Anda di halaman 1dari 6

Gizi seimbang[1] adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung zat-zat gizi dalam

jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip
keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal [2].

Tumpeng Gizi Seimbang, oleh Yayasan Institut Danone Indonesia

Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) menggambarkan 4 prinsip Gizi Seimbang (TGS)[3] meragakan 4
prinsip Gizi Seimbang (GS): aneka ragam makanan sesuai kebutuhan, kebersihan, aktivitas fisik
dan memantau berat badan ideal. TGS terdiri atas beberapa potongan tumpeng: satu potongan
besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil, dan di puncak terdapat potongan terkecil.
Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi makanan yang harus dikonsumsi setiap orang per
hari. TGS yang terdiri atas potongan-potongan itu dialasi oleh air putih. Artinya, air putih
merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif.

Dalam sehari, kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter (8 gelas). Setelah itu, di atasnya

Sejarah Gizi Seimbang[sunting | sunting sumber]


Gizi terjemahan dari bahasa Inggris "Nutrition" dan “nutrition science”. Meskipun belum resmi
ditetapkan oleh Lembaga Bahasa Indonesia, istilah Gizi dan Ilmu Gizi telah dipakai oleh
Prof.Djuned Pusponegoro, dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar ilmu penyakit anak
di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1952[4]. Tahun 1955 , Ilmu Gizi resmi
menjadi mata kuliah di Fakultas Kedokteran UI, dan tahun 1958 secara resmi dipakai dalam
pidato pengukuhan Prof.Poerwo Soedarmo[5] sebagai Guru Besar Ilmu Gizi pertama di
Indonesia, di Fakultas Kedokteran UI. Sejak itu sampai sekarang banyak Fakultas Kedokteran ,
Fakultas Pertanian , Fakultas Teknologi Pangan, Fakultas Kesehatan Masyarakat telah
mendirikan Bagian atau Departemen Ilmu Gizi. Tahun 1965 di Jakarta diresmikan Akademi Gizi
dari Departemen Kesehatan, yang sampai sekarang tersebar di hampir semua propinsi di
Indonesia sebagai Pendidikan Politeknis Kesehatan Jurusan Gizi . Pengesahan kata Gizi
sebagai terjemahan resmi dari Nutrition dan Nutrition Science[6], diperoleh pada akhir tahun 50an
dari Prof DR. Haryati Soebadio seorang dosen, ahli bahasa, dan sebagai direktur Lembaga
Bahasa Indonesia Fakultas Sastra UI . Prof.DR.Soebadio, menjelaskan tentang akar bahasa
Indonesia kebanyakan dari bahasa Arab dan Sanksekerta. Kata Inggris Nutrition dalam bahasa
Arab di sebut GHIZAI, dan dalam bahasa Sanksekerta SVASTAHARENA. Keduanya artinya
sama, makanan yang menyehatkan. Atas petunjuk tersebut Prof.Poerwo Soedarmo, ketika itu
masih menjabat sebagai Kepala Lembaga Makanan Rakyat Kementerian Kesehatan dan
Direktur Akademi Gizi Kementerian Kesehatan, bapak gizi Indonesia memilih kata GIZI sebagai
terjemahan resmi kata nutrition, yang sejak tahun 1952 kata GIZI itu sudah dipakai dikalangan
ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat. Sedang kata SVASTAHARENA di pakai dalam
lambang organisasi PERSAGI,[7] sampai sekarang.

Ilmu Gizi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari " Proses Makanan sejak
masuk mulut sampai dicerna oleh organ-organ pencernakan, dan diolah dalam suatu sistem
metabolisme menjadi zat-zat kehidupan (zat gizi dan zat non gizi) dalam darah dan dalam sel-sel
tubuh membentuk jaringan tubuh dan organ-organ tubuh dengan fungsinya masing-masing
dalam suatu sistem, sehingga menghasilkan pertumbuhan (fisik) dan perkembangan (mental) ,
kecerdasan, dan produktivitas sebagai syarat dicapainya tingkat kehidupan sehat, bugar dan
sejahtera."

Ilmu gizi publik adalah ilmu gizi yang diaplikasikan untuk kesejahteraan publik (masyarakat luas)
dengan tidak sengaja mengkaitkannya dengan masalah kesehatan masyarakat, tetapi juga
dengan masalah-masalah ekonomi, kemiskinan, pertanian, lingkungan hidup, pendidikan ,
kesetaraan gender, dan masalah-maslah pembangunan manusia lainnya.

Secara pendek dan populer ilmu gizi sering diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan
makanan dengan kesehatan. Sementara itu pada saat yang bersamaan fakultas kedokteran
hewan IPB menterjemahkan Animal Nutrition sebagai nutrisi makanan ternak. Dengan demikian
nutrisi lebih banyak di pakai untuk makanan ternak sedangkan gizi resmi di pakai di fakultas
kedokteran dan semua lembaga gizi.

Dulu kita mengenal pedoman makan berslogan “4 Sehat 5 Sempurna” (4S5S) yang dipopulerkan
oleh Prof. Poerwo Soedarmo, , pada tahun 1950-an. Namun, sejak tahun 1990-an, pedoman
tersebut dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi.
Hal ini juga sesuai dengan adanya perubahan pedoman “Basic Four” di Amerika Serikat—yang
merupakan acuan awal 4S5S pada masa itu—menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet”. Di
Indonesia, “Nutrition Guide for Balance Diet” diterjemahkan menjadi “ Pedoman Gizi Seimbang”
(PGS)[8]. Pada konferensi pangan sedunia tahun 1992 di Roma dan Genewa, yang diadakan
oleh FAO, dalam rangka menghadapi beban ganda masalah gizi di negara berkembang, antara
lain ditetapkan agar semua negara berkembang yang semula menggunakan pedoman sejenis
“Basic Four” memperbaiki menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet”. Indonesia menerapkan
keputusan FAO tersebut dalam kebijakan Repelita V tahun 1995 sebagai PGS dan menjadi
bagian dari program perbaikan gizi. Namun, PGS kurang disosialisasikan sehingga terjadi
pemahaman yang salah dan masyarakat cenderung tetap menggunakan 4S5S. Baru pada tahun
2009 secara resmi PGS diterima oleh masyarakat, sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan
No. 36 tahun 2009 yang menyebutkan secara eksplisit “Gizi Seimbang” dalam program
perbaikan gizi.

Perbedaan Empat Sehat Lima Sempurna dengan Gizi


Seimbang[sunting | sunting sumber]
Sesuai dengan prinsip Gizi Seimbang, pola makan berdasarkan "Pedoman Gizi Seimbang"
(PGS) tidak dapat berlaku sama untuk setiap orang. Tiap golongan usia, status kesehatan, dan
aktivitas fisik, memerlukan PGS yang berbeda sesuai kondisi masing-masing. Hal ini berbeda
dengan pola makan berdasarkan slogan "4 sehat 5 sempurna" (4S & 5S) yang berlaku bagi
semua orang di atas dua tahun. Tak jelas bagaimana pedoman yang mengelompokkan
makanan hanya ke dalam 4 kelompok secara kualitatif itu dapat menjadi acuan untuk memenuhi
kebutuhan berbagai golongan masyarakat. Pada saat slogan 4S5S diciptakan tahun 1950-an,
diasumsikan bahwa kebiasaan makan masyarakat makin sehat sehingga berbagai masalah
kesehatan karena kekurangan dan kelebihan gizi dapat dicegah dan dikurangi. Asumsi ini
ternyata tidak terwujud, baik di Indonesia maupun negara-negara lain, termasuk negara asal
4S5S di AS. Oleh karena itu pedoman 4S5S sejak awal tahun 1990-an secara internasional telah
digantikan oleh pedoman yang lebih rinci yang disebut PGS dengan alasan sebagai berikut.

Pertama,

 Susunan makanan yang terdiri atas 4 kelompok ini, belum tentu sehat, bergantung apakah
porsi dan jenis zat gizinya sesuai dengan kebutuhan. Contoh, jika pola makan kita sebagian
besar porsinya terdiri atas sumber karbohidrat (nasi), sedikit sumber protein, sedikit sayur
dan buah sebagai sumber vitamin, maka pola makan tersebut tidak dapat dianggap sehat.
Sebaliknya, jika pola makan kita terlalu banyak sumber lemak dan protein seperti hidangan
yang banyak daging dan minyak atau lemak, tetapi sedikit sayur dan buah, maka pola
makan itu tak dapat dianggap sehat.

 Selain jenis makanan, pola makan berdasarkan PGS menekankan pula proporsi yang
berbeda untuk setiap kelompok yang disesuaikan atau diseimbangkan dengan kebutuhan
tubuh. PGS pun memperhatikan aspek kebersihan makanan, aktivitas fisik, dan kaitannya
dengan pola hidup sehat lain.

Kedua,

 Susu bukan "makanan sempurna" seperti anggapan umum selama ini. Dengan anggapan itu
banyak orang, termasuk kalangan pemerintah, menganggap susu merupakan "jawaban"
atas masalah gizi[9]. Sebenarnya, susu adalah sumber protein hewani yang juga terdapat
pada telur, ikan dan daging.

 Oleh karena itu di dalam PGS, susu ditempatkan dalam satu kelompok dengan sumber
protein hewani lain. Dari segi kualitas protein, telur dalam ilmu gizi dikenal lebih baik dari
susu karena daya cerna protein telur lebih tinqggi daripada susu.

Ketiga,

 Slogan 4S5S yang dipopulerkan oleh Prof. Poerwo Soedarmo, Bapak Gizi Indonesia, pada
tahun 1950-an dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan iptek gizi, seperti halnya
slogan "Basic Four" di Amerika yang merupakan acuan awal 4S5S pada masa itu. "Basic
Four" dari AS yang diciptakan tahun 1940-an bertujuan mencegah pola makan orang
Amerika yang cenderung banyak lemak, tinggi gula, dan kurang serat. Namun, setelah
dievaluasi tahun 1970-an, ternyata slogan tersebut tidak memperbaiki pola makan penduduk
Amerika, yang disertai dengan meningkatnya penyakit degeneratif terkait gizi. Sejak itu,
slogan "Basic Four" diperbarui dan disempurnakan menjadi "Nutrition Guide for Balance
Diet" dengan visual piramida.

 Di Indonesia "Nutrition Guide for Balance Diet" diterjemahkan menjadi PGS yang juga
menggunakan visual piramida. Berbeda dengan Nutrition Guide AS yang berlaku untuk usia
di atas 2 tahun, di Indonesia PGS berlaku sejak bayi dengan memasukkan ASI eksklusif
sebagai Gizi Seimbang.

Pada konferensi pangan sedunia yang diadakan oleh FAO tahun 1992 di Roma dan Genewa,
antara lain ditetapkan agar semua negara berkembang yang semula menggunakan slogan
sejenis "Basic Four" memperbaiki menjadi "Nutrition Guide for Balance Diet". Keputusan FAO
tersebut diterapkan di Indonesia dalam kebijakan Repelita V tahun 1995 sebagai PGS dan
menjadi bagian dari program perbaikan gizi. Namun, PGS kurang disosialisasikan sehingga
terjadi pemahaman yang salah dan masyarakat cenderung tetap menggunakan 4S5S. Baru
pada tahun 2009 secara resmi PGS diterima masyarakat, sesuai dengan Undang-Undang
Kesehatan No 36 tahun 2009 yang menyebutkan secara eksplisit "Gizi Seimbang" dalam
program perbaikan gizi.

Pengertian Makanan Gizi Seimbang


Jika dulu kita sering mendengar slogan makanan 4 sehat 5 sempurna, rupanya slogan tersebut
kini tak lagi dianggap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi.
Semenjak tahun 1990-an, berangsur – angsur slogan 4 sehat 5 sempurna mulai ditinggalkan
banyak ahli gizi dari berbagai belahan dunia dan beralih pada istilah gizi seimbang.
Bukan tanpa alasan, karena pada kenyataannya empat sehat lima sempurna memang tidak bisa
dijadikan pedoman makanan sehat dan menyehatkan.

Pengertian gizi seimbang


Secara sederhana, pengertian gizi seimbang adalah nutrisi dan zat gizi yang disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh, tidak berlebihan juga tidak kekurangan.

Sedangkan pengertian makanan gizi seimbang adalah mengkonsumsi makanan yang


mengandung nutrisi dan gizi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dengan tetap memperhatikan
berbagai prinsip seperti keberagaman jenis makanan, aktifitas tubuh, berat badan ideal serta
faktor usia.

Susunan gizi seimbang

Susunan gizi seimbang pada makanan digambarkan Yayasan Institut Danone Indonesia pada
sebuah piramida makanan berbentuk kerucut dengan bagian utama yang disebut dengan Tri
Guna Makanan atau tiga jenis makanan dengan tiga kegunaan yang berbeda.
1. Zat Tenaga

Pada gambar terletak pada bagian bawah karena porsinya yang paling besar. Berguna sebagai
sumber tenaga yang akan memberikan tenaga pada tubuh agar kuat dalam melakukan berbagai
aktifitas sehari-hari. Zat tenaga paling utama adalah karbohidrat. Karbohidrat banyak terdapat
pada makanan pokok seperti padi, jagung, kentang, singkong, sagu, gandum serta semua
makanan yang terbuat dari bahan – bahan tersebut seperti roti, nasi, mie, kue dan sebagainya.

2. Zat Pengatur

Pada gambar terletak di tengah, porsinya lebih sedikit dari pada zat tenaga. Zat pengatur
berguna untuk mengatur organ tubuh agar dapat bekerja dengan baik. Zat pengatur terdiri dari
vitamin dan mineral. Kedua zat ini banyak terdapat pada sayur – sayuran dan buah – buahan.
3. Zat Pembangun

Pada gambar terletak di bagian atas karena porsinya paling sedikit dibanding yang lain. Zat
pembangun berguna untuk pembentukan, pertumbuhan serta pemeliharaan sel – sel dalam
semua organ tubuh. Zat pembangun yang utama adalah protein, baik itu protein nabati seperti
kedelai, kacang hijau, kacang tanah dan semua makanan yang dihasilkan dari bahan – bahan
tersebut, maupun protein hewani seperti daging, telur, ikan serta susu.
Di bagian paling ujung piramida makanan gizi seimbang atau Tri Guna Makanan, terdapat satu
bagian atau potongan paling kecil untuk menggambarkan makanan yang juga harus dipenuhi
namun dalam porsi sangat kecil atau seperlunya yaitu minyak, gula, dan garam.

Sedangkan pada bagian bawah diberikan alas berupa gambar air dalam porsi paling besar.
Artinya bahwa kebutuhan air untuk tubuh adalah kebutuhan yang paling besar yang harus
dipenuhi. Baik itu dengan minum air putih murni maupun dari kandungan air yang terdapat pada
buah – buahan.
Untuk mendapatkan hasil maksimal dari menerapkan pola gizi seimbang, harus pula diimbangi
dengan penerapan hidup sehat seperti olah raga yang teratur, istirahat yang cukup, menjaga
kebersihan diri dan lingkungan serta selalu memantau perkembangan berat badan tubuh.
Perhatikan juga pesan dasar gizi seimbang untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Demikian sedikit penjelasan pengertian makanan gizi seimbang. Tujuan utama dari penerapan
makanan gizi seimbang adalah untuk menjaga agar tubuh senantiasa sehat wal afiyat. Dan juga
terhindar dari berbagai macam penyakit.

Meskipun sudah disahkan sejak tiga tahun lalu, tapi hingga saat ini Perda Nomor 7 Tahun 2014
tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) belum efektif. Pemkot Serang melalui Dinas Kesehatan
(Dinkes) Kota Serang belum membuat Peraturan Walikota (Perwal) yang mengatur lebih teknis
lagi terkait KTR tersebut.

Walikota Serang Tb Haerul Jaman mengatakan, perwal terkait Perda KTR sedang dibahas.

Anda mungkin juga menyukai