebanyak lebih dari 3 kali sehari. diare tidak disertai dengan lendir darah. BAB cair berwarna
kuning kehijauan. Diare mulanya masih ada ampasnya, namun semakin sering ampasnya semakin
hilang dan hanya tersisa air. Sebelumnya 2 hari yang lalu pasien juga mengeluhkan panas dan
muntah.
Ibu Pasien mengaku jika anaknya lemas. Keadaan umum tampak lemah, ubun- ubun bulat
cekung, mata cowong, pasien menangis namun tidak mengeluarkan air mata, bibir tidak kering,
turgor kulit melambat dan pada pemeriksaan abdomen didapatkan peristaltic meningkat.

DIAGNOSA KERJA
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan sedang
RENCANA TINDAKAN
Atasi muntah, BAB cair, rehidrasi cairan dan monitoring KU
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanam : Dubia ad bonam

FOLLOW UP

Tgl S O A P

22 Juni Pasien Keadaan Umum : lemah GEADS Lapixim 3x1/3gr


2017 mengeluhkan Kesadaran : compos H+1
Zinc Oral
mencret 2x dalam mentis
(Lobasim,tiris,dumocasim)
semalam, BAB TANDA VITAL :
cair (+), banyak HR : 120 x/menit L-Bio 1x1
(+), warna kuning RR : 36 x/menit
Sanmol dan Falektik syr
kehijauan (+) Suhu : 36,4ºC
lemas (+), mual Kepala: normal

8
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

(+), agak sedikit Leher : PKGB (-).


pusing (+), makan Thorax :sdv (+/+), rh (-/-),
masih sulit, wz (-)
minum ASI (+). Abdomen: distended (-),
peristaltik(+) meningkat,
kembung (+).
Ekstremitas : akral hangat
Kulit: turgor normal
LAB:

23 Juni Pasien Keadaan Umum : lemah GEADS Lapixim 3x1/3gr


2017 mengeluhkan Kesadaran : compos H+2
Zinc Oral
semalam BAB tdk mentis
(Lobasim,tiris,dumocasim)
cair, sedikit (+), TANDA VITAL :
warna kuning HR : 80x/menit L-Bio 1x1
kehijauan (+) RR : 25x/menit
Sanmol dan Falektik syr
lemas (+), mual Suhu : 37,4 ºC
(+), agak sedikit Kepala: normal
pusing (+), mulai Leher : PKGB (-).
mau makan, Thorax :sdv (+/+), rh (-/-),
minum ASI (+). wz (-)
Auskultasi jantung :
murmur sistolik
Abdomen: distended (-),
peristaltik normal
Ekstremitas : akral hangat
Kulit: turgor baik

24 Juni Pasien sudah Keadaan Umum : Cukup GEADS Lapixim 3x1/3gr


2017 tidak BAB cair, Kesadaran : compos
Zinc Oral
kembung (-), mentis
(Lobasim,tiris,dumocasim)
muntah (-), mual TANDA VITAL :

9
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

(-), lemas (+) HR : 100x/menit L-Bio 1x1


sedikit, BAB RR : 38x/menit
Sanmol dan Falektik syr
berwarna kuning. Suhu : 36,2 ºC
Kepala: normal
Leher : PKGB (-).
Thorax :sdv (+/+), rh (-/-),
wz (-)
Auskultasi jantung :
murmur sistolik
Abdomen: distended (-),
peristaltik (+) meningkat.
Ekstremitas : akral hangat
Kulit: turgor baik

10
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

RESUME
Pasien seoang perempuan usia 2 tahun 4 bulan datang ke IGD RSUD Hardjono
Ponorogo dengan keluhan BAB cair lebih dari 3 kali sehari sejak 2 hari yang lalu. BAB
cair awalnya disertai ampas, namun hari ini mengeluhkan jika sudah tidak disertai
ampas (air). BAB cair tiddak disertai dengan lendir darah.

Pasien juga mengalami panas dan muntah 3 hari yang lalu. Sudah dibawa ke
praktek bidan, namun belum juga sembuh. Ibu pasien mengatakan jika BAB hari ini
berwarna kuning kehijauan. Ibu pasien mengatakan jika anaknya sudah sering masuk ke
RS tepatnya 3 kali ini dengan keluhan yg sama. Beberapa hari sebelum masuk RS, ibu
pasien mengakui jika anaknya minum- minuman berasa yang biasa dijual di warung-
warung terdekat.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan anak lemah dan rewel dengan
kesadaran compos mentis. Tanda vital pada pasien didapatkan HR 80x/menit, RR
25x/m dan suhunya 37,4˚C. pada pemeriksaan fisik didapatkan ubun- ubun bulat
cekung, mata cowong, pasien menangis namun tidak mengeluarkan air mata, bibir tidak
kering. Pada turgor kulit didapatkan melambat. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan
gerakan peristaltic yg meningkat. Terdapat kembung. Pemeriksaan jantung, paru dalam
batas normal. pasien masih mau minum ASI dan air putih namun tidak mau makan.
Penegakan Diagnosis
Temuan Abnormal Assesment Planning terapi Planning monitoring
- Muntah sejak 3 GEADS Lapixim - Terapi cairan
hari yang lalu 3x1/3gr
- Panas sejak 3 hari
Zinc Oral
yang lalu
(Lobasim,tiris,d
- BAB cair sejak 2
umocasim)
hari yang lalu
- Frekuensi BAB L-Bio 1x1
cair sudah 10x
Sanmol dan
- BAB tidak
Falektik syr
disertai lendir dan
sedikit ada

11
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

ampasnya
- RPD: penyakit
serupa diderita
pasien setahun yg
lalu
- Px. Fisik : mata
cowong (+), bibir
kering (-), nafas
cuping hidung (-),
peristaltic (+)
meningkat, turgor
kulit (+) normal.

PROGNOSIS

Qua ad Vitam : Dubia ad Bonam

Qua ad Functionam : Dubia ad Bonam

Qua ad Sanationam : Dubia ad Bonam

12
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar yang cair atau lebih lunak yang biasanya
minimal 3 kali dalam 24 jam. Seringkali perubahan konsistensi kotoran lebih
penting dibandingkan frekuensi buang air besar. Penyakit diare merupakan
penyebab kematian kedua tertinggi pada anak di bawah 5 tahun dengan jumlah
sekitar 760.000 kematian per tahun. Secara global, sekitar 1,7 miliar kasus diare
terjadi setiap tahun dan diare menjadi penyebab utama malnutrisi pada anak di
bawah 5 tahun. Namun, penyakit diare masih dapat dicegah dan diobati.

Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu:

2. Etiologi
a. Infeksi
Penyebab diare akibat infeksi tergolong menjadi virus, bakteri, dan
parasit. Dua tipe dasar diare akut infeksi adalah inflamasi dan non-
inflamasi.
b. Non-infeksi
Penyebab diare non-infeksi antara lain kesulitan makan, defek anatomis,
malabsorpsi, endokrinopati, keracunan makanan, neoplasma, dan lain-
lain (seperti inflammatory bowel disease dan gangguan motilitas usus).

3. Mekanisme
c. Sekresi
Keadaan ini terjadi ketika sistem transport pada epithelial
intestinal berada pada fase aktif yang disebabkan oleh secretagogue.
Osmolalitas feses diketahui berdasarkan elektrolit dan ion gap dengan
nilai 100mOsm/kg atau kurang.
d. Osmotik
Mekanisme ini terjadi setelah masuknya zat kurang diserap akibat
zat tersebut memang sulit diserap atau tidak diabsorpsi dengan baik
karena gangguan pada usus halus. Karbohidrat yang tidak terabsorpsi
akan difermentasi oleh bakteri di kolon sehingga terbentuk asam lemak

13
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

rantai pendek. Meskipun asam lemak rantai pendek dapat diserap di


kolon dan digunakan sebagai energy, asam lemak tetap menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik di lumen. Osmolalitas feses tidak dapat
diterangkan berdasarkan elektrolit pada feses dan nilai anion gap lebih
dari 100 mOsm.
4. Lama/durasi
e. Diare akut
Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
f. Diare kronik
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi
g. Diare persisten
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi

Tabel 1. Diagnosis Diferensial Diare Akut

Gastroenteritis adalah infeksi pada saluran gastrointestinal oleh bakteri, viral,


atau parasit. Kebanyakan infeksi tersebut adalah penyakit yang berasal dari makanan.
Manifestasi yang paling sering adalah diare dan muntah, meskipun bisa terdapat juga
keluhan sistemik, seperti nyeri abdomen dan demam. Infeksi virus, terutama rotavirus,
merupakan penyebab dari 75-90% kasus. Patogen bakterial menyebabkan 10-20% kasus
dan parasit menyebabkan kurang dari 5% kasus. Patogen gastroenteritis menyebabkan
gejala melalui beberapa mekanisme, yaitu membentuk toksin atau bersifat invasif. Hal
tersebut menyebabkan respon inflamasi atau non-inflamasi pada mukosa usus.

14
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

a. Diare non-inflamasi
Diare non-inflamasi dapat disebabkan oleh enteropatogen melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel vili oleh virus, perlekatan oleh parasit,
dan perlekatan dan/atau translokasi oleh bakteria.
b. Diare inflamasi
Diare inflamasi biasanya disebabkan oleh bakteri yang langsung menginvasi
usus atau memproduksi sitotoksin dengan konsekuensi cairan, protein, serta sel
(leukosit dan eritrosit) yang memasuki lumen usus.

Faktor resiko mayor gastroenteritis adalah kontaminasi lingkungan dan


peningkatan paparan terhadap enteropatogen. Faktor resiko tambahan adalah usia muda,
imunodefisiensi, campak, malnutrisi, dan kurangnya ASI. Kebanyakan kasus diare
selesai dalam 1 minggu, tetapi pada sebagian kecil kasus berlanjut sampai lebih dari 2
minggu. Hal ini menyebabkan 50% dari keseluruhan kematian akibat diare. Selain itu,
episode diare akut yang sering dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan menyebabkan
kerentanan terhadap diare persisten, malnutrisi protein kalori, dan infeksi sekunder.
Episode prolonged acute diarrhea dalam 7-13 hari juga berhubungan dengan gangguan
nutrisi yang lebih berat.
Manifestasi klinis diare bergantung dari patogen dan dosis inokulum. Demam
biasanya terjadi akibat proses peradangan atau akibat dehidrasi sehingga lebih umum
terjadi pada penderita diare inflamasi. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang
terjadi pada perut bagian bawah serta rektum menunjukkan daerah yang terkena adalah
usus besar. Mual dan muntah merupakan gejala non-spesifik tetapi dapat menandakan
adanya organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas (contoh enterik virus,
enterotoksin bakteri, Giardia, cryptosporodium). Selain itu, muntah juga sering terjadi
pada diare non-inflamasi.

Tabel 2. Gejala Klinis berdasarkan Patogen

Gejala Klinik Rotavirus S h i g e l a Salmonela E T E C E I E C K o l e r a

Masa Inkubasi 17-72 jam 24-48 jam 6 - 7 2 j a m 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam

D e m a m + + + + +  + + -

15
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Mual muntah serin g jarang s eri n g + - Sering

Nyeri perut t enesmu s Tenesmus kram Tenesmus kolik - Tenesmus kram K r a m

Nyeri kepala - + + - - -

Lama sakit 5 - 7 h a r i >7 hari 3 -7 h ar i 2-3 hari variasi 3 hari

Sifat Tinja

Volume Sedang Sedikit S ediki t Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5-10 kali/hari > 10 kali/hari Sering Sering S e r i n g Terus menerus

Konsistensi C a i r L e m b e k L e m b e k C a i r Lembek C a i r

D a r a h - Sering Kadang - + -

B a u L a n g u + B u s u k + T i d a k Amis khas

W a r n a Kuning hijau merah-hijau Kehijauan Tak berwarna Merah-hijau Air cucian beras

Leukosit - + + - - -

L a i n - l a i n anoreksia kejang s e p s i s meteorismus Infeksi sistemik +

Manifestasi lain bergantung pada komplikasi, yaitu dehidrasi dan gangguan


elektrolit.

f. Patofisiologi
diare yang disebabkan oleh virus pada manusia secara selektif menginfeksi dan
meghancurkan sel- sel ujung- ujung villus pada usus halus. Hal ini menyebabkan
fungsi absorsi usus halus terganggu. Sel- sel epitel usus halus yang rusak diganti
oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang, sehingga fungsinya
belum baik. Villus mengalami atrofi sehingga tidak dapat mengabsorbsi cairan dan
makanan dengan baik. Selanjutnya cairan dan makanan yang tidak dapat diserap
akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus
sehingga cairan beserta makanan yang tidak diserap akan terdorong keluar usus
melalui anus, menyebabkan terjadinya diare.

16
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Tabel 3. Gejala dan Tanda Derajat Dehidrasi

4. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Total body water (TBW) adalah persentase cairan tubuh terhadap berat badan.
Persentase tersebut berubah seiring dengan bertambahnya usia. Saat neonatus, TBW
sekitar 75%. Namun, pada saat berusia 1 tahun TBW menjadi 60% dan akan tetap pada
keadaan ini sampai mencapai pubertas.

17
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Larutan tubuh terbagi menjadi larutan intraseluler dan larutan ekstraseluler.


Larutan ekstraseluler terbagi kembali menjadi cairan interstitial dan plasma.
Persentasenya terhadap berat badan adalah cairan intraseluler 30-40%, interstitial 15%,
dan plasma 5%. Cairan intravaskular atau plasma merupakan cairan yang penting untuk
menjaga perfusi tubuh. Volume cairan intravaskular dijaga oleh tekanan hidrostatik dan
tekanan onkotik.

Komposisi elektrolit, yang terbagi menjadi anion dan kation, pada cairan
intraseluler dengan cairan ekstraseluler sangat berbeda. Adanya molekul intraseluler
yang tidak dapat melewati membrane sel menyebabkan perbedaan komposisi anion.
Sedangkan perbedaan distribusi kation disebabkan karena adanya pompa Na+-K+-
ATPase yang secara aktif mengeluarkan natrium dari sel dan memasukkan potasium ke
dalam sel.

Grafik 2. Komposisi Elektrolit Cairan Tubuh

Cairan tubuh juga memiliki osmolalitas. Cairan intraseluler dan ekstraseluler


berada pada keseimbangan osmolalitas karena membran sel permeabel terhadap air
sehingga perubahan osmolalitas pada salah satu cairan akan mengakibatkan

18
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

perpindahan air dari osmolalitas rendah ke tinggi sehingga akan menjaga keseimbangan
osmolalitas. Osmolalitas plasma memiliki nilai normal 285-295 mOsm/kg dan diukur
berdasarkan perhitungan.

5. Diagnosis dan Tata Laksana Diare


Diagnosis diare ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.

b. Anamnesis
Hal yang perlu ditanyakan adalah lama diare, frekuensi, volume, konsistensi
tinja, warna, bau, dan ada tidaknya lendir dan darah. Bila disertai muntah, perlu
ditanyakan volume dan frekuensinya. Buang air kecil juga perlu ditanyakan apakah
seperti biasa ataukah terjadi perubahan, seperti berkurang atau tidak kencing dalam 6-8
jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare juga perlu
ditanyakan. Keluhan demam dan penyakit lain yang menyertai juga perlu ditanyakan.
Selain gejala pada pasien, tindakan yang sudah dilakukan selama anak diare juga perlu
ditanyakan.

c. Pemeriksaan Fisik
Hal yang perlu diperiksa pada pemeriksaan fisik adalah berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Selanjutnya, perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi, yaitu kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen serta
tanda tambahan lain, seperti ubun-ubun besar cekung, mata cekung, air mata, dan
keringnya bibir, mukosa mulut, dan lidah. Pernapasan yang cepat dan dalam
menandakan kemungkinan terjadinya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau
tidak ada dapat menandakan terjadinya hipokalemia. Selain itu, pemeriksaan
ekstremitas perlu dilakukan untuk menghitung perfusi dan capillary refill time sehingga
dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

19
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

d. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan dan
diindikasikan pada keadaan tertentu, seperti penyebab dasar yang tidak diketahui atau
adanya dehidrasi berat.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:

 Pemeriksaan darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, kultur
dan tes kepekaan terhadap antibiotika
 Pemeriksaan urin : urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap
antibiotika
 Pemeriksaan tinja : pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.

Tata laksana diare akut menurut WHO dilakukan sesuai dengan derajat
dehidrasi. Berdasarkan WHO, klasifikasinya adalah diare tanpa dehidrasi, diare dengan
dehidrasi ringan-sedang, dan diare dengan dehidrasi berat.

Tabel 3. Derajat Dehidrasi

Setelah mengetahui diare dengan derajat dehidrasi, tata laksananya terbagi


menjadi rencana terapi A untuk diare tanpa dehidrasi, rencana terapi B untuk diare
dengan dehidrasi ringan-sedang, dan rencana terapi C untuk diare dengan dehidrasi
berat.

20
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Tabel 4. Rehidrasi Cairan berdasarkan Derajat Dehidrasi

a. RENCANA TERAPI B

Umur Lebih dari 4 4-12 bulan 12 bulan-2 2-5 tahun

bulan tahun

Berat badan <6kg 6-<10kg 10-<12kg 12-19kg

Dalam ml 200-400 400-700 700-900 900-1400

b. RENCANA TERAPI C

 Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit,

sewaktu cairan IV dimulai. Beri 100ml/KgBB cairan ringer laktat/ normal salin

atau ringer asetat bila ringer laktat tidak tersedia.

usia Pemberian pertama Kemudian 70ml/kg

50ml/kg dalam dalam

Bayi < 1 tahun 1 jam 5 jam

Anak 1-5 tahun 50 menit 2 ½ jam

 Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba

 Nilai kembali penderita tiap 1- 2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai, percepat

tetesan intra vena.

21
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

 Juga berikan oralit (5ml/kgBB/jam) bila penderita bisa minum, biasanya

setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)

 Setelah 6 jam (bayi) dan 3 jam (anak) nilai lagi penderita.

Lintas Diare merupakan singkatan dari Lima Langkah Tuntaskan Diare yang
terdiri dari:

1. Berikan oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, yaitu natrium klorida, kalium
klorida, dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk
mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Oralit
disiapkan dengan memasukkan satu bungkus oralit ke dalam satu gelas air
matang dengan volume sekitar 200cc. Oralit diberikan sebanyak 50-100 cc
setiap kali buang air besar pada anak kurang dari 1 tahun dan sebanyak 100-200
cc setiap kali buang air besar pada anak lebih dari 1 tahun.

Terdapat oralit baru dan oralit lama, yaitu oralit WHO/UNICEF 2004 dan oralit
WHO/UNICEF 1978. Perbedaannya terdapat pada tingkat osmolaritasnya, yaitu
oralit baru 245 mmol/L dan oralit lama 331 mmol/L. Oralit baru dapat
mengurangi volume tinja hingga 25%, mual-muntah hingga 30%, dan pemberian
cairan intravena.

2. Berikan tablet zinc selama 10 hari berturut-turut


Zinc merupakan salah satu mikronutrien. Diare menyebabkan penurunan zinc
sehingga dibutuhkan suplementasi tambahan zinc. Zinc diberikan satu kali sehari
selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah berhenti. Dosisnya adalah ½
tablet (10 mg) per hari untuk balita usia kurang dari 6 bulan dan 1 tablet (20 mg)
per hari untuk balita lebih dari sama dengan 6 bulan.

3. Teruskan ASI-makan
ASI dan makanan sesuai dengan usia anak harus tetap diteruskan untuk
mencegah kehilangan berat badan dan mengganti nutrisi yang hilang.

22
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

4. Berikan antibiotik secara selektif


Tidak seluruh diare diberikan antibiotik. Antibiotik diberikan hanya bila terdapat
indikasi, yaitu diare berdarah atau kolera. Antibiotik diberikan pada diare
dengan etiologi:

Tabel 6. Etiologi Diare dan Antibiotik


Etiologi Antibiotik Pilihan Alternatif

Kolera - Tetrasiklin 12,5mg/kgBB 4x - Erytromicin 12,5mg/KgBB 4x

sehari selama 3 hari sehari selama 3 hari.

Dhisentri Shigella - Ciprofloxacin 15mg/KgBB 2x - Cefriaxone 50-100mg/KgBB 1x

sehari selama 3 hari sehari IM selama 2-5 hari

Amoebiasis Metronidazole 10mg/KgBB 3x sehari selama 5 hari (10 hari bila kasus berat)

Giardiasis Metronidazole 5mg/KgBB 3x sehari selama 5 hari

5. Berikan nasihat pada ibu/keluarga


Orang tua diberikan nasihat agar segera membawa anaknya ke rumah
sakit apabila ditemukan demam, tinja berdarah, berulang, makan/minum sedikit,
sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari

23
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien adalah bayi berusia 2 tahun 4 bulan datang dengan buang air besar cair
sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Buang air besar cair sebanyak lebih dari 3 kali
sehari. Dalam waktu 3 hari sudah dapat dikategorikan sebagai diare akut, yaitu adanya
perubahan konsistensi feses dan peningkatan frekuensi buang air besar. Penyebab diare
akut dapat berasal dari infeksi dan non-infeksi. Oleh karena itu, penyebab infeksi lebih
mungkin dengan epidemiologi penyebab diare akut adalah gastroenteritis. Secara
epidemiologi, sebagian besar penyebab gastroenteritis adalah infeksi virus, terutama
rotavirus. Deskripsi feses yang cair, berwarna kuning, tanpa lendir dan tanpa darah,
sebanyak lebih dari 3 kali dalam sehari , dan volume ½ gelas tiap kali buang air besar.
Selain itu, terdapat juga demam serta mual dan muntah berisi makanan yg dimana gejala
tersebut sudah terjai 3 hari yang lalu. Berdasarkan gejala klinis, diare pada kasus cocok
dengan diare yang disebabkan oleh infeksi rotavirus.
Derajat dehidrasi perlu dicari tahu setelah diare diketahui. Pasien dikatakan
semakin sering minum dibandingkan biasanya dan lebih rewel dibandingkan biasanya.
Kedua gejala tersebut merupakan gejala dehidrasi ringan-sedang menurut WHO.
Namun, pasien menjadi lebih diam dibandingkan biasanya sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit meskipun masih sering minum. Berdasarkan gejala tersebut, pasien
dikategorikan mengalami dehidrasi derajat ringan-sedang.
Di instalasi gawat darurat, didapatkan kesadaran kompos mentis dan suhu tubuh 380C.
Selain itu, diketahui frekuensi nadi 140 kali/menit dan frekuensi napas 28 kali/menit.
Selain itu, didapatkan ubun-ubun besar cekung, mata cekung, air mata tidak keluar,
turgor menurun, tetapi akral hangat. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tersebut
ditambah dengan hasil anamnesis, diketahui bahwa pasien berada pada keadaan
dehidrasi ringan-sedang. Berdasarkan hasil laboratorium tidak didapatkan leukositosis
yang dapat menandakan infeksi sistemik atau adanya infeksi bacterial serta tidak adanya
gangguan elektrolit yang menyertai diare. Di ruang rawat inap pasien masih tetap
mengalami dehidrasi ringan-sedang. Oleh karena itu, di ruang rawat inap pasien masih
tetap diberikan Lapixim 3x1/3gr , Zinc Oral (Lobasim,tiris,dumocasim), L-Bio 1x1 dan
Sanmol serta Falektik sirup.

24
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

DAFTAR PUSTAKA

1. Dadiyanto Dwi W, dkk. 2011. Ilmu Kesehatan Anak. Depertemen Ilmu


Kesehatan Anak FK Undip. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Infeksi Dan Pediatri Tropis. Badan
penerbit IDAI. Jakarta, 2010.

3. Ikatan Dokter Indonesia. 2003. Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Indonesia.

4. Pudjiadi Antonius H, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis (Jilid pertama).


Ikatan Dokter Anak Indonesia..

5. Pusponegoro Hardiono D, dkk. 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan


Anak. Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.

6. Staf Pengajar FKUI. 2005. Ilmu Kesehatan Anak (Jilid kedua). Jakarta: FKUI.

7. WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Depkes.
Jakarta. Indonesia.

25
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 24 68 28
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

26

Anda mungkin juga menyukai