Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun
lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami
hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit
mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi
negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang
sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam
kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan
menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk
mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang
timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan
memunculkan gangguan kejiwaan.
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga
diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui
jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak
pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah
adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri,
merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya
diri kurang, kadang sampai mencederai diri (Townsend, 1998).
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang
yang dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan
tersebut sangat mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya
sehingga mengganggu harga diri seseorang.
Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian
yang buruk dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan
kepercayaan dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-

1
apa lagi, semua yang telah dikerjakannya salah, merasa dirinya tidak berguna,
dan masih banyak prasangka-prasangka negative seorang individu kepada
dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat muncul kembali.
Termasuk bantuan dari seorang perawat. Perawat harus dapat menangani
pasien yang mengalami diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik
menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana laporan pendahuluan untuk pasien dengan harga diri rendah ?
2. Bagaimana strategi pelaksanaan tindakan keperawatan dengan pasien
harga diri rendah ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mempelajari laporan pendahuluan untuk pasien dengan harga diri rendah ?
2. Mengetahui strategi pelaksanaan tindakan keperawatan dengan pasien
harga diri rendah ?
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk memberikan kemudahan bagi tenaga medis khususnya perawat


sehingga dapat lebih memudahkan dalam mengetaahui bagaimana laporan
pendahuluan dan strategi yang digunakan dalam merawat pasien dengan
harga diri rendah.
2. Bagi masyarakat umum dapat menggunakan makalah ini untuk menambah
ilmu pengetahuan dan bagaimana harus menghadapi orang dengan harga
diri rendah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Laporan Pendahuluan

2.1.1 Pengertian Harga Diri Rendah

Harga diri rendah adalah keadaan di mana individu mengalami/berisiko


mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri (Carpenito, 2007)

Harga diri rendah adailah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisis seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri
(Stuart dan Sundeen, 2007)

Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, serta merasa gagal mencapai keinginan (Dalami
dkk., 2009)

Harga diri rendah situasional adalah perasaan diri/evaluasi diri negatif yang
berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri
seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (Wilkinson, 2007)
dan bila tidak diatasi dapat menyebabkan harga diri rendah kronis.

Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami trauma terjadi
secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, cerai, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan KKN, dipenjara secara tiba-tiba (Dalami dkk., 2009).

Menurut Townsend (1998:189) Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari
perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun
tidak langsung.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah
suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal
mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung,
penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.

3
2.1.2 Tanda dan Gejala

Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, BA (1994 : 200; perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:

a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.

b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan

c. Perasaan tidak mampu.

d. Rasa bersalah.

e. Sikap negatif pada diri sendiri

f. Sikap pesimis pada kehidupan

g. Keluhan sakit fisik.

h. Pandangan hidup yang terpolarisasi

i. Menolak kemampuan diri sendiri.

j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri

k. Perasaan cemas dan takut.

I. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.

m. Ketidakmampuan menentukan tujuan.

Data Obyektif :

a. Produktivitas menurun.

b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.

c. Perilaku distruktif pada orang lain.

d. Penyalahgunaan zat

e. Menarik diri dari hubungan sosial.

f. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah

g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

4
h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah

2.1.3 Penyebab

Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya sistem pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi
sistem keluarga

serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998:366).


Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping invidu tidak efektif adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu
ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan
adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau
kognitif). Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998:312) koping individu tidak
efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan
masalah seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran. Dari
pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, individu yang mempunyai
koping individu tidak efektif akan menunjukkan ketidakmampuan dalam
menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan masalah tuntutan hidup serta
peran yang dihadapi. Adanya koping individu tidak efektif sering ditujukan
dengan perilaku (Carpenito, L.J, 1998 83): Townsend, M.C 1998:313) sebagai
berikut:

a. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau menerima


bantuan

b. Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan.

c. Mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran.

Data Obyektif:

a. Perubahan partisipasi dalam masyarakat.

b. Peningkatan ketergantungan

5
c. Memanipulasi orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi keinginan
sendiri

d. Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku

e. Perilaku distruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain.

f. Memanipulasi verbal/perubahan dalam pola komunikasi

g. Ketidakmampuan untuk memenuhl kebutuhan-kebutuhan dasar

h. Penyalahgunaan obat terlarang.

2.1.4 Akibat

Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial menarik diri, isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah
laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial
(DepKes RI, 1998 : 336). Isolasi sosial menarik diri sering ditujukan dengan
perilaku antara lain:

Data Subyektif

a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan.

b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.

c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.

Data Obyektif

a. Kurang spontan ketika diajak bicara.

b. Apatis.

c. Ekspresi wajah kosong

d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal.

e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara

6
2.1.5 Pohon Masalah

2.1.6 Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.


2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping
individu.

2.1.7 Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri dengan harga diri rendah.

1) Tujuan umum

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

2. Tujuan khusus dan intervensl

a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya

1) Kriteria evaluasi:

a) Ekspresi wajah klien bersahabat

b) Menunjukkan rasa tenang dan ada kontak mata.

c) Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama.

d) Mau menjawab salam dan mau duduk berdampingan dengan perawat.

e) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

2) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi


terapeutik :

a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.

b) Perkenalkan diri dengan sopan.

7
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d) Jelaskan tujuan pertemuan.

e) Jujur dan menepati janji.

f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

Rasional:

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi


selanjutnya

b. TUK ll: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.

1) Kriteria evaluasi:

Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien:

a) Kemampuan yang dimiliki klien.

b) Aspek positif keluarga.

c) Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.

2) Intervensi

a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

Rasional:

Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau
integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.

b) Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negatif.

Rasional:

Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.

8
c) Usahakan memberi pujian yang realistik

Rasional:

Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena
ingin mendapatkan pujian.

c. TUK III: Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

1) Kriteria evaluasi

Klien menilai kriteria yang dapat digunakan.

2) Intervensi

a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan dalam sakit.

Rasional:

Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki prasarat untuk


berubah

b) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan penggunaannya

Rasional:

Pengertian tentang kemampuan yang masih dimiliki klien memotivasi untuk tetap
mempertahankan penggunaannya.

d. TUK Ⅳ : Klien dapat merencanakan kegiatan dengan kemampuan yang


dimiliki,

1) Kriteria evaluasi

Klien membuat rencana kegiatan harian

2) Intervensi

9
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
dengan kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian,
kegiatan yang membutuhkan bantuan total

Rasional:

Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri

b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

Rasional:

Klien perlu bertindak secara realistik dalam kehidupannya

c) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien.

Rasional:

Contoh perilaku yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan
kegiatan

e. TUK V: Klien dapat melaksanakan kegiatan yang boleh dilakukan

1) Kriteria evaluasi

Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.

2) Intervensi

a) Berkesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan

Rasional:

Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan


harga diri klien.

b) Beri pujian atas keberhasilan klien.

Rasional:

Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien

c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

10
Rasional:

Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa
dilakukan

f. TUK VI : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada keluarga.

1) Kriteria evaluasi

Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.

2) Intervensi

a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.

Rasional:

Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah.

b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

Rasional:

Support sistem keluarga akan sangat mempengaruhi dalam mempercepat proses


penyembuhan klien

c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah

Rasional:

Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.

2.2 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Berikut ini beberapa strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada masalah


Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah. Mulai dari strategi pelaksanaan
pertemuan ke I sampai pertemuan ke IV.

2.2.1 Strategi Pelaksanaan Pertemuan ke I

11
A. Proses Keperawatan

1. Kondisi

a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna.

b. Klien menunjukkan ekspresi wajah malu

c. Klien mengatakan "tidak bisa" ketika diminta melakukan sesuatu.

d. Klien tampak kurang bergairah.

e. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada kelebihannya.

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Tujuan Khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Sp)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

"Selamat pagi Bu, saya Indah Suryani, saya mahasiswa Akper Dep Kes
Magelang yang sedang praktik di Rumah Sakit ini", lbu bisa panggil saya
Suster Indah atau Suster Ani".

"Nama ibu siapa ?"..... o o begitu, "lbu lebih senang dipanggil siapa ?". "o o
o ibu Siti".

"saya akan menemani ibu kurang lebih 2 minggu, jadi kalau ada yang
mengganggu pikiran Ibu, bisa bilang saya, siapa tahu saya bisa bantu".

b. Evaluasi/Validasi

"Bagaimana perasaan Ibu saat ini ? ........ o o o begitu".

12
"Coba ceritakan pada saya, apa yang dirasakan di rumah, hingga dibawa ke
RSJ?

c. Kontrak

1) Topik

"Maukah ibu Siti bercakap-cakap dengan kemampuan yang dimiliki serta


hoby yang sering dilakukan di rumah ?”

2) Tempat

"Ibu Siti lebih suka bercakap-cakap dimana ?, o o o.....di teras, baiklah"

3) Waktu

"Kita mau bercakap-cakap berapa lama ?",

Bagaimana kalau 10 menit saja ?"

2. Kerja

"Kegiatan apa saja yang sering ibu Siti lakukan di rumah?" memasak, mencuci
pakaian, bagus itu". Terus kegiatan apalagi yang bisa ibu lakukan?".

"Kalau tidak salah ibu juga senang menyulam ya ?", wah bagus sekali!

"Bagaimana kalau ibu Siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang


dimiliki?", terus ....... Apa lagi.

"Bagaimana dengan keluarga ibu Siti, apakah mereka menyenangi apa yang
ibu lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja ibu ?"

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

"Bagaimana perasaan ibu Siti selama kita bercakap-cakap ?", "Senang


Terima kasih !"

b. Evaluasi Obyektif

13
“Tolong ibu Siti ceritakan lagi kemampuan dan kegiatan yang sering ibu
lakukan? Bagus",

"terus bagaimana tanggapan keluarga terhadap kemampuan dan kegiatan


yang ibu lakukan ?"

c. Rencana Tindak Lanjut

"Baiklah Bu Siti, nanti ibu ingat-ingat lagi ya, kemampuan ibu yang lain dan
belum sempat ibu ceritakan kepada saya ?", besok bisa kita bicara lagi".

d. Kontrak

1) Topik

"Bagaimana kalau kita bicarakan kembali kegiatan/kemampuan yang


dapat Ibu Siti lakukan di Rumah Sakut dan Rumah ?".

2) Tempat

Tempatnya mau dimana Bu ?"

3) Waktu

"Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?". Bagaimana kalau 15 menit ?"
"Setuju !"

"Sampai bertemu lagi besok ya, Bu Siti".

2.2.2 Strategi Pelaksanaan Pertemuan ke II

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi

a. Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat.

b. Klien telah mengetahui/dapat mengenal beberapa kemampuan dan aspek


positif yang dimiliki.

2. Diagnosa Keperawatan

14
Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Tujuan Khusus

a. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

b. Klien dapat merencanakan kegiatan di rumah sakit sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Sp)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

"Selamat pagi. Bu Siti !" Masih ingat saya ?" .............

bagus!"

b. Evaluasi/Validasi

Bagaimana perasaan Ibu Siti sekarang ?"

“..... o ..... ya bagaimana, apakah ada kemampuan lain yang beluzm ibu Siti
ceritakan kemarin ?

c. Kontrak

1) Topik

Apakah bu Siti masih ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang ?”.
“ya.....bagus”.

2) Tempat

"Kalau tidak salah, kemarin kita sudah sepakat akan bercakap-cakap di


ruang makan benar kan?"

3) Waktu

"Kita akan bercakap-cakap selama 15 menit, atau mungkin bu Siti ingin


kita bercapak-cakap lebih lama lagi ?"

15
2. Kerja

"Kegiatan apa saja yang sering ibu Siti lakukan di rumah ? " ......

memasak, mencuci pakaian, bagus itu". Terus kegiatan apalagi yang bisa ibu
lakukan?".

"Kalau tidak salah ibu juga senang menyulam ya ?", wah bagus sekali!

"Bagaimana kalau ibu Siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang


dimiliki?", terus....... Apa lagi.

"Bagaimana dengan keluarga ibu Siti, apakah mereka menyenangi apa yang ibu
lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja ibu ?"

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

"Bagaimana perasaan ibu Siti setelah berhasil membuat jadwal kegiatan yang
dapat dilakukan di rumah sakit ?"

b. Evaluasi Obyektif

Coba ibu bacakan kembali jadwal kegiatan yang telah dibuat tadi !”.
“Bagus".

c. Rencana Tindak Lanjut

"Ibu Siti mau kan melaksanakan jadwal kegiatan yang telah ibu buat tadi!"

“.......nah nanti kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan bersama-sama


dengan teman teman yang lain ya!". "Bagaimana kalau nanti siang?"

d. Kontrak

1) Topik

16
"Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang kegiatan yang dapat ibu lakukan di rumah". "Bagaimana menurut ibu Siti
?". "Setuju".

2) Tempat

"Ibu ingin kita bercakap-cakap dimana besok ?", "........ oooo di taman,
baiklah”.

3) Waktu

"Bagaimana kalau kita bercakap-cakap selama 10 menit?".

2.2.3 Strategi Pelaksanaan Pertemuan ke III

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi

a. Klien telah mampu mengenal dan menyusun jadwal kegiatan yang dapat
dilakukan di rumah sakit.

b. Klien telah berhasil melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

3. Tujuan Khusus

a. Klien dapat mengenal kegiatan yang dapat dilakukan di rumah.

b. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan sesuai dengan
kemampuan di rumah.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Sp)

1. Orientasi

17
a. Salam Terapeutik

"Selamat pagi, bu Siti sedang apa ?"

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Ibu Siti saat ini?"

"Apakah ibu sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal telah dibuat
kemarin ?".

"Bagus ibu telah dapat membantu membersihkan lingkungan".

"Coba saya lihat jadwal kegiatannya, wah hebat sekali, sudah diberi tanda
semua !",

"nanti dikerjakan lagi ya bu !"

c. Kontrak

1) Topik

"Nah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kegiatan yang dapat


ibu lakukan di rumah?"

2) Tempat

"Kita mau bercakap-cakap dimana ?, Bagaimana kalau di tempat yang


kemarin, di taman, kan enak !"

3) Waktu

"Mau berapa lama ?, Bagaimana kalau 15 menit lagi"

2. Kerja

"Kemarin ibu telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit, sekarang kita buat
jadwal kegiatan di rumah ya !. Ini kertas dan bolpointnya, jangan khawatir nanti
saya bantu, kalau kesulitan. Bagaimana kalau kita mulai ?"

"Ibu mulai dari jam 05.00 WIB ? . .....ya, tidak apa-apa, bangun tidur terus ya
sholat shubuh, terus masak (sampai jam 20.00 WIB), bagus tapi jangan lupa
minum obatnya, ya bu !"

18
3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

"Bagaimana perasaan ibu Siti setelah dapat membuat jadwal kegiatan di


rumah ?".

b. Evaluasi Obyektif

"Coba ibu sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang dapat dilakukan
di rumah ?"

c. Rencana Tindak Lanjut

"Besok kalau sudah dijemput oleh keluarga dalam sehari yang dapat
dilakukan di rumah?"

d. Kontrak

1) Topik

"Nah, bagaimana besok kita bercakap-cakap tentang perlunya dukungan


keluarga terhadap kesembuhan Bu Siti

2) Tempat

"Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras, setuju !, atau mungkin bu


Siti mau kita di tempat yang lain ?"

3) Waktu

"Kita mau bercakap-cakap berapa, bagaimana kalau 10 menit ?”.

2.2.4 Strategi Pelaksanaan Pertemuan ke IV

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi

19
Klien telah mampu menyusun kegiatan yang sesuai kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah.

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Tujuan Khusus

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang dimiliki di rumah.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Sp)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutilk

"Selamat pagi, bu !".

b. Evaluasi/Validasi

"Bagaimana perasaan lbu Siti hari ini, baik-baik saja ?" Syukurlah".

"Masih ibu simpan jadwal kegiatan yang telah dibuat kemarin?"

c. Kontrak

1) Topik

"Hari ini akan kita bercakap-cakap tentang sistem pendukung yang dapat
membantu ibu Siti di rumah?"

2) Tempat

"Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di teras, ya ?

3) Waktu

"Kita bercakap-cakap mau berapa lama ?". "10 menit saja ya boleh!"

20
2. Kerja

"Apakah ibu tahu artinya sistem pendukung?", "Baiklah akan saya jelaskan
sistem pendukung adalah hal-hal yang dapat membantu di rumah dalam mencapai
kesembuhan nantinya misalnya : dana, keluarga, teman/tetangga yang mau
menerima, kegiatan bersama, dan tempat yang dapat ibu kunjungi saat obat habis"

"1bu di rumah tinggal dengan siapa saja ?.........terus siapa lagi?

"Apakah mereka sayang dan memperhatikan kesehatan bu Siti?"

"Siapa selama ini yang mengingatkan ibu selama ini minum obat dan
mengantarkan control/periksa dokter?". "Wah bagus ! terus selama ini yang
mencari Cobaa nafkah dan mencari biaya pengobatan untuk ibu siapa ?"

"Apakah punya teman atau tetangga yang dekat dengan ibu Siti?”.

"Kegiatan apa saja yang ada di lingkungan bu Siti ?". "Ooo pengajian.... Bagus
itu, kalau kelompok ibu-ibu arisan ada tidak bu, oo begitu !". "Selama ini bu Siti
sudah berobat kemana saja, apakah ada RS/RS yang paling dekat dengan rumah
ibu ?"

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

"Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang sistem pendukung


yang bu Siti miliki ?"

b. Evaluasi Obyektif

21
“Coba sebutkan kembali sistem pendukung yang ibu miliki di rumah, satu
persatu ya !"

c. Rencana Tindak Lanjut

"Besok kalau sudah pulang, harus mendengarkan nasehat keluarga ya Bu !


Jangan lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah sakit.”

d. Kontrak

1) Topik

"Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap lagi, tentang obat-obatan


yang ibu Siti minum setiap hari"

2) Tempat

"Sebaiknya kita bercakap-cakap di mana bu ?", "di wa-

3) Waktu

"Mau berapa lama Bu?. "Lima belas menit, boleh sampai ketemu lagi bu!"

22
Strategi Pelaksanaan menurut Budi Anna Keliat (2009)

A. Tindakan Keperawatan pada Pasien


1. Tujuan Keperawatan
a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.
d) Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan.
e) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal.

2. Tindakan keperawatan
a) Identifikasi kemampuan dan aspek postuf yang mash dimiliki pasien. Untuk
membantu pasien dan aspek positif yang masih dimilkinya, perawat dapat
melakukan hal-hal berikut ini.
1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan di rumah, adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif
b) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara
berikut.
1) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat
digunakan saat ini.
2) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan pasien
3) Perlihatkan respons yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang
baik
c) Membantu pasien untuk memilth/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih. Tindakan keperawatan yang dapat dibkulan adalah sebagai berikut.
1) Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan
yang akan pasien lakukan sehari-hari.
2) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan
mandiri atau dengan bantuan minimal
d) Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut

23
1) Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan.
2) Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan.
3) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien.
e) Bantu pasien mengusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
1) Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.

SP 1 pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,


membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu
pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan
yang sudah dipilih dan menyusun jadwal kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian.

Orientasi
"Selamat pagi! Bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar." "Bagaimana kalau
kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan?
Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T dilakukan di rumah
sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih."
"Di mana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana
kalau 20 menit?"

Kerja
"T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya!
Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan
merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus sekali
ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki!"
"T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini, yang nasih dapat dikerjakan di rumah
sakit? (mis. ada tiga yang masih dapat dilakukan) Bagus sekali ada tiga kegiatan
yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini!".
"Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini. Baik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana

24
kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur T. Mari kita lihat tempat tidur
T! Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?"
"Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya; dan kasurnya kita balik;
Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus!
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukan.
Sekarang ambil bantal rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut! Bagus!"
"T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakan dengan sebelum dirapikan! Bagus!"
"Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda di kertas daftar kegiatan, tulis
M (mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalau T melakukan
dengan dibantu, dan tulisT (tidak) kalau T tidak melakukan (perawat memberi
kertas berisi daftar kegiatan harian)."

Terminasi
"Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur? Ya, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan
di rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah T
praktikkan dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di
rumah setelah pulang. Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. T mau
berapa kali sehari merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali, yaitu pagi jam
berapa? Lalu sehabis istirahat, jam 4 sore.
"Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa
lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya
bagus, cuci piring. kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi
di dapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya!"

SP 2 pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan


kemampuan pasien. Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai
semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan
harga diri pasien.

Orientasi
"Selamat pagi, bagaimana perasaan T pagi ini? Wah, T tampak cerah/Bagaimana
T, sudah mencoba merapikan tempat tidur tadi pagi? Bagus kalau sudah

25
dilakukan (jika pasien belum mampu melakukannya, ulang dan bantu kembali)
sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu?"
"Ya benar, sekarang kita akan latihan mencuci piring di dapur
"Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!"

Kerja
"T, sebelum mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/spons untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring,
dan air untuk membilas, T dapat menggunakan air yang mengalir dari keran ini.
Oh ya, jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa makanan."
"Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya. Setelah semuanya perlengkapan
tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring
tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan piring tersebut dengan
menggunakan sabut/spons yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah
selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikit pun
di piring tersebut. Setelah itu, T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi
di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai."
"Sekarang coba T yang melakukan..."
"Bagus sekali, T dapat mempraktikkan cuci pring dengan baik! Sekarang dilap
tangannya."

Terminasi
"Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring?"
"Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-
hari."
"T Mau bcrapa kali T mencuci piring? Bagus sekali, T mencuci piring tiga kali
setelah makan,"
"Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapikan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel."
"Mau jam berapa? Sama seperti sekarang? Sampai jumpa!"

26
B. Tindakan Keperawatan pada Keluarga
1. Tujuan keperawatan
a) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan
yang dimiliki pasien
b) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang
masih dimiliki pasien
c) Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan
yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan
pasien
d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemam-
puan pasien.
2. Tindakan Keperawatan
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami pasien
c) Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki pasien dan
puji pasien atas kemampuannya
d) Jelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
e) Demontrasikan cara merawat pasien harga diri rendah
f) Beri kescmpatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat
pasien harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
g) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah

SP 1 keluarga: Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat


pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri
rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,
mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan
memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat.

Orientasi
"Selamat pagi! Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini?"

27
"Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T? Berapa
lama? Bagaimana kalau tiga puluh menit? Baik, mari duduk di ruangan
wawancara!"

Kerja
"Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang masalah T?"
"Ya memang, benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. T sering mengatakan dirinya adalah orang
paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga
diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif
terhadap diri sendiri. Jika keadaannya terus-menerus seperti itu, T dapat
mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan
orang lain dan memilih mengurung diri."
"Sampai di sini, Bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?
Bagus sekali Bapak/Ibu sudah mengerti!"
"Setelah kita mengertí bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk T"
"Bapak Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan
hal yang sama." (Jika sama dengan kemampuan yang dikatakan T.)
"T telah berlatih dua kegiatan, yaitu merapikan tempat tidur dan cuci piring. T
juga telah dibuatkan jadwal untuk kegiatan tersebut. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat
mengingatkan T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Jangan lupa memberikan pujian agar harga
dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda contreng pada jadwal kegiatannya.
Selain itu, jika T sudah tidak lagi dirawat di rumah sakit, Bapak/Ibu tetap perlu
memantau perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan
tidak tertangani lagi, Bapak/lbu dapat membawa T ke puskesmas."
"Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktikkan cara memberikan pujian kepada
T. TemuiT dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian
seperti, "Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring!"
"Coba Bapak/lbu praktikkan sekarang. Bagús!"

Terminasi
"Bagaimana perasaan Bapak/lbu setelah percakapan kita ini?

28
"Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi T dan bagaimana
cara merawatnya?"
"Bagus sekali Bapak/lbu dapat menjelaskan dengan baik. Nah, setiap kali
Bapak/lbu mengunjungi T lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian."
"Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk łatihan cara
memberi pujian langsung kepada T?"
"Pukul berapa Bapak/Ibu datang? Baik akan saya tunggu. Sampai jumpa!"

SP 2 keluarga : Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien harga diri


rendah langsung pada pasien.

Orientasi
"Selamat pagi Pak/Bu! Bagaimana perasaan Bapak/lbu hari ini?"
"Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat anak Bapak/Ibu seperti yang kita
pelajari dua hari yang lalu?"
"Baik, hari ini kita akan mempraktikkannya langsung pada T."
"Bagaimana kalau 20 menit? Sekarang mari kita temui T!"

Kerja
"Selamat pagi T. Bagaimana perasaan T hari ini? Hari ini saya datang bersama
orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, orang tua T juga ingin
merawat T agar T cepat pulih." (Kemudian Anda berbicara kepada keluarga
sebagai berikut.)
"Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/ību bisa mempraktikkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan
anak Bapak/Ibu." (Perawat mengobservasi keluarga mempraktikkan cara
merawat pasien seperti yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya.)
"Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bincang dengan orang tua T?"
"Baiklah, sekarang suster dan orang tua T ke ruang perawat dulu" (Perawat dan
keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga.)

29
Terminasi
"Bagaímana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?"
"Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah dapat melakukan cara perawatan tadi pada T"
"Tiga hari lagi kita akan bertemü untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Tbu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari
"Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang ya?"

SP 3 keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

Orientasi
"Selamat pagi Pak/Bu! Karena hari ini T sudah boleh pulang, kita akan
membicarakan jadwal T selama di rumah."
"Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor!"

Kerja
"Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah
semua dapat dilaksanakan di rumah? Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama T
dirawat di rumah sakit tolong dilanjutkan di rumah, baik jadwal kegiatan maupun
jadwal minum obatnya."
"Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh T selama di rumah. Contohnya kalau T terus-menerus menyalahkan diri
sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi, segera
hubungi perawat K di Puskemas Indara Puri, puskesmas terdekat dari rumah
Bapak/Ibu, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx."
"Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan T selama
di rumah."

Terminasi
"Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas?"

30
"Ini jadwal keguatan harian T untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk
perawat K di Puskesmas Indera puri. Jangan lupa kontrol ke puskesmas sebelum
obat habis atau ada gejala yang terlihat. Silahkan selesaikan administrasinya!"

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Kita dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan
harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan
bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.

3.2 Saran

Bermutu atau tidaknya pelayanan Keperawatan sangat bergantung pada


kerjasama antar Perawat itu sendiri. Apabila tidak adanya suatu hubungan
yang baik antara sesama anggota dan klien maka akan sulit membangun

31
kepercayaan masyarakat dalam Asuhan Keperawatan yang diberikan. Agar
kinerja dalam keperawatan berjalan dengan efektif maka seorang perawat
juga perlu memahami setiap karakter yang berbeda dari setiap klien. Selain
dapat memberikan hasil kerja yang terbaik, dalam memberikan Asuhan
Keperawatan juga dapat dilakukan dengan lancar

32
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta: EGC

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan


Jiwa. Jakarta: TIM

Fitria, Nita dkk. 2013. Laporan Pendahuluan tentang Masalah Psikososial.


Jakarta: Salemba Medika

33

Anda mungkin juga menyukai